Anda di halaman 1dari 14

Tugas UAS : PROPOSAL PENELITIAN

EFEK EKSTRAK METANOL DAGING BUAH MAHKOTA


DEWA (Phaleria Macrocarpa)
TERHADAP KADAR SGOT DAN SGPT TIKUS WISTAR
JANTAN YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

TESIS
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Biomedis
Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Ilmu Kesehatan

RONI LINSON
223307044026

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS BIOMEDIS FAKULTAS KEDOKTERAN,


KEDOKTERAN GIGI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, sekitar 2% berat tubuh total pada
manusia dewasa sekitar 1,5 kg.1 Hati merupakan organ terbesar pada tubuh
manusia. 2 Hati memiliki peran dalam metabolisme glukosa dan lemak, membantu
proses pencernaan, absorbsi lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak serta
detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik.3 Zat toksik dapat mempengaruhi fungsi
hati. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh gangguan sistem metabolisme, zat-
zat toksik, infeksi mikroba, gangguan sirkulasi, dan neoplasma. 4 Hati dapat
terganggu karena pengaruh obat-obatan seperti parasetamol, tetrasiklin, dan
sulfonamid yang dapat menyebabkan kegagalan hati akut.5
Parasetamol atau asetaminofen adalah salah satu antipiretik dan analgesik yang
banyak digunakan di seluruh dunia dan termasuk obat bebas. Parasetamol
biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri ringan dan sedang seperti sakit kepala,
nyeri otot, dan nyeri pasca melahirkan. 6 Parasetamol ditoleransi dengan baik bila
digunakan dalam dosis yang benar, namun jika dosis berlebihan dapat
menimbulkan kerusakan hati. Food and Drug Administration (FDA) menetapkan
dosis parasetamol lebih dari 4 gram per hari dapat menimbulkan keracunan
obat.5 Di Indonesia, menurut ISO tahun 2006 terdapat 305 obat yang berisi
kandungan asetaminofen, baik sebagai obat tunggal maupun kombinasi dengan
obat lain. Hal ini menyebabkan asetaminofen dengan mudah disalahgunakan
dengan pemakaian dosis yang berlebihan.
Kejadian overdosis obat parasetamol paling sering di seluruh dunia, dan
merupakan penyebab kerusakan hati akibat obat terbanyak di Amerika Serikat
dengan 60.000 kasus yang dilaporkan setiap tahun.7,8 Berdasarkan survei data
Acute Heart Failure Study Group tahun 2017, parasetamol menjadi penyebab
utama 1080 kasus atau sebanyak 46% dari total kasus kegagalan hati akut di
Amerika. Penelitian terhadap 500 orang di Chicago dan Atlanta, menilai pola
dalam mengonsumsi obat bebas, data yang diperoleh menunjukkan bahwa 23,8%

1
mengonsumsi parasetamol melebihi dosis maksimal, yaitu 4 gram selama 24 jam.
Sekitar 5,2 % mengonsumsi parasetamol lebih dari 6 gram selama 24 jam, serta
45,6 % mengalami overdosis.9 Pada tahun 2016, Sentra Informasi Keracunan
BPOM mencatat sebanyak 898 kasus keracunan obat. Di Indonesia, jumlah kasus
keracunan parasetamol sejak 2002 – 2005 yang dilaporkan ke Sentra Informasi
Keracunan BPOM adalah sebesar 201 kasus.10
Penelitian di Rumah Sakit Tasikmalaya tahun 2010-2011, menunjukkan bahwa
obat yang paling banyak menyebabkan kerusakan hati adalah ranitidin (31,3%),
seftriakson (23,1%), dan parasetamol (16,4%). 11 Kerusakan hati terjadi akibat
stres oksidatif dan nekrosis hepatoselular.5 Stres oksidatif terjadi akibat reaksi
oksidasi yang menghasilkan radikal bebas berlebih sehingga dapat merusak
struktur dan fungsi sel. Radikal bebas dapat dicegah atau dikurangi dengan
senyawa yang bersifat antioksidan.5
Antioksidan merupakan senyawa penting yang berguna menangkap
elektron bebas pada molekul radikal bebas. 5 Antioksidan yang tidak diproduksi
oleh tubuh diperoleh dari sayuran dan buah-buahan seperti tokoferol, karotenoid,
asam askorbat, flavonoid, dan tanin.12 Salah satu buah dengan kandungan
antioksidan adalah tumbuhan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Tanaman
mahkota dewa adalah tanaman perdu yang berasal dari family Thymelaceae.
Tanaman ini tumbuh di daerah dengan ketinggian 10-1.200 meter dari
permukaan laut, dan tinggi tumbuhan ini bisa mencapai 5 meter. Manfaat
mahkota dewa memiliki kandungan bahan aktif yang yaitu mineral, vitamin
C, vitamin E, alkaloid, flavonoid, polifenol dan saponin. Tumbuhan yang
mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid, vitamin
C, dan vitamin E merupakan bahan baku yang berpotensi sebagai antioksidan
alami.
Berdasarkan latar belakang ini, perlu diteliti efek pemberian ekstrak
metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap kadar SGOT
dan SGPT pada tikus Wistar yang diinduksi parasetamol sehingga dapat dijadikan
sebagai hepatoprotektor.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah:
Apakah ekstrak metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dapat
menurunkan kadar SGOT dan SGPT tikus Wistar jantan yang diinduksi
parasetamol?

