Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM KI225

KIMIA ANALITIK DASAR

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR Cu SEBAGAI CuO


Tanggal: 1 Maret 2021
Dosen Pengampu:
Dra. Wiwi Siswaningsih, M.Si
Drs. Hokcu Suhanda, M.Si

Tedy Gunawan
1906309

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar penentuan kadar Cu secara gravimetri
2. Menentukan kadar Cu dalam CuO

B. Dasar teori

Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unusr atau senyawa berdasarkan bobotnya
yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan
dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk memperoleh keberhasilan pada analisis secara
gravimetri, maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : unsur atau senyawa yang
ditentukan harus terendapkan secara sempurna, bentuk endapan yang ditimbang harus
diketahui dengan pasti rumus molekulnya dan endapan yang diperoleh harus murni dan
mudah ditimbang.

(Khopkar, 2003 : 25)

Persyaratan yang harus dipenuhi agar metode gravimetri berhasil adalah sebagai berikut:
Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang terendapkan
secara analitis tidak dapat terdeteksi (biasanya 0,1mg atau kurang, dalam menetapkan
penyusunan utama dari suatu). Zat yang ditimbang hendaklah mempunyai susunan yang pasti
dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak diperoleh hasil yang galat.
Persyaratan kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan oleh
faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang
menimbulkan galat yang signifikan. Misalnya memperoleh endapan murni dan dapat disaring
itulah yang menjadi problem utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai
pembentukan dan sifat-sifat endapan, dan telah diperoleh banyak pengetahuan yang
memungkinkan analisis serta meminimumkan masalah kontaminasi endapan.

(Day, 2002 : 68)

Dalam prosedur gravimetri apa saja yang melibatkan pengendapan, orang akhirnya harus
mengubah zat yang dipisahkan menjadi suatu bentuk yang cocok untuk ditimbang. Hal ini
perlu bahwa zat yang ditimbang murni, stabil, dan susunanya pasti agar hasil analisis itu
tepat. Bahkan jika kopresipitasi telah diminimalkan, masih tinggal masalah penyingkiran air
dan elektrolit apa saja yang ditambahkan ke dalam air pencuci. Beberapa endapan ditimbang
dalam bentuk kimia yang sama dengan waktu diendapkan. Endapan lain mengalami
perubahan kimia selama pemanggangan, dan reaksi-reaksi ini haruslah berjalan sempurna
agar hasilnya tidak salah. Prosedur yang digunakan dalam tahap terakhir ini bergantung baik
pada sifat-sifat endapan maupun pada kuatnya molekul-molekul air yang diikat oleh zat padat
itu.

(Day, 2002 : 90)

Untuk menghitung analit dari berat endapan sering diperlukan suatu faktor gravimetri.
Faktor ini di definisikan sebagai jumlah gram (atau ekivalen dari 1 g) dari endapan. Perkalian
berat endapan P dengan faktor gravimetri memberikan jumlah gram analit di dalam, contoh :
Berat A = berat P x faktor gravimetri
Maka, 
% A= (berat P x faktor gravimetri)/(berat contoh) x 100%

(Underwood, 1999 : 68)

Garam tembaga yang paling dikenal adalah terusi atau kaprisulfat pentahidrat,
CuSO4.5H2O. Penentuan tembaga secara gravimetri dapat dilakukan dengan cara
menambahkan asam ke dalam larutan kupri dari larutan tembaga dalam suasa asam, yang
akan menghasilkan endapan biru pucat yaitu kupri hidroksida. Endapan ini tidak melarut lagi
dalam pereaksi berlebih. Bila campuran yang mengandung endapan tersebut dididihkan,
kupri hidroksida akan diubah menjadi kupri oksida yang berwarna hitam.

(Tim Praktikum Kimia Analitik Dasar : 2021 )

C. Alat dan Bahan Praktikum


1. Alat
 Cawan krus 1 buah
 Tang krus 1 buah
 Neraca analitik 1 set
 Gelas kimia 400 ml 2 buah
 Kaki tiga 1 buah
 Pipet tetes 2 buah
 Segitiga 1 buah
 Pembakar Bunsen 1 set
 Desikator 1 buah
 Pipet volume 10 ml 1 buah
 Gelas ukur 10 ml 1 buah
 Kasa 1 buah
 Plat tetes 1 buah
 Batang pengaduk 1 buah
 Corong 1 buah
 Ball filler 1 buah
 Furnische 1 buah
 Statif corong 1 buah
2. Bahan
 Larutan Cu2+ 10 ml
 Aquades secukupnya
 Larutan NaOH 1 M ± 27 ml
 Larutan BaCl2 ± 1 ml
 Kertas saring bebas abu 1 buah
D. Prosedur Kerja Praktikum dan Pengamatan

Prosedur Kerja Pengamatan

-Cawan Krus
 Memanaskan sampai pijar
 Mendinginkan dalam desikator
 Menimbang
 Mengulangi pekerjaan ini sampai
diperoleh berat cawan krus tetap

Hasil
Larutan Cuplikan

 Mengencerkan sampai 150ml


 Menambahkan beberapa tetes larutan
H2SO4 1 M bila larutan kurang jernih
 Menambahkan tetes demi tetes larutan
NaOH sampai Cu mengendap
 Memanaskan campuran sambil diaduk
sampai warnanya berubah menjadi
hitam
 Mendekantasi cairan yang terdapat
diatas endapan, lalu endapannya
disaring
 Mencuci endapan dengan aquades

Hasil

Air Hasil Pencucian Endapan

 Menteteskan 2-3 tetes diatas plat tetes


 Menguji dengan BaCl2, apabila terdapat
endapan putih menunjukkan bahwa
dalam endapan masih terdapat ion SO42-
 Mencuci kembali endapan hingga
endapan tersebut bebas ion SO42-

Hasil

Kertas Saring dan Endapan


 Mengeringkan, mengabukan dan
memijarkan dalam cawan yang telah
diketahui beratnya diatas bunsen
 Melakukan pemijaran dalam furnace
(T=400oC)
 Melakukan pendinginan dalam
desikator dan penimbangan beberapa
kali sampai beratnya konstan
-
E. Hasil
Pra Lab
1. Mengapa proses pendinginan dilakukan dalam desikator?
Jawaban :
Karena desikator selain untuk menurunkan suhu dan menstabilkan suhu cawan, pada
desikator terdapat silica gel yang mampu menyerap uap air yang menempel pada
cawan maupun endapan dalam cawan krus.
2. Mengapa larutan cuplikan harus diencerkan?
Jawaban :
Karena sebelum pengendapan belangsung harus dalam kondisi suhu yang tinggi,
sehingga harus dipanaskan terlebih dahulu, maka harus ditambahkan pelarut hingga
150 ml agar saat pemanasan larutan tidak habis dan saat ditambahkan pereaksi
pengendap akan dihasilkan endapan yang banyak.
3. Mengapa kedalam larutan cuplikan ditambah H2SO4?
Jawaban :
Untuk mencegah terjadinya proses hidrolisis ion Cu2+ menjadi Cu(OH)2 sebelum
pendidihan larutan sehingga harus diasamkan dengan penambahan H2SO4.
4. Senyawa apa yang berwarna hitam pada proses pengendapan?
Jawaban :
Untuk mencegah terjadinya proses hidrolisis ion Cu2+ menjadi Cu(OH)2 sebelum
pendidihan larutan sehingga harus diasamkan dengan penambahan H2SO4.
5. Bagaimana menguji keberadaan ion SO4 2-?
Jawaban :
Dengan memipet larutan hasil cucian endapan sebanyak 2-3 tetes dalam plat tetes,
kemudian diuji dengan larutan BaCl2. Jika terbentuk endapan putih, maka ion SO42-
masih ada dalam endapan hal ini terjadi karena reaksi ion Ba2+ + SO42-⟶ BaSO4
(s)
6. Apa fungsi penambahan NaOH? Bagaimana kalau diganti dengan NH4OH?
Jawaban :
Karena untuk mempermudah mengetahui bahwa endapan sudah terbentuk semua
dengan menambahkan NaOH berlebih. Jika menggunakan NH4OH maka akan sulit
untuk mengetahui bahwa endapan sudah terbentuk semua, karena endapan akan larut
dalam NH4OH berlebih. Dan juga hasil reaksi dari NH4OH ini aklan menghasilkan
NH4+ yang mudah menguap menjadi NH3 sehingga tidak akan tersisa ion yang
tertinggal dalam endapan, sedangkan NaOH akan meninggalkan ion Na+ yang sukar
menguap.
7. Bagaimana mengetahui bahwa Cu2+ sudah mengendap semua? 3
8. Suatu cuplikan mengandung 9,20% timah; 5,45% timbal; 4,30% seng dan 81,05%
tembaga. Unsur-unsur ini ditetapkan secara gravimetri dengan menimbang endapan
SnO2, PbSO4, CuO dan Zn2P2O7. Cuplikan yang dianalisa beratnya 0,600 g, berapa
berat masing-masing?
Jawaban :

berat endapan Mm A
%A¿ × ×100 %
berat sampel Mm senyawa
g
118,7
berat endapan mol
 Sn ↔ 9,20% ¿ × × 100 %
0,600 gram g
150,7
mol
Berat endapan = 0,070 gram
g
207,2
berat endapan mol
 Pb ↔ 5,45% ¿ × × 100 %
0,600 gram g
303,3
mol
Berat endapan = 0,047 gram
g
63,5
berat endapan mol
 Cu ↔ 4,30% ¿ × × 100 %
0,600 gram g
79,5
mol
Berat endapan = 0,032 gram
g
130,76
berat endapan mol
 Zn ↔ 81,05% ¿ × × 100 %
0,600 gram g
304,7
mol
Berat endapan = 0,451 gram
F.
F. Daftar Pustaka

Day, R. A.(2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga


Khopkar, S. M.(2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga
Tim Praktikum Dasar-dasar Analisis Kimia.(2017). Petunjuk Praktikum Dasar-dasar
Analisis Kimia. Bandung: Departemen Pendidikaan Kimia FPMIPA UPI
Underwood, A.L.(1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai