Anda di halaman 1dari 25

1

PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TUMBUHAN PACING


(Costus speciosus, J.E Smith) TERHADAP FERTILITAS
MENCIT(Mus musculus) ICR JANTAN

Adnan dan Halifah Pagarra *). 2000.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak rimpang
tumbuhan pacing terhadap fertilitas mencit ICR jantan. Penelitian ini
dilaksanakan dengan meng-gunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas
3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol tidak
diberikan ekstrak rimpang tumbuhan pacing, sedangkan untuk 3 kelompok
perlakuan masing-masing diberikan ekstrak rimpang tumbuhan pacing dengan
dosis 25, 50 dan 75 mg/kg berat badan. pacing Rimpang tum-buhan pacing
diekstraksi dengan menggunakan etanol. Ekstrak disuspensi-kan dalam CMC
0,5%. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral dengan volume 0,5 cc/mencit
selama 18 hari secara berturut-turut. Jumlah mencit jantan yang digunakan
sebanyak 40 ekor). Pada hari ke 18, masing-masing 5 ekor mencit jantan dari
setiap kelompok dimatikan dengan cara dislokasi leher. Selanjutnya dilakukan
pengamatan terhadap berat testis, epididimis, vesikula seminalis, jumlah sperma
yang dihasilkan. Pada setiap kelompok masing-masing 5 ekor mencit jantan
digunakan untuk uji kawin dengan mencit betina yang dewasa seksual. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan pacing
selama 18 hari secara berturut-turut dengan dosis 25, 50, dan 75 mg/kg berat
badan secara statistik nyata menurunkan berat testis, epididimis, dan vesikula
seminalis dan juga berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi sperma.
Sedangkan daya konsepsi mencit jantan setelah perlakuan mengalami penurunan
yang sangat drastis. Dan aktifitas antifertilitasnya pada semua dosis yang
dicobakan mencapai 100%.. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak rimpang tumbuhan
pacing bersifat anti fertilitas terhadap mencit jantan.

Kata kunci: Pacing, fertilitas, mencit

*) Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengathauan Alam, Universitas
Negeri Makassar, Nomor Kontrak:030/P2IPT/DM/V/2000.

ABSTRACT
The aim of this experiment was to study the influence of extract of
pacing plant rhizome on the fertility of ICR male mice.. In this experiment
was used completely randomized design (CRD). This experiment consist of
three treatment groups and one control group. For control group, it was not
2

used extract of pacing palnt rhizome, whereas for every three-teatment


group namely extract of pacing plant rhizome with doses 25 mg/kg body
weight, 50 mg/kg body weight, and 75 mg/kg body weight.. The pacing plant
rhizome was extracted to used etanol. The suspension of extract of pacing
plant rhi-zome in CMC 0,5%. Administerated of extract is carried out daily
orally with volume 0,5 cc/mice for 18 days. Total of male mice used in this
expe-riment were 40 male mice. 18 th day, five male mice each from one
treatment was dead with cervix dislocation. The next step of was carried out
obser-vation about testis weight, epididymis weight, seminal vesicle weight
sperm total production include oligozoosperm, teratozoosperm and motility
of sperm. For a treatment, every five male mice was used to tested consep-
tability with female mice. The result of this experiment showed that the use
of extract of pacing plant rhizome for 18 days respectively with doses 25
mg/kb body weight, 50 mg/kg body weight, and 75 mg/kg body weight
statistically, actually decreased testis weight, epididymis weight, seminal
vesicle weight also has real effect to total of sperm production, the sperm
becomes less motil and to be teratozoosperm. Whereas conseptability of
male mice after treatment has very drastically decrease and its antifertility
activities on all doses used get result 100%. It can be concluded that pacing
extract plant have a good prospect as antifertility on male mice.

*) Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengathauan Alam, Universitas
Negeri Makassar, Nomor Kontrak:030/P2IPT/DM/V/2000.

PENDAHULUAN
Data terakhir menunjukkan bahwa pada tanggal 4 februari 1997, jumlah
penduduk Indonesia mencapai 200 juta jiwa. Diperkirakan jumlah tersebut terus
meningkat sekitar 3 juta jiwa pertahun atau rata-rata 8.128 jiwa setiap hari.
Tingkat pertumbuhannya sendiri sekitar 1,6% pertahun dengan total fertility rate
(TFR) rata-rata 2,5% (Fajar, 1997). Dengan demikian diperlukan adanya upaya
strategis agar Zero population growth dapat terwujud sesegera mungkin.
Berbagai jenis senyawa bioaktif yang terkandung pada berbagai jenis
tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan antifertilitas, stimulant uterus, atau
bahan estrogenik (Farnsworth et al., 1975 ). Umumnya senyawa-senyawa terse-
but berasal dari golongan steroid, alkaloid, isoflavonoid, triterpenoid dan
3

xanthon (Farnsworth et al., 1975; Ghosal et al., 1971; Chattopadhyay et al.,


1983; dan Chattopadhyay et al, 1984)
Agar pemanfaatan sumber daya alam dapat terlaksana dengan sebaik-
baiknya, maka terhadap bahan-bahan alam yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan termasuk kesehatan reproduksi perlu dilakukan pengkajian yang lebih
mendalam untuk mengetahui keamanan dan kekhasiatannya (Sambudi, 1990).
Satu diantara sekian banyak tumbuhan yang telah digunakan sebagai bahan kon-
trasepsi secara tradisional adalah rimpang tumbuhan pacing (Costus speciosus)
(Sahidu, 1992., Djukri, 1996).
Rimpang dan biji tumbuhan pacing mengandung diosgenin (sapogenin ste-
roid), tigogenin, dioscin, gracillin sitosterol, methyltriacontane, 8-hydroxyhentry-
acontan-one, 5-à-stigmast-9 (11)-en-3-á-ol, 24-hydroxytriacontan-26-one dan
24 hydroxyhentryacontan-27-one. Kandungan-kandungan kimia di atas
merupakan bahan baku untuk pembuatan obat-obat kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan (Wijayakusuma, 1997)..
Rimpang tumbuhan pacing diduga kuat juga berpengaruh terhadap
fertilitas mencit jantan. Hal ini dimungkinkan terjadi melalui peningkatan level
plasma progesteron di dalam darah. Bila level plasma progesteron di dalam darah
tinggi, cenderung menekan level plasma testosteron yang mengakibatkan terjadi-
nya gangguan pada spermatogenesis. Gangguan pada spermatogenesis dapat
menyebabkan antara lain jumlah sperma yang diproduksi menurun, jumlah
sperma yang abnormal meningkat dan pada akhirnya akan menekan daya konsepsi
pada mencit jantan. Dari gambaran tersebut maka kemungkinan pengembangan
tumbuhan pacing sebagai bahan kontrasepsi alternatif pria dimasa yang akan
datang dapat dilakukan.
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan, maka masalah yang
akan dipelajari dalam penelitian ini secara umum adalah " Apakah ekstrak
rimpang tumbuhan pacing (Costus speciosus) berpengaruh terhadap fertilitas
mencit (Mus musculus) ICR jantan?. Secara khusus: (i) Apakah ekstrak rimpang
4

tumbuhan pacing berpengaruh terhadap berat testis, epididimis, dan vesikula


seminalis dan (ii) Apakah ekstrak rimpang tumbuhan pacing dapat
menurunkanproduksi sperma
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat khususnya tentang
khasian rimpang tumbuhan pacing sebagai bahan antifertilitas pada mencit jantan,
dan secara khusus manfaat terhadap pengembangan dan pengkajian potensi
tumbuhan tradisonal yang berkhasiat sebagai bahan obat, khsusnya bahan yang
memiliki potensi sebagai bahan kontrasepsi alternatif bagi pria pada masa yang
akan datang setelah melalui serangkaian pengujian pada berbagai hewan uji.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, bahan yang akan diuji aktivitas biologisnya adalah
ekstrak rimpang tumbuhan pacing. Larutan pengekstrak yang digunakan adalah
etanol 50 %. Prosedur ekstraksi mengikuti cara yang dilakukan oleh oleh Gupta et
al., (1985). Pada saat akan digunakan, ekstrak ditimbang terlebih dahulu, selan-
jutnya disuspensikan dengan larutan 0,5% Carboxy Methyl Cellulosa (CMC b/v)
hingga konsentrasi yang diinginkan. Suspensi ekstrak dibuat sekaligus untuk
keperluan dua hari. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit
jantan berumur antara 10 -11 minggu dengan berat badan berkisar antara 24-28 g.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas
3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol. Kelompok kontrol (P0), yaitu
kelompok mencit yang hanya diberi pensuspensi ekstrak rimpang tumbuhan
pacing. 3 kelompok perlakuan lainnya masing-masing P1, P2, dan P3. diberi
ekstrak rimpang tumbuhan pacing dengan dosis masing-masing 25, 50 dan 75 mg
per kilogram berat badan... Jumlah mencit yang digunakan pada setiap kelompok
masing-masing 10 jantan dan 5 betina. Jadi secara keseluruhan, jumlah mencit
yang digunakan sebanyak 60 ekor,.. Mencit betina digunakan sebagai pasangan
5

uji kawin bagi mencit jantan pada kelompok kontrol maupun kelompok
perlakuan.
Variabel penelitian terdiri atas dua yaitu dosis ekstrak rimpang tumbuhan
pacing sebagai variabel terikat dan fertilitas mencit jantan sebagai variabel tidak
terikat. Fertilitas mencit jantan akan terukur melalui pengamatan terhadap berat
testis, berat epididimis, berat vesikula seminalis, jumlah total sperma yang
dihasilkan, jumlah sperma yang abnormal serta daya konsepsi mencit jantan.
Khusus untuk daya konsepsi mencit jantan akan teramati setelah dilakukan
uji kawin dengan mencit betina. Data yang diamati adalah jumlah mencit jantan
yang berhasil melakukan kopulasi atau jumlah mencit betina yang hamil.
Ekstrak rimpang tumbuhan pacing yang akan diberikan pada mencit ditim-
bang, lalu disuspensikan dalam CMC 0,5% sesuai dengan dosis yang telah diten-
tukan. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral dengan volume 0,5 cc /mencit.
Pemberian ekstrak dilakukan setiap hari antara pukul 08.00 s/d 10.00 .
Pada hari ke 18 perlakuan, 5 mencit dari masing-masing kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan dimatikan dengan cara dislokasi leher dan selanjutnya
dibedah dan diamati. Adapun parameter yang diamati adalah jumlah sperma,
jumlah sperma yang mengalami kelainan, jenis kelainana pada sperma, berat tes-
tis, epididimis dan vesikula seminalis. 5 mencit yang tersisa pada kelompok
kontrol dan perlakuan selanjutnya diuji daya konsepsinya dengan cara mengawin-
kannya dengan mencit betina yang telah dewasa seksual
Mencit-mencit yang telah dikawinkan dipisahkan. Mencit betina dipeliha-
ra di dalam kandang yang terpisah hingga mencapai umur kehamilan hari ke 18.
Pada hari ke 18 kehamilan, mencit-mencit betina pasangan uji kawin dimatikan
dengan cara dislokasi leher, selanjutnya dibedah dan diamati . Adapun parameter
yang diamati adalah jumlah korpus luteum, jumlah implantasi, dan jumlah
kematian intra uterus. Sementara itu mencit jantan juga dipelihara dalam kandang
yang terpisah hingga 18 hari lamanya. Selama waktu tersebut mencit jantan tidak
diperlakukan lagi dengan ekstrak rimpang tumbuhan pacing. Pada hari ke 18,
6

mencit jantan dimatikan dengan cara dislokasi leher dan diamati berat testis,
epididimis, vesikula seminalis dan jumlah sperma yang dihasilkan.. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif dan infrensial dengan uji F α0,05 yang
dialnjutkan dengan uji BNT α 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan rata-rata berat (g) testis, epididimis, vesikula seminalis


dan jumlah produksi total sperma pada mencit kontrol dan perlakuan yang diberi
ekstrak rimpang tumbuhan pacing (Costus speciosus) dengan dosis 25, 50, dan 50
mg/kg berat badan setiap hari secara oral selama 18 hari dengan volume 0,5 cc
permencit ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata berat (g) testis pada mencit kontrol dan perlakuan yang
diberi ekstrak rimpang tumbuhan pacing secara oral setiap hari
selama 18 hari dengan dosis 25, 50 dan 75 mg /kg berat badan.

Dosis Jumla Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata


Perlakua h berat testis berat berat v. jumlah
n Hewan (g) Epididimis seminalis sperma
(mg/kg Uji (g) (g) (mm3)
b.badan)
Kontrol 5 0,1542 a 0,0728 a 0,21140 a 161,40 a
25 5 0,0592 bc 0,0418 c 0,19220abc 0,40 c
50 5 0,0428 c 0,0430 c 0,15120 c 0,20 c
75 5 0.0872 b 0.0638 b 0.20040 ab 3,40 b
Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT
α 0,05
Hasil analisis statistik dengan uji F pada taraf kepercayaan α 0,05 menun-
jukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan pacing (Costus speciosus)
dengan dosis 25 50 dan 75 mg/kg berat badan setiap hari secara oral selama 18
hari dengan volume 0,5 cc permencit secara statistik berpengaruh nyata terhadap
rata-rata berat testis, epididimis, vesikula seminalis dan produksi total sperma.
Hasil analisis statistik dengan uji Beda nyata Jujur (BNT) pada taraf
kepercayaan α 0,05 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan
7

pacing setiap hari secara oral selama 18 hari dengan dosis 25, 50, dan 75 mg/kg
berat badan berpengaruh nyata terhadap penurunan berat testis, berat epididimis
dan berat vesikula seminalis. Semua dosis perlakuan yang diberikan berbeda
nyata dengan kontrol.
Hasil pengamatan rata-rata jumlah mencit kontrol dan perlakuan yang
berhasil kawin dan daya konsepsi setelah diberi ekstrak rimpang tumbuhan pacing
(Costus speciosus) dengan dosis 25, 50, dan 50 mg/kg berat badan setiap hari
secara oral selama 18 hari dengan volume 0,5 cc permencit ditunjukkan pada tabel
2.

Tabel 2. Rata-rata jumlah mencit jantan yang kawin, daya konsepsi dan
pengaruh antifertilitasnya pada mencit kontrol dan perlakuan
yang diberi ekstrak rimpang tumbuhan pacing secara oral setiap
hari selama 18 hari dengan dosis 25, 50 dan 75 mg /kg berat badan.

Dosis Jumlah Rata-rata Persentase Pengaruh


Perlakuan Hewan jumlah Daya Antifertilit
(mg/kg Uji mencit konsepsi (%) as (%)
b.badan) kawin
Kontrol 5 5a 100,00 a 0,00 a
25 5 0b 0,00 b 100,00 b
50 5 0b 0,00 b 100,00 b
75 5 0b 0,00 b 100,00 b
Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT
α 0,05

Hasil analisis statistik dengan uji F pada taraf kepercayaan α 0,05


menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan pacing (Costus
speciosus) dengan dosis 25 50 dan 75 mg/kg berat badan setiap hari secara oral
selama 18 hari dengan volume 0,5 cc permencit secara statistik berpengaruh nyata
terhadap jumlah mencit yang berhasil kawin, persentase daya konsepsi. Aktivitas
antifertilitas ekstrak rimpang tumbuhan pacing pada mencit jantan mencapai
100%
8

Hasil analisis statistik dengan uji Beda nyata Jujur (BNT) α 0,05
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan pacing setiap hari
secara oral selama 18 hari menunjukkan bahwa dosis 25, 50, dan 75 mg/kg berat
badan berpengaruh nyata terhadap penurunan persentase jumlah mencit kawin,
daya konsepsi,. Dosis yang paling optimal adalah 25, 50, dan 75 mg/kg berat
badan, dan secara statistik berbeda nyata dengan kontrol (tabel 2).
Data pada tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa ekstrak rimpang tumbuhan
pacing yang diberikan dengan dosis yang berbeda pada semua kelompok hewan
perlakuan secara statistik (α 0,05) nyata menurunkan berat testis dibandingkan
dengan kelompok hewan perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa ada kemung-
kinan bahwa ekstrak rimpang tumbuhan pacing memiliki sifat anti androgen.
Menurunnya berat testis boleh jadi karena beberapa faktor antara lain ekstrak
rimpang tumbuhan pacing bekerja secara langsung pada sel-sel germinal pada
awal spermatogenesis sehingga produksi sperma menjadi menurun, atau ekstrak
bekerja mengganggu steroidogenesis, atau ekstrak rimpang tumbuhan pacing
bekerja sebagai bahan anti androgen. Menurut Chattopadhyay et al., (1983) berat
testis tikus yang diperlakukan dengan hippadine , suatu alkaloid yang diisolasi
dari Amarilydaceae menjadi menurun sebagai akibat terhambatnya pembelahan
dan differensiasi sel-sel germinal., hal ini merupakan manifestasi dari
terhambatnya kerja androgen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk regenerasi
sel-sel germa membutuhkan adannya androgen. Menurut Johnson dan Everitt
(1989), hormon androgen berperan menginduksi dan memelihara differensiasi
jaringan somatik jantan, menginduksi karakter seks sekunder pada jantan,
menginduksi dan memelihara karakter seks sekunder pada jantan, dan
berpengaruh terhadap tingkah laku seksual dan agrevisitas hewan jantan serta
merangsang anabolisme protein. Berkaitan dengan uraian tersebut, menurut
Djukri (1996) rimpang tumbuhan pacing mengandung diosgenin yang merupakan
prekuersor progesteron. Progeste-ron bekerja secara anatagonis dengan androgen.
Menurut Turner dan Bagnara (1988) zat antiandrogen bekerja pada lokasi sasaran
9

untuk mencegah androgen mengekspresikan aktivitasnya.. Anti androgen bekerja


secara kompetetif pada lokasi reseptor jaringan sasaran untuk menghalangi aksi
hormon androgen. Siproteron asetat telah ditunjukkan menekan pengambilan
androgen radioaktif oleh prostat ventral tikus , dan menyusutkan retensi
dihidrotestosteron oleh inti sel prostat. Pada kelinci dan anjing yang menerima
dosis tingga antiandro-gen duktus deferens dan epididimis gagal berkembang.
Dari hasil penelitian ini diduga kuat bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan
pacing pada mencit bekerja pada organ sasaran yaitu testis.
Androgen adalah hormon yang esensil untuk mengontrol sifat-sifat seks
sekunder pada hewan jantan serta kemampuan fungsional saluran-saluran dan
kelenjar-kelenjar reproduksi tambahan. Aksi metabolik yang paling menonjol
adalah digiatkannya metabolisme protein. Androgen juga menimbulkan pengaruh
terhadap epitel germinal tubuli testis dan dengan demikian mempengaruhi
produksi spermatozoa (Turner dan Bagnara, 1988). Sejalan dengan uraian ter-
sebut, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang tumbuhan pacing
dengan dosis 25, 50 dan 75 mg/kg berat badan secara statistik (α 0,05) nyata
menurunkan berat epididimis (tabel 3 dan 4). Menurunnya berat epididimis boleh
jadi sebagai hasil pengaruh ekstrak terhadap fungsi testis. Epididimis merupakan
tempat penyimpanan sperma sementara (Chattopadhyay et al., 1983). Menurut
Yatim (1988), epididimis berfungsi untuk maturasi sperma. Secara umum
epididmis memiliki tiga fungsi yaitu fungsi absorbsi, maturasi, transpor,
penyimpan dan eliminasi. Menurunnya produksi sperma pada saluran tubulus
seminiferi di dalam testis akan berpengaruh terhadap jumlah sperma yang
disalurkan ke epididimis. Dengan demikian berat epididimis menjadi menurun.
Untuk rata-rata berat vesikula seminalis, yang berpengaruh nyata hanya dosis 75
mg/kg berat badan bila dibandingkan dengan kontrol (tabel 1 dan 2).
Menurunnya berat vesikula seminalis juga diduga kuat sebagai akibat terjadinya
gangguan fungsi androgen. Menurut Chattopadhyay et al., (1983) kelenjar-
kelenjar assesori seperti vesikula seminalis merupakan organ-organ seks yang
10

tergantung pada androgen. Hal yang seruap dikemukakan oleh Turner dan
Bagnara (1988), bahwa sistem asesori saluran dan kelenjar jantan, secara
morfologis dan fisiologis tergantung pada produksi androgen. Kastrasi jantan
dewasa yang fungsional juga menyebabkan organ-organ tersebut mengalami
involusi sampai mencapai struktur yang kira-kira sama dengan hewan-hewan
muda. Androgen mengembalikan seca-ra sempurna organ-organ tadi di dalam
hewan-hewan terkastrasi atau menyebab-kannya melampaui kondisi normal.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa penurunan berat testis,
epididimis dan vesikula seminalis pada hasil penelitian ini disebabkan karena
terjadinya gangguan fungsi androgen pada semua kelompok mencit perlakuan.
Hal ini dapat terlihat dari rata-rata berat testis, epidi-dimis dan vesikula seminalis.
Rata-rata berat testis pada mencit perlakuan dengan dosis 25, 50 dan 75 mg/kg
berat badan masing-masing 0,0592 g, 0,0428 g, dan 0,0872 g., sedangkan rata-
rata berat testis pada mencit kontrol adalah 0,1542 g. Rata-rata berat epididimis
pada mencit perlakuan dengan dosis 25, 50 dan 75 mg/kg berat badan masing-
masing 0,0418 g, 0,0430 g, dan 0,0638 g., sedangkan rata-rata berat epididimis
pada mencit kontrol adalah 0,0728 g. Rata-rata berat vesikula seminalis pada
mencit perlakuan dengan dosis 25, 50 dan 75 mg/kg berat badan masing-masing
0,19220 g, 0,15120 g, dan 0,20040 g., sedangkan rata-rata berat testis pada
mencit kontrol adalah 0,21140. Hasil ini menunjukkan bahwa semua organ
reproduksi yang diamati pada mencit kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak
rimpang tumbuhan pacing mengalami involusi atau penyusutan.
Pemberian ekstrak rimpang tumbuhan pacing, secara statistik (α 0,05)
nyata menurunkan jumlah produksi sperma (tabel 7 dan 8) Rata-rata jumlah
sperma pada mencit perlakuan dalam 0,1 mm kubik pada dosis 25, 50 dan 75
mg/kg berat badan masing-masing 0,40, 0,20 g, dan 3,40., sedangkan rata-rata
jumlah sperma pada mencit kontrol adalah 161,40. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan pacing memiliki efek
oligozoospermia hingga azoospermia. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak
11

rimpang tumbuhan pacing mengganggu proses spermatogenesis, dan


kemungkinan besar gangguan yang ditimbulkannya terjadi pada pembelahan sel-
sel spermato-gonia., hal ini tergambar dari rendahnya jumlah sperma yang
dijumpai pada bagian kauda epididimis. Menurut Yatim (1988) bahwa sperma
epididimis dianggap fer-til jika yang berbentuk normal tidak kurang dari 60%.
Hasil ini menunjukkan dengan sangat kuat bahwa bahwa ekstrak rimpang
tumbuhan pacing bersifat sebagai bahan antifertilitas.
Penurunan produksi jumlah sperma hingga ketingkat oligozoospermia dan
azoospermia ini lebih menegaskan bahwa ekstrak rimpang tumbuhan pacing
bekerja pada tubulus seminiferi dan menghambat proliferasi sel-sel
spermatogonia. Gangguan terhadap spermatogenesis menyebabkan menysutnya
produksi sperma.
Khusus untuk kelainan sperma, hal yang paling umum dijumpai adalah
kelainan pada bagian ekor, yaitu ekor berpilin atau membengkok, dan pendek.
Selain itu sisa-sisa sitoplasma atau badan residu masih banyak dijumpai
menempel pada bagian leher sperma. Hal ini menunjukkan bahwa efek rimpang
tumbuhan pacing berpengaruh pada tahap spermiogenesis di daam tubulus
seminiferi dan juga mungkin mempengaruhi maturasi sperma di dalam
epididimis.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut: (i) Ekstrak rimpang tumbuhan pacing de-
ngan dosis 25, 50, dan 75 mg / kg berat badan menyebabkan berat testis, epidi-
dimis dan vesikula seminalis menjadi menurun, (ii) Ekstrak rimpang tumbuhan
pacing dengan dosis 25, 50, dan 75 mg / kg berat badan menyebabkan produksi
sperma menjadi menurun dengan sangat drastis. Efek yang ditimbulkannya dalam
bentuk a zoospermia hingga oligozoospermia. (iii) Daya konsepsi mencit jantan
yang diperlakukan dengan ekstrak rimpang tumbuhan pacing selama 18 hari
12

berturut-turut dengan dosis 25, 50 dan 75 mg/kg berat badan menurun hingga 100
%. Efek antifertilitas yang ditimbulkan pada ketiga dosis yang dicobakan menca-
pai 100 %.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini direncanakan untuk melakukan penelitian
dengan melihat pengaruh ekstrak rimpang tumbuhan pacing terhadap struktur
histologi organ reproduksi mencit jantan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengatahuan Terapan Direktorat
Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional atas dana yang diberikan
sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Chattopadhyay, S. K.Mathur, P. P, Saini, K. S. and Ghosal. S. 1983. Effect of


hippadine, an amaryllidaceae alkaloid on testicular function in rats. J.
Planta. Med. 49: 252 - 254.
Chattopadhyay, S. Chattopadhyay, U. Sukla, S. P. and Ghosal, S. 1984. Effect of
mangiferin a naturally occuring glucoxylxanthones on reproductive
function of rats. J. Pharmaceut. Sci. 41: 279 - 282.
Dubin, N. H. Baron, N. A. Cox, R. T. and King, T. M. 1979. Implantation and
fetal survival in the rat as affec-ted by intra uterine injection of sterile
saline. J.Biol.Repord. 21: 47-52.
Djukri. 1996. Pacing dan Kontrasepsi. Cakrawala Pendidikan LPM IKIP
Jogyakarta, P. 5-7
Farnsworth, N. R. Bingel, A. S. Cordell, G. A. Cane, F. A. and Fong, H. H. S.
1975 . Potential value of plants as soueces of new antifertility agents I.
J. Pharmaceut. Sci. 64: 535 - 598.
Hanafiah, K. A. 1994. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Rajawali
Press. Jakarta.. p. 20-36
13

Hembing, H.M. W . 1997. Tanaman berkhasiat obat Indonesia. Jilid 2.


Pustaka Kartini. Jakarta. 108
Johnson, M and Everitt, B 1988. Essential reproduction. Blackwell Sci. Pub:
Oxford. London.. p.35-40
Manson, J. M. and Kang, Y. J. 1989. The methods for acessing female
reproductive and developmental toxicology. In: Principles and methods
of toxicology. Ed: A. W. Hayes. Raven Press. Ltd. New York.. pp 311-
359
Rugh, R. 1968. The mouse, its reproduction and development. Burgess Pub. Co.
Minneapolis. Pp.35-41
Setiabudy, R. Affandi, B. Wirawan, R. Witjaksono, B. Hendratmo, M. dan
Hidayat, E. M. 1990. Pengaruh Kontrasepsi Susuk Nortplant terhadap
Beberapa Parameter Hemostasis pada Wanita Indonesia. J. Medika. 16:
795-804.
Soewondo, S. W. 1985. Masalah Hukum dan Kontrasepsi Pria di Dunia dan
Indo-nesia. Mantap. Jakarta.. pp 3-5
Yatim, W.1988. Efek Fertilitas Gosipol dan Gula Berkhlor Terhadap Tikus
Wistar (Rattus norvegicus) dan Implikasi Prospeknya Sebagai
Kontrasepsi Pria. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana Universitas
Padjajaran. Bandung. Pp 7-25.
14

Mencit betina yang memiliki sumbat vagina dipindahkan ke

kandang yang baru dan dipelihara hingga mencapai umur kehamilan

18 hari. Pada umur kehamilan 18 hari, dilakukan pembedahan.

Mencit betina terlebih dahulu dimatikan dengan cara dislokasi


15

E. TINJAUAN PUSTAKA
16

Tumbuhan pacing ( Costus speciosus (Koening) J.E Smith


biasa pula disebut Costus leureiri Horan. Di Sumatera, tum-
buhan pacing disebut tabar-tabar, kelacim, setawar, tawar-
tawar, tebu tawar atau tubu-tubu. Dijawa disebut pacing, pa-
cing tawar, poncang-pancing, atau bunto. Di Sulawesi dise-
but lingkuwas, lincuas, palai batang, tampung, tawara atau
tepu tawa. Di Maluku disebut muri-muri-tebe pusa, tehe tepu
atau tehe lopu.
Tumbuhan pacing merupakan tumbuhan herba yang tegak,
termasuk famili Zingiberaceae, jahe-jahean atau temu-temuan.
Tinggi tumbuhan antara 0,5 - 3 m dan menyukai tempat yang
lembab dan teduh pada ketinggian 1200 meter dari permukaan
laut. Tanaman ini tumbuh liar di pinggir-pinggir parit, tepi
jurang, tanah-tanah kosong yang terlantar atau ditanam dipe-
karangan sebagai tanaman hias. Batng berwarna kuning kecok-
latan sebesar jari orang dewasa dan banyak mengandung air
serta mudah dipatahkan. Daun berwarna hijau, tunggal, tang-
kai daun pendek dan memeluk batang . Helaian daun memanjang
sampai bentuk lanset, panjang 9 -35 cm, lebar 3 - 10 cm.
Ujung daun meruncing, bagian bawah daun berambut halus.
Daun-daun tersusun spiral, memiliki satu spirostik. Tanaman
pacing mempunyai akar rimpang dan digunakan sebagai obat.
BUnga duduk dalam bentuk bulir , besar berwarna putih, buah-
nya buah kotak berbentuk telur, berwarna merah, besarnya 1,5
- 3 cm, mempunyai banyak biji.
Tumbuhan pacing memiliki sifat kimia dan efek farmako-
logis berupa masam, pedas, sejuk, sedikit toksik, peluruh air
kemih (diuretik), anti toksik, menghilangkan gatal (anti pru-
ritus) peluruh keringat (antipiretik).
Rimpang dan bijinya mengandung diosgenin (sapogenin
steroid), tigogenin, dioscin, gracillin, sitosterol, methyl-
triacontane, 8-hydroxyhentryacontan-one, 5-à-stigmast-9 (11)-
en-3-á-ol, 24-hydroxytriacontan-26-one dan 24 hydroxyhentry-
acontan-27-one. Kandungan-kandungan kimia di atas merupakan
bahan baku untuk pembuatan obat-obat kontrasepsi untuk mence-
gah kehamilan (Hembing, 1997). Untuk mencegah kehamilan di-
gunakan 10 gr rimpang kering ditambahkan dengan 1 buah pace,
digodok, dipanaskan, setelah dingin airnya diminum setiap ha-
ri selama 10 hari setelah menstruasi. Selain itu tumbuhan
pacing biasa digunakan sebagai obat selama nifas (Seno,
1988).
Diosgenin merupakan senyawa golongan steroid yang ter-
17

dapat dalam pacing dalam bentuk saponin steroid. Disosgenin


merupakan prekuersor hormon progensteron yang disintesisi da-
lam jaringan tubuh mamalia.
Djukri, (1996) melaporkan bahwa pemberian ekstrak kasar
rimpang pacing pada tikus betina putih dewasa dapat meng-
ganggu perkembangan folikel telur pada ovarim dan menyebabkan
folikel telur mengalami atresia. Penghambatan perkembangan
folikel telur disebabkan karena meningkatnya kadar diosgenin
dalam plasma darah yang menyebabkan meningkatnya hormon pro-
gesteron. Hal ini memberikan umpan balik negatif terhadap ka-
dar hormon gonadotrophin di dalam plasma darah yang berakibat
terjadinya gangguan terhadap perkembangan folikel telur
Kadar diosgenin yang tinggi di dalam plasma darah ber-
korelasi dengan kadar progesteron yang menyebabkan terganggu-
nya sekresi FSH dari kelenjar hipo anterior. Progesteron
juga mengubah produk kelenjar serviks menjadi kental serta
menghambat konstraksi uterus dan tuba fallofii sehingga dapat
menghambat masuknya spermatozoa ke dalam uterus (Djukri,
1996).

F. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengeta-
hui pengaruh ekstrak rimpang tumbuhan pacing terhadap keha-
milan mencit ICR betina periode praimplantasi. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh ekstrak rimpang pacing terhadap keha-
milan mencit ICR betina pada periode praimplantasi.
2. Mengetahui dosis ekstrak rimpang tumbuhan pacing yang
efektif pengaruhnya terhadap kehamilan mencit periode pra-
implantasi.
3. Mengetahui jenis kelainan pada fetus bila pada periode
praimplantasi diperlakukan dengan ekstrak rimpang tumbuhan
pacing.

G. KONTRIBUSI PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat
dalam bentuk landasan ilmiah mengenai bioaktivitas ekstrak
rimpang tumbuhan pacing serta pengaruhnya terhadap kehamilan
pada periode praimplantasi. Secara khusus hasil penelitian
ini akan memberikan landasan yang kuat untuk pengembangan dan
orientasi mengenai pemanfaatan tumbuhan pacing sebagai bahan
antifertilitas alternatif dimasa yang akan datang.
18

H. METODE PENELTIAN
1. Bahan Uji
Dalam penelitian ini, bahan yang akan diuji aktivitas
biologisnya adalah ekstrak rimpang tumbuhan pacing yang di-
ekstrak dengan menggunakan bahan pelarut etanol di Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Ujung Pandang.

2. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mencit ICR betina yang diperoleh dari rumah Hewan Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Ujung Pandang, berumur 21
hari. Pemeliharaan dan perkembangbiakan mencit dilakukan di
rumah hewan Jurusan Pendidikan Biologi dengan pencahayaan ru-
angan 12 jam gelap (pk 18.00-06.00) dan 12 jam terang
(pk.06.00-18.00) dengan suhu ruangan berkisar 25 C. Mencit
betina dan mencit jantan dipelihara dalam kandang terpisah.
Kandang dilapisi dengan sekam dengan ketebalan 2-3 cm yang
diganti setiap 3 hari. Mencit diberi pakan berupa pelet pro-
duksi PT. Chaeron Pokphand Indonesia dan air minum (air PAM)
ad libitum yang diganti setiap 2 hari. Mencit yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mencit betina berumur antara 10 -
11 minggu dengan berat badan berkisar antara 25-30 g dan me-
miliki siklus estrus yang teratur, yaitu berkisar 4 - 5 hari.

3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksnakan dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) (Hanafiah, 1994) dengan model umum sebagai
berikut:
Yij = æ + à + eij....... dimana
Yij = Nilai pengamatan
æ = Nilai rata-ata harapan
à = Pengaruh perlakuan
eij = Pengaruh galat percobaan
Penelitian ini terdiri atas 4 kelompok hewan uji, yaitu
kelompok kontrol (P0), kelompok perlakuan-1 (P1), kelompok
perlakuan-2 (P2), dan kelompok perlakuan 3 (P3). Setiap ke-
lompok menggunakan 10 ekor mencit. Jumlah mencit yang digu-
nakan secara keseluruhan adalah 40 ekor dengan pengelompokan
sebagai berikut:

Tabel 1. Pengelompokan hewan uji, jumlah hewan uji, volume


pemberian, dosis dan lamanya perlakuan
19

` ` ` ` ` ` `
`Eks. I `Perlakuan` Hewan ` ` ` `
` ` ` ` ` ` `
` `Kontrol ` 10 ` * ` 0,25 ` 5 `
` `P-1 ` 10 ` * ` 0,25 ` 5 `
` `P-2 ` 10 ` * ` 0,25 ` 5 `
` `P-3 ` 10 ` * ` 0,25 ` 5 `
z=======x=========x========x==========x====================
=====c

4. Pelaksanaan Penelitian

Mencit betina yang memiliki sumbat vagina dipindahkan ke


kandang yang baru dan dipelihara hingga mencapai umur kehamilan
18 hari. Pada umur kehamilan 18 hari, dilakukan pembedahan.
Mencit betina terlebih dahulu dimatikan dengan cara dislokasi
leher. Parameter yang diamati adalah jumlah korpus luteum,
jumlah implantasi, jumlah embrio resorbsi, jumlah fetus mati dan
jumlah fetus hidup.

4.5. Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya
dianalisis secara deskriptif dan infrensial. Analisis secara
infrensial dilakukan dengan menggunakan uji F à 0,05 yang
dilanjutkan dengan uji BNT à 0,05.

I. JADWAL PELAKSANAAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 10 bulan di
Laboratorium Pendidikan Biologi IKIP Ujung Pandang dengan
jadwal sebagai berikut:

` ` ` `
`No` Kegiatan ` ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
q==w========================w==w==w==w==w==w==w==w==w==
w===e
`1.`Persiapan ` ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` `- Mengurus izin `x ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` `- Pertemuan dengan Tim `x ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` ` Peneliti ` ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
20

` `- Menetapkan rencana `x ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` ` jadwal kerja ` ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` `- Pengadaan Alat/bahan `x `x ` ` ` ` ` ` ` ` `
`2.`Pelaksanaan Penelitian ` ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` `- Perlakuan ` `x `x `x `x `x ` ` ` ` `
` `- Pengumpulan data ` ` `x `x `x `x `x ` ` ` `
` `- Analisis data ` ` ` ` `x `x `x `x ` ` `
` `- Penelusuran pustaka `x `x `x `x `x `x `x `x ` ` `
`3.`Penyusunan Laporan ` ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` `- Penulisan laporan ` ` ` ` ` ` ` `x ` ` `
` `- Pengetikan ` ` ` ` ` ` ` `x ` ` `
` `- Penulisan artikel ` ` ` ` ` ` ` `x ` ` `
` `- Seminar ` ` ` ` ` ` ` ` `x ` `
`4.`Perampungan ` ` ` ` ` ` ` ` ` ` `
` `- Penggandaan ` ` ` ` ` ` ` ` `x ` `
z==x========================x==x==x==x==x==x==x==x==x======c

J. PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Drs. Adnan, MS.
b. Gol./Pangka/Nip : IIId/Penata I/131772272
c. Jabatan Fungsional : Lektor Madya
d. Jabatan Struktural : -
e. Fak./Prog.Studi : FPMIPA/Pendidikan Biologi
f. Perguruan Tinggi : IKIP Ujung Pandang
g. Bidang Keahlian : Biologi
h. Waktu untuk Penelitian : 18 jam /minggu
2. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Ir. Halifah Pagarra, M.Si
b. Gol./Pangka/Nip : IIIc/Penata/
c. Jabatan Fungsional : Lektor Muda
d. Jabatan Struktural : -
e. Fak./Prog.Studi : FPMIPA/Pendidikan Biologi
f. Perguruan Tinggi : IKIP Ujung Pandang
g. Bidang Keahlian : Biologi
h. Waktu untuk Penelitian : 10jam /minggu

K. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN


1. Honorarium
a. Ketua Peneliti
1 x 10 bulan x @ Rp 75.000 : Rp 750.000,00
b. Anggota Peneliti
21

1 x 10 bulan x @ Rp 50.000 : Rp 500.000,00


c. Tenaga Laboran
1 x 3 bulan x Rp 50.000 : Rp 150.000,00
d. Tenaga Lapangan
1 x 5 bulan x Rp 30.000 : Rp 150.000,00

2. Bahan habis
Mencit jantan 100 ekor, @ Rp 3.000,-: Rp 300.000,00
Mencit betina 30 ekor, @ Rp 3.000,-: Rp 90.000,00
Pakan Mencit 300 kg, @ 2.500 : Rp 750.000,00
Etanol 96% 10 l, @ Rp 15.000 : Rp 150.000,00
Metilen Biru 1g : Rp 46.000,00
Asam Pikrat 50 g, @ Rp 75,00 : Rp 37.500,00
CMC 500 1 kg : Rp 6.000,00
NaCl 500 g, Rp 75 : Rp 37,500,00
Aquabides 1 l : Rp 5.000,00
Pengadaan ekstrak rimpang pacing : Rp 100.000,00
3. Peralatan
Kandang mencit 40 buah, @ Rp 7.500 : Rp 300.000,00
Syringe 1 ml 10 buah @ Rp 2.500 : Rp 25.000,00
Jarum Suntik 100 buah, @ Rp 300 : Rp 30.000,00
Gelas objek 1 dos @ Rp 5.000 : Rp 5.000,00
Gelas penutup 1 dos @ Rp 5.000 : Rp 5.000,00
Kawat kasa 10 m, @ Rp 4.000 : Rp 40.000,00
4. Perjalanan U.Pandang Maros pp 3x,
@ Rp 50.000 : Rp 150.000,00
5. Dokumentasi : Rp 150.000,00
Buku data 1 buah : Rp 25.000,00
6. Laporan Penelitian
a. Kertas Kwarto 3 dos, @ Rp 25.000 : Rp 75.000,00
b. Disket 1 dos : Rp 40.000,00
c. Pita Komputer 3 buah, @ Rp 25.000 : Rp 75.000,00
d. Olah data : Rp 100.000,00
e. Penyusunan Laporam : Rp 250.000,00
f. Pengetikan : Rp 100.000,00
g. Penggandaan : Rp 150.000,00
h. Pengiriman : Rp 50.000,00
7. Seminar
a. Konsumsi Rp 5.000 x 30 orang : Rp 150.000,00
b. Biaya Penyelenggaraan : Rp 100.000,00
Jumlah Total Rp 4.892.000,00
(Empa juta delapan ratus sembilam puluh dua ribu rupiah)
22

REKAPITULASI ANGGARAN
1. Honorarium : Rp 1.550.000,00
2. Bahan habis : Rp 1.522.000,00
3. Peralatan : Rp 405.000,00
4. Perjalanan : Rp 150.000,00
5. Dokumentasi : Rp 175.000,00
6. Laporan Penelitian : Rp 840.000,00
7. Seminar : Rp 250.000,00
Jumlah total Rp 4.892.000,00

DAFTAR PUSTAKA

Chattopadhyay, S. K.Mathur, P. P, Saini, K. S. and Ghosal. S.


1983. Effect of hippadine, an amaryllidaceae alkaloid
on testicular function in rats. J. Planta. Med. 49:
252 - 254.
Chattopadhyay, S. Chattopadhyay, U. Sukla, S. P. and Ghosal,
S. 1984. Effect of mangiferin a naturally occuring
glucoxylxanthones on reproductive function of rats.
J. Pharmaceut. Sci. 41: 279 - 282.
Dubin, N. H. Baron, N. A. Cox, R. T. and King, T. M. 1979.
Implantation and fetal survival in the rat as affec-
ted by intra uterine injection of sterile saline. J.
Biol.Repord. 21: 47-52.
Djukri. 1996. Pacing dan Kontrasepsi. Cakrawala Pendidikan ,
LPM IKIP Jogyakarta,
Farnsworth, N. R. Bingel, A. S. Cordell, G. A. Cane, F. A.
and Fong, H. H. S. 1975 . Potential value of plants
as soueces of new antifertility agents I. J. Pharma-
ceut. Sci. 64: 535 - 598.
Hanafiah, K. A. 1994. Rancangan Percobaan, Teori dan
Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.
Hembing, H.M. W . 1997. Tanaman berkhasiat obat Indonesia.
Jilid 2. Pustaka Kartini. Jakarta.
Johnson, M and Everitt, B 1988. Essential reproduction.
Blackwell Sci. Pub: Oxford. London.
Manson, J. M. and Kang, Y. J. 1989. The methods for acessing
female reproductive and developmental toxicology. In:
Principles and methods of toxicology. Ed: A. W.
Hayes. Raven Press. Ltd. New York.
Rugh, R. 1968. The mouse, its reproduction and development.
Burgess Pub. Co. Minneapolis.
Seno, S. 1988. Obat Asli Indonesia. PT Dian Rakyat. Jakarta.
23

Setiabudy, R. Affandi, B. Wirawan, R. Witjaksono, B. Hendrat-


mo, M. dan Hidayat, E. M. 1990. Pengaruh Kontrasepsi
Susuk Nortplant terhadap Beberapa Parameter Hemosta-
sis pada Wanita Indonesia. J. Medika. 16: 795-804.
Soewondo, S. W. 1985. Masalah Hukum dan Kontrasepsi Pria di
Dunia dan Indonesia. Mantap. Jakarta.
Yatim, W.1988. Efek Fertilitas Gosipol dan Gula Berkhlor
Terhadap Tikus Wistar (Rattusnervegicus) dan
Implikasi Prospeknya Sebagai Kontrasepsi Pria.
Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana Universitas
Padjajaran. Bandung.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


1. Nama Lengkap : Rahmawati, S.Si
2. Gol./Pangka/Nip : IIIa/Penata Muda Tk.I/132205575
3. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli Madya
4. Jabatan Struktural : -
5. Fak./Prog.Studi : FPMIPA/Pendidikan Biologi
6 Perguruan Tinggi : IKIP Ujung Pandang
7 Bidang Keahlian : Biologi
8. Pendidikan

` Jenjang `Tahun Tamat` Tempat ` Spesialisasi `


` Sarjana (S1)` 1997 ` UNHAS ` Biologi `

9. Pengalaman Penelitian
9.1. Laju Pertumbuhan Intrinsik Helicoperva armigera Pada
Polong Kacang Gude dan Biji Sorgum.

Ujung Pandang, 1999

Mengetahui, Yang Bersangkutan,

2. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : A. Mu'nisa, S.Si
b. Gol./Pangka/Nip : IIIa/Penata Muda Tk.1/
24

132206348
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli Madya
d. Jabatan Struktural : -
e. Fak/Program Studi : FPMIPA/Pend. Biologi
f. Perguruan Tinggi : IKIP Ujung Pandang
g. Bidang Keahlian : Biologi
h. Pendidikan

` Jenjang `Tahun Tamat` Tempat ` Spesialisasi `


` Sarjana (S1)` 1997 ` UNHAS ` Biologi `

i. Pengalaman Penelitian :
- Uji Daya Tahan Beberapa Varietas Jagung Terhadap
Sclerospora maydis
25

Anda mungkin juga menyukai