1.3 Tujuan Penelitan


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap kadar
SGOT dan SGPT tikus Wistar jantan yang diinduksi parasetamol.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui efek ekstrak metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) terhadap penurunan kadar SGOT tikus Wistar jantan yang
diinduksi parasetamol.
2. Mengetahui efek ekstrak metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) terhadap penurunan kadar SGPT tikus Wistar jantan yang
diinduksi parasetamol.

1.4 Hipotesis

● Ekstrak metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)

menurunkan kadar SGOT tikus Wistar jantan yang diinduksi


parasetamol.

● Ekstrak metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)

menurunkan kadar SGPT tikus Wistar jantan yang diinduksi


parasetamol.

3
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Akademik
Menambah wawasan dunia kedokteran dalam bidang herbal dan gizi tentang
manfaat daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dalam menurunkan
kadar SGOT dan SGPT tikus Wistar jantan yang diinduksi parasetamol.

1.6.2 Manfaat Praktis


Memberi informasi kepada masyarakat bahwa daging buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa) dapat menurunkan kadar SGOT dan SGPT, sehingga dapat
digunakan sebagai hepatoprotektor.

4
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental jenis
laboratoium dengan menggunakan hewan percobaan sebagai subjek
penelitian. Penelitian ini melihat Kadar SGOT dan SGPT serum pada
tikus Wistar jantan diukur pada hari ke-14.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi fakultas kedokteran
Universitas Udayana Jambi. Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT dilakukan di
Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UNAJA. Pengolahan dan
analisis data dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran dan
Bagian Gizi Fakultas Kedokteran UNAJA. Waktu penelitian dimulai dari
pengumpulan bahan dan pembuatan ekstrak metanol daging buah mahkota
dewa sampai dengan perlakuan hewan coba dilakukan pada bulan Desember
2024 hingga September 2025

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah tikus wistar jantan
3.3.1 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus Formulasi Federer.49
(t - 1) (r - 1) ≥ 15
(5 - 1) (r – 1) ≥ 15
4r -4 ≥ 15
4r ≥ 19
r ≥ 4,75
Keterangan :
t = banyak perlakuan pada penelitian (treatment)

5
r = pengulangan (replication) atau n (jumlah pengulangan yang diperlukan
dalam tiap kelompok percobaan)
r = minimal 5 ekor
Maka jumlah hewan coba minimal untuk 5 kelompok perlakuan adalah 5
ekor untuk setiap kelompok yang dibagi secara acak. Dengan
mempertimbangkan drop out (DO) sebesar 10%.
Drop out 10% = 10% x 5 = 0,5 ~ 1
Jumlah =1+5 =6
n=6 dalam 5 kelompok perlakuan
Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 6 ekor
dalam 5 perlakuan kelompok, sehingga penelitian ini membutuhkan 30 ekor
tikus Wistar jantan

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Perlakuan

● ekstrak metanol daging buah mahkota dewa dalam 2 variasi dosis

● Kontrol negatif (KN)

● Kontrol positif (KP)

● Kontrol murbei (KM)

3.4.2 Variabel Respon

● Kadar SGOT serum

● Kadar SGPT serum

6
3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Variabel perlakuan

● ekstrak metanol daging buah mahkota dewa dibuat dalam dosis 300

mg/kgBB dan dosis 600mg/kgBB dengan induksi parasetamol dosis


2g/kgBB.

● Kontrol negatif adalah induksi dosis 2g/kgBB parasetamol yang dilarutkan

dalam CMC 1%.

● Kontrol positif adalah CMC 1%.

● Kontrol mhkota dewa adalah ekstrak metanol daging buah mahkota dewa

sebanyak 600mg/kgBB tanpa induksi parasetamol.

3.5.2 Variabel respons


Kadar SGOT dan SGPT serum pada tikus Wistar jantan diukur pada hari ke-
14 (H14) dengan metode spektrofotometri.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian


3.6.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 14

● Alat pembuat ekstrak yaitu Rotary Evaporator

● Timbangan digital merek ACIS dengan kepekaan dalam gram, ketepatan 2

angka dibelakang koma.

● Sonde oral

● Tempat makan

● Silet bedah

7
● Kandang tikus

● Tabung Eppendorf ukuran 1,5 ml

● Alat pemeriksaan SGOT dan SGPT serum

● Spuit 3cc

● Sarung tangan, kapas, dan alkohol

● Alat sentrifugasi

● Spektrofotometri merek Cobas Roche C311

3.6.2 Bahan Penelitian


Bahan yang dipilih dalam penelitian ini adalah :14

● ekstrak metanol daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)

diperoleh dari Institut pertanian Universitas Jambi

● Parasetamol bubuk, diperoleh dari laboratorium FK UNAJA

● Pakan standar tikus Wistar jantan

● Akuades

● Etanol 95%.

● CMC 1%

3.7 Prosedur Penelitian


3.7.1 Persiapan Hewan Coba

8
Hewan coba diadaptasi dalam kandang selama 1 minggu sebelum penelitian
untuk menghindari stres.

3.7.2 Persiapan Bahan dan Pembuatan Ekstrak


Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi sederhana dengan pelarut
metanol dilakukan Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Prosedur Pembuatan Ekstrak : 14

● Sebanyak 10 kg daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) segar

dikeringkan selama beberapa hari. Bahan tersebut akan menjadi 1 kg


daging buah mahkota dewa kering

● Bahan dibuat menjadi simplisia bubuk dengan bantuan penggiling listrik.

● Simplisia bubuk dimasukkan ke dalam tabung perkolator, lalu diekstraksi

berturut-turut dengan metanol 95%.

● Ekstrak dikeringkan pada suhu 50°C sehingga diperoleh ekstrak metanol

daging buah mahkota dewa dengan konsentrasi 95%.

● Didapatkan ekstrak metanol daging buah mahkota dewa sebanyak 25,2 g.

3.7.3 Pelaksanaan Penelitian


Hewan dikelompokkan dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
atas 6 ekor tikus Wistar jantan. Hewan coba diadaptasi selama 1 minggu dalam
kandang dan diberi pakan standar. Penelitian dilakukan mulai hari ke-1 (H1)
sampai dengan hari ke-14 (H14), tikus Wistar jantan diberi perlakuan sesuai
kelompok masing-masing.
Kelompok tersebut terdiri atas:
1. Kelompok EMDBMD 300: Diberikan ekstrak metanol daging buah
mahkota dewa (EMDBMD) 300mg/kgBB setiap hari dan induksi
parasetamol 2g/kgBB.

9
2. Kelompok EMDBMD 600: Diberikan ekstrak metanol daging buah
mahkota dewa (EMDBMD) 600mg/kgBB setiap hari dan induksi
parasetamol 2g/kgBB.
3. Kelompok kontrol negatif (KN): Kontrol negatif diberikan induksi
parasetamol dosis 2g/kgBB.
4. Kelompok kontrol positif (KP): Kontrol positif diberikan CMC 1 %.
5. Kelompok kontrol Mahkota Dewa (KMD): Diberikan ekstrak metanol
daging buah mahkota dewa 600mg/kgBB setiap hari tanpa induksi
parasetamol.

ekstrak metanol daging buah mahkota dewa dilarutkan dalam CMC 1%


diberikan secara oral dalam volume 4cc. Kelompok EEDM 300 dan EMDBMD
600, diinduksi dengan parasetamol 2g/ kgBB sebanyak 1 kali pada hari ke-5
setelah diberikan ekstrak metanol daging buah mahkota dewa. Kelompok KN
diberikan parasetamol sebanyak 1 kali pada hari ke-5 (H5). Kelompok KP dan
KMD tidak diinduksi parasetamol. Semua perlakuan dilakukan pada pukul 10.00
WIB setiap hari. Pemeriksaan nilai SGOT dan SGPT serum pada hari ke-14 (H14)
tikus Wistar jantan menggunakan metode spektrofotometri.

3.7.4 Cara Pemeriksaan

3.7.4.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel darah serum tikus pada hari ke-14 (H14). Sampel darah
diambil melalui langkah-langkah berikut:50

● Hewan uji yang akan diambil sampel darahnya disiapkan.

● Hewan uji dianestesi dengan ketamin.

● Pada tikus dilakukan insisi menggunakan pisau bedah di bagian rongga

dada.

10
● Darah tikus diambil secara intrakardiak.

● Darah yang sudah diambil ditampung ke tabung Vacutainer.

● Sentrifugasi 3000 rpm selama 5 menit.

● Darah ditampung ke dalam tabung eppendorf.

● Serum dikirim ke laboratorium untuk analisis kadar SGOT dan SGPT

metode spektrofotometri.

3.7.4.2 Pemeriksaan Sampel

Pengukuran kadar SGOT dan SGPT tikus Wistar jantan dilakukan dengan
metode spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer

3.8 Rencana Pengolaan dan Analisis Data


Data dianalisis uji homogenitas dan normalitas. Normalitas data dianalisis
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Homogenitas data menggunakan Levene test.
Bila distribusi normal digunakan uji ANOVA one way dengan nilai α = 0,05. Jika
bermakna dilanjutkan uji Tukey-HSD. Bila distribusi tidak normal dilakukan uji
non-parametrik Kruskal-Wallis dan dilanjutkan uji Mann-Withney U.

11
12
13

Anda mungkin juga menyukai