OLEH
Kelas : D
Kelompok : II
Khairul Rizal 1202101010058
Akmal Safrijal SA 1202101010061
Nurjannah Penjaitan 1202101010077
Ahmad Ikhwan 1202101010078
Baida Murliana 1202101010084
Tri Marsidah 1202101010085
M.Ridhan Akbar 1202101010086
Teuku Shaddiq Rosa 1202101010088
Yopi Pernando 1202101010101
Kurang lebih 70-80% kapasitas fungsi hati dapat hilang sebelum timbul gejala-gejala
klinik atau laboratorik vang mengindikasikan adanya abnormalitas hati. Hati mempunyai
kemampuan tinggi untuk regenarasi dan mengembalikan fungsinya kearah semula. maka
gangguan fungsi hati baru akan imbul bila terjadi kerusakan hati yang nebal. Uji biokimia serum
yang digunakan untuk deteksi penvakil hail lebih sering disebut dengan uji fungsi hati. akan
tetapi sebenarnya yang diukur hanya sebuah fungsi hati yang spesifik. Uji fungsi hati tidak dapat
menggambarkan keadaan seluruh organ. karena banyaknya fungsi hati dan uji fungsi hati sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam keadaan patologis dari luar hati. Oleh karena kemampuan
regenerasi hati samat besar, maka interpretasi hasil uji fungsi hati harus dilakukan dalam interval
waktu yang pendek.
Pembahasan
1. Tes berdasarkan sekresi dan ekskresi
A. Pigmen empedu
Pigmen empedu yang terdapat dalam plasma adalah bilirubin. Bilirubin merupakan
komponen dari cairan pencernaan (empedu) yg dihasilkan oleh hati. Senyawa ini adalah hasil
penguraian sel darah merah oleh hati atau perombakan dari hemoglobin.Kadar bilirubin dapat
meningkat jika hati tidak berfungsi atau ada kelebihan sel darah merah yang dihancurkan.
Kadarnya juga dapat meningkat jika ada sumbatan pada saluran yang mengalirkan cairan
empedu dari hati. Pada urin individu normal mengandung pigmen empedu yang disebut dengan
urobilinogen sedangkan didalam feses disebut dengan stercobilinogen. Tes air seni atau feses
terhadap urobilinogen dan stercobilin dapat bermanfaat untuk menentukan apakah gejala yang
dirasakan berhubungan dengan penghancuran sel darah merah, penyakit hati atau saluran yang
tersumbat.
Didalam peredaran pigmen empedu pada sirkulasi darah terdapat pigmen empedu yang
bersifat tidak larut dalam air karena pigmen ini masih terikat dengan protein plasma yang disebut
dengan bilirubin non konyugasi atau bilirubin bebas, sedangkan pigmen empedu yang terikat
dengan protein plasma disebut dengan bilirubin konyugasi.
Pada hewan normal peredaran pigmen empedu atau Bilirubin dalam sirkulasi
enterohepatik, urobilinogen didalam urin dan stercobilin dalam feses akan berwarna kekuning-
kuningan, ini disebabkan karena tidak adanya peningkatan dari bilirubin.
B. Crearence dari substansi asing dari serum
Pemberian zat warna kedalam tubuh hewan dapat dilakukan untuk melihat adanya
gangguan pada hati. Zat warna tersebut diinjeksikan kedalam tubuh hewan lalu darahnya diambil
dan diukur kadar zat warna tersebut dalam darah pada interval tertentu, mangkin lama zat warna
tersebut hilang atau berkurang dari darah menunjukan adanya nekrosis hepatic atau fibrosin
hepatic. Ini disebabkan karena berkurangnya parenkim hati, aliran darah dalam hati atau kedua-
duanya.
Tes clearence zat warna yang sering dipakai dibidang kedokteran hewan antara lain
yaitu :
BSP (Bromsulphalein)
Tes clearance BSP atau Sulfobromophthalein sering digunakan untuk indeks fungsi hati pada
hewan piaraan. Jika disuntik melalui intra vena zat warna ini cepat diserap oleh sel-sel hati dan
dipekatkan untuk disekresikan kedalam empedu. Pada anjing normal retensi BSPnya 5-10 %
dalam waktu 30 menit. Apabila retensi lebih lama maka akan dijumpai penyakit hati misalnya
hepatik lipidosis, periportal fibrosis, fokal hepatis, hepatitis infeksius, DM, leukemia, ulcerativ
duodenitis, gastroenteritis, enteritis hemoragi karena koksidia, berkurangnya aliran darah ke hati
akibat dekompensasi jantung, dehidrasi dan shock.Tes zat warna tersebut diatas tidak baik
dipakai jika ada ikterus yang disertai kadar bilirubin yang tinggi karena zat-zat tersebut
berkompetisi dengan bilirubin .
3. Tes berdasarkan aktivitas enzim dalam serum (transamilase, alkalin fostase, dan enzin-enzim
lain). (Adji d,2009)
Kerusakan sel-sel hati dapat dideteksi dengan cara mengukur substansi-substansi dalam serum yang berasal
dari sitoplasma sel hati (enzim dalam sitoplasma) dan substansi bocor kedalam cairan ekstraseluler.
Enzim ini spesifik urituk deteksi penyakit hati (liver spesifik) pada hewan piaraan pada umumnya, akan
tetapi biasanya dipakai untuk deteksi penyakit hati pada kuda dan sapi. SDH akan keluar jika ada peningkatan
permeabilitas sel membran, seperti halnya pada SGPT.
SGOT bukan merupakan enzim liver spesifik. karena enzim ini bisa berasal dari hati dan otot. SGOT hati
biasanya secara normal terdapat dalam sitosol dan ada beberapa yang berasal dari mitokondria, oleh karena itu nilai
SGOT biasanya iebih rendah dan SGPT atau SDH (perbandingan secara relatif), karena isi mitokondria biasanya
tidak keluar meskipun permeabilitas membran plasma meningkat (lebili sulit keluar).
5. Arginase
Arginase sering dipakai untuk tes enzim yang spesifik terhadap nekrosis hati terutama
pada kuda, babi dan domba. Bila terjadi peningkatan arginase pada anjing maka diagnosisnya
adalah nekrosis hati, leptospirosis dan tumor pada hati.
Setelah biopsi hati sering timbul nyeri ringan di perut kanan bagian atas, yang kadang
menjalar ke bahu kanan, dan biasanya akan menghilang setelah pemberian analgesik (obat
pereda nyeri).
DAFTAR PUSTAKA
Adji.D.2009.Perunbahan Fungsi Hepar Dan Ekspresi C Reactive Protein (CRP) Pasca Operasi
Laparatomi.Yogyakarta.Fakultas Kedokteran Hewan ,Universitas Gajah Mada
Baron D.N.1982.Patologi Klinik.Edisi ke 4 EGC.Penerbit Buku Kedokteran .Jakarta
Retno,B,.Yuliani,M.G.A,.Wahjuni.R.S,.Utomo.B.R,.2010.Patologi Klinik Veteriner.Surabaya.Airlangga University
Press
Mayhew IGJ dan Houston DM. 2000. Veterinary Clinical Examination and Diagnosis. Editor: Radostits OM. WB
saunders
Nugroho.T.R.2011. Interpretasi Hasil Uji Kimia
.htpp://pustakavet.wordpress/category/dianogstik-klinik