EKSPERIMEN KALORIMETRI
DENGAN SIMULATOR KALORIMETER SEDERHANA
Tanggal: 20 April 2021
Dosen Pengampu:
Dr. Galuh Yuliani, M.Si., Ph.D.
Vidia Afina Nuraini, S.Si., M.Sc.
2. Dasar Teori
Kalorimetri adalah pengukuran perpindahan panas ke dalam atau ke luar
sistem selama reaksi kimia atau proses fisik. Kalorimeter adalah wadah
berinsulasi yang digunakan untuk mengukur perubahan panas. Sebagian besar
reaksi yang dapat dianalisis dalam percobaan kalorimetri dapat berupa cairan atau
larutan air. Kalorimeter yang sering digunakan dan sederhana adalah seperangkat
cangkir busa bersarang yang dilengkapi dengan penutup untuk membatasi
pertukaran panas antara cairan di dalam cangkir dan udara di sekitarnya.
Dalam eksperimen kalorimetri tipikal, volume spesifik reaktan disalurkan ke
wadah terpisah dan suhu masing-masing reaktan diukur. Mereka kemudian
dicampur ke dalam kalorimeter, yang memulai reaksi. Campuran reaktan diaduk
sampai reaksi selesai, sedangkan suhu reaksi terus dimonitor. (LibreTexts, 2021)
Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada kalor
yang keluar atau masuk dari/ke dalam kalorimeter. Secara sederhana, kalor reaksi
dapat ditentukan melalui percobaan dengan kalorimeter sederhana. Kalorimetri
adalah proses pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada
suatu reaksi kimia dalam suatu eksperimen. Kalorimetri yang sederhana dapat
digunakan untuk mengukur perubahan suhu dari sejumlah air atau larutan sebagai
akibat dari suatu reaksi kimia dalam suatu wadah terisolasi, dimana perubahan
volume sangat kecil atau dapat diabaikan. Kalorimeter sederhana bekerja pada
tekanan tetap, sehingga kalor yang diukur menggunakan alat ini ekivalen dengan
perubahan entalpi. Secara teknis, kalorimeter sederhana dapat disebut juga sebagai
kalorimeter isobarik.
Kunci dari semua eksperimen kalorimetri adalah asumsi bahwa tidak ada
pertukaran panas antara kalorimeter berinsulasi dan ruangan. Pertimbangkan
kasus reaksi yang terjadi antara reaktan berair. Air di mana padatan terlarut adalah
lingkungan, sedangkan zat terlarut adalah sistemnya. Perubahan suhu yang diukur
adalah perubahan suhu yang terjadi di lingkungan sekitar. Jika suhu air meningkat
saat reaksi terjadi, reaksinya adalah eksotermik. Panas dilepaskan oleh sistem ke
air di sekitarnya. Reaksi endotermik menyerap panas dari lingkungan, sehingga
suhu air menurun saat panas meninggalkan lingkungan untuk memasuki sistem.
(LibreTexts, 2021).
Hubungan ini dapat diatur kembali untuk menunjukkan bahwa panas yang
diperoleh sistem sama dengan panas yang hilang oleh lingkungan.
Oleh karena itu, besarnya panas (perubahan) sama untuk kedua zat, dan tanda
negatif hanya menunjukkan bahwa q sistem dan q lingkungan berlawanan arah
aliran panas (gain atau loss) tetapi tidak menunjukkan tanda aritmatika baik q nilai
(yang ditentukan oleh apakah materi tersebut memperoleh atau kehilangan panas,
menurut definisi). (Rice University, n.d).
1. Kalorimeter 100 mL 1
2. Magnetic Stirrer 1
3.2 Bahan
5.2 Percobaan 2
5.3 Percobaan 3
5.4 Percobaan 4
5.5 Percobaan 5
5.6 Percobaan 6
5.7 Percobaan 7
2. 15g lempeng
besi yang
T awal T awal
memiliki suhu T akhir Grafik Submikroskopik
besi air
150o C
ditambahkan ke
dalam 80 g air
150oC 20oC 22,56oC
dengan suhu
awal 20o C.
3. a) Penambahan
20g padatan
T awal T awal T akhir Grafik Submikrokopik
amonium nitrat
NH4NO3 air
(NH4NO3)
dengan suhu 20°C 20°C 7,22°C
o
20 C ke dalam
100g air bersuhu
sama.
b) Penambahan
20g padatan T awal T awal
T akhir Grafik Submikroskopik
kalsium klorida CaCl2 air
(CaCl2) dengan
suhu 20oC ke 49,18o
o o
20 C 20 C
dalam 100g air C
bersuhu sama.
4. Logam
unknown dan air
T awal T awal
dimasukkan ke T akhir Grafik Submikroskopik
logam air
dalam
100oC 20oC 21,45oC
kalorimeter
5. Larutan
Ba(OH)2 0,1 M
T awal T awal
sebanyak 100 T akhir Grafik Submikroskopik
Ba(OH)2 HCl
ml dengan suhu
20oC
dimasukkan ke
dalam
kalorimeter 20oC 20oC 20,45oC
yang berisi
larutan HCl 0,1
M sebanyak 50
ml dengan suhu
20oC
6. 50 ml larutan
KOH 0,2 M T awal T awal
dicampurkan T akhir Grafik Submikroskopik
KOH HNO3
dengan 51 ml
larutan HNO3
0,2 M dalam
20 oC 20 oC 21,35oC
kalorimeter.
7. 5 g senyawa
unknown I T awal
bersuhu 20℃ T awal
senyawa T akhir Grafik Submikroskopik
ditambahkan ke air
unknown
dalam 200 g air
dengan suhu
sama dalam
20oC 20oC 22,78oC
kalorimeter.
7. Perhitungan
7.1 Percobaan 1
7.2 Percobaan 2
Energy panas yang diterima oleh air
7.3 Percobaan 3
a) Diketahui :
m Air = 100 g
T air = 20°C
m NH4NO3 = 20 g
T NH4NO3 = 20°C
Ta = 7, 22°C
c air = 4,184 J/g°C
Menghitung energi yang hilang dari air
Menghitung q larutan
Menghitung q larutan dalam kJ/mol
b) Diketahui:
m Air = 100 g
Tair = 20°C
m CaCl2 = 20 g
T CaCl2 = 20°C
Ta = 49,18°C
c air = 4,184 J/g°C
Menghitung energi yang hilang dari air
Menghitung q larutan
Menghitung c logam
Menghitung q lepas logam
7.5 Percobaan 5
Dik:
Larutan mengalami kenaikan suhu yang menandakan terjadinya penyerapan
energi
Volume HCl = 50mL
Volume Ba(OH)2 = 100mL
M HCl = 0,1 M
M Ba(OH)2 = 0,1 M
T1 HCl = 20°C
T1 Ba(OH)2 = 20°C
T2 (suhu akhir) = 20,45°C
C air = 4,184 J/g °C
Dit: ?
Jawab:
7.6 Percobaan 6
7.7 Percobaan 7
8. Pembahasan
8.1 Percobaan 1
Pada pencampuran 50g air dingin dengan suhu 10oC dan 120g air panas 80oC
terjadi sedikit penurunan suhu pada air panas dan kenaikan suhu yang drastis
pada air dingin, sehingga didapatkan suhu akhir keduanya ketika mencapai
kesetimbangan yaitu 59,41oC. Hal ini menunjukkan bahwa air panas
melepaskan energi dan diserap oleh air dingin. Air panas mengalami reaksi
endoterm karena kalor berpindah dari lingkungan ke sistem, sedangkan air
dingin mengalami reaksi eksoterm karena kalor berpindah dari system ke
lingkungan. Pada saat mengamati submikroskopik perubahan pada molekul air
panas dapat dilihat dari warna yang awalnya merah dan molekul tersebut
bergerak cepat, lama-kelamaan bergerak lambat dan berubah warna seperti
molekul air dingin.
Pada perhitungan, q air panas tidak sama dengan q air dingin. Hal ini
menunjukkan bahwa kalorimeter yang digunakan menyerap panas tetapi hanya
sedikit. Karena kalor yang diserap oleh kalorimeter hanya sedikit, maka tidak
mempengaruhi perhitungan.
8.2 Percobaan 2
Pada pencampuran 15g lempeng besi dengan suhu 150oC dan 80g air dengan
suhu 20oC terjadi penurunan suhu yang drastis pada lempeng besi dan sedikit
kenaikan suhu pada air, sehingga tercapai suhu kesetimbangannya yaitu
22,56oC. Hal ini menunjukkan besi melepaskan energy dan diserap oleh air.
Lempeng besi mengalami reaksi endoterm karena kalor berpindah dari
lingkungan ke system, sedangkan air mengalami reaksi eksoterm karena kalor
berpindah dari system ke lingkungan. Ketika mengamati pada
submikroskopiknya, molekul besi bergerak di tempat tetapi pergerakan
molekulnya menurun dan air yang tadinya berwarna pucat berubah menjadi
warna merah walaupun hanya sedikit perubahannya.
8.3 Percobaan 3
Pada percobaan ketiga, digunakan NH4NO3 bersuhu 20°C dan air yang
bersuhu sama, pada saat NH4NO3 dan air sudah menjadi campuran yang satu
mereka mendapat kalor dari lingkungan ke sistem sehingga suhu dari 20°C
tersebut turun menjadi 7,22°C yang artinya reaksinya berlaku reaksiendoterm.
Sedangkan pada saat air dicampur dengan CaCl2 yang juga bersuhu 20°C,
berlaku reaksi eksoterm yang reaksinya melepaskan kalor dari sistem ke
lingkungan, sehingga suhu akhir campuran bertambah menjadi 49,18°C dari
suhu 20°C.
8.4 Percobaan 4
Pada percobaan keempat, logam unknown I bersuhu 100°C dicampur dengan
air bersuhu rendah yaitu 20°C, pada saat dicampur yang terjadi pada logam
dan air, dimana logam melepas kalor kepada air, dan air mendapat kalor dari
logam. Sehingga suhu mereka saling menyesuaikan menjadi 21, 45°C. Setelah
didapatkan jumlah suhu akhir, dihitung kalor yang diterima air sebesar 606, 8
Joule dan dapat pula diketahui kalor jenis logam dari kalor terima air yaitu
sebesar 0,386 J/g°C. Setelah itu didapat pula kalor lepas logam sama dengan
kalor terima air yaitu sebesar 606, 8 Joule.
8.5 Percobaan 5
Pada percampuran Ba(OH)2 dan HCl terjadi reaksi netralisasi dan kenaikan
suhu dari 20°C ke 20,45°C atau sebesar 0,45°C. Hal ini menandakan adanya
penyerapan energi ke dalam larutan. Dari kenaikan suhu tersebut, dapat
dilakukan perhitungan untuk didapatkan q netralisasi atau kalor yang terlibat
dalam proses netralisasi tersebut yaitu sebesar berapa – 282,42 J. Reaksi
tersebut berlangsung di dalam kalorimeter ideal bertekanan tetap yang
diasumsikan tidak menyerap kalor. Diketahui pula reaksi tersebut berlangsung
pada kalorimeter ideal bertekanan tetap yang diasumsikan tidak menyerap
kalor. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa sama dengan .
Zat yang menjadi pereaksi pembatas pada reaksi penetralan ini adalah
Ba(OH)2. Dengan begitu, didapatkan bahwa nilai sama dengan –
28.242 J/mol. Terjadinya reaksi eksoterm juga dapat dibuktikan dengan
permukaan gelas kimia yang memanas.
8.6 Percobaan 6
Pada pencampuran 50 ml larutan KOH 0,2 M dengan 51 ml larutan HNO3 0,2
M dalam kalorimeter, terjadi reaksi netralisasi dengan produk berupa garam
KNO3 dalam larutan yang bersifat asam. Reaksi tersebut bersifat eksotermik,
ditandai dengan kenaikan suhu lingkungan berupa larutan air yang terukur
oleh termometer pada kalorimeter. Setelah diketahui perubahan suhunya,
dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan jumlah kalor yang dilepas
oleh sistem selama reaksi berlangsung hingga tercapai kesetimbangan suhu,
yaitu sebesar . Diketahui pula reaksi tersebut berlangsung pada kalorimeter
ideal bertekanan tetap yang diasumsikan tidak menyerap kalor. Maka dari itu,
dapat disimpulkan bahwa sama dengan . Zat yang menjadi pereaksi pembatas
pada reaksi penetralan ini adalah KOH, sehingga jumlah KOH dan HNO3
yang bereaksi adalah sebesar 10 mmol. Dengan begitu, didapatkan bahwa nilai
sama dengan.
8.7 Percobaan 7
Pada pencampuran 5 gram senyawa tidak diketahui bersuhu 20℃ ke dalam
200 gram air bersuhu sama dalam kalorimeter, terjadi reaksi disolusi atau
penguraian. Reaksi tersebut bersifat eksotermik, ditandai dengan kenaikan
suhu lingkungan berupa larutan air yang terukur oleh termometer pada
kalorimeter. Setelah diketahui perubahan suhunya, dapat dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan jumlah kalor yang dilepas oleh sistem selama
reaksi berlangsung hingga tercapai kesetimbangan suhu, yaitu sebesar .
Diketahui pula reaksi tersebut berlangsung pada kalorimeter ideal bertekanan
tetap yang diasumsikan tidak menyerap kalor. Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa sama dengan . Pada reaksi ini, jumlah senyawa tidak
diketahui yang ditambahkan dan bereaksi di dalam air adalah sebesar 5 gram.
Dengan begitu, didapatkan bahwa nilai sama dengan untuk setiap 5 gram
senyawa tidak diketahui tersebut.
9. Kesimpulan
Kalorimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kalor yang terlibat
dalam suatu reaksi kimia. Ketika suatu zat memiliki suhu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan zat lain, maka zat tersebut akan mengalami pelepasan
energy sehingga suhu zat tersebut turun. Hal ini bisa dikatakan sebagai reaksi
endoterm. Ketika suatu zat memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan zat
lain, maka zat tersebut akan mengalami penyerapan energy sehingga suhu zat
tersebut akan naik. Hal ini dapat dikatakan bahwa zat yang mengalami penurunan
suhu, reaksi tersebut akan berjalan secara eksoterm.
10. Referensi
LibreTexts. (2021). Introductory Chemistry (CK-12). Diakses dari
https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_Chemistry/Book%3A_In
troductory_Chemistry_(CK-
12)/17%3A_Thermochemistry/17.07%3A_Calorimetry