Anda di halaman 1dari 35

UJI EFEKTIFITAS HEPATOPROTEKSI EKSTRAK ETHANOL RIMPANG KUNYIT PUTIH

(Curcuma zedoaria) TERHADAP


SEL HEPAR TIKUS GALUR WISTAR JANTAN
YANG DIINDUKSI SIKLOFOSFAMID
 

Timbul M Panjaitan
183307040074
Pembimbing I
 dr.Chrismis Novalinda Pembimbing II
Ginting, M.Kes.  Dr. Linda Chiuman, M.K.M.
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jejas hati imbas obat (drug-induced liver injury; DILI) atau biasa
dikenal dengan hepatotoksisitas imbas obat merupakan kerusakan
1 pada hepar yang disebabkan oleh pajanan terhadap obat atau agen
non-infeksius (Loho et.al., 2014).

Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan


besar di negara maju maupun di negara berkembang.
2 Indonesia merupakan negara dalam peringkat endemik tinggi
mengenai penyakit hati (Depkes RI, 2007).
Hepatotoksisitas imbas obat merupakan alasan paling sering penarikan obat dari
pasaran di Amerika Serikat dan di dalamnya termasuk lebih dari 50% kasus gagal hati
akut. Di Amerika Serikat, sekitar 2.000 kasus gagal hati akut dan 50%nya diakibatkan
oleh obat

Curcuma zedoaria Rosc., mempunyai kandungan utama senyawa-senyawa


3 arilheptanoid (kurkuminoid), minyak atsiri dengan bermacam-macam monoterpen
dan seskuiterpen, dan polisakarida. Aktivitas farmakologik menunjukkan adanya
efek antimikroba, antiradang, antikanker, hepatoprotektif, dan insektisida

Berdasarkan khasiat kunyit putih yang luar biasa, saya tertarik untuk
4 meneliti lebih lanjut kasiat kunyit putih untuk menentukan mekanisme
efek relaksasi ekstrak etanol kunyit putih terhadap efek protektifnya
pada hepar, sistem imun dan enzim hati SGOT dan SGPT
Perumusan Masalah
Apakah Ekstrak Kunyit Putih memiliki efek mengontrol
1
proteksi terhadap organ hepar pada mencit putih?

Apakah ekstrak kunyit putih bisa menghambat toksisitas dari obat


2 siklofosfamid pada mencit putih?

Apakah mekanisme efek mengontrol toksisitas pada kunyit putih di


3 organ hepar memiliki pengaruh enzyme SGOT/SGPT pada mencit ?

Apakah mekanisme kunyit putih memiliki efek peningkatan sistem imun


dan memiliki efek secara tidak langsung pada pemeriksaan darah
4
perifer pada mencit ?
Hipotesis
Ekstrak kunyit putih memiliki efek mengontrol kerusakan sel hati pada
1 mencit yang diinduksi siklofosfamid.

Ekstrak kunyit putih memiliki efek peningkatan imun pada mencit dan
2 menyeimbangkan nilai darah perifer pada mencit

Mekanisme efek ekstrak kunyit putih mengontrol kerusakan sel hati


3 pada mencit memiliki efek pada perbaikan enzim hati SGOT dan SGPT

Mekanisme efek ekstrak kunyit putih mengontrol kerusakan sel hati


4 pada mencit memperbaiki organ hepar setelah diinduksikan
siklofosfamid
Tujuan Penelitian

Mengetahui efek ekstrak kunyit putih pada pengontrolan kerusakan sel


1 hati setelah diinduksikan siklofosfamid

Membandingkan efek pengontrolan kerusakan sel hati pada mencit


2 yang tidak diberikan dengan yang diberikan ekstrak kunyit putih yang
diinduksikan siklofosfamid.

Menentukan mekanisme efek proteksi ekstrak kunyit putih terhadap organ hepar
3 mencit yang diinduksikan siklofosfamid pada enzim hepar SGOT dan SGPT

Mengetahui mekanisme efek proteksi ekstrak temu putih organ hepar mencit yang
4 diinduksi siklofosfamid dengan gambaran histologi organ dan enzim hepar SGOT
dan SGPT
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


dalam pengembangan kunyit putih sebagai obat liver
protektif dan obat hepar baru, berkaitan dengan informasi
tentang efek proteksi dari kunyit putih (Curcuma zedoaria)
terhadap histologi organ hepar mencit berdasarkan
mekanismenya yang dimediasikan melalui perbaikan enzim
hepar SGOT dan SGPT Sehingga kunyit putih dapat
digunakan secara tepat dalam terapi hepatitis dan penyakit
hepar lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hepar
 Hepatitis Imbas Obat J Acquir Immune Defic Syndr 2006
Sistem persarafan pada hepar
Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc)

Kingdom : Plantae
Filun : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zedoaria
Kandungan kunyit putih
Anti radang, anti bakteri, anti virus, anti septik, anti
flavonoid histamine, anti fungal, insektisidal.

saponin Anti bakteri, anti aging

tannin Anti oksidan

minyak
atsiri Aroma terapi, metabolism.
Manfaat kunyit
putih
anti rematik atau inflamasi, penyakit kulit,
batuk dan asma, kerusakan hepar dan anti
oksidan
Kunyit putih efektif mencegah penyakit-penyakit
yang terkait dengan radikal bebas seperti
karsinogenesis, kardiovaskular, dan penuaan
Gambar 2.17 Kerangka Pikir Efek Relaksasi Ekstrak Kunyit Putih
 
Variable Bebas Variabel terikat Parameter

Populasi Normal: dirawat biasa


tanpa perlakuan, lalu dieksekusi
pada hari ke-16

EEPopulasi kontrol positif dapat


Katekin 200mg/kgBB selama 10 Gambaran mikroskopis
hari Ada Tidaknya Kerusakan sel
Tikus yang organ hati
EEPopulasi kontrol negative dapat diinduksi
Na CMC 0,5 % selama 10 hari siklofosfamid
dosis eri Pemeriksaan Enzym Hasil Jumlah Enzym SGOT dan SGPT
Populasi dosis 1: Ekstrak 150mg/kgBB SGOT dan SGPT
rimpang kunyit putih dosis 200
mg/kg BB selama 10 hari Pada hari ke-
Gambarann histopatologi
11s/d15 lalu Ada Jumlah Black Dot
hepar
Populasi dosis 2: Ekstrak rimpang dieksekusi pada
kunyitputih dosis400 mg/kgBB
selama 10 hari hari ke-16
Pemeriksaan Darah
Hasil jumlah leukosit, trombosit dan
Perifer
Populasi Dosis 3: Ekstrak hematokrit
rimpang kunyit putih dosis 800
mg/kgBB selama 10 hari
BAB III
METODE PENELITIAN
alat

Alat bedah, alat gelas laboratorium, aluminium foil, blender (miyako),


cawan porselin, desikator, incubator, kaca objek, kaca penutup, krus
porselin, lemari pengering, mikroskop cahaya, neraca analitik (Vibra
AJ), oral sonde, oven listrik (Stork), penangas air (Yenaco), penjepit
tabung, rak tabung reaksi, rotary evaporator, sentrifugator,
seperangkat alat penetapan kadar air, spuit injeksi, tanur
(Nabertherm, tabung reaksi, timbangan hewan (Prescia).
Bahan Kunyit putih (Curcuma zedoaria).

Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Aquades, alfa-naftol,
kimia asam nitrat pekat, asam anhidria, asam sulfat pekat, Etanol (destilasi),
merkuri (II) klorida, kalium klorida, kalium iodide, iodium, bismuth (III)
nitrat, asam klorida pekat, timbal (II) asetat, besi (III) klorida, buffer
formalin 10%, buffer sodium sitrat, isopropanol, heksana, Na CMC 0,5
%, serbuk seng, toluene, xylene, zat warna (hematoksilin dan eosin).
Sampel yang harus digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
Tanaman kunyit putih (Curcuma zedoaria)
Hewan Percobaan

Tikus galur wistar jantan


berat badan antara 150-300 gram dengan usia 2-3 bulan
Hewan ini diaklimatisasi selama dua minggu dengan tujuan untuk menyeragamkan
makanan dan hidupnya sehingga dianggap memenuhi syarat untuk penelitian.

Sebelum digunakan dalam penelitian, hewan percobaan dipuasakan selama 24 jam agar
kontraksi organ hepar yang digunakan tidak dipengaruhi oleh zat-zat lain

Ethical clearance for research


Pembuatan Simplisia
Kunyit putih(Curcuma zedoaria) dibersihkan dari kotoran dengan
cara mencuci di bawah air mengalir hingga bersih, ditiriskan,
dipotong, kemudian ditimbang sebagai berat basah.
dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur ±40°C sampai
kering (ditandai bila diremas rapuh)

ditimbang sebagai berat kering

Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu disimpan


dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar untuk mencegah
pengaruh lembab dan pengotoran lain.
Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan


mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan
kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar
sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar
abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut
dalam asam
Skrining Fitokimia
Simplisia dan Ekstrak

pemeriksaan senyawa golongan alkaloid,


flavonoid, glikosida, saponin, tannin, dan
steroid/triterpenoid
Tahapan
Pengujian
Preparasi organ
Organ hati yang telah diambil kemudian dicuci dengan NaCl 0,9% selanjutnya dimasukkan
ke dalam pot yang berisi larutan buffer formalin 10%, selanjutnya organ hati dipotong
dengan ketebalan 4-6 mm. Jaringan yang telah difiksasi kemudian didehidrasi dengan
alkohol mulai dari konsentrasi 70%, 80%, 90%, 95% masing masing selama 24 jam
dilanjutkan dengan alkohol 100% selama 1 jam yang diulang sebanyak tiga kali. Setelah
didehidrasi dilanjutkan dengan alkohol 10% selama 1 jam yang diulang tiga kali. Setelah
didehidrasi dilanjutkan dengan penjernihan menggunakan xilol debanyak tiga kali masing-
masing selama 1 jam dilanjutkan dengan inflitrasi paraffin. Jaringan kemudian dilakukan
penyayatan dengan ketebalan 4-5 mikron.
Hasil sayatan dilekatkan kepada kaca objek, kemudian diwarnai dengan pewarnaan
hematoksilin-eosin (HE). Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan berdasarkan
prosedur kerja yang diterapkan di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara.
Pengamatan dilakukan terhadap gambaran mikroskopis sel hati berupa perubahan
gambaran sel normal-abnormal lalu dikelompokkan dan diskoring (skor 0 untuk nilai
normal dan skor 1 untuk nilai abnormal). Pengamatan dilakukan sebanyak 10 lapang
pandang.
Pewarnaan dan Pemeriksaan Histopatologi
dengan Pewarnaan AgNOR
Pewarnaan AgNOR dilakukan dengan cara preparat histologi jaringan hepar
diemersikan dalam buffer sodium sitrat (ph 6,0) kemudian diinkubasikan dalam
otoklaf. Pada suhu 120 derajat celsius (tekanan 1,1-1,2) selama 20 menit, setelah
didinginkan sampai suhu 37 derajat Celsius, slide lalu diemersikan ke dalam larutan
pengecatan perak yang terdiri dari 1 bagian volume gelatin 2% dalam asam formiat 1% dan
2 bagian larutan perak nitrat 25% dalam lingkungan yang terkontrol suhunya yaitu pada
suhu 37 derajat Celsius selama 11 menit. Reaksi dihentikan dengan mencuci slide
menggunakan aqua bidestilata dan di didehidrasi menggunakan etanol 96% dengan
konsentrasi yang dinaikkan secara bertingkat, dibersihkan dengan xylene dan ditempelkan
pada resin. Pemeriksaan dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menghitung black dot
yang dikonversikan ke nilai mAgNOR. Pengamatan black dot dilakukan sebanyak 10 lapang
pandang dengan mikroskop cahaya pembesaran 1000X dalam minyak emersi. Hasil
perhitungan black dot dikonversikan ke nilai mAgNOR, yaitu jumlah seluruh black dot pada
250 sel kemudian dirata-rata dengan cara membagi jumlah seluruh black dot dengan
jumlah sel yang diamati (Adelina et al, 2013).
Pemeriksaan Fungsi Hati

Pemeriksaan Alkali Fosfatase dilakukan dengan


menggunakan metode IFCC (Sardini, 2007).
Pembuatan Suspensi Na CMC 0,5%

Pembuatan suspense Na CMC 0,5% dilakukan dengan cara


sebagai berikut: sebanyak 0,5 gram Na CMC ditaburkan ke
dalam lumping yang berisi air suling panas sebanyak 10 ml.
Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang
transparan, diperas hingga terbentuk gel dan diencerkan
dengan sedikit air suling, kemudian dituang ke dalam labung
tentukur sebanyak 100 ml, ditambahkan air suling sampai
batas tanda suspense digunakan sebagai pembawa Ekstrak
Kunyit Putih
Pembuatan Larutan Siklofosfamid

Pembuatan larutan siklofosfamid dilakukan dengan cara yang


tertera pada etiket cyclofid, yaitu dengan melarutkan serbuk steril
cyclofid yang mengandung 200 mg siklofosfamid dengan larutan
injeksi NaCL 0,45%. Pengenceran larutan fisiologis NaCL 0,9 %
menjadi 0,45% yaitu dengan memipet 5 ml larutan NaCL 0,9% lalu
ditambahkan aqua pro injeksi hingga 10 ml. Konsentrasi larutan
siklofosfamid yang diperoleh adalah 20 mg/ml (2%), dosis larutan
siklofosfamid yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50 mg/ml
(Kong et al., 1995).
Pembuatan larutan Buffer Formalin 10%

Larutan buffer formalin 10% dibuat dengan penambahan 4 g


NAH2PO4 dan 6,5 g NA2PO4 ke dalam formalin 10% (100 ml
larutan formaldehid 40% ditambah akuades 900 ml)
kemudian dicukupkan dengan akuades 1000ml.
Pengujian Hewan Uji

Hewan uji dibagi atas 6 kelompok dan masing-masing terdiri dari 6 hewan percobaan. Pengujian aktifitas
dijalankan sebagai berikut:
Kelompok I: dirawat biasa tanpa perlakuan, lalu dieksekusi pada hari ke-16
Kelompok II: Kontrol positif, hewan uji diberikan Katekin 200mg/kgBB sekali sehari selama 10 hari berturut-
turut. Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum.
Kelompok III: Kontrol negatif, hewan uji diberikan suspense Na CMC 0,5% sekali sehari selama 10 hari
berturut-turut. Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum.
Kelompok IV: Perlakuan, diberikan suspense Ekstrak rimpang kunyit putih dengan dosis 200 mg/kg BB secara
oral selama 10 hari setelah itu diinduksikan larutan siklofosfamid dosis 150 mg/kg BB secara intraperitoneal
pada hari ke-11 s/d 15. Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum.
Kelompok V: Perlakuan, diberikan suspense Ekstrak rimpang kunyit putih dengan dosis 400 mg/kg BB secara
oral selama 10 hari setelah itu diinduksikan larutan siklofosfamid dosis 150 mg/kg BB secara intraperitoneal
pada hari ke-11 s/d 15. Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum.
Kelompok VI: Perlakuan, diberikan suspense Ekstrak rimpang kunyit putih dengan dosis 800 mg/kg BB
secara oral selama 10 hari setelah itu diinduksikan larutan siklofosfamid dosis 150 mg/kg BB secara
intraperitoneal pada hari ke-11 s/d 15. Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum.
Analisis data
Data dianalisa secara statistic dengan menggunakan oneway ANOVA dengan
syarat bila jumlah black dot di tiap-tiap kelompok terdistribusi normal dengan
variasi homogen. Uji normalitas dan homogenisitasnya menggunakan
Kolmogornov Smirnov dilanjutkan dengan uji Tuckey. Tingkat kepercayaan
ditentukan dengan 95%
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai