Anda di halaman 1dari 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam

Ayam termasuk aves (hewan bersayap) yang telah didomestikasi oleh

manusia untuk dimanfaatkan daging maupun telurnya. Pada umumnya jenis ayam

yang diternak manusia berdasarkan fungsinya antara lain ayam petelur dan ayam

pedaging. Dengan pakan sesuai nutrisi yang dibutukan, ayam akan menghasilkan

hasil ternak yang baik.

2.1.1 Ayam petelur

Gambar 2.1 Ayam Petelur sumber : Nurcholis, dkk (2009)

Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara dengan tujuan

menghasilkan telur (Setyono dkk., 2013). Ayam ras petelur merupakan

ayam penghasil telur dengan produktivitas tinggi (Suci dan Hermana,

2012). Ayam petelur mempunyai ciri-ciri mudah tekejut, bentuk tubuh

ramping, produksi telur tinggi, serta tidak memiliki sifat mengeram

(Suprijatna dkk., 2008). Ayam petelur yang diternakkan diIndonesia

merupakan ayam petelur yang menghasilkan telur berkerabang coklat

(Jahja, 2004).

Strain ayam petelur yang ada di Indonesia seperti Isa Brown,

Lohmann, Hyline, dan Rode Island (RIR). Strain ayam dibuat agar

6
7

memiliki keunggalan disetiap strain seperti keunggalan produktivitas

tinggi, konversi pakan rendah, kekebalan dan daya hidup tinggi, dan masa

bertelur yang panjang (Sudarmono, 2003).

Fase fisiologis ayam dibagi menjadi 3, yaitu fase starter, fase

grower, dan fase finisher. Fase starter ayam petelur adalah fase

pemeliharaan ayam dari umur 0 sampai berumur 6 (Kartasudjana dan

Suprijatna, 2010). Pemeliharaan fase starter diperlukan persiapan

pemeliharaan, pemilihan anak ayam, perkandangan meliputi kandang,

brooder, suhu dan kelembaban, kepadatan kandang dan litter. Pencegahan

penyakit juga perlu diperhatikan agar mengurangi tingkat kematian pada

Day Old Chick (DOC). Pemilihan anak ayam yang tidak cacat, mata yang

jernih, paruh tidak bengkok, dan berbulu bersih (Jahja, 2004). Penanganan

yang salah pada fase ini akan berpengaruh pada fase-fase yang lain.

Fase grower apabila saat ayam petelur berusia 6-14 minggu dan 14-

20 minggu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Beberapa hal yang

diperhatikan dalam pemeliharaan ayam fase grower diantaranya

perkandangan, pakan, pemotongan paruh dan pencegahan penyakit. Sifat

pertumbuhan ayam fase grower cenderung tidak stabil meningkat lalu

menurun.

Fase finisher umur 18 minggu sampai afkir dimana fase ayam

mulai berproduksi. Ayam dikatakan sudah masuk fase produksi apabila

dalam kandang yang berisi ayam dengan umur yang sama tersebut

produksinya telah mencapai 5% (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).


8

2.1.2 Ayam pedaging

Gambar 2.2 Ayam Pedaging sumber: Wiryawan (2009)

Ayam ras pedaging disebut juga Broiler, yang merupakan jenis ras

unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya

produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam

pedaging adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah

didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan

untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004).

Menurut Rasyaf (2006), ayam pedaging adalah ayam jantan dan

ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan

bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada

yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Banyak strain ayam

pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan kelompok ayam

yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan

untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain

CP 707, Starbro, Hybro (Suprijatna et al.,2005).


9

Fase hidup ayam pedaging dikelompokkan menjadi dua yaitu fase

starter dan fase finisher. Fase starter mulai dari ayam berumur satu hari

sampai 4 minggu dan fase finisher mulai dari ayam berumur 4 minggu

sampai berumur 6 minggu atau lebih (Rasyaf, 1991). Ayam pedaging

dapat terlihat padat berisi pada umur tiga minggu dan pada umur enam

minggu memiliki ukuran tubuh yang sama dengan ayam kampung dewasa

(Rasyaf, 2008).

Ayam pedaging dapat digolongkan ke dalam kelompok unggas

penghasil daging artinya dipelihara khusus bertujuan untuk menghasilkan

daging (Hardjoswaro dan Rukminasih, 2000). Umumnya memiliki ciri-ciri

yaitu kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu

yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging. Ayam

pedaging mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber protein

hewani. Bagi konsumen, daging ayam pedaging telah menjadi makanan

bergizi tinggi dan berperan penting sebagai sumber protein hewani bagi

mayoritas penduduk Indonesia (Muladno et al., 2008).

2.2 Pakan Tambahan

Pakan tambahan atau feed additive adalah suatu bahan atau kombinasi

beberapa bahan yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam ransum. Pakan

tambahan berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi pakan dengan tujuan memacu

pertumbuhan (growth promoter), meningkatkan kecernaan, sebagai antibiotik dan

probiotik, sebagai pewarna, dan penyedap.


