Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya permintaan masyarakat atas kebutuhan ayam broiler maka

diperlukan penanganan yang baik agar masyarakat mengkonsumsi ayam yang

sehat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi ayam broiler tahun

2021 untuk Sulawesi Tenggara sebanyak 5.781,96 Ton, sedangkan secara nasional

sebanyak 3.426 042,00 ton (Badan Pusat Statistik, 2022)

Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina muda yang berumur di

bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu dan mempunyai

pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada lebar dengan timbunan daging

yang banyak. Jadi ayam yang pertumbuhannya cepat itulah yang dimasukkan

dalam kategori ayam pedaging atau broiler (Rasyaf, 2006). Menurut Gordon dan

Charles (2002), ayam broiler adalah strain ayam hibrida modern yang berjenis

kelamin jantan dan betina yang dikembangbiakan oleh perusahaan pembibitan

khusus, ayam broiler merupakan ayam pedaging tipe berat yang lebih muda dan

berukuran lebih kecil, dapat tumbuh lebih cepat sehingga dapat dipanen pada

umur 4- 5 minggu. Ayam broiler atau ayam ras pedaging dapat menghasilkan

relatif banyak daging dalam waktu singkat, ciri cirinya adalah sebagai berikut,

ukuran badan ayam pedaging relatif besar, padat, kompak dan daging penuh,

sehingga disebut tipe berat, jumlah telur relatif sedikit, bergerak lambat dan

tenang, biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin, beberapa jenis ayam

1
pedaging mempunyai bulu kaki dan masih suka mengeram (Rahayu dan Budiman,

2002)

Ayam pedaging (broiler) merupakan unggas tipe pedaging yang sering

dibudidayakan karena masa panen yang pendek dan relatif mudah dalam

pemeliharaan, sehingga dalam waktu yang singkat sudah dapat dipasarkan.

Masalah yang dihadapi sampai saat ini adalah banyak penyakit pada unggas dan

penggunaan obat-obatan kimia untuk mengatasinya. Penggunaan obat kimia

sintetik pada unggas dapat menyebabkan residu zat kimia di dalam tubuh unggas

sehingga dapat membahayakan bagi konsumennya.

Pemberian jamu herbal pada broiler dapat menjadi alternatif sebagai

pengganti obat-obatan kimia sintetik sehingga tidak menyebabkan residu dalam

daging ternak. Penggunaan ramuan herbal pada unggas dapat meningkatkan

sistem kekebalan tubuh pada ternak karena pada bahan herbal terdapat kandungan

yang bersifat sebagai anti bakteri

Ramuan herbal sangat bermanfaat dan dapat menggantikan kinerja dari

antibiotik terutama yang sintetik karena memiliki banyak kekurangan seperti

berbahaya bagi kesehatan ternak maupun manusia. Manfaaat ramuan herbal

tersebut merupakan solusi yang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan

makanan sumber kolesterol khususnya makanan yang berasal dari ternak unggas.

Jenis-jenis bahan herbal yang sering kali digunakan dalam pengobatan

untuk ayam broiler berupa tumbuhan, kunyit, lengkuas, jahe, bawang putih.

Tanaman tersebut dapat tumbuh dimana saja didaerah manapun di Indonesia,

2
manfaat mulai dari akar sampai daun dapat digunakan sebagai obat manusia

maupun obat ternak.

Berdasarkan hal-hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengkaji

pengaruh komposisi ramuan herbal sebagai pakan terhadap pertumbuhan ayam

broiler pada fase finisher.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh komposisi ramuan herbal terhadap pertumbuhan ayam

broiler

2. Perlakuan mana yang memberi pengaruh terbaik pada pertumbuhan ayam

broiler

1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah
1. Tidak ada pengaruh komposisi ramuan herbal terhadap pertumbuhan ayam

broiler fase finisher

2. Perlakuan mana yang terbaik

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pengaruh ramuan herbal sebagai pakan terhadap

pertumbuhan ayam broiler pada fase finisher

2. Untuk menentukan perlakuan terbaik dari komposisi ramuan herbal sebagai

pakan terhadap pertumbuhan ayam broiler

3
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi


kepada peternak tentang bentuk ramuan herbal sebagai pakan terhadap
pertumbuhan ayam broiler pada fase finisher.

4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler


Menurut Tamalludin dan Ferry (2017), ayam broiler memiliki kelebihan

dan kelemahan, kelebihannya adalah daging empuk, ukuran badan besar, bentuk

dada lebar padat dan berisi, efisien terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar

dari pakan diubah menjadi daging dan pertumbuhan bobot badan sangat cepat.

Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan

cepat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi dan

sangat peka terhadap perubahan suhu lingkungan.

Kartasudjana (2005), menyatakan ayam broiler umumnya dipanen pada

umur 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2 – 1,9 kg/ekor yang bertujuan

sebagai sumber daging. Ciri ciri ayam broiler mempunyai tekstur kulit yang

lembut serta tulang dada yang merupakan tulang rawan yang fleksibel. Menurut

National Research Council (1994), periode pemeliharaan ayam broiler dibagi

menjadi tiga periode berdasarkan umur. Peridoe tersebut dapat dilihat pada tabel

1, sedangkan kebutuhan protein masing-masing periode dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Periode umur ayam broiler.


Periode Hari

Starter 0-21

Finisher 22-35

Sumber : NRC (1994)

5
Tabel 2 Kebutuhan protein ayam broiler pada tiap-tiap periode

Periode Protein (%)

Starter 23

Finisher 18

Sumber : NRC (1994)

2.2 Ramuan Herbal


Penggunaan ramuan herbal pada manusia telah terbukti dapat

meningkatkan stamina dan kesehatan, demikian pula diberikan pada hewan

penelitian Agustina (2006), menunjukkan penggunaan 12 bahan ramuan herbal

dalam bentuk cair dengan pemberian 2,5 ml/1 air minum, dapat menurunkan

kolestrol dan trigliserida. Namun, dari 12 ramuan herbal. Pemberian ramuan

herbal cair ini tidak selamanya harus diberikan setiap hari tetapi juga dapat

dilakukan dua hari sekali. oleh karena itu perlu penelitian pengurangan jenis

bahan ramuan herbal yaitu dari 12 bahan menjadi 7 bahan interval pemberian

yaitu setiap hari dan setiap 2 kali sehari dalam menurunkan kolestrol triliserida

darah broiler.

Sufiriyanto dan Indradji (2007), menyatakan bahwa temulawak

merupakan tanaman herbal yang termasuk ke dalam antibiotik alami dan tidak

mengakibatkan residu atau berbahaya apabila dikonsumsi oleh ternak atau

manusia. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) juga mengandung zat aktif

“xanthorizol” yang dapat menghambat pertumbuhan jamur dalam tubuh. Bahwa

penggunaan rimpang temulawak optimalnya 2% dalam ransum masih dapat

6
meningkatkan bobot badan ayam. Penggunaanya tidak boleh melebihi karena

adanya kandungan minyak atsiri, jadi hal ini disebabkan karena minyak atsiri

mempunyai rasa yang tajam dan bau yang khas sehingga bila digunakan dalam

ransum unggas harus dibatasi.

a. Bawang Putih (Allium sativum)


Bawang putih adalah herbal semusim berumpun yang mempunyai

ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah

pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batangnya batang semu dan

berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar

berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat

tajam. Daunnya berbentuk pita (pipih memanjang), tepi rata, ujung runcing,

beralur, panjang 60 cm dan lebar 1,5 cm. Bunganya berwarna putih, bertangkai

panjang dan bentuknya paying (Hakim, 2008)

Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat antibakteri dan

antiseptik. Kandungan alicin berkaitan dengan daya anti kolesterol. Zat aktif ini

mencegah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi dan lain-lain (Hakim,

2008). Kemampuan bawang putih sebagai antibakteri juga didukung oleh

penelitian Yamada dan Azama (1977), yang menyatakan bahwa selain bersifat

antibakteri, bawang putih juga bersifat anti jamur. Kemampuan bawang putih ini

berasal dari zat kimia yang terkandung di dalam umbi. Komponen kimia tersebut

adalah Alisin. Alisin berfungsi sebagai penghambat atau penghancur berbagai

pertumbuhan jamur dan bakteri.

7
b. Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit merupakan tanaman herbal dan tingginya dapat mencapai 100

cm. Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau

kekuningan. Daun kunyit tunggal, berbentuk lanset memanjang, helai daun

berjumlah 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan

menyirip dan berwarna hijau pucat. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun

rapat, berwarna orange, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar serabut

berwarna cokelat muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau

akarnya. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan mengandung kurkumin.

(Mahendra, 2005). kandungan nutrisi kunyit adalah sebagai berikut:

a. Zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4%

yang terdiri dari Curcumin, dihidro kurkumin, desmetoksi kurkumin dan

bisdesmetoksi kurkumin.

b. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana

turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon

kurkumol,atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen,

humulen.

c. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar.

d. Mineral, yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal,

seng, kobalt, aluminium dan bismuth.

c. Jahe (Zingiber officinale)


Rempah yang banyak ditemui didataran beriklim tropik dan subtropik ini
diperkirakan berasal dari India. Daunnya tunggal, sepanjang 15-23 mm dan lebar

8-15 mm. daun bagian tepi rata, berujung runcing, dan berwarna hijau.

8
Mahkotabunga berbentuk tabung kuning kehijauan. Di bagian bibir mahkota

bunga berwarna ungu dengan bintik putih kekuningan. Jahe mengandung minyak

atsiri, gingerol, zingeron, resin, zat pati, dan gula. Rimpang dipakai sebagai obat

batuk, antimual, dan dijadikan minuman pengusir masuk angin dan kembung.

Kandungan dalam jahe merah lebih tinggi dibanding dua macam jahe lainnya.

Kandungan minyak atsirinya mampu menghangatkan tubuh sehingga melegahkan

saluran pernapasan, meredakan batuk (Sandi, 2009). Nursal, dkk. (2006), bahwa

jahe juga mengandung senyawa flavonoid, fenol, terpenoid. Khasiat jahe dapat

merangsang kelenjar pencernaan. Jahe berguna sebagai obat gosok untuk penyakit

encok dan sakit kepala. Minyak atsiri bermanfaat untuk menghilangkan nyeri, anti

inflamasi, dan antibakteri. Pada umumnya jahe digunakan sebagai pencampur

beberapa jenis obat, yaitu sebagai obat batuk, obat luka luar dan dalam, melawan

gatal (umbi ditumbuk halus), dan untuk mengobati gigitan ular

d. Lengkuas (Alpinia galanga)


Lengkuas (Alpinia galanga) merupakan tanaman semak berumur

tahunan. Lengkuas yang tumbuh subur dan dapat mencapai ketinggian 1,5-2,5 m.

Lengkuas mengandung minyak atsiri berwarna hijau kekuningan dan berbau khas.

Rasanya pahit dan mendinginkan lidah. Minyak atsiri ini terdiri atas bahan metal

sinamat 48%, cineol 30%, kamfer, d-alfa-pinen, galangin, dan eugenol 4%.

Khasiat lengkuas dapat menguatkan lambung dan isi perut, memperbaiki

pencernaan, mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, mengobati sakit kepala,

nyeri dada dan meningkatkan nafsu makan. Biji lengkuas juga dapat meredakan

kolik atau perut mulas, diare, dan antimual (Muhlizah, 1999). Lengkuas

9
merupakan tanaman herbal yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit

dari tubuh manusia. Khasiat dan kegunaan tanaman herbal lengkuas ini banyak

dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Untuk itu pelestarian dan budidaya tanaman

lengkuas harus dipertahankan

Menurut Syamsiah dan Tajudin (2003) bagian rimpang lengkuas

mengandung atsiri 1%, kamfer, sineol minyak terbang, eugenol, seskuiterpen,

alpinen kaemferida, galangol, kristal kuning dan asam metil sinamat, serta methyl-

cinnamate. Beberapa kegunaan lengkuas sebagai tanaman obat mulai dari

mengobati rematik, sakit limpa, membangkitkan nafsu makan, bronkhitis, morbili,

panu, antibakteria, membersihkan darah, menambah nafsu makan, mempermudah

pengeluaran angin dari dalam tubuh(Agustina, 2006)

2.3 Pertumbuhan Ayam Broiler


Pertumbuhan merupakan pertambahan berat badan merupakan tolak ukur

yang lebih mudah untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pertumbuhan.

Pertambahan bobot badan memiliki definisi yang sangat sederhana yaitu

peningkatan ukuran tubuh.Pertumbuhan berat badan merupakan tujuan utama

dalam usaha peternakan, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah bibit,

lingkungan dan ransum yang diberikan (Kartasudjana dan Suprijatma, 2006).

Tingkat pertumbuhan ayam akan berbeda setiap minggunya, tergantung

strain ayam, jenis kelamin, dan faktor lingkungan yang mendukung seperti pakan

dan manajemen. Pertumbuhan yang paling cepat setelah menetas sampai umur 4 –

6 minggu kemudian mengalami penurunan, setelah itu berhenti sampai mencapai

10
dewasa tubuh.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah galur ayam, jenis

kelamin dan faktor lingkungan yang mendukung (Bell dan Weaver, 2002).

Salah satu kriteria untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan

mengatur pertambahan bobot badan, pertambahan bobot badan memiliki arti

kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu,

pertumbuhan merupakan proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan

bobot badan dan pembentukan semua bagian tubuh secara merata laju

pertumbuhan yang cepat diimbangi dengan konsumsi yang banyak (Amrullah,

2003).

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakasanakan pada bulan Agusutus sampai dengan bulan

September tahun 2022 bertempat dikandang ayam milik bapak Saharuddin desa

Abadi Jaya Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat.

3.2 Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan selama penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Alat Satuan Kegunaan
Kandang ayam 80 x 80 x 80 cm Sebagai wadah penelitian
Timbangan Kg Sebagai timbangan
hewan uji dan pakan
Nipple drinker Biji Tempat minum hewan uji
Feeder chikc tray Biji Tempat pakan ayam
Sapu Untuk membersihkan
kandang
Kamera Untuk dokumentasi

2. Bahan yang digunakan dalam penelitia ini dapat dilihat pada Tabel 4
Bahan Kegunaan
Pakan Komersial Sebagai pakan ayam
Jahe, kunyit, lengkuas, Sebagai bahan campuran
bawang putih pakan

12
3.3 Metode Percobaan
Penelitan ini menggunakan perancangan percobaan (Experimen Disgn)
denagn kombinasi perlakuan kombinasi pakan komersial dengan pakan herbal
(alami) perlakuan ini terdiri empat (4) perlakua yaitu
A. 100 % Pakan komersil Tanpa bahan ramuan herbal
B. 95 % Pakan Komersil + 5 % Ramuan Herbal
C. 90 % Pakan Komersil + 10 % Ramuan Herbal
D. 85 % Pakan Komersil + 15 % Ramuan Herbal

Jumlah kombinasi perlakuan setelah diulang 4 x 4 = 16 unit percobaan. Adapun


tata letak percobaan lapangan pada Tabel 5 sebagai berikut
Tabel 5. Tata letak percobaan
Ulangan Perlakuan
A B C D
1 6 6 6 6
2 6 6 6 6
3 6 6 6 6
4 6 6 6 6

Ayam yang disiapkan adalah 96 ekor, dengan rincian setiap unit kandang
6 ekor ayam

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Persiapan
1. Persiapan kandang
Kandang terbuat dari kayu dan tripleks, serta kawat untuk kandang ayam

berbentuk persegi empat yang berukuran 80 x 80 x 80 cm, sebanyak 16 unit yang

dirancang khusus dilengkapi dengan balon lampu sebagai penerang kandang.

Kemudian dimasukan ayam sebanyak 6 ekor tiap kandang

13
2.Pembuatan Ramuan Herbal
Cara membuat ramuan herbal sebagai campuaran pakan ayam broiler

fase finisher selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Jahe, Kunyit,
Lengkuas, Bawang
Putih

dicuci sampai bersih

dikupas kulitnya

dipotong kecil-kecil

dihaluskan

dikeringkan

Gambar 1. Proses pembuatan ramuan herbal

Pada gambar 1 menjelaskan proses pembuatan herbal, dalam pembuatan

ramuan herbal masing-masing bahan dipisahkan pengerjaaannya. Setelah ramuan

herbal kering selanjutnya dicampur dengan pakan komersial sebagai paakn uji.

3. Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersial yang

dicampur dengan ramuan herbal (kunyit,jahe, bawang putih dan lengkuas) bahan-

bahan tersbut dicuci hingga bersih, kemudian dihaluskan dengan cara di blender.

14
proses penghalusan dipisahkan tiap-tiap bahan atau tidak dicampur. Setalah halus

maka bahan-bahan herbal tersebut dikeringkan kemudian dicampur dalam pakan

komersial sesuai dengan persentase masing-masing perlakuan. Adapun kandungan

pakan komersil CP 522 Protein kasar (16-18%), lemak kasar (3-5%), serat kasar

(5-7%), energi metabolisme (2800 Kkal/kg) (Charoen Pokphan Indonesia, 2017).

Pakan uji yang digunakan selama penelitian adalah komposisi ramuan

herbal dengan empat perlakuan, yaitu perlakuan A (100 % pakan komersial tanpa

bahan herbal), perlakuan B (95% pakan komersial + 5 % ramuan herbal),

perlakuan C (90% pakan komersial + 10 % ramuan herbal), perlakuan D (85%

pakan komersial + 15 % ramuan herbal).

4. Hewan Uji
Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam ras pedaging berumur 3

minggu disiapkan sebanyak 96 ekor. Sebelum diberikan pakan uji terlebih dahulu

ayam dipuasakan selama 24 jam kemudian diadaptasikan dengan cara diberikan

pakan uji selama 3 hari.

3.4.2 Pelaksanaan

Pemeliharaan ayam dilakukan selama 21 hari. Selama pemeliharaan,

ayam diberi pakan 2 kali sehari yaitu pukul 07.00 dan 17.00 WITA. Pemberian

pakan diberikan sampai kenyang. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari agar

sisa pakan dan kotoran bisa dikeluarkan dari kandang. Pencatatan pakan setiap

kali pemberian dan sisa pakan dicatat setiap hari, penimbangan bobot badan

dilakukan setiap seminggu sekali.

15
3.5 Variabel yang diamati

1. Konsumsi ransum

Perhitungan konsumsi ransum dilakukan setiap minggu berdasarkan

ransum yang diberikan dalam g/ekor/mgg (Rasyaf, 2006).

Ransum yang diberikan−ransum sisa


Konsumsi ransum=
Jumlah ayam

2. Pertambahan Bobot Badan (PBB),

Perhitungan PBB dilakukan setiap minggu dengan mengurangi bobot

badan akhir mingguan dengan berat badan awal mingguan dalam g/ekor (Rasyaf,

2003).

Pertumbuhan Bobot Badan=BB akhir mingguan−BB awal mingguan

3. Konvesri Pakan

Perhitungan konversi ransum dihitung dengan rumus adalah sebagai

berikut (Murtidjo, 2003)

Konversi Ransum=Konsumsi Ransum ¿ ¿

3.6 Analisis Data

16
Data yang diperoleh dianalisis secara sidik ragam (Anova) berdasarkan

Rancangan Acak Lengkap (Steel dan Torrie, 1993). Model matematisnya adalah

sebagai berikut :

Yij = µ + αi + εij

Dimana : Yij = Nilai pengamatan dari hasil perlakuan ke-i, ulangan ke-j

μ = Nilai tengah umum (population mean)

αi = Pengaruh taraf perlakuan ke-i

εij = Pengaruh galat perlakuan ke-i, ulangan ke-j

i = 1,2,3,4 (Perlakuan)

j = 1,2,3 (Ulangan)
3.7

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Bobot Badan
Hasil perhitungan pertambahan bobot badan ayam broiler selama

penelitian dapat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pertambahan bobot badan ayam broiler fase finisher


PERLAKUAN
ULANGAN A B C D TOTAL
1 850 820 850 910 3430
2 900 850 980 930 3660
3 740 900 730 700 3070
4 800 770 880 1050 3500
total 3290 3340 3440 3590 13660
rerata 822.5 835 860 897.5 3415

4.1.2 Konsumsi Pakan


Berdasarkan hasil pengamatan konsumsi pakan ayam broiler selama

penelitian dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Konsumsi pakan ayam broiler fase finisher


PERLAKUAN
ULANGAN A B C D TOTAL
1981,1
1 1974,50 7 1980,17 1982,33 7918,17
1978,1
2 1977,17 7 1979,83 1982,17 7917,33
1982,3
3 1977,50 3 1982,33 1985,5 7927,67
1978,5
4 1981 0 1985 1983,83 7928,33
7920,1
Total 7910,17 7 7927,33 7933,83 31691,5
1980,0
Rata-Rata 1977,54 4 11891 1983,46 7922,88

18
4.1.3. Konversi Pakan

Hasil perhitungan konversi pakan ayam broiler fase finsiher selama

disajikan pada Tabel 8

Tabel 8. Konversi pakan ayam broiler fase finisher

ULANGA PERLAKUAN
N A B C D TOTAL
1 2.32 2.42 2.33 2.18 9.25
2 2.2 2.33 2.02 2.13 8.68
3 2.67 2.2 2.72 2.84 10.43
4 2.48 2.57 2.26 1.89 9.2
Total 9.67 9.52 9.33 9.04 37.56
Rata-rata 2.42 2.38 2.33 2.26 9.39

4.2 Pembahasan
1. Pertambahan bobot badan
Pada Tabel 6 terlihat bahwa penambahan bobot badan ayam broiler fase

finisher selama penelitian cenderung mengalami peningkatan dengan makin

meningkatnya penambahan ramun herbal dalam pakan. Bobot badang yang

tertinggi yaitu pada perlakuan D (85% pakan komersial + 15 % ramuan herbal)

yaitu 897,5 gr, diikuti oleh perlakuan C (90% pakan komersial + 10 % ramuan

herbal) yaitu 860 gr, perlakuan B (95% pakan komersial + 5 % ramuan herbal)

yaitu 835 gr dan perlakuan A (100 % pakan komersial tanpa bahan herbal) yaitu

822,5 gr.

19
Ensminger, et al (1992), menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan

suatu proses peningkatan pada ukuran tulang, otot, organ dalam dan bagian tubuh

lainnya yang terjadi sebelum lahir dan setelah lahir sampai mencapai dewasa.

Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan sel yang mengalami pertumbuhan

jumlah (hyperlasia) dan pembesaran (hypertropi) dari ukuran sel itu sendiri.

Penambahan dosis ramuan herbal mempengaruhi pertambahan bobot

badan ayam broiler fase finisher selama penelitian, Berdasarkan Gambar 1 bahwa

bobot tubuh ayam cenderung mengalami peningkatan dari awal hingga pada kahir

penelitian. Selama proses penelitian pemberian pakan diberikan sampai ayam

kenyang (tidak makan lagi) setelah itu pemberian dihentikan. Pertambahan bobot

badan ayam antara lain dipengaruhi pemberian pakan yang teratur kemudian

kandungan pakan yang diberikan juga sudah mencakup semua yang dibutuhkan

oleh ternak tersebut. Menurut Ichwan (2003), bahwa secara umum pertambahan

bobot badan akan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan yang dimakan dan

kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan tersebut. Kecepatan pertumbuhan

broiler mempunyai variasi yang cukup besar, keadaan ini bergantung pada tipe

ayam, jenis kelamin, galur, tata laksana, temperatur lingkungan, tempat ayam

tersebut dipelihara, kualitas dan kuantitas pakan.

Hasil analisis ragam pemberian herbal sebagai pakan pada ayam broiler

fase finisher terhadap pertambahan bobot badan dapat dilihat pada tabel 9

Tabel 9. Hasil analisis pertambahan bobot badan


Sumber Derajar Jumlah Kuadrat F Hitung F Tab Ket
Keragaman Bebas kuadrat Tengah (KT) 0,05
(db) (JK)
Perlakuan t-1 = 3 JKP = KTP= KTP/ KTG 3,409 TN
13125 JKP/dbp 0.443975

20
4375
Galat T(r-1) =12 JKG = KTG =
118250 KG/dbg
9854.167
Total Tr-1 JKT
15 131375

Berdasarkan hasil analisi ragam pada tabel 7 bahwa penambahan ramuan

herbal (0%, 5%, 10% dan 15%) pada pakan ayam broiler fase finisher tidak

berpangaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot badan ayam broiler.

2. Konsumsi Pakan

Pada Tabel 7 terlihat bahwa konsumsi pakan ayam broiler fase finisher

selama penelitian cenderung mengalami peningkatan dengan makin meningkatnya

penambahan ramun herbal dalam pakan. Rata-rata konsumsi pakan tertinggi yaitu

pada perlakuan D (85% pakan komersial + 15 % ramuan herbal) yaitu 11.900,75

gr, diikuti oleh perlakuan C (90% pakan komersial + 10 % ramuan herbal) yaitu

11.891 gr, perlakuan B (95% pakan komersial + 5 % ramuan herbal) yaitu

11.880,25 gr dan perlakuan A (100 % pakan komersial tanpa bahan herbal) yaitu

11.865,25 gr.

Tambahan ramuan herbal dalam pakan dapat meningkatkan nafsu makan

pada ayam. Menurut Agustina dan Purwanti (2009) kandungan minyak astiri

pada kunyit dapat meningkatkan kerja organ pencernaan unggas adalah

merangsang kantong empedu, mengeluarkan cairan empedu dan merangsang

keluarnya getah pankreas, yang berguna untuk meningkatkan pakan seperti

karbohidrat, lemak minyak dan protein sehingga dapat meningkatkan nafsu makan

yang dapat meningkatkan bobot badan.

21
Peningkatan konsumsi pakan pada ayam sangat berhubungan dengan

peningkatan bobot badan menunjukkan peningkatan yang paling tingggi

dibanding pada perlakuan yang lain, diduga karena efek dari kandungan masing-

masing ramuan (jahe, lengkuas, kunyit dan bawang merah) pada perlakuan

bekerja sinergis meningkatkan kesehatan ayam yang mengakibatkan nafsu makan

meningkat sehingga bobot badan juga meningkat. Penambahan ramuan herbal cair

pada dosis yang berbeda menggambarkan bahwa keberadaan ramuan herbal

dengan 4 bahan masih dapat direspon dengan baik dan cukup efektif untuk

memperoleh konsumsi pakan yang normal.

Hasil analisis ragam pemberian herbal sebagai pakan pada ayam broiler

fase finisher terhadap Konsumsi pakan dapat dilihat pada tabel 10

Tabel 10. Hasil analisis Konsumsi pakan

Sumber Derajar Jumlah Kuadrat F Hitung F Ket


Keragaman bebas kuadrat (JK) Tengah (KT) Tab
(db) 0,05
Perlakuan t-1 = 3 JKP KTP KTP/ KTG 3,409 N
2779.1875 =JKP/dbp 5.318n
926.3958333
Galat T(r-1) JKG KTG =
=12 2090.25 JKG/dbg
174.1875
Total Tr-1= 15 JKT
4869.4375

Berdasarkan hasil analisi ragam pada tabel 10 bahwa Konsumsi ramuan

herbal (0%, 5%, 10% dan 15%) pada pakan ayam broiler fase finisher

berpangaruh nyata terhadap konsumsi ayam broiler.

3. Konversi Pakan

22
Pada Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata konversi pakan cenderung

mengalami penurunan dengan meningkatnya penambahan ramuan herbal dalam

pakan. ayam yang diberi pakan perlakuan A (100 % pakan komersial tanpa bahan

herbal) yaitu 2,42 perlakuan B (95% pakan komersial + 5 % ramuan herbal) yaitu

2,38, perlakuan C (90% pakan komersial + 10 % ramuan herbal) yaitu 2,33

perlakuan D (85% pakan komersial + 15 % ramuan herbal) 2,26 Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa pakan uji tidak memberikan pangaruh nyata terhadap

konversi pakan.

Pemberian ramuan herbal mempengaruhi konsumsi ransum tetapi secara

relatif data konsumsi ransum cenderung meningkatkan dengan penambahan dosis

ramuan herbal cair tetapi herbal ini cenderung memiliki pengaruh dan

peningkatan terhadap konsumsi ransum. Wahju (1997) Mengatakan bahwa

Kandungan antimikroba dalam herbal dapat menekan pertumbuhan bakteri dalam

tubuh ternak secara langsung sehingga dapat menyeimbangkan mikroba dalam

saluran cerna sehingga akan mencegah infeksi oleh bakteri patogen yang

menghuni saluran cerna ternak

Mekanisme kerja dari zat bioaktif dalam ramuan herbal dalam

menurunkan populasi bakteri patogen yaitu dengan cara merusak dinding sel

bakteri dan merusak sintesis protein bakteri misalnya kandungan alicin pada

bawang. Ramuan herbal juga mengandung minyak atsiri dan kurkumin yang

berperan meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding empedu

mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang

mengandung enzim amilase, lipase dan protease untuk meningkatkan pencernaan

23
bahan ransum karbohidrat, lemak dan protein (Winarto, 2003) Antibakteri akan

dapat melisiskan racun yang menempel pada dinding usus, sehingga penyerapan

zat nutrisi menjadi lebih baik, sebagaimana mekanisme kerja antibiotic.

Hasil analisis ragam pemberian herbal sebagai pakan pada ayam broiler

fase finisher terhadap Konsumsi pakan dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 11. Hasil analisis konversi pakan

Sumber Derajar Bebas Jumlah Kuadrat F Hitung F Ket


Keragaman (db) kuadrat (JK) Tengah (KT) Tab
0,05
Perlakuan t-1 JKP KTP =JKP/dbp KTP/ KTG 3,409 TN
3 0.05535 0.01845 0.234
Glat T(r-1) JKG KTG =
12 0.94675 JKG/dbg
0.078895833
Total Tr-1 JKT
15 1.0021

Berdasarkan hasil analisi ragam pada tabel 11 bahwa konversi ramuan

herbal (0%, 5%, 10% dan 15%) pada pakan ayam broiler fase finisher tidak

berpangaruh nyata terhadap konversi pakam ayam broiler fase finsiher.

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka penelitian dapat disumpulkan

1. Penambahan ramuan herbal 0%, 5 %, 10% dan 15 % dalam pakan memberikan

pengaruh nyata kepada konsumsi pakan fase finisher, tetapi tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot badan dan koversi pakan fase

finisher.

2. Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah penambahan campuran herbal 15 %

dalam pakan ayam broiler fase finisher

5.2 Saran
Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah Perlu dilakukan uji

kandungan gizi dari ramuan herbal sebelum peneltian

25
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Seri Berternak Mandiri. Lembaga Satu
Gunung Budi. BogorRasyaf, 2006).
Agustina, L. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive untuk
Meningkatkan Performans Broiler. Prosiding Lokakarya Nasional
Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya
Saing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Balai Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Bekerjasama dengan Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro. Semarang. Penerbit Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor. Hal.47-52.
Agustina. L dan S. Purwanti. 2009. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed
Additive untuk Meningkatkan Performans Broiler. Prosiding Lokakarya
Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas
Berdaya Saing. Pusat Penelitian dan Pengmbangan Peternakan, Bogor.
Badan Pusat Statistik, 2022, Produksi Ayam Ras Pedaging Propinsi Sulawesi
Tenggara, sultra bps.go.id. akses 30 Juli 2022
Bell, D. D. and W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat And Egg
Production. 5th Edition. Springer Science and Business Media Inc. New
York
Ensminger. M.E., Oldfield,J.E and Heinemann, W.W (1992). Feeds and
Nutrition. Edisi Kedua. California: Publishing Company
Gordon, S.H and. D.R. Charles. 2002. Niche and Organic Chicken Products :
Their Technology and Scentifik Principles. Nottingham University Press,
Definitions: III-X, UK.
Hakim. 2008. Antimicrobial effects of Ocimum basilicum (Lamiatae) extract.
Turk Biology Journal. 29:155-160
Ichwan. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Angromedia Pustaka.
Jakarta
Kartasudjana, R. 2005. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran, Bandung

26
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta

Mahendra. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh.Cetakan 1. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Muhlizah, F. 1999. Temu Temuan dan Empon Empon Budidaya dan Manfaatnya.
Kanisius, Yogyakarta.

National Research Council, 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9thReseved


Edition. National Academic Press, Wangsinton, DC.

Nursal, Wulandari S., dan Juwita W.S. 2006. Bioaktivitas ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roxb) dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri
Escherichia coli dan bracillus subtilis. Jurnal Biogenesis Vol.2 (2) 6466.

Rahayu, I dan C. Budiman. 2002. Pemanfaatan Tanaman Tradisional sebagai Feed


Adictif dalam Upaya Menciptakan Budaya Ayam Lokal Ramah
Lingkungan. Lokarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam
Lokal. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Ternak, Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rasyaf, M. 2006. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya.


Jakarta

Sandi. 2009. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT.
Gramedia. PustakaUtama. Jakarta.

Sufiriyanto dan Indradji, 2007. Penambahan kunyit (Curcuma domestica, Val.)


atau temulawak (Curcuma xanthorriza, Roxb) dalam ransum
untukmenurunkan kadar lemak dan kolesterolkarkas broiler. Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

27
Syamsiah, I. S. dan Tajudin. 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih. Jakarta:
Agromedia Pustaka

Tamalludin, Ferry. 2014. Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta

Wahju. J. 2006 Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi kelima. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta

Winarto. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Yamada dan Azama, 1977. Efektifitas Kunyit, Bawang Putih, dan Zink dalam
Pakan Terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Sel
Polimorfonuklear. Ayam Broiler [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.

28

Anda mungkin juga menyukai