Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN

BINAHONG (Anredera cordifolia) DALAM RANSUM


TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK AYAM BROILER

SKRIPSI

Oleh :

Dian Astrianto
NPM. E1C015029

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
201
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ‘‘Pengaruh Penambahan Tepung


Daun Binahong (Anredera cordifolia) Dalam Ransum terhadap karakteristik Organoleptik
ayam broiler” ini merupakan karya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu
Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, ………. 2019

Dian Astrianto
NPM. E1C015029
RINGKASAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia)


DALAM RANSUM TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK AYAM BROILER (Dian
Astrianto, dibawah bimbingan Nurmeiliasari dan Kususiyah, 2019)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan tepung daun


binahong (Anredera cordifolia) terhadap karakteristik organoleptik daging broiler.
Penelitian ini dilaksanakan selama 35 hari pada tanggal 30 Maret 2019 sampai 3 Mei 2019
di Commercial Zone Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam broiler. level
penambahan tepung daun binahong(TDB) dalam ransum basal, yaitu: P0 = Ransum
Kontrol tidak mengandung TDB, P1 = Ransum basal mengandung 1,5 % TDB, P2 =
Ransum basal mengandung 2 % TDB, P3 = Ransum basal mengandung 2,5 % TDB, dan
P4 = Ransum basal mengandung 3 % TDB. Variabel yang diamati adalah warna daging,
bau daging, rasa daging, dan tekstur daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan warna daging pada P3 dan dan P4 sebesar 3,4% dibanding P0. Skor
penurunan bau daging paling tinggi pada perlakuan P3 sebesar 9,6% dibanding P0. Skor
rasa daging meningkat menjadi lebih enak pada perlakuan P2 dan P3 sebesar 6,6%
dibandingkan P0. Skor keempukan daging paling tinggi yaitu perlakuan P1 sebesar 6,8%
dibandingkan P0. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan
tepung daun binahong dalam ransum basal dapat mempengaruhi karakteristik organoleptik
daging ayam broiler

(Program Studi Peternakan, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Be


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya, sehingga
berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan berupa daging, telur, dan susu.
Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi
khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan.
Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam
broiler, ayam afkir, dan ayam kampong (Cahyono, 1995) disitasi dari jurnal Fitri (2016).
Dewasa ini konsumen menghendaki daging ayam broiler yang berwarna lebih
merah tidak pucat, tekstur yang lebih empuk, bau yang segar serta rasa yang lebih enak.
Banyak bahan pakan alternatif yang dapat ditambahkan dalam pakan untuk meningkatkan
kualitas daging ayam broiler, salah satunya tepung daun binahong. Pemerintah melarang
penggunaan Antibiotic Growth Promotors (AGP) pada hewan ternak sebagai pemacu
pertumbuhan ditetapkan mulai 1 Januari 2018. Larangan ini mengacu pada UU No. 41
tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan. Kementerian Pertanian pun mengeluarkan
Permentan No 14/2017 tentang klasifikasi obat hewan. Antibiotik dalam pakan ternak akan
membunuh bakteri pathogen yang lemah, tetapi dapat menimbulkan resistensi bakteri
pathogen terhadap antibiotik (Marshall dan Lavy, 2011). Pemanfaatan tanaman herbal
seperti daun binahong (Andredera cordifolia) diduga dapat meningkatkan kualitas maupun
kuantitas daging ayam broiler dilihat dari uji organoleptik.
Daun binahong (Andredera cordifolia) berpotensi sebagai antioksidan sehingga
dapat ditambahkan pada ransum ayam broiler. Daun binahong mengandung senyawa
saponin triterpenoid, flavanoiod, minyak atsiri dan tanin yang berfungsi membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Rachmawati., 2007)
Menurut Rochani (2009) dalam penelitiannya tentang ekstraksi dengan cara
maserasi daun binahong ditemukan kandungan alkaloid, saponin dan flavonoid, sedangkan
pada analisisa kromatografi lapis tipis ditemukan senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid.
Menurut Setiaji (2009) ekstrak daun binahong mengandung senyawa aktif berupa
senyawa alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol serta antioksidan. Senyawa-senyawa
tersebut dapat berperan sebagai senyawa antibakteri.
Flavonoid berperan sebagai antibiotik, mekanisme antibiotik flavanoid ialah
dengan cara mennganggu aktivitas transpeptidase peptidoglikan sehingga pembentukan
dinding sel bakteri atau virus terganggu dan sel mengalami lisis. Alkaloid mempunyai
pengaruh sebagai bahan antimikroba dengan mekanisme penghambatnya adalah dengan
cara mengikat DNA (Suliantri et al., 2008)
Belum adanya informasi tentang karakteristik organoleptik pada daging ayam
broiler dengan penambahan daun binahong (Andredera cordifolia) untuk meningkatkan
kualitas ayam broiler, sehingga perlu dilakukan penelitian yang dapat dilihat dari uji
organoleptik berdasarkan perbandingan mengenai perbedaan antara yang diberikan daun
binahong dengan yang tidak diberikan daun binahong. Uji organoleptik dilihat dari warna
daging, bau daging, uji rasa, dan tekstur daging.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi pengaruh penambahan tepung daun
binahong (Andredera cordifolia) dalam ransum terhadap uji organoleptik daging ayam
broiler.

1.3 Hipotesa
Ransum yang menggunakan tepung daun binahong (Andredera cordifolia) diduga
dapat mempengaruhi uji organoleptikayam broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler


Ayam broiler merupakan bahan pangan dalam pemenuhan kebutuhan protein
hewani untuk mengimbangi kenaikan produksi ternak. Sifat-sifat unggul yang dimiliki
ayam broiler yakni tidak memerlukan tempat yang luas dalam pemeliharaannya,
mempunyai nilai gizi yang tinggi, merupakan ternak yang mempunyai pertumbuhan yang
cepat dan cepat mencapai berat jual dengan bobot badan yang tinggi, yaitu bobot hidup
rata-rata antara 1,5 - 2 kg pada umur 6 - 7 minggu (Sahara et al., 2011).

Hirarki klasifikasi ayam broiler adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Divisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus domestica sp (Rahayu, 2002).

2.2 Pakan Komersil


Berdasarkan kebutuhan penyusun ransum untuk memenuhi kebutuhan energi,
protein, vitamin dan mineral. Asam lemak tak jenuh ganda : Polyunsaturated Fetty Acid
(PUFA) jarang menjadi perhatian dalam penyusunan ransum. PUFA dapat menurunkan
kolestrol dan merupakan perkusor dari beberapa zat yang mempengaruhi system imun.
Feed supplement adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pakan untuk melengkapi
kandungan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan ternak (Badan Standardisasi Nasional,
2009).
2.3Tanaman Binahong
Tanaman binahong (Andredera cordifolia (Ten.) Steenis) termasuk dalam famili
Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat yang mempunyai potensi besar ke depan
untuk diteliti, karena dari tanaman ini masih banyak yang perlu digali sebagai bahan
fitofarmaka. Tanaman ini sebenarnya berasal dari Cina dan menyebar ke Asia Tenggara.
Di negara Eropa maupun Amerika, tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli di sana
belum tertarik untuk meneliti serius dan mendalam, padahal beragam khasiat sebagai obat
telah diakui (Manoi, 2009).
Tanaman binahong (Anredera cordifolia) (Ten) steenis merupakan tanaman asli yang
berasal dari Amerika Selatan. Binahong merupakan tumbuhan menjalar yang berumur
panjang (perennial) dan panjangnya bisa mencapai ± 5m. Tanaman ini tumbuh baik di
cuaca tropis dan subtropis (Pink, 2004).
Klasifikasi Tanaman Binahong.
Secara ilmiah, tanaman binahong atau dengan nama latin Andredera Cordifolia
(ten) Steenisdiklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales (Tjitrosoepomo, 2010).
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Species : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis (Bacer dan Bakhuizen, 1968).

Daun binahong mengandung flavonoid yang terkandung pada ektrak daun


binahong dari sampel segar dan kering adalah 7,81 mg/kg dan 11,23 mg/kg, jenis flavonoid
yang diperoleh dari hasil isolasi dan identifikasi serbuk segar dan serbuk kering ektsrak
etanol daun binahong adalah flavonol. Sampel kering memiliki total antioksidan sebesar
3,68 mmol 100 g dan pada sampel segar sebesar 4,25 mmol 100 g (Selawa et al., 2013).

Antioksidan yang terkandung dalam daun binahong cukup tinggi, antioksidan


merupakan senyawa yang dapat mencegah terbentuknya radikal dan juga dapat
menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat
reaktif. Antioksidan dapat berupa enzim seperti superoxide dismutase (SOD), katalase, dan
glutation peroksidase, maupun nonenzim, misalnya vitamin E, vitamin C, vitamin A,
karoten, flavonoid, albumin, bilirubin, seruloplasmin, dan lainnya (Winarsi, 2011).

Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tumbuhan yang telah


digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia. Binahong memiliki efek antiinflamasi
dan bisa mengurangi rasa nyeri pada luka bakar, antimikroba, penyembuhan luka bakar
dengan cara mencegah infeksi dan mencegah meluasnya luka akibat toksik bakteri,
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi dan berfungsi dalam pemeliharaan membran
mukosa, dan antioksidan.Daun tanaman binahong juga mengandung saponin triterpenoid,
flavonoid dan minyak atsiri(Rachmawati, 2007).

Manfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris
binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan, bagian
tanaman yang digunakan dapat berasal dari akar, batang, daun, dan bunga maupun umbi
yang menempel pada ketiak daun. Tanaman ini dikenal dengan sebutan Madeira Vine
dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan antivirus (Manoi, 2009).

2.4 Uji Organoleptik


Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia
sebagai alat ukur untuk mengetahui daya terima suatu produk serta untuk menilai mutu
suatu bahan pangan dengan cara member rangsangan terhadap alat indra
manusia(Soekarto, 1985).
Menurut Adawiyah (2010), uji organoleptik atau evaluasi sensoris merupakan suatu
pengukuran ilmiah dalam mengukur dan menganalisa karakteristik suatu bahan pangan
yang diterima oleh indra penglihatan, pencicipan, penciuman, perabaan dan
menginterpretasikan reaksi dari akibat proses pengindraan yang dilakukan oleh manusia
yang juga bisa disebut panelis sebagai alat ukur.

2.4.1 Warna Daging


Dilihat secara visual Kualitas makanan dapat dilihat dari warna suatu produk
makanan yang dapat berpengaruh terhadap selera konsumen(Resnawati, 2005). Warna
daging dipengaruhi oleh kandungan mioglobin dan hemoglobin.
Faktor yang mempengaruhi warna daging seperti pakan, umur, spesies, bangsa,
jenis kelamin, stress (tingkat aktivitas dan tipe otot), Ph dan oksigen. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap konsentrasi pigmen mioglobin. Status kimia mioglobin,tipe molekul
mioglobin, dan kondisi kimia serta fisik komponen lain dalam daging berperan dalam
menentukan warna daging (Soeparno, 1998).

2.4.2 Bau Daging


Penilaian aroma dapat dilakukan dari jarak jauh, atau tanpa melihat produk itu
sendiri, aroma merupakan sifat mutu yang penting untuk diperhatikan dalam penilaian
organoleptik bahan pangan, karena aroma merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada
penilaian konsumen terhadap suatu produk. Aroma dapat memberikan kesan pertama pada
konsumen untuk menilai suatu produk (Sundari et al., 2013).
Soeparno(2005), yang disitasi dari skripsi Apriyanti (2016) menyatakan aroma
daging dipengaruhi oleh umur ternak, jenis pakan, lama dan kondisi penyimpanan setelah
dipotong. Bau daging dinilai berdasarkan nilai 1 (sangat amis), nilai 2 (amis), nilai 3 (agak
amis), nilai 4 (kurang amis), nilai 5 (tidak amis).

2.4.3 Rasa Daging


Rasa adalah salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi konsumen terhadap
suatu produk pangan dalam memilih jenis makanan. Berbagai jenis daging ternak,memiliki
perbedaan rasa dan sifat yang khas (Resnawati, 2005).
Aktivitas ternak dapat mempengaruhi rasa daging, ternak yang banyak bergerak
akan meningkatkan kadar asam laktat, sehingga dapat membantu meningkatkan rasa.
Selain itu, rasadaging juga dipengaruhi oleh IMP, ion K+ dan asam glutamate dalam
daging ayam. Semakin tinggi kadarnya dalam daging sampai batas tertentu maka rasa
daging akan semakin enak (Santoso, 2014).

2.4.4 Tekstur Daging


Menurut Warris (2010) disitasi dari skripsi Apriyanti (2016), ada tiga faktor utama
yang diketahui mempengaruhi tekstur daging diantaranya panjang sarkomer, jumlah
jaringan ikat dan ikatan silangnya serta tingkat perubahan proteolitik yang terjadi selama
pelayuan. Luas dan jumlah lemak intramuscular (marbling) juga akan membuat daging
lebih empuk, karena lemak lebih lembut dibandingkan otot.
Skala hedonik uji organoleptik terhadap keempukan daging ayam broiler pada
setiap perlakuan berkisar antara sangat alot, alot, agak alot, empuk, sangat empuk
(Apriyanti, 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan selama 35 hari(5 minggu) dimulai pada 30 Maret 2019 - 3
Mei 2019 Commercial Zone Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
Comercial Zone and Animal Laboratory (CZAL) dan Laboratorium Peternakan
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang akan digunakan adalah timbangan duduk kapasitas 20 kg dengan
ketelitian 10 gram, timbangan analitik kapasitas 20 g, 20 petak kandang perlakuan, tempat
ransum, tempat minum, ember, sekop, sekam, terpal, seng, blender, alat tulis dan lain-lain.
Bahan yang digunakan yaitu ayam broiler umur 1 hari (DOC), daun binahong (Andredera
cordifolia), jagung kuning giling, dedak halus, konsentrat broiler, mineral mixture, minyak
dan Top Mix.

3.3 Tahapan Penelitian

3.3.1 Pembuatan Tepung Daun Binahong (Andredera cordifolia)


Penelitian ini menggunakan daun binahong (Andredera cordifolia) yang di peroleh
di daerah Selupu Rejang Curup. Daun binahong segar kemudian dikeringkan di bawah
sinar matahari hingga kering (kadar air ± 10%). Daun binahong yang sudah kering digiling
menggunakan alat giling hingga diperoleh serbuk halus seperti tepung. Setelah menjadi
tepung, lalu disimpan dalam plastik sebelum digunakan dalam ransum perlakuan
penelitian.

3.3.2 Persiapan Kandang


Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu mempersiapkan kandang untuk ayam
broiler, dimulai dari survei kandang, renovasi kandang, membuat petak kandang, sanitasi
kandang dan peralatan tempat pakan dan minum dibersihkan, pemasangan tirai tertutup
untuk bagian luar kandang serta menggunakan sekam yang kering untuk alas lantai
kandang. Menyiapkan semprotan densifektan apabila akan masuk ke dalam kandang.

3.3.3 Pemeliharaan Broiler


Penelitian ini menggunakan ayam broiler sebanyak 200 ekor ayam broiler. Ayam
broiler yang baru datang diberi air gula untuk mengurangi stres akibat perjalanan. Suhu
broder diatur sesuai dengan prosedur standar pemeliharaan. Pada umur 4 dan 21 hari, ayam
broiler divaksin Newcastle Disease (ND). Dari umur satu hari hingga berumur 14 hari
ayam diberi pakan komersil, setelah umur 14 hari ayam broiler dipilih 100 ekor dengan
bobot yang hampir sama dan didistribusikan kedalam petak-petak percobaan lalu diberikan
pakan percobaan selama 21 hari. Ransum yang digunakan mengandung level protein kasar
19,80% - 20,11% dan ME 3094,25 – 3124,88 kkal/kg.

3.3.4 Perlakuan Penelitian


Penelitian menggunakan 5 perlakuan dengan 4 ulangan, masing-masing ulangan
menggunakan 5 ekor ayam broiler. Perlakuan dibedakan berdasarkan level pemberian
tepung daun binahong yang berbeda dalam ransum basal, yaitu:
1. P0 = RansumKontrol (tidak mengandung Tepung Daun Binahong (TDB)
2. P1 = Ransumbasal mengandung 1,5 % TDB
3. P2 = Ransumbasal mengandung2 % TDB
4. P3 = Ransum basalmengandung2,5 % TDB
5. P4 = Ransum basalmengandung 3 % TDB

3.3.2 Formula Ransum

Penelitian ini menggunakan ransum basal. Perlakuan dibedakan berdasarkan level


pemberian TDB (tepung daun binahong) kedalam ransum basal.
Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1.Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum
Protein Energi Lemak Ca P
Bahan pakan SK (%)
(%) (kkal/kg) (%) (%) (%)
Jagung giling(a) 8,9 3340 2,82 3,9 0,06 0,29
Konsentrat broiler(b) 41,5 2800 5 6 2,72 1,45
Dedak Halus(a) 10,45 1856,49 19,34 9,78 0,92 0,29
Minyak(a) 0 9800 0 0 0 0
Mineral Mix(c) 0 0 0 0 32 10
Top Mix(d) 0 0 0 0 0 0
(a)
Keterangan : Dorisandi et al. (2017).
(b)
Konsentrat broiler (PT Jafpa Comfeed).
(c)
Label mineral mix
(d)
Label Top Mix.
Kandungan nutrisi daun binahong hasil analisis Laboratorium Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (2019), Lemak Kasar 6,368%, Protein Kasar
15,080%, Serat Kasar 2,185%, dan ME 2880,041 kkal/kg.
(dihitung dengan rumus Balton : EM=40,81(0,87(PK+2,25LK+BETN)+k);k = 4,9).
Komposisi bahan pakan penyusun ransum basal disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi bahan pakan penyusun ransum basal
Bahan pakan Komposisi
Jagung Giling (%) 58
Dedak Halus (%) 5
Konsentrat Broiler (%) 34
Mineral Mix (%) 1
Minyak (%) 1,5
Top Mix (%) 0,5
Total 100
Kandungan Nutrien:
Protein Kasar (%) 19,79
ME (Kkal/kg) 3129,02
Serat Kasar (%) 4,30
Ca (%) 1,33
P (%) 0,78
Lemak Kasar (%) 4,79

3.3.6 Rancangan penelitian


Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 4 ulangan. Pada percobaan ini akan digunakan 100 ayam broiler. Ayam
broiler tersebut terbagi dalam 5 perlakuan dengan 4 ulangan, dalam setiap ulangan berisi 5
ekor broiler yang ditempatkan secara acak pada kandang perlakuan.
Model matematika dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie,
1995) disitasi (Nuraini et al., 2014)
Yij = μ + βi + εij
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Nilai rataan umum dari perlakuan
βi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = galat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
3.4 Sampling
Akhir penelitian (umur ayam broiler 35 hari) dilakukan pemanenan. Setiap perlakuan
yang terdiri dari 5 ekor ayam broiler, diambil secara acak berdasarkan berat badan (BB)
paling berat kemudian dilakukan penyembelihan. Sebelum dilakukan penyembelihan,
ayam dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam. Kemudian melakukan pengamatan pada
warna daging, bau daging, rasa daging dan tekstur daging.

3.5 Penentuan Panelis


Penentuan panelis uji organoleptik ini menggunakan panelis semi terlatih/sedikit
terlatih dengan jumlah panelis sebanyak 20 orang. Panelis semi terlatih ini yaitu panelis
yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat organoleptik (Agusman, 2013).

3.6 Variabel Pengamatan


Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi warna daging, bau daging, uji rasa
daging dan uji tekstur daging.

3.4.1 Warna Daging


Warna daging diketahui dengan membandingkan warna daging denganwarna
standar (ID-DLO) Institut voor Veehouderij en Diergezondheid-Dienst Landbouwkundig
Onderzoek (menggunakan reference scale dari 1-5).
3.4.2 Bau Daging
Bau daging dinilai dengan mencium bau daging berdasarkan nilai 1 (bau sangat
amis), nilai 2 (bau amis), nilai 3 (bau agak amis), nilai 4 (bau kurang amis), dan nilai 5
(bau tidak amis).
3.4.3 Uji Rasa Daging
Penilaian uji rasa, panelis sebelumnya dilatih dengan cara mencicipi kaldu daging
ayam bagian dada yang diperoleh dengan cara merebus daging tersebut pada berbagai
konsentrasi (santoso et al., 2001).
a. Nilai/skor 1 : rasa tidak enak, diperoleh dengan membuat kaldu dari 1 g daging
yang direbus dalam 50 ml air.
b. Nilai/skor 2 : rasa kurang enak, diperoleh dengan membuat kaldu pada
perbandingan 4 g daging/50 ml air.
c. Nilai/skor 3 : rasa cukup enak, diperoleh dengan membuat kaldu pada
perbandingan 7 g daging/50 ml air.
d. Nilai/skor 4 : rasa enak, diperoleh dengan membuat kaldu pada perbandingan 10 g
daging/50 ml air.
e. Nilai/skor 5 : rasa sangat enak, diperoleh dengan membuat kaldu pada
perbandingan 13 g daging/50 ml air.
Uji rasa dilakukan dengan mengukus daging pada suhu 80℃ selama 20 menit,
didinginkan dan diuji rasa.
3.4.4 Uji Tekstur Daging
Uji tekstur dilakukan dengan cara menggigit daging ayam broiler yang telah
direbus dengan menggunakan gigi, kemudian dinilai berdasarkan :
a. Nilai/skor 1 : tekstur daging tidak empuk
b. Nilai/skor 2 : tekstur daging kurang empuk
c. Nilai/skor 3 : tekstur daging cukup empuk
d. Nilai/skor 4 : tekstur daging empuk
e. Nilai/skor 5 : tekstur daging sangat empuk (Santoso, 2015).

3.7 Analisis Data


Data yang diperoleh pada uji organoleptik berupa warna, bau, rasa serta keempukan
daging ditabulasi untuk selanjutnya dibahas secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Warna Daging


Pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap warna daging berdasarkan
nilai rataan pada setiap perlakuan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap warna daging broiler.

Ulangan
Perlakuan Rataan SD
1 2 3 4

P0 2.5 2.5 3 3.5 2.9 0.48


P1 2.5 3 3 3 2.9 0.25

P2 2.5 3.5 3 2.5 2.9 0.48


P3 3.5 3 3.5 2 3 0.71
P4 3.5 2.5 2.5 3.5 3 0.58
Keterangan:
P0 = Ransum basal (tidak menggunakan tepung daun binahong (TDB)
P1 = Ransum basal mengandung 1,5% TDB
P2 = Ransum basal mengandung 2% TDB
P3 = Ransum basal mengandung 2,5% TDB
P4 = Ransum basal mengandung 3% TDB

Berdasarkan hasil penelitian penambahan tepung daun binahong (TDB)


menghasilkan rataan warna daging yang berbeda-beda antara perlakuan. Dari rataan
tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan P1 dan P2 tidak mampu meningkatkan warna
daging ayam broiler karena nilai rataan P1 dan P2 sama dengan nilai rataan 0. Sementara
perlakuan P3 dan P4 ini meningkatkan warna daging lebih merah sebesar 3,4% jika
dibandingkan dengan kontrol P0 menunjukan bahwa P3 dan P4 ini meningkatkan warna
daging. Dengan demikian, perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan warna daging
menjadi lebih kemerah-merahan adalah P3 dan P4 yaitu dengan penambahan tepung daun
binahong 2,5% dan 3% dalam ransum basal.

4.2 Bau Daging


Pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap bau daging dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap bau daging broiler.
Ulangan
Perlakuan Rataan SD
1 2 3 4

P0 2.9 2.9 3.2 3.4 3.1 0.24


P1 3.2 3.3 3.5 3.2 3.3 0.14
P2 3.2 3.5 3.0 3.1 3.2 0.22
P3 3.2 3.4 3.7 3.3 3.4 0.22
P4 3.2 3.3 3.3 3.0 3.2 0.14
Keterangan:
P0 = Ransum basal (tidak menggunakan tepung daun binahong (TDB)
P1 = Ransum basal mengandung 1,5% TDB
P2 = Ransum basal mengandung 2% TDB
P3 = Ransum basal mengandung 2,5% TDB
P4 = Ransum basal mengandung 3% TDB

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rataan yang berbeda-beda antar perlakuan.


Semakin tinggi nilai angka rataan bau daging menunjukan bahwa bau daging dan bau amis
lainnya semakin menurun. Perlakuan P1 menurunkan bau amis daging sebesar 6,4% jika
dibandingkan dengan P0. Perlakuan P2 dan P4 menurunkan bau amis daging sebesar 3,2%
jika dibandingkan dengan P0. Sedangkan P3 menurunkan bau amis daging sebesar 9,6%.
Dengan demikian perlakuan yang paling baik menurunkan bau amis daging broiler adalah
perlakuan P3 yaitu perlakuan dengan penambahan tepung daun binahong 2,5% dalam
ransum basal.

4.3 Rasa Daging


Pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap rasa daging dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap rasa daging.

Ulangan
Perlakuan Rataan SD
1 2 3 4

P0 3.1 3.1 3.0 2.8 3.0 0.14


P1 3 3.2 2.9 2.9 3.0 0.14
P2 2.8 3.3 3.3 3.4 3.2 0.27
P3 3.3 3.1 3.3 3.1 3.2 0.12
P4 3.2 3.0 3.2 3.0 3.1 0.12
Keterangan:
P0 = Ransum basal (tidak menggunakan tepung daun binahong (TDB)
P1 = Ransum basal mengandung 1,5% TDB
P2 = Ransum basal mengandung 2% TDB
P3 = Ransum basal mengandung 2,5% TDB
P4 = Ransum basal mengandung 3% TDB

Berdasarkan hasil penelitian penambahan tepung daun binahong memberikan


rataan rasa daging yang berbeda-beda antar perlakuan. Dari rataan tersebut dapat diketahui
bahwa perlakuan P1 tidak mampu meningkatkan rasa daging broiler karena nilai rataan P1
sama dengan nilai rataan P0. Perlakuan P2 dan P3 meningkatkan rasa daging lebih enak
sebesar 6,6% jika dibandingkan dengan P0. Perlakuan P4 meningkatkan rasa daging
menjadi lebih enak sebesar 3,3% jika dibandingkan dengan P0. Dengan demikian,
perlakuan yang terbaik dalam meningkatkan rasa daging ayam broiler menjadi lebih enak
adalah perlakuan P2 dan P3 yaitu perlakuan dengan penambahan tepung daun binahong
2% dan 2,5% dalam ransum basal.

4.4 Tekstur Daging


Pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap tekstur daging dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap tekstur daging.

Ulangan
Perlakuan Rataan SD
1 2 3 4

P0 2.8 2.8 2.7 3.3 2.9 0.27


P1 3.7 3.4 2.6 2.7 3.1 0.54
P2 3.2 3.1 2.7 3.0 3.0 0.22
P3 2.8 3.0 3.1 2.7 2.9 0.18
P4 3.1 2.7 2.8 3.4 3.0 0.32
Keterangan:
P0 = Ransum basal (tidak menggunakan tepung daun binahong (TDB)
P1 = Ransum basal mengandung 1,5% TDB
P2 = Ransum basal mengandung 2% TDB
P3 = Ransum basal mengandung 2,5% TDB
P4 = Ransum basal mengandung 3% TDB

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh penambahan tepung daun binahong terhadap


tekstur daging menunjukan bahwa P1 memperbaiki keempukan daging menjadi lebih
empuk sebesar 6,8% jika dibandingkan dengan P0. Perlakuan P2 dan P4 memperbaiki
keempukan daging menjadi lebih empuk sebesar 3,4% jika dibandingkan dengan P0.
Sementara P3 tidak memperbaiki keempukan daging karena memiliki rataan yang sama
dengan P0. Dengan demikian, perlakuan yang paling baik untuk memperbaiki keempukan
daging menjadi lebih empuk adalah perlakuan P1, yaitu perlakuan dengan penambahan
tepung daun binahong 1,5% dalam ransum basal
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, D.R. dan Waysima, 2009. Evaluasi Sensori Produk Pangan. Edisi 1. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Agusman. 2013. Pengujian Organoleptik. Modul Penanganan Mutu Fisis. Program Studi
Teknologi Pangan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.

Apriyanti, N. 2016. Pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Suropus androgynus)


fermentsi terhadap karakteristik organoleptik ayam broiler. Skripsi. Universitas
Bengkulu. Bengkulu.

Backer, C.A. dan Bakhuizen, R.C., 1968, Flora of Java, Vol. IA, 3-71, Worters Noordhoof
N.V Groningen, Netherland.

Badan Standardisasi Nasional, 2009. Pakan Konsentrat-Bagian 4: Ayam ras petelur dara
(Layer-grower concentrate). Jakarta: BSN.

Cahyono. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit
Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Fitri, Aida. 2016. Nilai Organleptik Daging Ayam Broiler dengan Penambahan Prebiotik
Immuno Forte pada Berbagai Level Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian
Unsyiah. Universitas Syiah Kuala. Semarang.

Hartadi, H., S. Reksohadhiprojo, dan A. D. Tilman.2005. TabelKomposisi Pakan untuk


Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Obat. Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri. 15(1):3-5.

Marshal, B.M. dan Lavy S.B. 2011. Food animals and antimicrobasis, impacts on human
health. Clin, Microbiol. Rev. 24:714-33

Muiz, Abdul. 2016. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Binahong (Anredera cordifolia)
(Ten) stennis) Sebagai Feed Additive Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging.
Agrisains 17 (1) : 54-61

Pink A. 2004. Gardening for the million. Melbourne: Project Gutenberg Literary Archive
Foundation. pp 1.

Rachmawati S, 2007, Studi Makroskopi, dan Skrining Fitokimia Daun Binahong(Anredera


Cordifolia) (Ten.) Steenis). Skripsi, Fakultas Farmasi UNAIR, Surabaya.

Rahayu. 2002. Panduan Lengkap Ayam. Penebar Swadaya Jakarta. Halaman 22-40.

Resnawati,H. 2005. Proferensi konsumen terhadap daging dada ayam pedaging yang diberi
ransum menggunakan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Seminar Nasional
Teknoogi Peternakan dan Veteriner 2005. Bogor.
Santoso, U., T.Suteky, Heryanto dan Sunarti. 2001. Effects Of Sauropus Androgynus
(Katuk) leaf extract on growth, fataccumulation and fecal microorganisms in
broiler chickens. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 6:220-226.

Santoso, U., Y. Fenita dan Kususiyah. 2015. Effect of Fermented Sauropus Androgynus
Leavs Meat Compsition, amino acid and fatty acid composition in broiler
chickens. Pak. J. Nurt. 14: 799-807.

Santoso, U. 2014. Katuk Tumbuhan Multi Khasiat. Bengkulu. Badan Penerbit Fakultas
Pertanian (BPFP) Universitas Bengkulu.

Sahara, E., S. Sandi, dan Muhakka. 2011. Performan Produksi ayam pedaging dengan
pemanfaatan bungkil biji kapuk sebagai pengganti sebagian bungkil kedelai dalam
ransum. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 6(2) : 137-142.

Setiaji A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil, Asetat dan Etanol,
70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 11229 serta
Skrining Fitokimianya. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Indonesia.

Selawa, W., Revolta, M., dkk, 2013, Kandungan Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan
Total Ekstrak Etanol Daun Binahong [Anredera cordifolia(Ten.)Steenis.], Jurnal
Ilmiah Farmasi, 2(1):19.

Soekarto., dan T. Soewarno. 1985. Penilaian Organoleptik (untuk Industri Pangan dan
Hasil Pertanian). Penerbit Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknolgi Daging. Cetakan ke-4 Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-1 Gajah Mada. Universitas Press,
Yogyakarta.

Steel, R. G. dan J. H Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan
Biometrik, Ed. 2, Cetakan ke-2, Alih Bahasa B. Sumatri. PT. Gramedia Pustaka
Umum. Jakarta.

Suliantri, B. S. L. Jenie., M. T. Suhartono, dan A. Apriyantono. 2008. Aktivitas antibakteri


ekstrak sirih hijau (Piper betle L) terhadap bakteri pathogen. Jurnal dan Teknologi
Industri Pangan. 19(1): 1-7

Sundari, Zuprizal, T. Yuwanta dan R. Martien. 2013. Pengaruh nonakapsul ekstrak kunyit
dalam ransum terhadap kualitas sensori daging ayam broiler. Jurnal Agri Sains, 4
(6): 20-31.

Tjitrosoepomo, gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gajah


Mada University press.

Warris, P.D. 2010. Meat Science : an Introductory Text. 2nd School of Veterinary Science
University of Bristol, CABI Publishing. Bristol UK, pp. 194-205.

Winarsi H, 2011, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,
15-21, 79-82.

Anda mungkin juga menyukai