Anda di halaman 1dari 5

 

Pengaruh Kadar SGOT SGPT dan Morfologi Hepar Tikus Putih Betina Wistar Pada
Pemberian Isolat Andrografolid

Suryaningsih, N.M.1, Dewi, I.A.T.1, Suksmawati, N.K.A.1, Putri, N.P.R.A.1, Febrianti, N.M.1 dan
Warditiani, N.K.1
1
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Korespondensi: Ni Made Suryaningsih


Jurusan Farmasi-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam-Universitas Udayana Jalan
Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837 Email:
madesurya263@gmail.com

ABSTRAK
Sambiloto atau Andrographis paniculata Ness merupakan tanaman yang dimanfaatkan secara luas
dalam pengobatan tradisional. Andrografolid merupakan komponen bioaktif utama dari tanaman obat
sambiloto. Andrografolid mempunyai multi efek farmakologis, sehingga berpotensi besar dijadikan
obat. Namun masih belum diketahui tingkat keamanaan dari penggunaan andrografolid. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian isolat andrografolid dosis 18 mg/kg BB,
36 mg/kg BB dan 54 mg/kg BB terhadap kadar SGOT dan SGPT serta melihat histopatologi hepar tikus
putih betina Wistar. Pengujian ini dilakukan selama 14 hari dengan pemberian isolat andrografolid
secara peroral pada tikus putih betina wistar yang telah dibagi menjadi empat kelompok. Pengamatan
kadar SGPT dan SGOT dianalisis dengan uji Anova untuk melihat ada tidaknya pengaruh pemberian
isolat andrografolid. Hasil uji penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh pemberian isolat
andrografolid dosis 18 mg/kg BB, 36 mg/kg BB dan 54 mg/kg BB pada organ hepar serta pada kadar
SGOT dan SGPT.

Kata Kunci : Sambiloto, Andrografolid, LD50, SGOT, SGPT, Histopatologi

1. PENDAHULUAN pada hepar yang diekskresi melalui empedu


Sambiloto atau Andrographis sehingga dilihat juga parameter histopatologi
paniculata Ness merupakan tanaman yang hepar serta kadar enzim SGOT dan SGPT pada
dimanfaatkan secara luas dalam pengobatan hewan uji. Adanya peningkatan aktivitas enzim
tradisional (Widyawati, 2007). Andrografolid SGOT dan SGPT menjadi indikator yang kuat
merupakan komponen bioaktif utama dari dan peka terhadap kelainan pada sel-sel hepar
tanaman obat sambiloto. Andrografolid (Wulandari et al, 2007).
merupakan diterpenoid lakton, berupa kristal Penelitian bertujuan untuk mengetahui
bening dan mempunyai rasa yang sangat pahit. toksisitas isolat andrografolid dosis 18 mg/kg
Andrografolid mempunyai multi efek BB, 36 mg/kg BB dan 54 mg/kg BB dengan
farmakologis diantaranya, menurunkan kadar menghitung nilai LD50, kadar SGOT dan SGPT
gula darah, trigliserida dan LDL, analgesik, dan serta melihat histopatologi hepar tikus putih
imunostimulan (Nugroho et al, 2012; betina Wistar.
Suharmiati, 2001).
Andrografolid memiliki potensi besar 2. BAHAN DAN METODE
sebagai obat, namun masih belum diketahui 2.1 Bahan
pengaruh pemberian isolate andrografolid Bahan-bahan yang digunakan pada
terhadap kadar SGOT dan SGPT serta penelitian ini yaitu daun segar sambiloto dari
morfologi hepar. daerah klungkung, etanol 96%, metanol, n-
Efek toksik suatu obat-obatan sering heksan, etil asetat, akuades, CMC-Na.
terlihat pada hepar karena hepar berperan 2.2 Alat
penting dalam mendetoksifikasi senyawa yang Rotary evaporator (Eyela®), oven
masuk ke dalam tubuh. Hepatotoksik dapat (Binder® ), sonikasi (Branson® ).
terjadi karena terjadi penumpukan xenobiotika 2.3 Prosedur Kerja

134 
 
 
2.3.1 Pembuatan Serbuk Simplisia kloroform kemudian dilakukan pembedahan.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan Hepar hewan uji diambil dan diawetkan dalam
daun segar sambiloto, kemudian daun dicuci buffer formalin 10%. Pengamatan histopatologi
dan dikeringkan dalam oven. Daun sambiloto dilakukan dibawah mikroskop dengan
yang telah kering diserbukkan hingga halus. menggunakan preparat hepar dengan ketebalan
2.3.2 Pembuatan Ekstrak Terpurifikasi 5 mikron dan menggunakan pewarnaan
Dari Serbuk Sambiloto haematoxylin. Berdasarkan hasil pengamatan
1 kg serbuk dimaserasi dengan etanol dibawah mikroskop, diberikan skoring terhadap
96% sebanyak 5 L selama 2 hari, kemudian gambaran preparat hepar hewan uji sesuai yang
disaring dan ampasnya diremaserasi 2 kali tertera pada tabel 1.
dengan 2,5 L etanol 96% masing-masing Tabel 1. Skoring Hasil Uji Histopatologi
selama 1 hari. Maserat dikumpulkan dan Tingkat Perubahan Skor
diuapkan dengan vacum rotary evaporator pada Tidak ada hepatosit yang mengalami
suhu dibawah 50̊C hingga diperoleh ekstrak 0
degenerasi melemak
kental. Ekstrak kental kemudian diuapkan <10% hepatosit yang mengalami
dalam oven. Ekstrak kental yang diperoleh 1
degenerasi melemak
dicuci secara berturut-turut menggunakan n- 10-30% hepatosit yang mengalami
heksan, etil asetat dan air panas hingga pelarut- 2
degenerasi melemak
pelarut tersebut menjadi bening. 34-66% hepatosit yang mengalami
2.3.3 Isolasi Andrografolid 3
degenerasi melemak
Ekstrak terpurifikasi kental dilarutkan 67-100% hepatosit yang mengalami
dengan metanol sedikit demi sedikit kemudian 4
degenerasi melemak
dipanaskan pada suhu 780C sampai larut. Filtrat 2.3.6 Analisis Data
kemudian didinginkan perlahan. Kristal yang Data pengamatan kadar SGPT dan
terbentuk dipisahkan dan dicuci dengan SGOT dianalisis dengan uji Anova untuk
metanol dingin hingga bening. melihat ada tidaknya pengaruh pemberian isolat
2.3.4 Pengujian Pemberian Isolat andrografolid terhadap kandungan SGPT dan
Andrografolid SGOT tikus putih betina Wistar. Kemudian
Dilakukan aklimatisasi tikus betina dilanjutkan uji LSD apabila ternyata dari hasil
Wistar selama 1 minggu. Hewan uji secara acak uji Anova diketahui terdapat pengaruh
dibagi menjadi 4 kelompok yang masing- pemberian isolat andrografolid terhadap kadar
masing berisi 6 hewan uji yaitu kelompok SGPT dan SGOT tikus betina. Rerata jumlah
kontrol normal dan 3 kelompok perlakuan. sel yang mengalami degenerasi melemak diuji
Kelompok kontrol normal diberikan pakan normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk.
hewan uji standar dan air ad libitum. Kelompok Apabila data berdistribusi tidak normal maka
uji 1 diberikan isolat andrografolid 18 mg/kg dalam pengujian hipotesis berikutnya akan
BB dan CMC-Na 0,1%. Kelompok uji 2 digunakan statistik (kruskal wallis). Pada uji
diberikan isolat andrografolid 36 mg/kg BB dan statistik kruskal wallis, diperoleh nilai (p<0,05)
CMC-Na 0,1%. Kelompok uji 3 diberikan isolat yang artinya paling terdapat perbedaan jumlah
andrografolid 54 mg/kg BB dan CMC-Na sel mengalami degenerasi melemak yang
0,1%. Sebelum pemberian isolat andrografolid, bermakna antar kelompok. Analisis data
hewan uji dipuasakan selama 12 - 16 jam tetapi dilanjutkan uji Mann Withney U-test dengan
minum tetap diberikan. Selanjutnya makanan taraf kepercayaan 95%.
kembali diberikan 6 jam setelah pemberian obat
uji, kemudian dilakukan pengamatan selama 14 3. HASIL
hari. Pada hari ke-14 dilakukan autopsi dengan 3.1 Pembuatan Serbuk Simplisia
melakukan pemeriksaan histologis hepar serta Serbuk simplisia yang diperoleh dari daun
diukur kadar SGOT dan SGPT menggunakan segar sambiloto 1 kg.
spektrofotometer. 3.2 Pembuatan Ekstrak Terpurifikasi Dari
2.3.5 Pengamatan Histopatologi Serbuk Sambiloto
Hewan yang masih hidup sampai hari Ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
ke-14 dianastesi terlebih dahulu dengan simplisia serbuk sambiloto sebesar 96,58 gram.

35
 
 
Setelah itu, dipurifikasi dengan n-heksan dan Tabel 3. Hasil pemeriksaan histopatologi
diperoleh endapan tidak larut n-heksan sebesar sesuai kelompok perlakuan
86,13 gram. Endapan tersebut dipurifikasi Skor
Perubahan
dengan etil asetat dan diperoleh endapan tidak Perlakuan
histopatologi 0 1 2 3 4
larut etil asetat sebesar 59,84 gram. Endapan
tidak larut etil asetat dipurifikasi dengan Degenerasi kontrol
5 - - - -
menggunakan air panas dan diperoleh endapan melemak normal
tidak larut air sebesar 51,452 gram, endapan 18 mg/kg BB - 1 - - -
tersebut merupakan ekstrak terputifikasi 36 mg/kg BB - 3 - - -
sambiloto.
3.3 Isolasi Andrografolid 54 mg/kg BB - 1 - - -
Ekstrak terpurifikasi dilarutkan dengan
metanol, dipanaskan lalu didinginkan perlahan,
kristal yang terbentuk dicuci dengan metanol.
Diperoleh isolat andrografolid sebesar 500,20
mg.
3.4 Pengaruh Pemberian Isolat
Andrografolid Terhadap Kadar SGOT
dan SGPT
Hasil pengukuran kadar SGOT dan SGPT
dapat dilihat pada tabel. 2
Tabel 2. Kadar SGOT dan SGPT Tikus Gambar 1. A. Kelompok kontrol normal; B.
Kadar SGOT Kadar SGPT Kelompok dosis 18 mg/kg BB; C. Kelompok
Kelompok dosis 36 mg/kg BB; D. Kelompok dosis 54
(U/L) (U/L)
mg/kg BB
Kontrol
94,06 ± 18,15 44,35 ± 10,87 4.PEMBAHASAN
normal
18 mg/kg 4.1 Pembuatan Serbuk Simplisia
92,03 ± 11,33 41,85 ± 11,33 Proses penyerbukan daun sambiloto
BB
bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel
36 mg/kg
89,38 ± 16,85 32,41 ± 16,85 daun, sehingga diperoleh serbuk yang halus.
BB
Semakin halus serbuk simplisia, proses
54 mg/kg ekstraksi dipengaruhi oleh ukuran partikel dari
84,78 ± 16,39 39,53 ± 16,39
BB serbuk simplisia. Proses ekstraksi akan lebih
Data dalam rata-rata ± SD efektif dan efisien apabila menggunakan serbuk
simplisia yang semakin halus. Akan tetapi,
3.5 Pengamatan Histopatologi semakin kecil ukurann partikel simplisia akan
Pengamatan histopatologi organ hepar pada mengakibatkan semakin rumit suatu tahapan
gambar 1, menunjukkan bahwa tidak terjadi filtrasi. Jumlah serbuk yang diperoleh dari
efek toksik yang ditimbulkan oleh isolat penyerbukan 3 kg daun sambiloto yaitu
andrografolid. struktur sel dan jaringan pada sebanyak 1kg.
organ normal dan tidak ada perubahan
4.2 Pembuatan Ekstrak Terpurifikasi Dari
histopatologi. Beberapa sel mengalami
Serbuk Sambiloto
degenerasi melemak, namun hal tersebut tidak
terjadi pada semua organ hewan uji dalam satu Pembuatan ekstrak terpurifikasi diawali
kelompok hanya beberapa ekor tikus. Hasil dengan proses ekstraksi dengan menggunaka
skoring histologi hati dapat dilihat pada Tabel metode maserasi. Proses maserasi dilakukan
3. untuk menarik senyawa yang diinginkan
dengan menggunakan pelarut yang sesuai serta
dilakukan pengadukan beberapa kali dengan
menggunakan suhu ruang (Ansel, 1989).
Metode ini dipilih Karena merupakan metode
yang sederhana, mudah dilakukan. Jumlah

36
 
 
ekstrak kental yang diperoleh dari proses pada SGOT diperoleh nilai p > 0,05 yang
ekstraksi sebesar 96,58 gram. Selanjutnya artinya tidak ada perbedaan bermakna
dilakukan proses purifikasi esktrak dengan antara hewan uji kelompok uji dengan
menggunakan n-heksan, etil-asetat, dan air kontrol. Sedangkan hasil uji Kruskal-
panas. Proses purifikasi merupakan suatu
Wallis pada SGPT juga diperoleh nilai p >
metode untuk mendapatkan komponen bahan
0,05 yang artinya tidak ada perbedaan
alam murni bebas dari komponen kimia lain
yang tidak dibutuhkan. Penggunaan ekstrak bermakna antara hewan uji kelompok uji
terpurifikasi bertujuan untuk menghilangkan dengan kontrol.
senyawa pengotor yang tidak diinginkan, 4.5 Pengamatan Histopatologi
meningkatkan khasiat serta memperkecil dosis Hasil pemeriksaan histopatologi dan
pemberian kepada pengguna (Srijanto, 2012). analisis statistik uji Kruskall-Wallis pada
4.3 Isolasi Andrografolid penelitian uji toksisitas akut oral (LD50) isolat
Isolasi andrografolid dilakukan dengan andrografolid menunjukkan tidak ada
metode kristalisasi- rekristalisasi dengan perubahan yang signifikan (P>0,05). Pada
menggunkan metanol. Pelarut metanol dapat kelompok kontrol normal tidak ditemukan
melarutkan andrografolid pada keadaan panas, adanya degenerasi melemak. Sedangkan pada
serta dapat mengendapkan andrografolid pada kelompok perlakuan yang diberikan isolat
suhu dingin (Austin, 1996). Bobot kristral yang andrografolid ditemukan adanya degenerasi
diperoleh sebesar 500,20 mg. melemak. Namun, tidak terjadi pada semua
4.4 Pengaruh Pemberian Isolat organ hewan uji dalam satu kelompok hanya
Andrografolid Terhadap Kadar SGOT beberapa ekor tikus. Degenerasi melemak
dan SGPT merupakan akumulasi lemak dalam sitoplasma
Hepar merupakan pusat terjadinya proses (Utami et al., 2017).
metabolisme dalam tubuh. Salah satu indikator 5. KESIMPULAN
kerusakan sel-sel hati adalah meningkatnya Hasil uji penelitian ini adalah tidak terdapat
kadar enzim-enzim hati dalam serum. Enzim pengaruh pemberian isolat andrografolid dosis
yang digunakan untuk pengukuran kerusakan 18 mg/kg BB, 36 mg/kg BB dan 54 mg/kg BB
organ hepar adalah aspartate aminotransferase pada organ hepar serta pada kadar SGOT dan
(AST) atau disebut juga SGOT dan alanine SGPT.
aminotransferase (ALT) atau SGPT. Pada
keadaan normal kadar enzim SGOT maupun UCAPAN TERIMA KASIH
SGPT di dalam darah rendah karena terdapat Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dalam sel, tetapi jika terjadi kerusakan semua pihak yang telah membantu penelitian
jaringan, maka sel akan pecah dan enzim- ini.
enzim akan terurai keluar dari hepatosit
masuk ke dalam sistem peredaran darah, DAFTAR PUSTAKA
sehingga kadarnya dalam darah akan Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk
meningkat dibandingkan dengan normal Sediaan Farmasi. Edisi 4.
(Wahyuningsih et al., 2006). Jakarta: UI Press.
Hasil pengukuran kadar SGPT dan
SGOT dapat dilihat pada Tabel 1. Uji Austin, GT (1986), Schrwev’s Chemical
normalitas dan homogenitas varian data Proses Industries, N.J. :
SGOT menghasilkan nilai p > 0,05 McGraw-Hill.
sehingga dilakukan uji Anova. Berbeda
halnya dengan SGPT, uji normalitas SGPT Assagaf, F., A. Wullur, dan A. Yudistira. 2013.
pada dosis 54 mg/kg BB menghasilkan nilai Uji Toksisitas Akut (Lethal Dose
P<0.05 sehingga data tidak terdistribusi 50) Ekstrak Etanol Daun Gedi
Merah (Abelmoschus Manihot L.)
normal maka dilakukan uji non parametrik
Terhadap Tikus Putih Jantan Galur
dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil uji Anova Wistar (Rattus Norvegicus L.).

37
 
 
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi Pemurnian Ekstrak Etanol
– Unsrat. 2(1): 23-27. Sambiloto (Andrographis
paniculate Ness) Dengan
BPOM. 2014. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Teknik Ekstraksi Cair-Cair.
Republik Indonesia Nomor 7 Jakarta: Pusat Teknologi
Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Farmasi da Medika BPPT.
Toksisitas Nonklinik Secara In
Vivo. Jakarta: Badan Pengawasan
Utami, A. R., I K. Berata, Samsuri, I M.
Obat dan Makanan RI.
Merdana. 2017. Efek Pemberian
Farisi, S. A., A. Munawir, dan Z. Febianti. Propolis terhadap Gambaran
2015. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Histopatologi Hepar Tikus Putih
Buah Bruguiera Gymnorrhiza Pada yang diberi Parasetamol. Buletin
Tikus (Rattus Norvegicus). E- Veteriner Udayana. Vol. 9 (1): 87-
Jurnal Pustaka Kesehatan. 3(2). pp: 93.
230-233.
Wulandari, T. M. Harini, dan S. Listyawati.
Harmita dan M. Radji. 2008. Buku Ajar Analisis 2007. Pengaruh Ekstrak Daun
Hayati Edisi 3. Jakarta: Penerbit Sambiloto (Andrographis
Buku Kedokteran EGC. Hal: 43- Paniculata) Terhadap Struktur
49. Mikroanatomi Hepar dan Kadar
Glutamat Piruvat Transaminase
Nugroho, A. E., M. Andrie, K. Warditiani, E. Serum Mencit (Mus Musculus)
Siswanto, S. Pramono, dan E. yang Terpapar Diazinon.
Lukitaningsih. 2012. Antidiabetic Bioteknologi. 4 (2): 53-58.
and Antihiperlipidemic Effect of
Andrographis paniculata (Burm. f.)
Ness and Andrographolide in
Highfructosa-fat-fed Rats. Indian
Journal Pharmacol. 44(3): 377-
381.

Ratnani, R. D., I. Hartati, Dan L. Kurniasari.


2012. Potensi Produksi
Andrographolide dari Sambiloto
(Andrographis Paniculata Ness)
Melalui Proses Ekstraksi
Hidrotropi. Momentum. 8(1): 6-10.

Suharmiati dan L. Handayani. 2001. Isolasi dan


Identifikasi Andrografolida dari
Herba Andrographis paniculata
Ness. Media Litbang Kesehatan.
11(2): 3337.

Sundari, E. 2003. Uji Toksisitas Akut Ekstrak


Etanol Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness) Pada Mencit
(Skirpsi). Bandung: Universitas
Kristen Maranatha.

Srijanto, B., P.O. Bunga, L. Khojayanti, E.


Rismana, dan Sriningsih. 2012.

38
 

Anda mungkin juga menyukai