3 : 374-381
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2020.21.3.374
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016
ABSTRAK
Daun singkong yang berwarna hijau mengandung klorofil dan flavonoid yang memiliki potensi sebagai
antioksidan. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh ekstrak daun singkong terhadap jumlah
leukosit, diferensial leukosit serta rasio heterofil limfosit (H/L). Penelitian ini menggunakan ayam
broiler, yang dibagi ke dalam empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari enam ekor. Kelompok
(K0) sebagai kontrol. Kelompok K1, K2 dan K3 masing-masing diberi ekstrak daun singkong secara
berurutan sebanyak 47,23 mg, 75,56 mg dan 113,34 mg/1500 g bobot badan per oral selama 21 hari
setelah diadaptasikan satu minggu. Data diolah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Semua
kelompok Ayam broiler diberikan ekstrak daun singkong setiap hari selama tiga minggu yang dimulai
pada hari ke-7 sampai dengan hari ke-28, kecuali K0. Pemberian ekstrak daun singkong dilakukan pada
pukul 16.00-17.30 WIB. Sampel darah diambil setiap satu minggu, mulai hari ke-7 sampai dengan hari
ke-28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit ayam broiler pada hari ke-28 setelah
pemberian ekstrak daun singkong dengan dosis bertingkat tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
pada parameter limfosit, monosit, eosinofil dan basofil serta rasio heterofil limfosit (H/L) antar perlakuan.
Kelompok ekstrak daun singkong 47,23 mg/1500 g bb memberikan pengaruh nyata (P<0,05) pada
parameter heterofil antar perlakuan. Simpulan dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak daun
singkong dengan dosis 47,23 mg/1500 g bb dapat memperlihatkan profil leukosit yang terbaik berupa
heterofil dan limfosit serta rasio H/L pada ayam broiler.
ABSTRACT
Green cassava leaves contain chlorophyll and flavonoids which have antioxidant potential. This
research studies and examines the effect of cassava leaf extract on the number of leukocytes, differences in
leukocytes and the ratio of heterophylla lymphocytes (H / L). This research uses broilers, which are divided
into four groups, each group consisting of six broilers, where group (K0) functions as a control. The K1, K2
and K3 groups each contained 47,23 mg, 75,56 mg and 113,34 mg/1500 g body weights orally for 21 days
after being adapted for one week, respectively. Data is processed using Completely Randomized Design
(CRD). All broiler chicken groups were given cassava leaf extract every day for three weeks starting on the
7th day until the 28th day, except for K0. Cassava leaf extract was given at 16.00-17.30 at local time. Blood
samples were taken every one week, starting from day 7 to day 28. The results showed that the number of
broiler leukocytes on the 28th day after giving cassava leaf extract with multilevel dosages did not give
correct results (P> 0,05) on the parameters lymphocytes, monocytes, eosinophils and basophils as well as
the ratio of heterocycl lymphocytes (H / L) between management. Cassava leaf extract group 47,23 mg/
1500 g bw, had a significant effect (P <0,05) on heterophile parameters between management. The conclusion
is that the administration of cassava leaf extract at a dose of 47,23 mg/1500 g bw, show the best leukocyte
profile consisting of heterophylla and lymphocytes as well as the H / L ratio in broiler chickens.
374
Jumadin et al. Jurnal Veteriner
375
Jurnal Veteriner September 2020 Vol. 21 No. 3 : 374-381
menghasilkan bentuk pasta. Ekstrak daun selama lima menit. Kemudian diangkat, dike-
singkong diletakkan di dalam toples kaca yang ringkan, lalu dimasukkan ke dalam larutan
dilapisi dengan kertas aluminium dan disimpan pewarna Giemsa 10% selama 30 menit. Preparat
dalam lemari pendingin. tersebut selanjutnya diangkat dan dicuci dengan
menggunakan air keran yang mengalir.
Perhitungan Dosis Ekstrak Klorofil Daun Kemudian preparat tersebut dikeringkan di
Singkong udara, lalu dilakukan pemeriksaan menggu-
Perhitungan dosis ekstrak klorofil daun nakan mikroskop cahaya. Jenis sel leukosit
singkong berdasarkan Jumadin et al. (2018). dihitung sebanyak 100 butir, kemudian nilai
Perhitungan dosis ekstrak klorofil daun yang didapat adalah nilai relatif dalam persen-
singkong merupakan konversi dosis dari puyuh tase. Setiap leukosit yang ditemukan didefe-
dengan bobot badan 168 g yang diberikan 5,292 rensiasikan ke dalam heterofil, limfosit, monosit,
mg. Penelitian ini menggunakan ayam broiler eosinofil dan basofil dalam persentase.
dengan bobot badan 1500 g. Nilai absolut dari masing-masing jenis
leukosit (sel/mm3) = persentase diferensiasi
Parameter Pengamatan leukosit x jumlah total leukosit
Pengukuran hematologi meliputi jumlah
dan diferensiasi leukosit dilakukan Analisis Data
menggunakan metode hemositometer seperti Data yang diperoleh dianalisis mengguna-
yang dikemukakan oleh Sastradipradja et al. kan perangkat lunak/software SPSS release 16.
(1989). Urutan uji diawali dengan uji sidik ragam.
Hasil uji yang menunjukkan hasil yang
Perhitungan Jumlah Leukosit (Metode signifikan (P<0,05) maka terhadap data tersebut
Counting Chamber Burker dan Neubauer) dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan
Pengambilan darah sampel dilakukan dengan selang kepercayaan 95%.
dengan menggunakan pipet leukosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai
menunjukkan angka 1. Kemudian ditambah- HASIL DAN PEMBAHASAN
kan larutan Brilliant Cresyl Blue (BCB) 0,03%
sampai menunjukkan angka 101, lalu dihomo- Rataan jumlah leukosit total dan diferensial
genkan. Kemudian butir darah putih pada 4 leukosit serta rasio heterofil per limfosit darah
kotak W dihitung. ayam broiler sebelum dan setelah pemberian
Perhitungan jumlah leukosit dilakukan ekstrak daun singkong dengan dosis bertingkat
dengan mengambil empat kotak besar pada disajikan pada Tabel 1.
keempat kamar hitung hemositometer (kotak Hasil rataan jumlah leukosit ayam broiler
W) masing-masing kotak berukuran 1 mm2 selama 21 hari perlakuan setelah pemberian
dengan kedalaman 1/10 mm, maka volume ekstrak daun singkong dengan dosis bertingkat
ruang hitung yang digunakan 4 x 1 mm2 x 1/10 tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
= 4/10 mm2. Apabila jumlah leukosit dalam antar perlakuan. Hasil pengamatan
ruang tersebut b butir, maka 1 mm3= 10/4 x b menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit
butir. Faktor pengencer darah berasal dari berkisar 65315 x sel/mm3 pada K2 sampai 72005
darah 0,5 dan larutan pengencer sampai batas x sel/mm3 pada K0 yang merupakan jumlah
11-1 bagian yang tidak ikut tercampur leukosit tertinggi. Jumlah heterofil tertinggi
(dibuang) maka pengencerannya 20 kali, setelah diberikan ekstrak daun singkong
sehingga jumlah leukosit per mm3 darah= 20 x dijumpai pada perlakuan K3 dengan rata-rata
10/4 x b butir= 50 x b butir. 21135 sel/mm3. Rataan jumlah limfosit ayam
broiler setelah pemberian ekstrak daun singkong
Perhitungan Leukosit dan Diferensial dengan dosis bertingkat tidak memberikan
Leukosit pengaruh nyata (P>0,05) antar perlakuan.
Pengamatan leukosit juga dilakukan terha- Pemberian ekstrak daun singkong dengan dosis
dap diferensiasinya. Perhitungan diferensial bertingkat tidak memberikan pengaruh nyata
leukosit secara manual dilakukan dengan peme- (P>0,05) terhadap jumlah monosit. Total
riksaan preparat ulas darah. Sedian preparat monosit pada semua kelompok ayam broiler
ulas darah yang sudah dikeringkan di udara, yang mendapatkan ekstrak daun singkong
dimasukkan dan direndam dalam metil alkohol meningkat dibandingkan sebelum pemberian
376
Jumadin et al. Jurnal Veteriner
Tabel 1. Rataan jumlah leukosit total dan diferensial leukosit serta rasio heterofil per limfosit
dalam darah ayam broiler sebelum dan setelah pemberian ekstrak daun singkong dengan
dosis bertingkat
Perlakuan
Peubah
K0 K1 K2 K3
Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05). K0= kontrol,
KL1= pasta daun singkong dosis 47,23 mg/1500 g, K2= pasta daun singkong dosis 75,56 mg/
1500 g, K3= pasta daun singkong dosis 113,34 mg/ 1500 g
ekstrak. Total eosinofil tertinggi setelah diberi- (P>0,05) terhadap total leukosit darah ayam
kan ekstrak daun singkong dijumpai pada broiler pada umur 21 hari. Total leukosit pada
perlakuan K3 dengan rata-rata 2347 sel/mm3. penelitian ini berkisar 65315 sek/mm3 pada K2
Rataan rasio heterofil per limfosit berkisar 0,28 sampai dengan 72005 sel/mm3 pada kelompok
pada K1 sampai 0,48 pada K3 yang merupakan kontrol. Leukosit merupakan unit aktif dari
rasio heterofil per limfosit tertinggi. sel darah yang berperan dalam sistem
pertahanan tubuh dari serangan penyakit yang
Leukosit dan Diferensial Leukosit dapat digunakan sebagai indikator tingkat
Daya tahan tubuh ayam dapat dilihat dari kesehatan dan status fisiologis ayam broiler.
profil leukosit dan leukosit diferensial. Leukosit Hartoyo et al. (2015) menyatakan bahwa fungsi
merupakan sel yang berperan dalam sistem dari leukosit yaitu menjaga tubuh dari patogen
pertahanan tubuh yang sangat tanggap terhadap dengan cara fagositosis dan menghasilkan
agen infeksi penyakit. Leukosit berfungsi antibodi. Faktor-faktor yang menentukan
melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit jumlah leukosit antara lain aktivitas biologis,
dengan cara fagosit dan menghasilkan antibodi. kondisi lingkungan, umur dan pakan. Hal ini
Diferensial leukosit merupakan kesatuan dari sesuai dengan pendapat Guyton dan Hall (1997)
sel darah putih yang terdiri dari dua kelompok yang menyatakan bahwa total leukosit yang
yaitu granulosit yang terdiri atas heterofil, menggambarkan tingkat kesehatan dipengaruhi
eosinofil, dan basofil, dan kelompok agranulosit oleh beberapa faktor baik internal yang meliputi
yang terdiri dari limfosit dan monosit jenis kelamin, umur, penyakit dan hormon
(Cahyaningsih et al., 2007). Tingkat kenaikan maupun faktor eksternal seperti keadaan
dan penurunan jumlah leukosit dalam sirkulasi lingkungan, aktivitas ternak, stress dan pakan
menggambarkan tanggapan sel darah putih yang diberikan.
dalam mencegah hadirnya agen penyakit dan Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat
peradangan (Nordenson 2002). Faktor-faktor bahwa terjadi penurunan jumlah leukosit pada
yang mempengaruhi jumlah leukosit dan pada semua kelompok perlakuan yang
diferensialnya antara lain kondisi lingkungan, mendapatkan ekstrak daun singkong. Kelompok
umur dan kandungan nutrisi pakan. Di antara yang mendapatkan ekstrak daun singkong (K3)
faktor-faktor tersebut, faktor nutrisi (protein) terjadi peningkatan dibandingkan kelompok K2
memiliki peran yang sangat penting dalam dan terjadi penurunan dibandingkan K1.
proses pembentukan leukosit karena protein Peningkatan dan penurunan leukosit dalam
merupakan salah satu komponen darah (Addas darah merupakan mekanisme respons tubuh
et al., 2012; Etim et al., 2014). terhadap patogen yang menyerang. Tingginya
Pada Tabel 1 disajikan bahwa penggunaan produksi leukosit belum dapat diasumsikan
ekstrak daun singkong tidak berpengaruh nyata bahwa ternak tersebut dalam keadaan sakit.
377
Jurnal Veteriner September 2020 Vol. 21 No. 3 : 374-381
Peningkatan jumlah leukosit menggambarkan Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa
adanya respons secara humoral dan seluler penggunaan ekstrak daun singkong yang
dalam melawan agen patogen penyebab penyakit diberikan secara oral tidak berpengaruh nyata
dalam tubuh. Moyes dan Schutte (2008) dan (P>0,05) terhadap jumlah limfosit darah ayam
Soeharsono et al. (2010) menyatakan bahwa broiler umur 28 hari. Jumlah limfosit yang
kesehatan fisik ternak dapat diukur melalui diperoleh berada pada kisaran 42860 sel/mm3
jumlah leukosit yang dihasilkan, dan pada K2, dan 51509 sel/mm3 pada K1. Jumlah
peningkatan jumlah leukosit menandakan limfosit yang tinggi pada darah ayam broiler
adanya peningkatan kemampuan pertahanan yang diberi perlakuan K1 ini diduga karena
tubuh, sedangkan penurunan jumlah leukosit adanya senyawa saponin yang mampu
juga dapat diasumsikan bahwa tidak adanya merangsang proses proliferasi sehingga terjadi
infeksi atau gangguan bakteri patogen yang peningkatan jumlah limfosit. Saponin berfungsi
menyerang tubuh. Oleh karena itu, perlu sebagai imunostimulan yaitu merangsang
diketahui secara keseluruhan jumlah leukosit aktivitas leukosit untuk meningkatkan
dan diferensial leukosit untuk mengetahui kekebalan tubuh (Sari et al., 2014). Salasia dan
kondisi kesehatan ternak secara pasti. Hariono (2010) menyatakan bahwa limfosit
Akhirnya, berdasarkan data yang diperoleh dari bertugas merespons adanya antigen dan stres
penelitian ini dapat diasumsikan bahwa dengan meningkatkan sirkulasi antibodi dalam
pemberian ekstrak daun singkong secara oral pengembangan sistem imun.
mampu menjaga tingkat kestabilan kesehatan Hasil penelitian ini juga membuktikan
ayam broiler. bahwa penggunaan ekstrak daun singkong yang
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan diberikan secara oral tidak memberikan
pada Tabel 1, jumlah heterofil pada darah ayam pengaruh nyata terhadap jumlah monosit pada
broiler berumur 28 hari dengan pemberian darah ayam broiler berumur 28 hari. Jumlah
ekstrak daun singkong secara oral tidak berbeda monosit yang diperoleh pada penelitian ini
nyata antar perlakuan. Jumlah heterofil pada berkisar 331,5 sel/mm3 pada K3, dan 652,5 sel/
darah ayam broiler berdasarkan hasil penelitian mm3 pada K2. Tinggi rendahnya jumlah monosit
berada pada kisaran 14635 sel/mm3 pada K1 – pada penelitian ini diduga karena peran
21135 sel/mm3 pada K3. Tinggi rendahnya kandungan senyawa saponin dan tanin yang
jumlah monosit pada penelitian ini diduga terdapat dalam ekstrak daun singkong. Monosit
karena peran kandungan senyawa saponin dan merupakan sel darah putih yang termasuk
tanin yang terdapat dalam ekstrak daun kedalam kelompok granulosit yang dibentuk di
singkong. Heterofil adalah bagian dari leukosit sumsum tulang dan mengalami pematangan
yang termasuk kedalam kelompok granulosit ketika masuk kedalam sirkulasi sehingga
yang berfungsi sebagai pertahanan awal terha- menjadi makrofag dan masuk ke jaringan.
dap penyakit yang dapat mengakibatkan infeksi Frandson et al. (2009) menyatakan bahwa
atau peradangan. Baratawidjaja dan Rengganis monosit mampu memfagositosis 100 sel bakteri
(2012) menambahkan bahwa sistem kerja patogen dan menjadi sistem pengatur ketika
heterofil yaitu menghancurkan patogen melalui terjadi peradangan dan respons kekebalan.
jalur eksogen independen (lisosom, enzim Monosit dimobilisasi bersama dengan heterofil
proteolitik dan protein kationik) dan oksigen sehingga disebut sebagai pertahanan kedua
dependen. He et al. (2005) dan Redmond et al. terhadap peradangan. Menurut Zahro (2013),
(2011) melaporkan bahwa heterofil mengandung saponin bekerja sebagai antimikroba dengan
zat antimikroba yang berhubungan dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri
resistensi penyakit pada tubuh dan dipengaruhi sehingga menyebabkan bakteri tersebut lisis.
oleh kontrol genetik dari ternak tersebut. Pambudi et al. (2016) melaporkan bahwa tanin
Menurut Zahro (2013), saponin bekerja sebagai bekerja sebagai antimikroba dengan cara
antimikroba dengan mengganggu stabilitas mengganggu permeabilitas membran sel,
membran sel bakteri sehingga menyebabkan sehingga pertukaran zat yang dibutuhkan sel
bakteri tersebut lisis. Pambudi et al. (2016) bakteri terganggu, mengakibatkan pertumbu-
melaporkan bahwa tanin bekerja sebagai anti- hannya terhambat dan mati.
mikroba dengan cara mengganggu permea- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bilitas membran sel, sehingga pertukaran zat jumlah eosinofil pada darah ayam broiler
yang dibutuhkan sel bakteri terganggu, menga- berumur 28 hari dengan pemberian ekstrak
kibatkan pertumbuhannya terhambat dan mati. daun singkong memberikan hasil tidak berbeda
378
Jumadin et al. Jurnal Veteriner
nyata antar perlakuan. Jumlah eosinofil yang ayam broiler yang mendapatkan ekstrak daun
diperoleh berada pada kisaran 1439,5 sel/mm3 singkong, rasio H/L kelompok tersebut lebih
pada K0, dan 2347,0 sel/mm 3 pada K3. rendah dibandingkan kelompok kontrol.
Tingginya jumlah eosinofil dalam darah belum Gross dan Siegel (1983) menyatakan bahwa
dapat diasumsikan bahwa ayam tersebut berada nilai rasio H/L terbagi pada kondisi minimal,
pada kondisi sakit. Faktor yang dapat sedang dan maksimal pada ayam adalah 0,2,
mempengaruhi tinggi rendahnya eosinofil yaitu 0,5 dan 0,8. Rataan nilai rasio H/L kelompok
reaksi dalam tubuh ayam yang berlebihan atau kontrol (K0) lebih tinggi dibandingkan pada
reaksi hipersensitivitas respons imun terhadap kelompok yang mendapatkan ekstrak daun
alergi dan parasit serta tingkat peradangan singkong (K1). Keberadaan senyawa flavonoid
(Suriansyah et al., 2016). yang terkandung dalam ekstrak daun singkong
mampu membantu fungsi kerja enzim
Eosinofil merupakan bagian dari leukosit
superoksida dismutase (SOD) dalam menangkap
yang dibentuk dalam sumsum tulang belakang
radikal bebas. Menurut Afanas’ev et al. (1989)
yang berfungsi merespons parasit, peradangan
dan Hanasaki et al. (1994) bahwa senyawa
dan alergi. Lokapirnasari dan Yulianto (2014) flavonoid memiliki aktivitas antioksidan.
menyatakan bahwa eosinofil memiliki dua Senyawa flavonoid diduga berfungsi sebagai
fungsi utama yaitu mampu menyerang dan penampung radikal hidroksil di dalam sel darah,
menghancurkan bakteri patogen serta mampu sehingga melindungi lipid membran dan
menghasilkan enzim yang dapat menetralkan mencegah kerusakan sel darah. Selain itu,
faktor radang. Dalam mencegah masuknya faktor yang mempengaruhi jumlah rasio
infeksi pada tubuh, eosinofil bekerja dengan heterofil/limfosit yaitu pakan, penyinaran, umur
fungsi kimiawi secara enzimatik. Hal ini sesuai dan suhu lingkungan (Mashaly et al., 2004).
pendapat Moyes dan Schutte (2008) serta Isroli Peningkatan nilai rasio H/L pada ternak yang
et al. (2009) yang menyatakan bahwa eosinofil mengalami stres terhadap suhu lingkungan
melakukan fungsi imun melawan mikroorga- yang panas terkait dengan meningkatnya
nisme dengan cara enzimatik. hormon glukokortikoid di dalam darah yang
bertujuan untuk mempertahankan kondisi
Rataan Rasio Heterofil Per Limfosit Ayam normal ketika berada dalam cekaman (Davis et
Broiler al., 2008).
Kondisi stres tubuh mengaktifkan
hypothalamic pituitary-adrenal cortical system.
Ketika sistem ini diaktifkan, hipotalamus SIMPULAN
menghasilkan corticotropin releasing factor,
yang pada gilirannya merangsang pituitari Pemberian ekstrak daun singkong dengan
untuk pelepasan adrenokortikotropik hormon dosis 47,23 mg/1500 g bb dapat memperlihatkan
(ACTH). Sekresi ACTH menyebabkan sel-sel profil leukosit yang terbaik berupa heterofil dan
jaringan korteks adrenal berproliferasi menge- limfosit serta rasio H/L pada ayam broiler.
luarkan kortikosteroid. Menurut Virden dan
Kidd (2009) kortisol adalah kortikosteroid yang
paling utama pada mamalia, sedangkan korti- SARAN
kosteron adalah kortikosteroid utama pada
bangsa burung. Kehadirannya dapat meng- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi
ganggu fungsi kekebalan tubuh dan jaringan perihal pemberian ekstrak daun singkong
limfoid. Terganggunya fungsi kekebalan tubuh terhadap profil hematologi ayam broiler.
tersebut ditandai dengan peningkatan rasio
heterofil limfosit dalam darah (Davis et al., 2008;
Tamzil et al., 2014). UCAPAN TERIMA KASIH
Rasio heterofil/limfosit (rasio H/L) meru-
pakan indikator stres pada unggas (Sarica et Ucapan terima kasih kepada Universitas
al., 2015). Nilai rasio tersebut yang tinggi Halu Oleo (UHO) atas dana DIPA yang
mengindikasikan semakin tingginya tingkat diberikan Tahun Anggaran 2018 dengan Surat
stres. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor:
perlakuan pemberian ekstrak daun singkong 3886/UN29.2.1/KU/2018. Terima kasih juga
dengan dosis bertingkat tidak berpengaruh penulis sampaikan kepada Bapak Idul Male,
nyata terhadap rasio H/L. Akan tetapi, kelompok S.Pi., M.App.Sc. atas bantuan selama penelitian.
379
Jurnal Veteriner September 2020 Vol. 21 No. 3 : 374-381
380
Jumadin et al. Jurnal Veteriner
Lokapirnasari WP, Yulianto AB. 2014. Sarica S, Demir O, Hakan O. 2015. The effects
Gambaran sel eosinofil, monosit, dan basofil of dietary oleuropein and organic selenium
setelah pemberian spirulina pada ayam supplementation on performance and heat
yang diinfeksi virus flu burung. Jurnal shock protein 70 response of brain in heat-
Veteriner 15(4): 499-505. stressed quail. Italian Journal of Animal
Science 14: 226-232.doi:10.4081/
Mashaly MM, Hendricks GL, Kalama MA,
ijas.2015.3737.
Gehad AE, Abbas AO, Patterson PH. 2004.
Effect of heat stress on production Sastradipradja S, Hartini SSS, Widjajakusuma
parameters and immune responses of R, Ungerer T, Maad A, Nasution H,
commercial laying hens. Poult Sci 83: 889- Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Penuntun
894. Praktikum Fisiologi Veteriner. Bogor.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Moyes CD, Schulte PM. 2008. Principles of
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
animal physiology.2 nd Ed. New York:
Pusat Antar Universitas Hayat. Institut
Pearson International Edition. Hlm.
Pertanian Bogor.
420.422.
Satyaningtijas AS, Widhyari SD, Natalia RD.
Nordenson NJ. 2002. White Blood Cell Count
2010. Jumlah eritrosit, nilai hematokrit,
and Differential. http://www. Lifesteps .com/
dan kadar hemoglobin ayam pedaging umur
gm. Atoz/ency/
6 minggu dengan pakan tambahan. Jurnal
white_blood_cell_count_and_differential.
Kedokteran Hewan 4(2): 69-73.
jsp.
Soeharsono L, Adriani E, Hernawan K, Kamil
Pambudi BS, Enny S, Jauhar F. 2016. The Effect
A, Mushawwir A. 2010. Fisiologi ternak
of Mirabilis jalapa Leaf Ethanolic Extract
fenomena dan nomena dasar, fungsi dan
against Streptococcus pyogenes. Journal of
interaksi organ pada hewan. Bandung:
Agromedicine and Medical Sciences 2(1): 26-
Widya Padjajaran.
31.
Suriansyah IBK, Ardana MS, Anthara,
Redmond SB, Chuammitri P, Andreasen CB,
Anggreni LD. 2016. Leukosit ayam
Palic D, Lamont SJ. 2011. Genetic control
pedaging setelah diberikan paracetamol.
of chicken heterophil function in advanced
Indonesia Medicus Veterinus (5)2 : 165-
intercross lines: associations with novel and
174.
with known Salmonella resistance loci and
a likely mechanism for cell death in Tamzil MH, Noor RR, Hardjosworo PS, Manalu
extracellular trap production. W, Sumantri C. 2014. Hematological
Immunogenetics 63(7): 449–458. response of chickens with different heat
doi: 10.1007/s00251-011-0523-y. shock protein 70 genotypes to acute heat
stress. Int J Poult Sci 13: 14-20.
Rokhmana LD, Estiningdriati I, Murningsih W.
2013. Pengaruh penambahan bangle Virden WS, Kidd MT. 2009. Physiological stress
(Zingiber cassumunar) dalam ransum in broilers: ramifications on nutrient
terhadap bobot absolut bursa fabricius dan digestibility and responses. J Appl Poult Res
rasio heterofil limfosit ayam broiler. Animal 18: 338-347. doi:10.3382/japr.2007-00093.
Agriculture Journal 2(1): 362-369.
Wulandari S, Kusumanti E, Isroli. 2014. The
Salasia SIO, Hariono B. 2010. Patologi klinik Total Leucocytes Count and Leukocytes
Veteriner. Yogyakarta: Samudra Biru. Hlm. Differential of Broiler After Addition of Crude
33-41. Papain in Diet. Animal Agriculture Journal
3(4): 517-522
Saputro AD, Said J. 2015. Pemberian Vitamin
C pada Latihan Fisik Maksimal dan Zahro L, Rudiana A. 2013. Uji Efektivitas
Perubahan Kadar Hemoglobin dan Jumlah Antibakteri Ekstrak Kasar Saponin Jamur
Eritrosit. Journal of Sport Sciences and Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap
Fitness 4(3): 32-40. Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Jurnal Kimia Universitas Negeri Surabaya
Sari CS, Isroli, Atmomarsono U. 2014. The Effect
2(3): 120-129.
of Powder Addition Fingerroot Rhizome
(Boesenbergia pandurata ROXB) in The Diet
on Broiler Body Resistance. Animal
Agriculture Journal 3(2): 106-112
381