1. Judul Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimumsanctum) Diukur dari Nilai LD50 dan Histopatologi Ginjal 2. Metode Uji toksisitas akut oral dilakukan dengan metode OECD 420 yang merupakan standar yang diterima untuk menguji keamanan produk, pestisida dll. procedure dengan sekelompok mencit Balb/c betina 5 ekor diberikan dosis bertingkat menggunakan metode fix doses. 3. Hasil Penelitian Didapatkan kisaran nilai LD50 ekstrak etanol daun kemangi (Ocimumsanctum) > 2000 mg/KgBB. Rerata skor histopatologi ginjal antara kelompok kontrol dan perlakuan berbeda bermakna dengan uji Mann-Whitney didapatkan p=0,018. Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum) termasuk kategori senyawa tidak toksik namun terdapat perubahan gambaran histopatologi ginjal mencit berupa lesi fokal setelah pajanan akut pada dosis tertinggi pada metode OECD 420.
Uji Toksisitas Sub Akut
1. Judul Jurnal Jurnal Farmasi Higea 2. Judul Uji Toksisitas Sub Akut Ekstrak Etanol Daun Sembung (Blumea balsamifera L. DC) Terhadap Fungsi Hati Dan Ginjal Pada Mencit Putih Jantan 3. Metode Uji Toksisitas Subakut Sebanyak 36 ekor mencit putih jantan berusia 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram digunakan sebagai hewan uji. Hewan dibagi dalam 4 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol daun sembung (Blumea balsamifera (L). DC) dengan dosis 100 mg/kg BB, 150 mg/kg BB, dan 250 mg/kg BB diberikan sekali sehari secara oral selama 21 hari. Parameter yang diamati yaitu aktivitas SGPT, kadar kreatinin dalam serum dan penentuan berat relatif organ hati dan ginjal. 4. Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sembung dengan dosis 100 mg/kg BB, 150 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas SGPT, kadar kreatinin dalam serum dan berat relatif organ hati dan ginjal (p > 0,05). Jadi pemberian variasi dosis dan lama pemberian ekstrak daun sembung (Blumea balsamifera (L). DC) tidak menimbulkan efek toksik secara sub akut terhadap fungsi hati dan ginjal pada mencit putih jantan (p > 0,05).
Uji Toksisitas Kronis
1. Judul Jurnal Jurnal Verteriner 2. Judul Toksisitas Ekstrak Daun Sirih Merah pada Tikus Putih Penderita Diabetes Melitus. 3. Metode Uji toksisitas jangka panjang (kronik) Percobaan jenis ini mencakup pemberian obat secara berulang selama 36 bulan atau seumur hewan, misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk anjing dan onyet. Memperpanjang percobaan kronik untuk lebih dari 6 bulan tidak akan bermanfaat, kecuali untuk percobaan karsinogenik. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih jantan, dibagi secara acak menjadi lima kelompok perlakuan, yaitu P1: tikus sehat yang hanya diberikan aquades; P2: tikus yang diberikan aloksan 120 mg/kg bb; P3: tikus yang diberikan aloksan 120 mg/kg bb dan ekstrak daun sirih merah 50 mg/kg bb; P4: tikus yang diberikan aloksan 120 mg/kg bb dan ekstrak daun sirih merah 100 mg/kg bb; dan P5: tikus yang diberikan aloksan 120 mg/kg bb dan suspensi glibenclamide 1mg/kg bb. Pengukuran aktivitas ALT dan AST menggunakan Reflovet plus machine. Analisis data menggunakan analisis sidik ragam. 4. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirih merah tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap aktivitas ALT dan AST tikus putih yang menderita DM.