Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REVIEW (CJR)

“ETHANOL EXTRACT OF PIRDOT (SAURAUIA VULCANI KORTH) AS


IMMUNOSTIMULANT IN RATS (RATTUS NORVEGICUS)”
 
KELOMPOK 2:

M AWA R J E L I T A H A T I H S B 4 1 8 1 1 4 1 0 2 5

BIOLOGI DIK A 18
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Journal Review (CJR) ini berisi tentang hasil review dan kesimpulan dari
satu judul jurnal yaitu Ethanol Extract Of Pirdot (Saurauia Vulcani Korth) As
Immunostimulant In Rats (Rattus Norvegicus). Kami akan melakukan review jurnal
ini dengan dengan diawali dari tujuan penulisan critical journal review sampai pada
kesimpulan.

B. Tujuan
• Untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan M.K Fisiologi Hewan
• Untuk menambah wawasan bidang Fisiologi Hewan
• Untuk meningkatkan kemampuan analisis dalam rangka mengetahui kualitas sumber
bacaan yang baik.
 
C. Manfaat Penulisan Cjr
• Meningkatnya wawasan mengenai penelitian terkait Fisiologi Hewan
• Mampu menilai kelebihan dan kekurangan suatu penelitian
• Mampu mengenali sumber bacaan yang baik dan berkualitas
PEMBAHASAN
1.3 IDENTITAS JURNAL
Jurnal 1
Judul Jurnal :Ethanol Extract Of Pirdot (Saurauia Vulcani Korth) As Immunostimulant In
Rats (Rattus Norvegicus)
Jenis Jurnal :Open Access Macedonian Journal of Medical Science
Volume :8
Halaman : 256-260
Tahun Terbit : 2020
Penulis : Erlintan Sinaga, Syafruddin Ilyas, Salomo Hutahaean
Penerbit : Scientific Foundation SPIROSKI
ISSN : 1857-9655
RINGKASAN JURNAL
RINGKASAN JURNAL
2.1 Pengantar
Obat imun telah digunakan untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan kekebalan
tetapi memiliki efek samping yang serius. Pengobatan modern saat ini menggunakan senyawa aktif
yang diisolasi dari tumbuhan yang berpotensi untuk mengobati penyakit. Sebagian besar tanaman
obat telah digunakan secara efektif dalam sistem kekebalan manusia. Fitokimia, seperti resveratrol,
kurkumin, genistein,quercetin, epigallocatechin-3-galate, camptothecin,dan 3,3-diindolymethane,
bertanggung jawab atas sifat imunomodulasi tanaman dan memungkinkan untuk memainkan
peran utama dalam pencegahan penyakit.
Ekstrak etanol Pirdot ( Saurauia vulcani Korth) everolimus-eluting stents (EES) memiliki
senyawa bioaktif antara lain polifenol, flavonoid, steroid, saponin, dan tanin. Senyawa flavonoid
Pirdot antara lain isoflavon genistein, menurunkan glukosa, menurunkan toleransi glukosa,
menyembuhkan luka, dan meningkatkan kadar insulin. Agen yang menginduksi komponen sistem
kekebalan disebut imunostimulan. Daun pirdot memiliki senyawa bioaktif yang cenderung bersifat
imunostimulan dalam meningkatkan pertahanan tubuh. EES meningkatkan nilai eritrosit dan
limfosit.
Aktivitas imunostimulan diuji dengan mengevaluasi parameter imunitas bawaan dan adaptif.
Kemampuan respon spesifik dalam suatu antigen bergantung pada komunikasi antara sistem
bawaan dan adaptif. Aktivitas imunostimulan daun Buas dapat meningkatkan IgG, IgM, dan
lisozim. Aktivitas lisozim merupakan nilai penting dari sistem imun bawaan karena memiliki
aktivitas litik melawan patogen dan mengaktifkan sistem komplemen dan fagosit. Selanjutnya,
imunoglobulin mengikat antigen di dalam fase pengenalan dan efektor imunitas humoral. Sel darah
merah domba (SRBC) digunakan sebagai antigen untuk memicu produksi imunoglobulin dan
merangsang antibodi spesifik. SRBC (0,1 mL) diberikan untuk mendapatkan tingkat antigen yang
tinggi dan membentuk antibodi yang terdeteksi.
Histopatologi ginjal juga merupakan parameter yang dapat menunjukkan aktivitas imunostimulan.
Penurunan respon imun pada uremia disebabkan oleh penurunan fungsi fagosit dari neutrofil
polimorfonuklear dan monosit atau makrofag. Komponen ini adalah komponen utama dari sistem
kekebalan dan merupakan target utama untuk obat imunomodulator. Oleh karena itu, pengukuran
kadar imunoglobulin, aktivitas lisozim, dan histopatologi ginjal bertujuan untuk mengevaluasi
aktivitas imunostimulan pada penelitian ini.
 
