Anda di halaman 1dari 8

TES FUNGSI HATI

Paper Patologi Klinik Veteriner

TES FUNGSI HATI

OLEH
Kelas               : D
Kelompok      : II

Khairul Rizal                                     1202101010058
Akmal Safrijal SA                             1202101010061
Nurjannah Penjaitan                        1202101010077
Ahmad Ikhwan                                 1202101010078
Baida Murliana                                 1202101010084
Tri Marsidah                                     1202101010085
M.Ridhan Akbar                              1202101010086
Teuku Shaddiq Rosa                        1202101010088
Yopi Pernando                                  1202101010101

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan


Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala
2014

TES FUNGSI HATI


Pendahuluan
Hati merupakan organ pusat metabolisme. Hal ini di dukung oleh letak anatomisnya.Hati menerima
pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang
mengandung zat makanan yang diabsorbsi oleh usus.Karena itu fungsi organ hati penting diketahui dalam menilai
kesehatan orang(Winkel P,1975;Pincus MR,2007).
Fungsi Hati banyak jenisnya , mengenai metabolisme hampir semua zat makanan
yaitu,karbohidrat, protein, lipid,vitamin,mineral, dan hormon.(LeeWM,2003;Dufour
DR,2000)Fungsi hati dapat dibedakan dalam fungsi sintesis(glikogenesis,albumin,faktor-
faktorkoagulasi,fosfolipid,kolestrol,trigliserida,apolipoprotein,lipoprotein,enzim,lecithinecholestr
olacyl trasferase(LCAT),ekskresi (asam empedu,garam empedu,pigmen empedu dan obat-
obatan)detoksikasi(amoniak,bilirubin),penyimpanan(vitamin A,D,B12,mineral, Fe dan
Cu),filtrasi fagositosis (zat toksik dan bakteri oleh sel kuffer),dan katbolisme (hormon
estrogen ,obat-obatan).(Dufour DR,2000;Pincus MR,2007).
Oleh karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi hati, maka sulit getahui
dan menetapkan besarnya jaringan hati yang sakit, apakah proses dalam hati difus atau lokal sulit
untuk ditentukan Sebagai contoh, suatu yang difus meskipun kecil, akan menyebabkan depresi
fungsi hati yang nvata dengan nekrosis yang fal (focal necrosis). Jadi, dapat ditekankan bahwa.
ada proses patologis dalam hati, tetapi mungkin saja tidak ditemukan adanya dan hasil uji fungsi
hati.
Tes laboratorium sering kali digunakan untuk memastikan diagnosis (bersama-sama
dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan jasmani) serta untuk memantau penyakit dan
pengobatan. Banyak tes laboratorium untuk mengukur kadar enzim. Ini karena bila jaringan
rusak, sel mati dan enzim dilepas ke dalam darah. Kadar enzim ini diukur, dan tes ini sering kali
disebut tes fungsi hati. Sistem organ yang serumit hati akan sering dinilai dengan menggunakan
beberapa tes. Ini karena lebih dari satu sistem dapatmelepaskan enzim yang sama bila jaringan
rusak. Oleh karena itu, untuk menentukan bagaimana hati bekerja, dan apa yang mungkin
menyebabkan masalah, ada beberapa tes yang mungkin dilakukan bersama dan secara kolektif
yang disebut “tes fungsi hati.”
Fungsi Hati
1.      Berperan dalam pembentukan dan ekskresi empedu.
2.      Berperan pada metabolisme mekronutrien ( kerbohidrat, protein, dan lemak)
3.      Menyimpan vitamin dan mineral.Terutama vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) disimpan di hati ,vitamin B
12,tembaga dan FE)
4.      Metabolisme steroid (Hati mengaktifkan dan mensekresi aldosteron,glucocorticoid,estrogen,progesteron, dan
testosteron)
5.      Detoksikasi
Hepar mendetoksikasi banyak produk metabolik serta obat dan toksin, sering sebelum di ekskresikan ke dalam
urin .Proses detoksikasi melibatkan perubahan kimia,dan/atau terutama dengan asa glucornat, glisin, atau sulfat.
(Baron DN.1982)
6.      Berfungsi sebagai gudang darah dan filttrasi
Pada gagal jantung, hati jadi membengkak secara pasif oleh karena banyaknya darah . Sedangkan sel kuffer
pada sinusoid berfungsi menyaring bakteri dan bahan berbahaya lain dari darah portal melalui fagositsis.(Retno
B.dkk.2010)

Pertimbangan fungsi hati

Kurang lebih 70-80% kapasitas fungsi hati dapat hilang sebelum timbul gejala-gejala
klinik atau laboratorik vang mengindikasikan adanya abnormalitas hati. Hati mempunyai
kemampuan tinggi untuk regenarasi dan mengembalikan fungsinya kearah semula. maka
gangguan fungsi hati baru akan imbul bila terjadi kerusakan hati yang nebal. Uji biokimia serum
yang digunakan untuk deteksi penvakil hail lebih sering disebut dengan uji fungsi hati. akan
tetapi sebenarnya yang diukur hanya sebuah fungsi hati yang spesifik. Uji fungsi hati tidak dapat
menggambarkan keadaan seluruh organ. karena banyaknya fungsi hati dan uji fungsi hati sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam keadaan patologis dari luar hati. Oleh karena kemampuan
regenerasi hati samat besar, maka interpretasi hasil uji fungsi hati harus dilakukan dalam interval
waktu yang pendek.

Klasifikasi Tes Fungsi Hati


            Secara umum, tes fungsi hati bias membantu mengevaluasi kesehatan hati dan
mengindikasi kemungkinan penyakit lain seperti malnutrisi ataupun penyakit tulang. Pada
umumnya, tes fungsi hati termasuk dalam kelompok tes darah yang bertujuan untukmengukur
enzim atau protein tertentu dalam darah. Tes ini dapat membantu mendeteksi, mengevaluasi, dan
memonitor penyakit atau kerusakan hati. Peningkatan atau penurunan kadar protein dan
enzim tertentu dalam darah di luar kadar normal mengindikasikanadanya masalah di hati.
( Widjaja B.2014).
Tes yang digunakan untuk mengukur kapasitas fungsi dari hati bergantung pada
kombinasi berbagai aktivitas enzimatik yang dipengaruhi oleh suplai intraselular dari
substrat,oksigen dan energi.Banyak faktor yang mungkin berubah secara kualitatif dan kuantitatif
tanpa disertai perubahan organ secara histologis.(Coles,1986).

Berbagai test fungsi hati antara lain :


1.        Tes berdasarkan sekresi dan ekskresi (pigmen empedu,crearence dari substansi asing dari
serum).
2.        Tes yang bergantung dari fungsi biokimianya ( tes metabolisme protein, metabolisme
karbohidrat, metabolisme lipida) dan
3.        Tes berdasarkan aktivitas enzim dalam serum (transamilase, alkalin fostase, dan enzin-enzim
lain). (Adji d,2009)
4.        Biopsi hati

Pembahasan
1.      Tes berdasarkan sekresi dan ekskresi
A.    Pigmen empedu
Pigmen empedu yang terdapat dalam plasma adalah bilirubin. Bilirubin merupakan
komponen dari cairan pencernaan (empedu) yg dihasilkan oleh hati. Senyawa ini adalah hasil
penguraian sel darah merah oleh hati atau perombakan dari hemoglobin.Kadar bilirubin dapat
meningkat jika hati tidak berfungsi atau ada kelebihan sel darah merah yang dihancurkan.
Kadarnya juga dapat meningkat jika ada sumbatan pada saluran yang mengalirkan cairan
empedu dari hati. Pada urin individu normal mengandung pigmen empedu yang disebut dengan
urobilinogen sedangkan didalam feses disebut dengan stercobilinogen. Tes air seni atau feses
terhadap urobilinogen dan stercobilin dapat bermanfaat untuk menentukan apakah gejala yang
dirasakan berhubungan dengan penghancuran sel darah merah, penyakit hati atau saluran yang
tersumbat.
Didalam peredaran pigmen empedu pada sirkulasi darah terdapat pigmen empedu yang
bersifat tidak larut dalam air karena pigmen ini masih terikat dengan protein plasma yang disebut
dengan bilirubin non konyugasi atau bilirubin bebas, sedangkan pigmen empedu yang terikat
dengan protein plasma disebut dengan bilirubin konyugasi.
Pada hewan normal peredaran pigmen empedu atau Bilirubin dalam sirkulasi
enterohepatik, urobilinogen didalam urin dan stercobilin dalam feses akan berwarna kekuning-
kuningan, ini disebabkan karena tidak adanya peningkatan dari bilirubin.
B.            Crearence dari substansi asing dari serum
Pemberian zat warna kedalam tubuh hewan dapat dilakukan untuk melihat adanya
gangguan pada hati. Zat warna tersebut diinjeksikan kedalam tubuh hewan lalu darahnya diambil
dan diukur kadar zat warna tersebut dalam darah pada interval tertentu, mangkin lama zat warna
tersebut hilang atau berkurang dari darah menunjukan adanya nekrosis hepatic atau fibrosin
hepatic. Ini disebabkan karena berkurangnya parenkim hati, aliran darah dalam hati atau kedua-
duanya.
Tes clearence zat warna yang sering dipakai dibidang kedokteran hewan antara lain
yaitu :
                    BSP (Bromsulphalein)
Tes clearance BSP atau Sulfobromophthalein sering digunakan untuk indeks fungsi hati pada
hewan piaraan. Jika disuntik melalui intra vena zat warna ini cepat diserap oleh sel-sel hati dan
dipekatkan untuk disekresikan kedalam empedu. Pada anjing normal retensi BSPnya 5-10 %
dalam waktu 30 menit. Apabila retensi lebih lama maka akan dijumpai penyakit hati misalnya
hepatik lipidosis, periportal fibrosis, fokal hepatis, hepatitis infeksius, DM, leukemia, ulcerativ
duodenitis, gastroenteritis, enteritis hemoragi karena koksidia, berkurangnya aliran darah ke hati
akibat dekompensasi jantung, dehidrasi dan shock.Tes zat warna tersebut diatas tidak baik
dipakai jika ada ikterus yang disertai kadar bilirubin yang tinggi karena zat-zat tersebut
berkompetisi dengan bilirubin .

2.      Tes yang bergantung dari fungsi biokimianya


A.    Tes metabolisme protein,
Protein plasma merupakan bagian utama zat plasma campuran yang sangat kompleks,
tidak hanya terdiri dari protein sederhana (polipetida) tetapi juga untuk protein campuran, yang
mengandung zat-zat tambahan seperti hem, karbohidrat, lipid atau asam nukleat seperti
glikoprotein dan berbagai jenis lipoprotein. Sebagian besar protein tubuh berbentuk globular atau
elips dan dinamakan protein globular
B.     Tes metabolisme karbohidrat,
Dalam keadaan normal hati mampu memetabolisme dalam jumlah yang meningkat untuk
glukosa, galaktosa, laktat atau asam piruvat secara konsisten. Percobaan membuktikan bahwa
galaktosa toleransi tes baik digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan pada hati,
tetapi  tes ini pada hewan tidak dilakukan secara meluas.

C.     Test Metabolisme lipida


Hati ikut serta dalam metabolisme, sintesa, mengesterkan dan megeksekresikan kolestrol.
Penetapkan kadar kolestrol ester dalam plasma darah mempunyai mamfaat yang terbatas dalam
pemeriksaan penyakit hati dan saluran empedu. Untuk mendiagnosa kerusakan sel-sel hati yaitu
dengan ratio kolestrol ester dan kolestrol total serum.

3.      Tes berdasarkan aktivitas enzim dalam serum (transamilase, alkalin fostase, dan enzin-enzim
lain). (Adji d,2009)

Penyakit hati akibat kebocoran sel

Kerusakan sel-sel hati dapat dideteksi dengan cara mengukur substansi-substansi dalam serum yang berasal
dari sitoplasma sel hati (enzim dalam sitoplasma) dan substansi bocor kedalam cairan ekstraseluler.

1. Substansi dalam serum yang diukur biasanya adalah:

a. Glutamic-pyruvic transaminase (SGPT) atau alanine aminotransferase (ALT)

Glutamic-pyruvic transaminase (SGPT) atau alanine aminotransferase (ALT) ALT adalah


enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan
dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati.
Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT, misalnya pada kucing
dan anjing bila kadar ALT meningkat maka bisa dipastikan bahwa hewan tersebut menderita
nekrosis hati, sebab ALT pada sel-sel hati cukup tinggi. Oleh karena itu pemeriksaan ALT cukup
memuaskan untuk mengetahui adanya kerusakan pada sel-sel hati.Enzim ini spesifik untuk
deteksi penyakit hati pada anjing dan kucing, tetapi tidak mempunyai nilai spesifik untuk kuda
dan sapi. Enzim ini secara normal terdapat dalam sitoplasma sel hati, akan tetapi enzim ini akan
keluar ke cairan ekstiaseluler bila ada gangguan permeabilitas membran. Kebocoran membran
terjadi karena adanya gradien konsenirasi yang tmggi antara Iingkungan intrasel tiler dan
ekstrasel tiler.

b. Sorbitol dehydrogenase (SDH)

Enzim ini spesifik urituk deteksi penyakit hati (liver spesifik) pada hewan piaraan pada umumnya, akan
tetapi biasanya dipakai untuk deteksi penyakit hati pada kuda dan sapi.  SDH akan keluar jika ada peningkatan
permeabilitas sel membran, seperti halnya pada SGPT.

c. Glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) atau aspartate aminotransferase (AST)

SGOT bukan merupakan enzim liver spesifik. karena enzim ini bisa berasal dari hati dan otot. SGOT hati
biasanya secara normal terdapat dalam sitosol dan ada beberapa yang berasal dari mitokondria, oleh karena itu nilai
SGOT biasanya iebih rendah dan SGPT atau SDH (perbandingan secara relatif), karena isi mitokondria biasanya
tidak keluar meskipun permeabilitas membran plasma meningkat (lebili sulit keluar).

4.      AST (aspartat aminotransferase), atau dikenal dengan  SGOT (serum glutamic oksaloasetik


transaminase)
AST (aspartat aminotransferase), atau dikenal dengan  SGOT (serum glutamic oksaloasetik
transaminase)  adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak.
Jadi tes ini kurang spesifik untuk penyakit hati karena banyak dijumpai pada hampirsemua
jaringan tubuh. Pada anjing, kucing dan babi, bila terjadi peningkatan kadar AST maka dapat
didiagnosa bahwa hewan-hewan tersebut menderita hepatik nekrosis, infark miokardial dan
distrofi hati, sedangkan pada kuda dan sapi hepatik nekrosis, azoturia dan white muscle disease.
Dalam beberapa kasus peradangan hati, peningkatan ALT dan AST akan serupa.

5. Arginase 
Arginase sering dipakai untuk tes enzim yang spesifik terhadap nekrosis hati terutama
pada kuda, babi dan domba. Bila terjadi peningkatan arginase pada anjing maka diagnosisnya
adalah nekrosis hati, leptospirosis dan tumor pada hati.

6.      LDH (lactic acid dehydrogenase)


LDH (lactic acid dehydrogenase) adalah enzim liver non-spesifik yang dapat meningkat bila
hati rusak. LDH terdapat pada berbagai jaringan hewan, enzim ini akan keluar bila terjadi
kerusakan pada sel-sel hati, paru-paru, otot dan jantung. Konsentrasi LDH sangat tinggi dalam
eritrosit dan bila terjadi hemolisis biasanya kadar LDH dalam serum meningkat. Aktivitas LDH
dalam serum lebih besar pada anjing-anjing muda dibandingkan dengan anjing-anjing dewasa
5.      Biopsi Hati
Biopsi hati digunakan untuk memeriksa jaringan secara langsung dengan mengambil
potongan kecil dan memeriksanya dengan mikroskop. suatu contoh jaringan hati bias diambil
selama pembedahan eksplorasi, tetapi lebih sering diperoleh melalui sebuah jarum yang
dimasukkan lewat kulit menuju ke hati. sebelum dilakukan prosedur ini, diberikan bius lokal
kepada penderita.
Skening ultrasonik atau ct bisa digunakan untuk menentukan lokasi daerah yang
abnormal, darimana contoh jaringan hati diambil. biasanya penderita yang menjalani prosedur ini
tidak perlu menjalani rawat inap. setelah diperoleh contoh jaringan, penderita dianjurkan untuk
tidak segera meninggalkan rumah sakit (minimal selama 3-4 jam), karena prosedur ini memiliki
resiko terjadinya komplikasi seperti :
         Hati bisa mengalami robekan dan bisa terjadi perdarahan ke dalam perut
         Empedu bisa mengalami kebocoran ke dalam perut, menyebabkan peradangan selaput perut
(peritonitis).

Adapun indikasi untuk biopsi hati yaitu :


1. tumor ganas
2. kecurigaan terhadap fibrosin hati jika tes fungsi hati normal
3. penyakit hati yang tidak jelas
4. penyakit-penyakit metabolik misalnya amiloidosin, lipidiosis dan penyakit penyimpangan
glikogen
5. keracunan logam berat seperti molibdenum dan selenium.

Setelah biopsi hati sering timbul nyeri ringan di perut kanan bagian atas, yang kadang
menjalar ke bahu kanan, dan biasanya akan menghilang setelah pemberian analgesik (obat
pereda nyeri).

6.      Uji undulasi pada hewan kecil


Uji undulasi dilakukan pada bagian abdomen dari hewan kecil untuk mendeteksi adanya
cairan pada peritoneum. Uji undulasi dilakukan dengan  cara  menepuk dinding abdomen kiri
dengan tangan kiri sementara telapak tangan kanan merasakan ada tidaknya undulasi pada
dinding abdomen kanan. Jika terdapat cairan di peritoneum dalam jumlah yang  besar , maka
akan terasa pergerakan cairan pada dinding abdomen. Sejumlah kecil cairan pada peritoneum
mungkin tidak akan terdeteksi dengan uji undulasi. ( Nugroho DT.2011)
Uji undulasi pada hewan kecil (Mayhew IGJ dan Houston DM. 2000)

DAFTAR PUSTAKA
Adji.D.2009.Perunbahan Fungsi Hepar Dan Ekspresi C Reactive Protein (CRP) Pasca Operasi
Laparatomi.Yogyakarta.Fakultas Kedokteran Hewan ,Universitas Gajah Mada
Baron D.N.1982.Patologi Klinik.Edisi ke 4 EGC.Penerbit Buku Kedokteran .Jakarta
Retno,B,.Yuliani,M.G.A,.Wahjuni.R.S,.Utomo.B.R,.2010.Patologi Klinik Veteriner.Surabaya.Airlangga University
Press
Mayhew IGJ dan Houston DM. 2000. Veterinary Clinical Examination and Diagnosis. Editor: Radostits OM. WB
saunders
Nugroho.T.R.2011. Interpretasi Hasil Uji Kimia
.htpp://pustakavet.wordpress/category/dianogstik-klinik

Anda mungkin juga menyukai