Anda di halaman 1dari 27

Teknik Evaluasi

Bioaktivitas
Hepatoprotektor
KELOMPOK 2
KASIH
DINDA PERMATA HAFIZHATUL
FADILLA SARI AKRAMI
1811013015 1911011002 1911011018
NOVIA YOLA REZKA
W FELICIA IDFI ALINA
1911011048 1911012017 1911012042

DELFINA ANNISA
LINGGA P KHAIRANI
1911012051 1911013035
01
PENDAHULUAN
HEPATOPROTEKT
OR
Hepatoprotektor
Hepatoprotektor adalah suatu senyawa
obat yang memiliki efek untuk
memulihkan, memelhara, dan mengobat
kerusakan hati. Penyebab kerusakan
obat kemoterapi, CCL4, TAA, konsumsi
alkohol berlebih,merokok, dll,

Tujuan : untuk mengetahui


efektifitas obat dalam
menyembuhkan kerusakan hati

Penyakit: hepatitis, kanker, hati


berlemak, insufisiensi hati, sirosis
hati,radang kandung empedu ,
penyakit kuning
Sekilas tentang penyakit hati
Virus hepatitis masuk  epitelium intestinal beredar melalui vena
mesenterika hati  virus memasuki hati  bereplikasi secara ekslusif
didalam sitoplasma melalui RNA polymerase
Hepatitis

Virus dan konsumsi alkohol  hepar kontraksi  mengecil 


hipertensi portal  pembentukan varises dan esofagus gaster 
vasodilasi splankklinik sirkulasi hiperdinamik  terbentuknya
Sirosis hati fibrosis  penumpukkan empedu  terganggunya eksresi billirubin
feses seperti dempul.

Peningkatan laju dektruksi eritrosit  pembentukan bilirubin


berlebih meningkat bilirubin tak terkojugasi di darah 
Penyakit kuning peningkatan pembentuka urobilinogen  feses/ urin menjadi gelap
02
GOLONGAN OBAT
HEPATOPROTEKT
OR
Pada umumnya, golongan obat ini
mengandung:

Asam Amino Kurkuma Zat Lipotropik


Contoh: Contoh: Contoh:
Aminofusin Hepar Heparviton Methionin dan Vitamin
MEKANISM
E KERJA
Detoksilasi senyawa racun, baik yang masuk dari luar
(eksogen) maupun yang terbentuk dalam tubuh (endogen)
pada proses metabolisme, meningkatkan regenerasi sel hati
yang rusak, anti radang, dan sebagai immunostimulator, dan
sebagai antioksidan yang dapat menghambat pembentukan
radikal bebas dengan mengikat radikal bebas tersebut lalu
mencegah terjadinya oksidasi dan menetralkan senyawa yang
telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan elektton
sehingga sel hati terlindungi dari kerusakan.
03
TEKNIK
EVALUASI
1. Metode Induksi dengan CCl4
Alat Bahan
- Jarum sonde - Tikus berat 200-250 g (24 ekor dibagi
menjadi 6 kelompok
- Pipa Kapiler
- Ekstrak Tanaman yang diperkirakan memiliki
- Seperangkat pereaksi efek hepatopretektor dengan berbagai
untuk penentuan konsentrasi
SGOT dan SGPT
- Karbon Tetraklorida (CCl4) untuk
- Spektrofotometer penginduksi (hepatotoksik)

- Ekstrak Karliv untuk pembanding

- Na CMC

- NaCl
Cara Kerja
- Aklimatisasi hewan uji tikus selama 7 hari
- Hewan uji sebelum dilakukan percobaan dipuasakan makan selama 18 jam , namun tetap diberikan
minum
- Hewan uji dikelompokkan menjadi 5 kelompok secara acak, dan diberikan bahan sebagai berikut

Kelompok 1 : sebagai kontrol diberikan Na CMC saja

Kelompok 2 : sebagai kontrol negatif diberikan hanya CCl 4 s saja

Kelompok 3 : sebagai kontrol positif diberikan CCl 4 dan obat pembanding Karliv Plus

Kelompok 4 : diberikan ekstrak dengan dosis 50 mg/200 g BB

Kelompok 5 : diberikan ekstrak dengan dosis 100 mg/200 g BB

Kelompok 6 : diberikan ekstrak dengan dosis 200 mg/200 g BB

- Pemberian sediaan diberikan selama Setelah hewan uji diberi ektrak dan perlakuan sesuai dengan
kelompok masing- masing selama 7 hari, kemudian hewan uji diinduksi dengan CCl4 pada hari
kedelapan dan dilakukan pengambilan darah pada hari kesembilan
Lanjutan Cara Kerja
Note: Dosis CCl4 yang digunakan yang menyebabkan hepatotoksisitas yang nyata pada hati yang dapat
dilihat secara makropatologinya tanpa mematikan hewan percobaan dalam waktu terlalu singkat (kurang dari
24 jam).

- Pada hari ketiga setelah penginduksian dengan CCl4 diambil darahnya melalui sinus orbitalis matanya
menggunakan pipa kapiler yang dibasahi dengan larutan heparin. Darah dimasukkan kedalam tabung
kapiler (mikrocentrifuge), lalu disentrifuge pada 3.000 rpm selama 10 menit. Plasma dipisahkan dan
digunakan untuk penentuan aktivitas SGOT dan SGPT menggunakan seperangkat pereaksi untuk
penentuan aktivitas kedua enzim aminotransferase tersebut dengan spektrofotometer pada 334 nm.
Interpretasi Data
Hasil ditunjukkan dari nilai kadar SGOT dan SGPT yang
didapatkan dimana jika suatu zat atau senyawa uji memiliki
sifat hepatoprotektor maka akan memiliki kadar SGOT dan
SGPT yang mendekati pembanding atau kontrol normal
dan berada pada rentang SGPT dan SGOT yang ada pada
kontrol negatif yang hanya diberikan senyawa hepatotoksik
(CCl4)

Semakin baik sifat hepatoprotektor dari suatu ekstrak uji


maka diketahui nilai SGPT dan SGOT nya akana semakin
kecil.
2. Metode Induksi Nekrosis Hati dengan Alil
Alkohol
Alat Bahan
1. 1,25 % alil alkohol
1. Syringe atau Sonde dalam air dengan
2. Stereomikroskop dosis 0,4 ml/kg
3. Okulomikrometer 2. Senyawa uji
Hewan Uji
Tikus Wistar betina
dengan berat 120 –
150 gram
Prosedur:
Hari Ke-1
1. Jam 8 pagi hari pertama dipuasakan dari makan, tetapi tidak
dengan minum
2. Jam 3 sore, berikan senyawa yang akan diujikan aktivitas
proteksinya secara i.p atau secara oral
3. Satu jam kemudian, hewan diberi larutan 1,25 % alil alkohol
dalam air dengan dosis 0,4 ml/kg secara oral
Hari Ke-2 lakukan kembali seperti hari pertama
Hari Ke-3
4. Pada jam 8 pagi hewan dikorbankan dan diambil hatinya.
5. Bagian parietal hati (kanan, tengah dan kiri lobe dan lobus
caudatus) diamati menggunakan stereomikroskop dengan 25
kali perbesaran.
Lanjutan prosedur:
Interpretasi Hasil:
3. Nekrosis fokel teramati dengan Indeks nekrosis rata-rata, dan
putih-hijau atau area hemoragi dibandingkan dengan t-Test.
kekuningan yang jelas terpisah Efek hepatoprotektor
dari jaringan yang tidak terinfeksi. dinyatakan sebagai persentase
4. Diameter area nekrosis diamati penurunan indeks nekrosis
dengan menggunakan versus kontrol
okulomikrometer. Nilai ini
ditambahkan untuk masing-
masing hewan untuk mengetahui
indeks nekrosis
3. METODE INDUKSI DENGAN
PARACETAMOL
ALAT
Fotometer 5010, timbangan analitik, gelas ukur, gelas kimia, pipet ukur, pipet mikro,
sentrifuge, stopwatch, tabung reaksi, tabung sentrifuge, spoit oral, dan spoit injeksi.

BAHAN
Alkohol 96%, N-heksan, aquadest, reagen GPT, reagen GOT, serbuk paracetamol,
serbuk temulawak, Na CMC 0,5%, dan Na EDTA 10%.
Prosedur kerja:
● Penyiapan dan pembuatan batang galing
Sampel batang galing dibersihkan, dirajang, dikeringkan dan diekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% selama 5 hari. Ekstrak cair dipekatkan menggunakan rotavapor.
● Pembuatan ekstrak terpurifikasi
Ekstrak kental dilarutkan dengan etanol dan dimasukkan dalam corong, kemudian ditambahkan N-heksan
dengan perbandingan 1:1 setelah itu dikocok selama 5 menit dan didiamkan selama 15 menit ambil
lapisan N-heksan. Lakukan pengulangan diatas hingga fase etanol berwarna bening kemudian diuapkan
dalam waterbath.
● Pengujian Efek hepatoprotektor pada Hewan Uji
Terdiri dari 4 ekor tikus wistar dengan 3 kelompok perlakuan, hewan uji dipuasakan 6-8 jam sebelum
perlakuan, kemudian ditimbang. Diambil darah tikus wistar melalui intra muscular melalui ekor dengan
menggunakan spoit 1 cc, disentrifug lalu ukur SGOT dan SPGT awal. Kemudian hewan uji pada kelompok I
yaitu kelompok perlakuan diberi ekstrak terpurifikasi batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) dengan
dosis 400 mg/kgBB , kelompok II yaitu kelompok kontrol positif diberikan serbuk temulawak, kelompok III
yaitu kelompok kontrol negatif diberikan Na. CMC 0,5%. Ketiga kelompok tersebut diberi perlakuan (1 kali
sehari) selama 6 hari lalu dilakukan pengukuran kadar SGOT/SPGT pertama pada hari ke-7, dan diberi
perlakuan diinduksi dengan paracetamol 2,5g/kgBB (1 kali sehari) pada hari ke-8 sampai hari ke-13, dan
pada hari ke-14 dilakukan pengukuran aktifitas SGOT dan SPGT akhir.
● Analisis Data
Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji anova dilanjutkan uji BNT pada tingkat
kepercayaan 95% ( =0,05) dengan menggunakan SPSS 20 .
Kesimpulan:
Zat penginduksi hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah parasetamol, pemberian
parasetamol dosis tinggi diberikan setiap hari agar menyebabkan kerusakan pada hati. Paracetamol yang
mempunyai daya hepatotoksik sangat besar apabila digunakan dalam dosis tunggal yaitu 10-15 g. Dalam
penelitian ini tikus putih diberi ekstrak selama 7 hari dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
ekstrak terpurifikasi batang galing dapat melindungi hepar.
Kelompok negatif setelah pemberian parasetamol selama 5 hari pada hari ke-14 mengalami peningkatan
kadar yaitu 10,75 (µ/L) dan SGPT sebesar 12 (µ/L). Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa
parasetamol dapat mengakibatkan kerusakan hati ditandai dengan adanya peningkatan kadar SGPT dan
SGOT.
Kelompok positif terjadi peningkatan kadar setelah pemberian parasetamol yaitu SGOT sebesar 4,5 (µ/L)
dan SGPT sebesar 1 (µ/L) peningkatan kadar SGOT dan SGPT lebih rendah jika dibandingkan dengan
kelompok negatif.
Kelompok perlakuan ekstrak terpurifikasi batang galing (Cayratia trifolia L. Domin) pada peningkatan
kadar tidak berbeda jauh dengan kontrol positif dapat memperbaiki dan mempercepat sel-sel hati yang
rusak. Aktivitas hepatoprotektif yang ditunjukkan oleh ekstrak terpurifikasi batang galing kemungkinan
disebabkan oleh adanya aktivitas antioksidan dalam tanaman tersebut. Oleh karena itu pemberian ekstrak
terpurifikasi batang galing terbukti secara signifikan melalui statistik mempunyai aktivitas hepatoprotektif
terhadap hati tikus yang dipapar paracetamol dosis toksik.
4. Metode Induksi dengan INH-RIF
Induksi kerusakan hepar dapat dilakukan menggunakan beberapa jenis obat
atau bahan, yaitu karbontetraklorida, asetaminofen, etanol, ataupun
kombinasi isoniazidrifampisin (INH-RIF). Induksi INH-RIF akan menimbulkan
kerusakan hepar melalui stres oksidatif dan inflamasi setelah diinduksi
selama 28 hari. Kerusakan hepar akibat INH-RIF menyebabkan peningkatan
kadar enzim transaminase serum dan kerusakan histopatologis hepar.
Kerusakan histopatologis yang terjadi meliputi degenerasi, nekrosis dan
infiltrasi sel radang.
Metode induksi dengan INH-RIF
Alat dan bahan
1. Tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar, jantan,
6. Sonde lambung.
usia 8-12 minggu, berat 180-220 gram
7. Obyek glass dan cover glass
sebanyak 8 ekor (dibagi dua kelompok:
9. Hematoksilin eosin
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan).
10. Xylol
2. Tablet kombinasi Isoniazid dan rifampisin
11. Parafin
(mengandung isoniazid 150 mg dan rifampisin
12. Etanol konsentrasi bertingkat
150 mg).
13. Mikroskop
3. Ekstrak etanol ubi jalar ungu.
14. Formalin 10%
4. Akuadest.
15. Mikrotom
5. Pakan tikus.
6. Timbangan.
Prosedur Kerja
1. Hewan coba diaklimatisasi terlebih dahulu selama satu minggu pada tempat
penelitian, ditempatkan pada kandang yang nyaman, diberi pakan standard dan
minum ad libitum. Kandang disesuaikan dengan kondisi alami, dengan
memperhatikan cahaya dan suhu yang sesuai. Pemberian pakan dilakukan tiap
hari pukul 08.00-09.00.
2. Hewan coba dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol (mendapat
induksi INH-RIF saja) dan kelompok perlakuan (mendapat induksi INH-RIF dan
ekstrak etanol ubi jalar ungu).
3. Kelompok perlakuan diberikan ekstrak etanol ubi jalar ungu mulai hari 1-7 (7
hari sebelum induksi dengan INH-RIF) hingga hari ke-35 dengan dosis 200
mg/200 gram tikus/hari (dalam volume 1,5 mL) menggunakan sonde. Pemberian
ekstrak diberi jarak satu jam sebelum induksi INH-RIF. Kelompok yang tidak
mendapat ekstrak ubi jalar ungu diberi plasebo berupa akuades dengan volume
yang sama.
4. Induksi terhadap hewan coba dilakukan terhadap kelompok induksi dan
perlakuan mulai hari ke-8 hingga hari ke-35 dengan memberikan isoniazid dan
rifampisin masing-masing sebesar 100 mg/200 gram tikus/hari (dilarutkan
dalam volume 1,5 mL akuadest) dengan sonde. Makan dan minum tetap
diberikan ad libitum setiap hari.
5. Hari ke-36 dilakukan pengambilan sampel darah dan organ hepar. Tikus
dikorbankan dengan pemberian anestesi ketamin HCl 40 mg/kgBB secara
intramuskuler.
6. Sampel darah diambil dari medial cantus sinus orbitalis menggunakan kapiler
hematokrit dan langsung ditampung pada tabung vacculab.
7. Sampel hepar dicuci dengan phosphat buffer saline (PBS), ditiriskan dan
ditimbang. Selanjutnya disimpan dalam pot plastik dan disimpan dalam freezer
suhu -20ᵒC sebelum dianalisis lebih lanjut. Sebagian hati ditempatkan dalam
wadah yang berisi formalin 10% untuk pembuatan preparat histopatologis.
8. Untuk menilai aktivitas hepatoprotektor ekstrak etanol ubi jalar ungu, dilakukan
pemeriksaan ALT serum dan histopatologis hepar (pewarnaan HE).
Prosedur Pewarnaan
HE
1. Sampel jaringan yang telah difiksasi kemudian direndam dalam cairan etanol dengan
konsentrasi bertingkat untuk menghilangkan air dalam jaringan (proses dehidrasi).

2. Sampel dipindahkan ke dalam xylol untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi).

3. Selanjutnya sampel jaringan dimasukkan ke dalam parafin panas untuk menginfiltrasi


jaringan. Proses berlangsung selama 12-16 jam. Jaringan yang awalnya lembek akan menjadi
keras sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom.

4. Pemotongan dengan mikrotom akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 µm.


Lapisan ini kemudian diletakkan di atas object glass untuk diwarnai dengan pewarnaan
hematoksilin-eosin.
5. Hematoksilin akan memberi warna biru pada nukleus sedangkan eosin akan memberikan
warna merah muda pada sitoplasma.

6. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali.


Pengamatan dilakukan pada lima lapang pandang untuk masing-masing sampel, yaitu bagian
kiri, kanan, atas, bawah dan tengah.

7. Diamati dan dibandingkan degenerasi, nekrosis dan infiltrasi sel radang antara kelompok
kontrol dan perlakuan.
THANKS
HOPE YOU ENJOY WITH OUR
PRESENTATION!

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai