A. Tujuan Percobaan
1. Mengidentifikasi prinsip-prinsip penentuan kadar Cu secara gravimetri
2. Menentukan kadar Cu sebagai CuO
B. Teori Dasar
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unusr atau senyawa
berdasarkan bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan
pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk
memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : unsur atau senyawa yang ditentukan harus
terendapkan secara sempurna, bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui
dengan pasti rumus molekulnya dan endapan yang diperoleh harus murni dan
mudah ditimbang.
(Khopkar, 2003 : 25)
Analisis gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot adalah proses
isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawaan tertentu dari unsur
tersebut, dalam bentuk semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari
suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Sebagian besar
penetapan-penentapan pada analisis gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau
radikal yang akan ditetapkan menjadi senyawa yang murni dan stabil, yag dapat
dengan mudah diubah menjadi satu bentuk yang sesuai untuk ditimbang. Lalu bobot
unsur atau radikal itu dengan mudah dapat dihitung dari pengetahuan kita tetang
rumus senyawanya serta bobot atom unsur-unsur penyusunnya.
(Basset, 1994 : 472)
Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebab kelarutan
bertambah dengan bertambahnya temperatur. Pengendapan dilakukan dalam larutan
encer yang ditambahkan pereaksi perlahan-lahan dengan pengadukan yang teratur,
partikel yang terbentuk lebih dahulu berperan sebagai pusat pengendapan. Untuk
memperoleh pusat pengendapan yang besar suatu reagen ditambahkan agar
kelarutan endapan bertambah besar.
(Nurhadi, 2003 : 26)
8. Desikator
9. Pipet tetes
10. Botol semprot
11. Kaki tiga
12. Segitiga porselen
D. Pembahasan
Praktikum gravimetri penentuan kadar Cu sebagai CuO ini berujuan untuk
mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar penentuan kadar Cu secara gravimetri dan
menentukan kadar Cu dalam CuO. Percobaan ini dilakukan berdasarkan prinsip
dasar gravimetri. Gravimetri adalah metode analisis berdasarkan atas pengukuran
massa analit atau senyawa yang mengandung analit. Terdapat beberapa metode
gravimetri, diantaranya yaitu metode pengendapan, metode penguapan,
elektrogravimetri, dan termogravimetri. Pada percobaan ini metode gravimetri yang
digunakan adalah metode gravimetri pengendapan. Prinsip kerja metode gravimetri
pengendapan yaitu senyawa yang akan dianalisis diendapkan dengan menambahkan
pereaksi yang sesuai dan selanjutnya dipisahkan endapannya lalu endapannya
ditimbang.
Pada praktikum ini, hal pertama yang dilakukan ialah memijarkan cawan
krus. Ini bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang terdapat pada
cawan yang akan menyebabkan ketidak akuratan penimbangan. Cawan dipijarkan
kurang lebih selama 30 menit atau sampai bagian dalam cawan menjadi berwarna
merah. Sebelum ditimbang, cawan krus harus didinginkan terlebih dahulu didalam
desikator, hal ini dikarenakan didalam desikator terdapat silica gel yang akan
menyerap uap air dari cawan krus sehingga massanya akan konstan karena tidak
menyerap udara dari luar. Penimbangan cawan dilakukan ketika cawan sudah
dingin karena apabila ditimbang dalam keadaan panas, cawan akan memuai
sehingga massa yang diperolehpun tidak akurat. Pemanasan dan penimbangan
dilakukan beberapa kali sampai diperoleh selisih massa 0.0001 gram. Hal ini
bertujuan agar diperoleh massa yang konstan. Diperoleh 3 data : 1) Berat cawan
krus + tutup I = 40,0171 g ; 2) Berat cawan krus + tutup II = 40,0167 g ; 3) Berat
cawan krus + tutup III = 40,0169 g.
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum gravimetric penentuan kadar Cu sebagai CuO dapat
dijelaskan prinsisp-prinsip dasar penentuan kadar Cu secara gravimetri yaitu
mengendapkan Cu dalam bentuk yang stabil sehingga diperoleh massa Cu dari
endapan CuO sebesar 513,8 mg dan diperoleh kadar Cu sebesar 51380 ppm.
F. Daftar Pustaka
Basset, J dkk.(1994). Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kualitatif Anorganik Edisi
4. Jakarta: EGC
Day, R. A.(2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Khopkar, S. M.(2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga
Nurhadi, Agus.(2003). Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Underwood, A.L.(1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
G. Lampiran
1. Pra Lab
a. Mengapa proses pendinginan harus dilakukan di dalam desikator?
b. Mengapa perlu diencerkan?
c. Mengapa ditambahkan H2SO4?
d. Senyawa apa yang berwarna hitam?
e. Bagaimana menguji bahwa larutan bebas sulfat?
f. Apa fungsi penambahan NaOH? Bagaimana jika diganti dengan NH4OH?
g. Bagaimana mengetahui bahwa Cu2+ sudah mengendap semua?
h. Suatu cuplikan mengandung 9,20% timah; 5,45% timbal; 4,30% seng dan
81,05% tembaga. Unsur-unsur ini ditetapkan secara gravimetric dengan
menimbang endapan SnO2, PbSO4, CuO, dan Zn2P2O7. Cuplikan yang
dianalisa beratnya 0,600 g. berapa berat masing-masing?
Jawab :
a. Karena di dalam desikator terdapat silica gel yang akan menguap uap air
dari cawan krus. Sehingga berat cawan krus akan konstan. Karena tidak
menyerap uap air dari luar. Jika pendinginan cawan krus dilakukan di
luar maka beratnya tidak akan konstan karena akan menyerap air dari
udara bebas.
b. Karena pengenceran dapat memperluas permukaan dalam larutan,
sehingga reaksi berlangsung lebih mudah. Selain itu, jika dilarutkan,
cuplikan tidak diencerkan ukuran partikel endapan akan terlalu kecil
konsentrasi yang terlalu besar. Partikel endapan yang terlalu kecil akan
sulit disaring karena dapat lepas melewati pori-pori kertas saring
c. Karena untuk menghindari hidroksi Cu2+ menjadi Cu(OH)2 terbentuk
bukan dari pereaksi pengendap NaOH maka partikel endapan yang
terbentuk akan kuat (ditandai dengan larutan yang keruh). Sehingga jika
tidak ditambah H2SO4 dan langsung ditambahkan NaOH, partikel
endapan yang terbentuk akan kecil dan sulit di saring
d. Cu(OH)2 (s) → CuO (s) + H2O (l)
e. Dengan menambahkan larutan BaCl2. Jika masih didapat ion SO42-
didalam larutan maka ketika ditambahkan barium klorida akan
membentuk endapan BaSO4.
f. Membentuk Cu(OH)2, apabila diganti dengan larutan Nh4OH endapan
juga akan terbentuk namun langsung terlarut kembali.
g. Dengan menguji larutan menggunakan NaOH. Apabila tidak terlihat lagi
ada endapan yang terbentuk maka dapat diketahhui bahwa Cu2+ sudah
mengendap dan membentuk Cu(OH)2.
Sn 118,7 Zn 130
h. = =0,787 = =0,427
SnO 2 150,7 Zn 2 P 2 O7 305
Pb 207 Cu 63,5
=¿ =0,633 = =0,798
PbO 2 303 CuO 79,5
Massa Endapan
9,2 x 0,6
Sn = =0,07 gram
0,787 x 100
5,42 x 0,6
Pb = =0,479 gram
0,6183 x 100
4,3 x 0,6
Zn = =0,06 gram
0,427 x 100
81,05 x 0,6
Cu = =0 , 608 gram
0,798 x 100