2.2 Metode
Persiapan tumbuhan dan prosedur ekstraksi
Daun Pirdot segar (S. vulcani Korth)diperoleh dari Tapanuli Utara (Sumatera Utara,
Indonesia).Daun dikeringkan dalam oven, dicampur, dan direndamdalam 95% etanol. Ekstrak
dipisahkan menggunakankertas saring dan ditempatkan di atas bak air selama 4 hari.Ekstrak etanol
daun Pirdotdiberikan secara oral pada tikus putih dengan dosis500 mg/kg/hari selama 30 hari.
Persiapan hewan
Dua puluh empat tikus putih (Rattus norvegicus)berusia 3 bulan dengan berat rata-rata 150–200
gdiperoleh dari apotek Institut TeknologiBandung dan akulimatisasi pada 24 ± 27 ° C selama
seminggu dilaboratorium farmasi Universitas Padjadjaran.Selanjutnya, tikus dirawat selama 30 hari
dan diberi makandengan pakan dan ad libitum(semaunya). Penggunaan tikus telah mendapat
persetujuan etis dari Komite EtikPenelitian Kesehatan Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara, Medan(Nomor: 497/KEPH- FMIPA/2017).

 
Persiapan SRBC (Sheep Red Blood Cells)
Antigen darah domba diperolehdari Laboratorium VeterinerLembang,
Bandung,Indonesia. Darah domba ditempatkan pada 3 mLtabung vakum dan disentrifugasi
pada 3500rpm selama 5 menit. Serumditransfer pada mikrotube 1,5 mL dan disimpan
dalamkulkas pada −4°C.
 
Enzyme-linked immunosorbent assay
Sampel darah diperoleh dengan dekapitasi pada hari31 dikumpulkan dalam tabung,
ditambahkan dengan antikoagulan(EDTA), dan dianalisis menggunakan ABX Micros 60.
Serumdipisahkan dan berikan pada Enzyme-linked immunosorbent assayuntuk dianalisis
tingkat IgG.
 
Evaluasi aktivitas Lysozyme
Aktivitas lysozyme serum diukurmengikuti prosedur pabrik (Sigma CatNomor L7651).
Aktivitas Lysozyme diukurberdasarkan bakteri suspensi lisis Micrococcuslysodeikticus.
Micrococcus lysodeikticus (sigma) (0,15 mg/mL) dilarutkan dalam 66 mMPBS (pH 6,2).
Serum (50 μL) ditambahkan ke 1 mLsuspensi bakteri. Penurunan penyerapan dicatat
antara 0,5 dan 4,5 menit selama 4 menitspektrofotometer dengan panjang gelombang 450
nm. Satuunit aktivitas lysozim didefinisikan sebagai 0,001 L/menitpenyerapan
 
Desain eksperimental
Desain eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah Completely Randomized
Design (CRD). 24 tikus putih itu dibagi ke dalam empat grup: Grup kontrol yang diberi
perlakuan dengan air suling (G0), grup yang diberi perlakuan dengan 0,1 mLSRBC (G1),
kelompok yang diberi perlakuan dengan 500 mg/kg EES (G2),dan kelompok yang diberi
perlakuan dengan 500 mg/kg EES, dan 0,1 mLSRBC (G3). Data dianalisis olehuji perbedaan
melalui SPSS versi 22 dengan 95%Akurasi. Hewan-hewan dirawat selama 30 hari, danG2dan
G3 diberikan SRBC pada hari 8 dan 15perawatan
 
Analisis histologis
Sebagian jaringan ginjal ditempatkan di10% formalin. Jaringan dicuci di air keran mengalir,
dikeringkan dalam isopropanol di konsentrasi yang menurun, dibersihkan dalam xylene, dan
direndam dalam lilin paraffin cair. Jaringan diiris menjadi 10 μmketebalan dan diwarnai
dengan hematoxylin–eosin. Jaringanirisan dilihat di bawah mikroskop cahaya
untukHistopatologi
 
2.3 Hasil
Pengukuran aktivitas IgG
Tingkat IgG tertinggi ditemukan di G3 ( EES + SRBC), sedangkan kadar IgG paling rendah
berada di G1 (SRBC). G2 ( EES) memiliki tingkat IgG yang lebih tinggi dari G0 ( kontrol).
Kadar IgG meningkat dalam perawatan dengan EES, seperti G3 (EES + SRBC) dan G2 (EES).
Senyawa bioaktif seperti flavonoid, saponin, dan tanin yang terdapat dalam daun Pirdot dapat
merangsang produksi IgG. Kemampuan saponin dapat merangsang sistem kekebalan yang
dimediasi sel dalam meningkatkan produksi antibodi.
Pengaruh EES pada aktivitas lisozim
Lisozim adalah faktor utama dari imunitas bawaan karena aktivitas antibakteri, antivirus,
antitumor, dan modulator imunnya. Aktivitas lisozim merupakan salah satu parameter yang
dapat mengukur aktivitas imunostimulan.
Aktivitas lisozim dari empat kelompok tikus ialah:
Tikus yang diberi EES (500 mg / kg) memiliki aktivitas lisozim yang meningkat secara
signifikan. Tikus yang diberi EES + SRBC memiliki aktivitas lisozim tertinggi dan diikuti oleh
tikus yang diberi EES saja. Aktivitas lisozim tikus yang diobati hanya dengan SRBC secara
signifikan lebih tinggi daripada tikus pada kelompok kontrol.
 
Pengaruh EES pada histopatologi ginjal
Kebanyakan pemberian toksikan menyebabkan kerusakan ginjal yang parah dan nekrosis
dengan menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif.
Pengaruh EES pada histopatologi ginjal menunjukkan bahwa nekrosis tidak terdeteksi pada
kelompok kontrol dan tikus yang diobati hanya dengan EES. Tidak ada perubahan signifikan
dalam histopatologi ginjal yang diamati pada tikus yang diobati dengan 500 mg / kg EES saja.
Pemberian antigen (SRBC) pada G3 (EES + SRBC) dan G1 (SRBC) menyebabkan
perubahan pada nefron. Gangguan di ruang Bowman dengan glomerulus ditemukan di G1
(SRBC). Antigen me
nginduksi gangguan pada G1 (SRBC), sedangkan pemberian EES bersamaan dengan antigen dapat
melindungi ginjal dari gangguan, seperti yang ditunjukkan pada G3 (EES + SRBC).
Perlindungan ini berasal dari kandungan flavonoid dalam ekstraknya.
Gambar. Histopatologi ginjal tikus. G0: kelompok control, G1: tikus yang diberi
perlakuan dengan sel darah merah domba (SRBC), G2: tikus yang diberi
perlakuan dengan evorolimus-eluting stents (EES), G3: tikus yang diberi
perlakuan dengan EES+SRBC; A:kapsula bowman, B:glomeruli, C:tubulus
 
 
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN JURNAL
KEUNGGULAN JURNAL

• Hasil dan lainnya dijelaskan dengan jelas,padat dan singkat,hingga mudah untuk dimengerti
• Terdapat gambar dan tabel sebagai penunjang kalimat untuk dapat dimengerti
• Jurnal ini dibuat berdasarkan banyak referensi
• Metode penelitian dijelaskan dengan baik sehingga mudah di mengerti
• Hasil penelitian dijelaskan dengan baik sehingga dapat dimengerti
• Setiap kalimat yang didapat atau diambil dari buku atau referensi lainnya,diberi nomor yang
mana nomor tersebut merupakan urutan referensi yang digunakan yang ada pada daftar
pustaka. Sehingga memudahkan pembaca mengetahui darimana asal kalimat atau teori tersebut.

KELEMAHAN JURNAL
• Kesimpulan terdapat di abstrak namun tidak terdapat di dalam isi.

 
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahwa dalam tugas critical journal review ini , kita dapat
mengetahui dimana posisi kelebihan maupun kelemahan dari setiap
jurnal yang kita review Serta kita dapat terlatih dengan sikap kritis
dalam melakukan penelitian yang dimulai dari mengkritik sebuah jurnal,
khususnya pada Mata Kuliah Fisiologi Hewan ini , yang mana kita me-
review jurnal yang tata bahasanya bersifat sensitive dalam memahami
materi secara kritis" untuk itu,secara garis besar kita mengetahui bahwa
critical journal review ini bermanfaat dalam menggali ilmu lebih dalam
serta melatih untuk mempunyai sikap kritis.
 
SARAN
Dalam mengkritis jurnal perlu namanya sikap kritis dan keseriusan
dalam memahami setiap jurnal. Selain itu, saat melakukan tugas ini diharapkan
tidak terfokus pada meringkas materi saja, melainkan memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA
Sinaga, E., Ilyas, S., Hutahaean, S., & Sitorus, P. (2020). The Study of extract ethanol
of Pirdot (Saurauria Vulcani Korth.) as immunostimulant in Rats (Rattus
norvegicus). Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 8(A), 256-260
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai