Anda di halaman 1dari 14

1

EFEK PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera Lam)


DALAM PENGENCER TRIS-KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN
CAIR KAMBING BLIGON
The effect of Moringa leaf extract in Tris Egg yolk extender on the quality
of Bligon buck chilled semen

Hedi Selfiana Litto, Thomas Mata Hine, Wilmientje Marlene Nalley

Fakultas Peternakan – Universitas Nusa Cendana Kupang


Email : hedilitto@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menguji efektivitas ekstrak daun kelor (EDK) dan menentukan
konsentrasi terbaik EDK dalam pengencer tris-kuning telur (Tris-KT) untuk
mempertahankan kualitas semen cair kambing bligon. Semen ditampung dua kali
seminggu menggunakan metode vagina buatan dari tiga ekor kambing bligon jantan
berumur 3,5-4,0 tahun dengan kondisi tubuh, kesehatan dan organ reproduksi yang normal.
Semen yang memiliki kualitas yang baik dibagi menjadi lima perlakuan, dan diacak
dengan menggunakan rancangan acak lengkap untuk dikenakan pada salah satu dari lima
perlakuan berikut: P0 (Tris-KT tanpa EDK), P1 (Tris-KT+EDK 2,5%), P2 (Tris-KT+EDK
5%), P3 (Tris-KT+ EDK 7,5%) dan P4 (Tris-KT+EDK 10%). Semen yang telah
diencerkan disimpan pada suhu 5oC dan dievaluasi motilitas, viabilitas, abnormalitas,
membran plasma utuh (MPU) dan daya tahan hidup (DTH) spermatozoa setiap 24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hingga lima hari penyimpanan, spermatozoa yang
dipreservasi dalam pengencer Tris-KT + EDK 7,5% menghasilkan motilitas, viabilitas,
membran plasma utuh (MPU) dan daya tahan hidup (DTH) yang lebih tinggi dari
perlakuan lainnya, dan secara nyata berbeda (p<0,05) dengan kontrol yaitu secara berturut-
turut: 41 vs 29%, 56,53 vs 37,32%, 59,13 vs 39,14%, 5,00 vs 3,60 hari; sedangkan untuk
variabel abnormalitas spermatozoa, tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) antara
perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa penambahan EDK dalam pengencer Tris-kuning telur
efektif untuk mempertahankan kualitas semen cair kambing bligon, dengan konsentrasi
terbaik dicapai pada 7,5%.

Kata kunci: Tris, kuning telur, ekstrak daun kelor, semen cair, kambing bligon
ABSTRACT

This research aims to evaluate the effectivity and to determine the best
concentration of moringa leaf extract (MLE) in Tris Egg yolk (TEY) extender on the
quality of Bligon buck chilled semen. The semen were collected from three healhty
sexually mature bligon buck ages 3.5-4.0 years old, twice a week using artificial vagina.
The semen than evaluate macro and microscopycally. Semen showed more than 70%
motility divided into five tubes. Each tube was dituted with TEY without moringa
(control), Treatment (T) 1, TEY added with 2.5 % of MLE, T2, TEY added with 5 % of
MLE,T3, TEY added with 7.5 % of MLE and T4, was TEY added with 10 % of MLE.
Diluted semen than storage at 5 oC. Evaluation of semen quality such as sperm motility,
viability, membran plasma intact, abnormality and longevity conducted every 24 hours.
The result showed that until 5 days of stored, motility, viability, intact membran and
longevity of sperm in TEY with 7.5% MLE was higher than in other MLE concentration.
2

Sperm in TEY with 7.5 % of MLE was significantly higher versus control with sperm
motility, viablity, intact membran and longevity 41 vs 29%, 56.53 vs 37.32%, 59.13 vs
39.14% and 5 vs 3.6 days respectively. No significant was found in sperm abnormality
among extender. The result conclude that addition of moringa leaf extract could maintain
the quality of Bligon buck chilled semen, and the best concentration of moringa leaf
extract to be added in Tris egg yolk was 7.5%.

Key words : Tris, Egg Yolk, Moringa Leaf Extract, Liquid semen, Bligon Goat

PENDAHULUAN
Produktivitas ternak kambing terus diupayakan dengan tujuan meningkatkan pasokan
daging untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Data statistik tahun 2016 melaporkan
bahwa konsumsi daging nasional tahun 2015 mencapai 3.116.382,30 ton, sedangkan
kemampuan produksi hanya 3.056.848 ton, sehingga untuk memenuhi akan kekurangan
tersebut masih di impor daging sebanyak 59.534.319 kg (Dirjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2016)
Untuk mempercepat peningkatan produktivitas ternak maka perlu menerapkan
perkawinan silang antara ternak bergenetik unggul dengan ternak lokal dengan
menggunakan teknologi inseminasi buatan (IB). Pengenceran semen merupakan salah satu
tahapan dalam program IB yang bertujuan menghasilkan semen yang berkualitas dan
memungkinkan peningkatan jumlah betina yang di inseminasi.
Selama penyimpanan in vitro, masih saja terjadi kematian sperma yang cukup tinggi.
Hal ini selain disebabkan karena penuaan sel sperma, juga disebabkan oleh serangan
radikal bebas terhadap membran plasma sperma sehingga menyebabkan membrannya
menjadi tidak stabil dan bermuara pada kerusakan sperma secara permanen.
Tris [tris(hydroxymethyl)aminomethan] merupakan pengencer yang bersifat buffer
dan telah umum digunakan karena memiliki sifat sebagai penyangga yang baik dengan
toksisitas yang rendah (Widjaya, 2011). Kuning telur (KT) sebagai bahan pengencer semen
digunakan karena mengandung glukosa sebagai sumber energi dan terutama mengandung
lipoprotein dan lesitin sehingga dapat melindungi integritas selubung lipoprotein dari sel
spermatozoa (Nalley, 2010).
Untuk mengurangi efek negative tersebut maka ditambahkan antioksidan alami yang
diharapkan dapat menjaga integritas membran plasma dan daya hidup spermatozoa.
Penambahan antioksidan dalam pengencer semen diharapkan dapat meminimalisir atau
menekan kematian dari spermatozoa akibat radikal bebas, (Waluyo, 2006).
Salah satu bahan alami yang potensial sebagai sumber antioksidan adalah daun kelor.
Hasil penelitian (Mahmood, 2011), menunjukkan bahwa daun kelor mengandung
3

antioksidan yang cukup tinggi seperti fenol (Foild et al., 2007), vitamin C setara vitamin C
dalam 7 buah jeruk, vitamin A setara dengan kandungan vitamin A pada 4 buah wortel
(Mahmood, 2011), didukung oleh Fuglie (2001) dalam laporannya total kandungan vitamin
cukup tinggi dalam tepung daun kelor yakni 177,94 mg. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji efektivitas ekstrak daun kelor (EDK) dan menentukan konsentrasi terbaik EDK
dalam pengencer tris-kuning telur (Tris-KT) untuk mempertahankan kualitas semen cair
kambing bligon.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Yayasan Wiliams dan Laura di
Oepunu Desa Oelnasi Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang, selama tiga bulan
yang terbagi dalam satu bulan persiapan dan dua bulan pengumpulan data.
Materi penelitian
Tiga ekor ternak kambing bligon jantan sebagai sumber semen yang telah dewasa
kelamin, memiliki kondisi tubuh yang proporsional, kesehatan yang baik dan organ
reproduksi yang normal (testisnya simmetris) dengan kisaran umur 3,5-4 tahun.
Metode penelitian
Metode eksperimen laboratorium dengan rancangan acak lengkap (RAL), yang
terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Kelima perlakuan tersebut adalah P0 (Tris-KT tanpa
EDK), P1 (Tris-KT+EDK 2,5%), P2 (Tris-KT+EDK 5%), P3 (Tris-KT+EDK 7,5%) dan P4
(Tris-KT+EDK 10%).
Penampungan semen
Penampungan semen pada kambing bligon menggunakan metode vagina buatan.
Alat yang digunakan dalam penampungan semen adalah satu set alat penampungan semen
yaitu 1 set vagina buatan, termometer, termos air panas dan tabung penampung semen
Evaluasi Semen Segar
Semen hasil ejakulasi dievaluasi secara makroskopis meliputi volume, warna,
konsistensi, pH dan secara mikroskopis yang meliputi motilitas, viabilitas, konsentrasi,
abnormalitas dan MPU. Peralatan yang digunakan untuk evaluasi semen terdiri dari:
mikroskop, object glass dan cover glass, heating table, kertas pH, haemocytometer, pipet,
ependorf, tabung berskala. Semen yang memiliki motilitas progresif > 70%, konsentrasi ≥
2000 x 106/ml dan abnormalitas ≤ 15% digunakan dalam penelitian ini.
4

Pengencer Semen
Pengencer semen yang digunakan adalah Tris, asam sitrat, fruktosa, kuning telur
dan level EDK yang berbeda Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi bahan pengencer
Bahan pengencer P0 P1 P2 P3 P4
Tris (gr) 3,03 3,03 3,03 3,03 3,03
Asam sitrat (gr) 1,78 1,78 1,78 1,78 1,78
Fruktosa (gr) 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
Kuning telur 20 20 20 20 20
Ekstrak daun kelor (%) - 2,5 5 7,5 10
Penisilin (IU/ml) 1000 1000 1000 1000 1000
Streptomisin (mg/ml) 1 1 1 1 1
Aquabidest (ml) 100 100 100 100 100

Pengenceran, Penyimpanan dan Evaluasi Semen Cair


Semen yang memenuhi syarat kemudian diencerkan dengan bahan pengencer Tris-
kuing telur dengan penambahan EDK sesuai perlakuan. Setelah pengenceran dilakukan
evaluasi terhadap: motilitas, viabilitas, abnormalitas dan membran plasma utuh
spermatozoa, selanjutnya semen di simpan dalam lemari es dengan suhu 5oC, selama
penyimpanan semen di uji kualitasnya setiap 24 jam meliputi: motilitas, viabilitas,
abnormalitas, MPU dan daya tahan hidup spermatozoa.
Variabel yang Diukur
1. Motilitas spermatozoa (%) presentase spermatozoa yang bergerak progresif pada
suatu lapang padang. Penilaiannya yaitu dengan memberikan angka berkisar antara
0-100% dengan skala 5%
2. Viabilitas spermatozoa (hidup mati)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
Viabilitas = 𝑥100 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
3. Abnormalitas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
Abnormalitas = 𝑥100 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
4. MPU
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 𝑢𝑡𝑢ℎ
MPU = 𝑥100 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑧𝑜𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
5. Daya tahan hidup spermatozoa ditandai dengan lamanya spermatozoa dapat
bertahan setelah pengenceran dan penyimpanan, dengan satuan hari/jam dengan
persentase motilitas di bawah 40%.
5

Analisia Statistik
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan
jika terdapat perbedaan dari perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan
Torrie, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Semen Segar
Hasil penelitian diperoleh rerata semen segar dari lima kali penampungan semen
yang di uji makroskopis dan mikroskopis semen segar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata karakteristik semen segar kambing bligon
Variabel Nilai Rataan
Volume (ml) 0,83±0,17
Warna Krem
Konsistensi Kental
pH 6,52±0,27
Gerakkan massa +++
Motilitas Progresif (%) 81,00±2,24
Konsentrasi Sperma/ml (106) 3012,40±1760,60
Viabilitas (%) 82,55±4,90
Abnormalitas (%) 3,15±0,83
MPU (%) 87,30±2,20

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen segar yang diperoleh adalah
0,83±0,17 ml. Hasil penelitian ini hampir sama dengan laporan Kaka et al., (2014) yaitu
0,87±0,36 ml pada kambing PE namun lebih rendah dari penelitian Umami et al., (2015)
pada kambing bligon yaitu 1,24±0,17.
Warna semen yang diperoleh dari penelitian ini adalah warna krem, hasil penelitian
ini berbeda dari penelitian Audia et al., (2017) yang melaporkan bahwa warna semen putih
kekuningan pada kambing boer namun sama dengan penelitian Dwadmadji (2007) yaitu
warna krem pada kambing Nubian. Laporan Tambing et al., (2003), memperkuat hasil
penelitian bahwa semen kambing yang berwarna krem sampai kuning termasuk dalam
kategori normal.
Konsistensi semen segar yang di peroleh dari penelitian ini adalah konsistensi kental.
Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilaporkan Kusumawati (2016) konsistensi semen
pada kambing PE adalah sedang, namun sama dengan yang dilaporkan Audia et al., (2017)
bahwa konsistensi semen kambing boer adalah kental.
Derajat keasaman (pH) hasil penelitian adalah 6,52±0,27, hasil ini tidak jauh berbeda
dengan penelitian dengan Umami et al., (2015) dimana pH semen segar kambing bligon
yaitu 6,58±0,37; dan pada kambing PE 6,60±0,07 (Kaka et al., 2014). Hasil penelitian ini
6

juga masih dalam rentangan pH yang dinyatakan oleh Hafez (2000) bahwa semen ternak
domba atau kambing memiliki pH berkisar antara 6,2 sampai 7,0 atau rerata 6,8.
Rerata konsentrasi spermatozoa kambing bligon adalah 3.012,40±1760,60 x106/ml,
lebih rendah dari yang di peroleh Umami et al., (2015) dan Dethan et al., (2010) yaitu
3.41,3±52,83 x106/ml dan 4.344,67 juta x 106/ml; tetapi lebih tinggi dari yang dilaporkan
Nurkholis dan Prasetyo (2014) pada kambing PE yaitu 2.863±113,7 x 106/ml dan Kaka et
al., (2014) yaitu 1.741,17±118,53 106/ml. Rizal dan Herdis (2008) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara warna, kekentalan dan konsentrasi spermatozoa.
Gerakkan massa yang diperoleh dari penelitian ini +++, hasil ini sama dengan yang
di laporkan Kaka et al., (2014) dan Tambing et al., (2001) gerakan massa spermatozoa
kambing PE +++.
Rerata nilai motilitas semen segar kambing bligon yang diperoleh adalah
81,00±2,24%, tidak jauh berbeda dengan penelitian Umami et al., (2015) dengan motilitas
semen segar pada kambing yang sama yaitu 81,80±2,17%, namun lebih tinggi dari
penelitian Bintara (2010) yaitu 74,58±3,96% pada kambing bligon, dan Nurkholis dan
Prasetyo (2014) pada kambing PE yaitu 70,63±3,20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase viabilitas yang di peroleh adalah
82,55±4,90%. Hasil penelitian ini sama dengan Dethan et al., (2010) dengan viabilitas
semen segar kambing bligon 82,92% namun lebih rendah dari yang di laporkan oleh
Umami et al., (2015) yaitu 98,30±0,57%.
Persentase abnormalitas spermatozoa pada penelitian ini adalah 3,15±0,83%. Hasil
ini lebih tinggi dari laporan Umami et al., (2015) dengan abnormalitas spermatozoa
kambing Bligon sebesar 0,70±0,27%; namun lebih rendah dari yang diperoleh Dethan et
al., (2010) yaitu 4,38%.
Dalam penelitian ini, rerata persentase membran plasma utuh yang diperoleh adalah
87,30±2,20%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Sutama et al.,
(2000) pada kambing PE yaitu 82.31±2.47% dan pada kambing boer 83.26±3.25%.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Motilitas Spermatozoa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata motilitas semen cair kambing pada
perlakuan P3 dicapai pada hari ke 5, 41±2.24 berbeda nyata antar semua perlakuan Tabel 3.
Hasil analisis statistik terhadap motilitas spermatozoa pada hari ke-0 sampai hari ke-2
penyimpanan menunjukan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) antara perlakuan. Pada
hari ke-3 sampai hari ke-4 motilitas spermatozoa pada perlakuan P3 dan P4 berbeda nyata
(P<0,05) dengan P0 tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan P1 dan P2. Pada hari ke-5
7

penyimpanan, P3 memiliki motilitas spermatozoa yang nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada
P0, P1, dan P2, tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan P4.
Tabel. 3. Rerata motilitas spermatozoa kambing bligon dalam pengencer Tris-KT dengan
level EDK yang berbeda
Hari Perlakuan
ke P0 P1 P2 P3 P4
a a a a
0 79±5.48 80±3.54 80±3.54 81±4.18 81±4.18 a
a a a a
1 67±6.71 68±7.58 68±7.58 74±4.18 74±4.18 a
a a a a
2 58±7.58 61±8.22 61±8.22 65±7.91 67±6.71 a
b ab ab a
3 48±2.74 52±7.58 52±5.70 57±5.70 59±4.18 a
b ab ab a
4 37±4.47 42±4.47 44±5.48 48±4.47 49 ±6.52 a
c c bc a
5 29 ±2.24 30 ±3.54 33±7.58 41±2.24 39±5.48 ab
a,b,c
Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Rerata motilitas spermatozoa dengan penambahan konsentrasi EDK 7,5% sebesar
41±2.24 pada hari ke lima penyimpanan. Hasil ini berbeda dengan laporan Rizal et al.,
(2008) dengan motilitas spermatozoa kambing Peranakan Etawah sebesar 40±0,00 terlihat
pada hari ke tiga penyimpanan, dengan menggunakan plasma semen domba priangan
dalam pengencer dasar Tris-KT yang disimpan pada suhu dingin.
Penambahan EDK dalam pengencer semen mampu mempertahankan motilitas
spermatozoa karena daun kelor merupakan sumber antioksidan. Antioksidan sebagai
senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid, dengan
cara menunda atau mencegah terjadinya reaksi outoksidasi radikal bebas dalam oksidasi
lipid (Shui et al., 2004).
Hasil penelitian Foild et al., (2007) kandungan fenol dalam daun kelor segar sebesar
3,4% sedangkan pada daun kelor yang telah diekstrak sebesar 1,6%. Kandungan fenol
dalam jumlah yang banyak dikenal sebagai penangkal senyawa radikal bebas (Verma et
al., 2009). Senyawa fenol yang terkandung di dalam daun kelor berperan sebagai
antioksidan yang lebih efektif daripada vitamin E (Tsao dan Akhtar, 2005).
Menurut penelitian Mahmood (2011), daun kelor mengandung berbagai antioksidan
yang cukup tinggi seperti vitamin C dalam 7 buah jeruk, vitamin A pada 4 buah wortel,
kalsium pada 4 gelas susu, potassium dalam 3 buah pisang dan protein dalam 2 yoghurt.
Dwadmadji (2007) menyatakan perbedaan kandungan pengencer akan menyebabkan
perbedaan kandungan nutrisi yang terdapat dalam pengencer, pengencer yang memiliki
nutrisi lengkap dapat mempertahankan kualitas spermatozoa lebih lama.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Viabilitas Spermatozoa
Rerata nilai viabilitas semen cair kambing bligon dari masing-masing perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis statistik terhadap viabilitas spermatozoa pasca
8

pengenceran (hari ke-0) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) antara
perlakuan. Pada hari ke-1 sampai hari ke-2 penyimpanan, viabilitas spermatozoa pada
perlakuan P3 dan P4 lebih tinggi (P>0,05) daripada P0, namun berbeda tidak nyata
(P>0,05) dengan P1 dan P2.
Tabel. 4. Viabilitas spermatozoa kambing bligon dalam pengencer Tris-KT dengan level
EDK yang berbeda
Hari Perlakuan
ke P0 P1 P2 P3 P4
0 83.39±3.88a 83.64±3.96 a 83.69±4.12a 84.47±3.25a 84.50±3.69a
1 77.51±4.43b 79.69±3.38ab 80.39±2.82ab 82.45±2.02a 82.73±2.41a
b ab ab a
2 69.40±7.05 72.63±7.05 73.45±5.89 77.70±3.75 78.19±4.00a
3 58.97±2.15c 64.62±8.00bc 66.69±6.17ab 70.64±4.96 ab 73.64±4.69a
d
4 46.44±6.47 51.28±6.64cd 55.09±7.10bc 61.54±4.18ab 65.23±4.73a
c
5 37.32±4.56 43.55±7.69bc 47.80±7.34ab 56.53±2.93a 55.13±8.69a
a,b,c
Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Pada hari ke-3 penyimpanan, perlakuan P4 memiliki viabilitas lebih tinggi (P<0,05)
dari perlakuan P0 dan P1, namun berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan P2 dan P3. Pada hari
ke-4 penyimpanan, viabilitas spermatozoa pada perlakuan P4 lebih tinggi (P<0,05)
daripada P0, P1 dan P2, tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan P3. Pada hari ke-5
penyimpanan, viabilitas spermatozoa pada perlakuan P4 lebih tinggi (P<005) daripada P0
dan P1, namun berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan P2 dan P3.
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
EDK 7,5 dan 10% dalam pengencer Tris-KT memiliki efektivitas yang sama terhadap
viabilitas spermatozoa kambing bligon. Pada penambahan konsentrasi EDK 7,5% rataan
viabilitas spermatozoa 56.53±2.93 pada hari ke lima penyimpanan, hasil tidak jauh berbeda
dengan hasil penelitian Souhoka et al., 2009 bahwa pada hari ke lima penyimpanan
viabilitas spermatozoa spermatozoa kambing peranakan etawah yang dipreservasi dengan
plasma semen domba priangan adalah 55,60±1, 36.
Perbedaan viabilitas antara perlakuan disebabkan oleh tingkat kematian sperma yang
berbeda. Perlakuan dengan tingkat kematian sperma yang lebih rendah akan memiliki
viabilitas yang lebih tinggi. Penurunan nilai viabilitas spermatozoa ini dapat juga
disebabkan oleh stres oksidatif yang dialami spermatozoa selama penyimpanan pada suhu
dingin. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron
yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan
radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Susilowati, 2008).
Daun Kelor menjadi sumber antioksidan alami yang baik karena kandungan dari
berbagai jenis senyawa antioksidan seperti asam askorbat, flavonoid, phenolic dan
9

karotenoid (Anwar et al., 2005). Kandungan dari daun kelor yang memiliki peran penting
dalam aksi antioksidan yaitu flavonoid (Rajanandh et al., 2012). Dimana flavonoid
memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti
radikal bebas (Giorgio, 2000).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Abnormalitas Spermatozoa
Rerata persentase abnormalitas sperma kambing bligon pada masing-masing
perlakuan ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel. 5. Rerata abnormalitas spermatozoa dalam pengencer Tris-KT dengan level EDK
yang berbeda
Hari Perlakuan
ke P0 P1 P2 P3 P4
0 3.58±0.76 a 3.63±1.01 a 3.69±1.00 a 3.58±0.81a 3.60±0.98 a
1 3.74±0.90 a 3.85±1.06 a 3.86±0.91 a 3.76±0.80 a 3.76±0.83 a
2 4.06±0.87 a 3.98±1.02 a 4.06±0.92 a 3.99±0.81 a 3.89±0.73 a
3 4.33±0.71 a 4.47±0.77 a 4.44±0.86 a 4.36±0.64 a 4.20±0.71 a
4 4.75±0.90 a 4.74±0.71 a 4.70±0.96 a 4.7±0.61 a 4.55±0.84 a
5 4.91±0.71 a 4.94±0.69 a 5.09±0.84 a 4.98±0.46 a 5.01±0.68 a
Keterangan : Perlakuan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap abnormalitas spermatozoa.

Nilai abnormalitas spermatozoa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05)


pada semua perlakuan. Fenomena ini sedikit berbeda dengan laporan Suteky et al., 2008
yakni lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai abnormalitas
spermatozoa kambing persilangan nubian dengan peranakan ettawa yang di encerkan
dengan pengencer susu skim dan sitrat-KT. Jenis abnormalitas yang didapatkan selama
penelitian adalah abnormalitas sekunder, berupa ekor dan kepala terpisah. Ihsan (2011),
menyatakan bahwa pencampuran dengan pengencer dan pembuatan preparat ulas yang
kasar dapat menyebabkan kerusakan pada kepala spermatozoa. Susilawati dkk., (2016),
menambahkan abnormalitas sekunder terjadi saat proses pendinginan atau saat preparasi
ketika membuat preparat.
Suyadi dkk., (2012) menyatakan bahwa meningkatnya angka abnormalitas tidak
hanya disebabkan pada saat pembuatan preparat sebelum dilakukan pengamatan dapat juga
disebabkan karena adanya peroksidasi lipid.
Pengaruh Perlakuan terhadap Membran Plasma Utuh Spermatozoa
Rerata persentase MPU spermatozoa kambing bligon dari masing-masing perlakuan
ditampilkan pada Tabel 6. Hasil analisis statistik pada hari ke-0 dan ke-2 penyimpanan
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan MPU (P>0,05) antara perlakuan. Pada hari ke-3
penyimpanan, perlakuan P4 menghasilkan MPU yang lebih tinggi (P<0,05) daripada P0,
dan P1, tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan P2 dan P3. Hari ke-4 dan ke-5
10

penyimpanan, perlakuan P4 dan P3 menghasilkan MPU yang lebih tinggi (P<0,05) daripada
P0, P1, dan P2, namun antara P4 dan P3 memiliki perbedaan yang tidak nyata (P>0,05).
Tabel. 6. Rerata MPU spermatozoa dalam pengencer Tris-KT dengan level EDK yang
berbeda
Hari Perlakuan
ke P0 P1 P2 P3 P4
a a a a
0 86.20±3.12 86.63±3.40 83.16±9.85 86.81±3.11 87.32±2.50 a
b ab ab a
1 79.84±4.44 81.94±3.83 82.93±2.86 84.67±2.07 84.61±1.99 a
a a a a
2 71.54±7.66 74.98±7.50 76.07±6.41 79.75±4.36 80.59±4.30 a
c bc abc ab
3 61.23±2.54 66.95±8.20 68.30±6.97 73.00±5.53 75.97±4.76 a
d cd bc ab
4 48.54±6.71 53.40±7.12 57.94±8.04 64.21±4.36 67.33±5.72 a
c c bc a
5 39.14±4.48 45.52±7.90 48.30±9.01 59.13±3.39 57.66±9.54ab
a,b,c ,d
Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Rerata MPU spermatozoa dengan penambahan konsentrasi EDK 10% 57.66±9.54


pada hari ke lima penyimpanan. Hasil ini lebih tinggi dari laporan penelitian Rizal et al.,
(2008) dengan MPU spermatozoa kambing Peranakan Etawah sebesar 51,60 ± 1,36 terlihat
pada hari ke tiga penyimpanan, dengan menggunakan plasma semen domba Priangan
dalam pengencer dasar Tris-KT yang disimpan pada suhu dingin.
Menurut Fuglie (2001) daun kelor mengandung Vitamin C 220 mg dan Vitamin E
113 mg. Vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka peranannya sangat penting
dalam menjaga integritas membran sel (Suhartono et al., 2007). Vitamin C adalah
antioksidan kuat yang berperan dibawah kondisi in vitro dan in vivo (Pavlovic et al.,
2005). Vitamin E merupakan antioksidan yang bekerja pada membran sel yang
memerlukan tekanan oksigen yang tinggi, sedangkan vitamin C bekerja pada sitosol dan
secara ekstrasel. Dengan mekanisme kerja yang berbeda, jika kedua vitamin ini digunakan
bersamaan diharapkan akan memberikan efek yang optimal dalam menghadapi aktifitas
senyawa oksigen reaktif (ROS) (Christyaningsih, 2002).
Pemberian antioksidan yang tepat memberikan hasil yang maksimal untuk mencegah
peroksidasi lipid pada membran plasma spermatozoa dengan cara mencegah atau memutus
reaksi rantai peroksidasi lipid pada membran plasma spermatozoa, sehingga mampu
mengurangi kerusakan yang terjadi pada membran plasma spermatozoa (Bebas et al.,
2015).
Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa
Daya tahan hidup spermatozoa yang dimaksud adalah kemampuan spermatozoa
untuk tetap bergerak dalam kurun waktu tertentu setelah penyimpanan in vitro (Mata Hine
et al., 2014). Daya tahan hidup spermatozoa pada masing-masing perlakuan disajikan pada
Tabel 7.
11

Tabel. 7. Daya tahan hidup spermatozoa kambing bligon dalam pengencer Tris-KT dengan
level EDK yang berbeda
Perlakuan Rerata
P0 3,60±0,55c
P1 3,80±0,45c
P2 4,20±0,84bc
P3 5,00±0,00a
P4 4,80±0,45ab
a,b,c
Superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan berbeda nyata
(P<0,05)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan P3 menghasilkan daya tahan


hidup spermatozoa yang lebih tinggi (P<0,05) daripada perlakuan P0, P1 dan P2, namun
berbeda tidak nyata dengan P4. Perlakuan P3 yaitu dengan penambahan EDK sebanyak 7,5
% menunjukan daya tahan hidup sperma yang lebih lama yakni 5 hari, diikuti oleh P4
dengan lama penyimpanan 4,80 hari, P2 4,20 hari, P1 3,80 hari dan P0 3,60 hari. Hasil
penelitian ini memberi indikasi bahwa konsentrasi optimal EDK dalam pengencer Tris-KT
yang mampu meningkatkan daya tahan hidup sperma kambing bligon adalah 7,5-10%.
Daya tahan hidup semen cair kambing bligon dengan penambahan EDK sebesar
7,5% dalam pengencer Tris-KT adalah 5 hari, jika dibandingkan dengan penelitian Siregar
dan Hamdan (2004) daya tahan hidup spermatozoa kambing PE dengan pengencer sitrat-
kuning telur adalah 2,67±0,58 hari.
Penambahan EDK dengan dosis yang tepat dapat mempetahankan daya tahan hidup
spermatozoa kambing bligon, dimana pada perlakuan dengan penambahan EDK daya
tahan hidup lebih lama dibandingkan dengan kontrol atau tanpa EDK. Hasil penelitian ini
sama dengan yang dilaporkan Mata Hine et al., (2017) yaitu dengan penambahan EDK
sebanyak 7,5% dapat mempertahan daya tahan hidup semen cair sapi bali hingga 24 jam
penyimpanan.
Kesimpulan
Penambahan ekstrak daun kelor dalam pengencer Tris-kuning telur efektif untuk
mempertahankan kualitas semen cair kambing bligon, dengan konsentrasi terbaik dicapai
pada 7,5%.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih di sampaikan kepada Yayasan Wiliams dan Laura, yang telah
memberikan ruang dan waktu sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
12

Daftar pustaka
Audia RP, Salim MA, Isnaini N dan Susilawati T. 2017. Pengaruh Perbedaan Kematangan
Air Kelapa Hijau sebagai Bahan Pengencer yang ditambah 10% Kuning Telur
terhadap Kualitas Semen Cair Kambing Boer. J Ternak Tropika. 18 (1): 58-68.
Bebas W, Budiasa MK, Astutik IY. 2015. Penambahan Vitamin C pada Pengencer
Spermatozoa Babi Landrace yang Disimpan pada Suhu 15ºC. Buletin Veteriner
Udayana. 7 (2): 179-185
Bintara S. 2010. Pengaruh Pencucian Sperma dengan Lama Waktu Sentrifugasi yang
berbeda terhadap Kualitas Sperma Kambing Bligon. Buletin Peternakan. 34 (2):70-
74.
Cristyaninngsih J. 2002. Pengaruh Suplementasi Vit E dan C terhadap aktivitas ensim
oxide dismutase (SOD) dalam Eritrosit tikus putih yang terpapar asap rokok kretek.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Airlangga. Surabaya

Direktorat Jenderal Peternakan. 2016. Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan 2016.

Dethan AA, Kustono dan Hartadi H. 2010. Kualitas Dan Kuantitas Sperma Kambing
Bligon Jantan Yang Diberi Pakan Rumput Gajah Dengan Suplementasi Tepung
Darah. Buletin Peternakan. 34 (3):145-153.
Dwadmadji, Siwitri K, Edi S dan Yanti F. 2007. Pengaruh Pengencer Kuning Telur dengan
Air Kelapa dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Semen Kambing Nubian.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 2 (2): 65-71.
Foild N, Makkar HPS and Becker. 2007. The Potential Of Moringa Oleifera for
Agricultural and Industrial Uses. Mesir: Dar Es Salaam
Fuglie L. 2001. The Miracle Tree : The Multiple Attributes of Moringa, Dakar.

Giorgio P. 2000. Flavonoid an Antioxidant. Journal National Product. 63. 1035-1045.

Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7th edn. Lippincott Williams & Wilkins.
Maryland, South Carolina.

Ihsan MN. 2011. Penggunaan Telur Itik sebagai Pengencer Semen Kambing. J Ternak
Tropika. 12 (1): 10-14.
Kaka A, Nalley WM, Kune P dan Burhanuddin. 2014. Persentase Nira Lontar (Borassus
Flabellifer L) dalam Pengencer Tris-Kuning Telur terhadap Kualitas Semen Cair
Kambing Peranakan Etawah yang disimpan pada Suhu 3-5 oC. Jurnal Nukleus
Peternakan. 1 (1): 21- 27.

Kusumawati ED, Leondro H, Krisnaningsih ATN, Susilawati T, Isnaini N, Widhad R.


2016. Pengaruh Suhu dan Lama Simpan Semen Segar terhadap Motilitas Dan
Abnormalitas Spermatozoa Kambing Peranakan Etawa (Pe). Seminar Nasional
Hasil Penelitian. 2016
Mahmood KT, Tahira Mugal, Ikram Ul Haq. 2011. Moringa oleifera: a natural gift-A
review. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research 2 (11): 775-781
13

Mata Hine T, Burhanuddin dan Marawali A. 2014. Efektivitas Air Buah Lontar dalam
Mempertahankan Motilitas, Viabilitas dan Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi
Bali. Jurnal Veteriner. 15 (2) : 263-273
Nalley WMM and Arifiantini RI. 2010. The Viability of Local Ram Semen in Tris Buffer
With Three Different Egg Yolks. Animal Production 13 (1): 39-44
Nurkholis dan Budi Prasetyo. 2014. Minimalisasi Kerusakan Spermatozoa Kambing
Peranakan Etawah Akibat Radikal Bebas Selama Periode Cryopreservation Dengan
Penambahan A Tokoferol Dari Ekstrak Limbah Edamame Dalam Skim Milk
Dilution. Jurnal Ilmiah Inovasi.14 (2):163-170.

Pavlovic V, Cekic S, Rankovic G dan Stoiljkovic N. 2005. Antioxidant and Pro-oxidant


Effect of Ascocbic Acid. Acta Medica Medianae. 44 (1): 65-69

Rajanandh M, Satishkumar M, Elango K and Suresh B. 2012. Moringa oleifera Lam. A


Herbal Medicine for Hyperlipidemia: A pre-clinical Report. Department of
Pharmacology, J.S.S University, India. 603 203.

Rizal M dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Rizal M, Herdis, M Surachman dan WMM Nalley. 2008. Pengaruh Plasma Semen Domba
Priangan terhadap Daya Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah yang
Disimpan pada Suhu 3-5oC. JITV . 13 (1): 23-29

Sahartono E, Fachir H dan Setiawan B. 2007. Kapita Selekta Biokimia Stres Oksidatif
Dasar dan Penyakit. Universitas Lampung Mangkurat, Banjarmasin: pustaka
Benua.

Shui G, Wong SP, Leong LP. 2004. Characterization of antioxidants and change of
antioxidant levels during storage of Manilkara zapota L. AgricFood Chemi, 52:
7834-7841.

Souhoka DF, Matatula MJ, Nalley WMM, Rizal M. 2009. Laktosa Mempertahankan Daya
Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah yang Dipreservasi dengan Plasma
Semen Domba Priangan. Jurnal Veteriner . Vol 10 (3) 135-142.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Susilowati S. 2008. Komplek Insulin Like Growth Faktor-I Mempengaruhi Presentase
Membrane Plasma Utuh dan Kadar Malondialdehid Spermatozoa. Jurnal Veteriner.
9 (4): 168-175.
Susilawati T, Wahyudi FE, Anggraeni I, Isnaini N dan Ihsan MN. 2016. Penggantian
Bovine Serum Albumin pada Pengencer CEP-2 dengan Serum Darah Sapi dan
Putih Telur terhadap Kualitas Semen Cair Sapi Limousin selama Pendinginan.
Jurnal Kedokteran Hewan. 10 (2): 98-102.
Sutama IK, Setiadi B, Situmorang P, Adiati U, Budiarsana IGM, Kostaman T, Maulana,
Mulyawan dan Sukmana R. 2000. Uji kualitas semen beku kambing peranakan
14

Etawah dan kambing Boer. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Bagian “Proyek
Rekayasa Teknologi Peternakan/ARMP II”. Puslitbang Peternakan. hlm. 88-111
Suteky T, Kadarsih S dan Novitasari YY. 2008. Pengaruh Pengencer Susu Skim dengan
Sitrat Kuning Telur dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Semen Kambing
Persilangan Nubian dengan Peranakan Ettawa. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 3
(2). 81-88.

Suyadi A, Rachmawati, Iswanto N. 2012. Pengaruh α-Tocopherol yang Berbeda dalam


Pengencer Dasar Tris Aminomethane kuning Telur terhadap Kualitas Semen
Kambing Boer yang Disimpan pada Suhu 5oC. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu
Peternakan. 22 (3): 1-8.

Tambing SN, M Gazali dan B Purwantara. 2001. Pemberdayaan Teknologi Inseminasi


Buatan pada Ternak Kambing.Wartazoa 11 (1). 1-9.
Tambing SN, Toelihere MR, Yusuf TL, Bambang P, Sutama IK dan Polmer ZS. 2003.
Pengaruh Frekuensi Ejakulasi Terhadap Karakteristik Semen Segar dan
Kemampuan Libido Kambing Saanen. J. Sain Vet. 21 (2): 57-65.

Umami PLM, Bintara S dan Ismaya. 2015. Pengaruh Aras Kuning Telur Itik Alabio (Anas
Platyrhynchos) dalam Pengencer Tris Fruktosa terhadap Motilitas, Viabilitas dan
Abnormalitas Sperma Kambing Bligon sebelum dan sesudah Kriopreservasi.
Buletin Peternakan. 39 (3): 142-148

Verma AR, Vijayakumar M, Mathela CS, Rao CV. 2009. In Vitro and In Vivo Antioxidant
Properties of Different Fractions of Moringa Oleifera Leaves. Food Chem.
Toxicol.47, 2196- 2201.
Waluyo TS. 2006. Pengaruh Penggunaan Prolin Dalam Pengencer Susu Skim Pada
Spermatozoa Beku Terhadap Kualitas Spermatozoa Domba Priangan. Anim Prod.
8: 22- 27.

Widjaya N. 2011. Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur
terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC. Sains
Peternakan. 9 (2): 72-76

Anda mungkin juga menyukai