10

Pakan tambahan atau feed additive digolongkan menjadi dua macam yaitu

nutritive feed additive dan non nutritive feed additive. Nutritive feed additive

ditambahkan ke dalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan kandungan

nutrien ransum, seperti suplemen, vitamin, mineral dan asam amino. Non nutritive

feed additive tidak mempengaruhi kandungan nutrien ransum dan kegunaannya

tergantung pada jenisnya, antara lain untuk meingkatkan palatabilitas (pemberi

rasa dan pewarna), sebagai pengawet pakan (antioksidan), penghambat

mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan nutrien (antibiotik,

probiotik, prebiotik), membantu pencernaan dan anti jamur. Feed additive yang

bersifat nutritif antara lain suplemen mineral, yang mencakup major mineral dan

trace mineral. Mineral dapat berasal dari bahan organik, misalnya batu kapur, grit

cangkang kerang, grit cangkang telur. Mineral organik tidak boleh digunakan

lebih dari 3% dalam ransum. Mineral juga terdapat dari bahan anorganik, seperti

dikalsium fosfat, garam dapur (NaCl), sodium bikarbonat (Na2CO3) dalam

bentuk baking soda dengan dosis 0,2-0,3% dalam ransum. Trace mineral seperti

Cu, Zn, Fe, Mn, Co dibutuhkan sebanyak 0,01% dalam ransum. Suplemen

mineral dibutuhkan sebanyak 0,05% dalam ransum.

Penggunaan non nutritive feed additive umumnya tidak lebih dari 0,05%

dari ransum. Jenis-jenisnya antara lain yaitu pengikat pelet (bentonit,

hemiselulosa, guar meal); pemberi aroma; enzim (xylanase, ß glukanase, fitase);

antibiotika; anti jamur (natrium propionat, asam propionat, 20 gentian violet,

nistatin); koksidiostat untuk mencegah koksidiosis (amprolium, bithionol,

polystat, zoalin, nitrofurazon, furazolidon); anti cacing (piperazin, phenothiazin,


11

dichlorophen); antioksidan (ethoxyquin, BHT, BHA) untuk mencegah ketengikan

oksidatif dari lemak yang merusak vitamin A, E, dan D; pewarna (karotenoid)

untuk meningkatkan pigmentasi pada ayam broiler dan kuning telur serta bahan-

bahan pemicu metabolisme (zat thyroaktif) seperti kasein dan iodium (Wahju,

2004).

2.3 Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa berat dengan molekul rendah yang membunuh

atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotik dihasilkan oleh

mikroorganisme, khususnya Streptomyces spp. dan jamur (Sanjaya, 2016).

Penggunaan antibiotik untuk terapi infeksi pada manusia dan hewan harus

memenuhi sejumlah kriteria. Penggunaan obat-obatan terutama antibiotik dalam

bidang peternakan tidak dapat dihindari, karena kesehatan ternak yang harus

selalu terjaga sehingga dapat berproduksi secara optimal, namun penggunaan

antibiotik untuk mengatasi penyakit infeksi harus didasarkan pada identifikasi

bakteri yang menyebabkan infeksi, disertai hasil uji kepekaan dari bakteri yang

bersangkutan, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal (Murdiati, 2017).

Antibiotik dapat dikelompokkan berdasarkan struktur dari antibiotik

tersebut ataupun berdasarkan target kerjanya pada sel, yaitu broad spectrum

mempunyai kemampuan membunuh mikroorganisme dari berbagai spesies

sedangkan narrow spectrum hanya mampu membunuh mikroorganisme secara

spesifik (Benzoen et al., 2010). Antibiotik harus membunuh atau menghambat

pertumbuhan bakteri dari tipe yang berbeda. Antibiotik broad spectrum berguna

karena adanya gejala (simptom) yang sama yang disebabkan oleh bakteri dari
12

spesies yang berbeda dan dari gejala yang muncul tidak mungkin menunggu

isolasi, identifikasi organisme penyebab sebelum terapi dimulai (Nhiem, 2015;

Salyers dan Whitt, 2015).

Antibiotik broad spectrum mempunyai kekurangan, tidak hanya

menyerang bakteri pathogen tetapi juga mengurangi jumlah mikroflora usus.

Setiap antibiotik harus mampu mencapai bagian tubuh dimana terjadinya infeksi.

Beberapa antibiotik tidak diabsorpsi oleh saluran pencernaan, sementara masuk ke

aliran darah tetapi tidak melintasi barrier darah otak dalam cairan spinal dan tidak

masuk dalam sel fagosit (Phillips et al., 2014; Focosi, 2015). Munculnya

fenomena resistensi antibiotik pada bakteri patogen sangat berbahaya. Hal ini

diduga dapat mengakibatkan terjadinya perpindahan sifat resistensi antibiotik

bakteri dari ayam dan telur ke manusia dan lingkungan (Kusumaningsih, 2017).

Adanya resistensi antibiotik bakteri pada ternak dan manusia dapat

mengakibatkan kegagalan pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

(Phillips et al., 2014; Bahri et al., 2015). Beberapa antibiotik yang banyak

digunakan dalam bidang peternakan seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis-jenis antibiotik yang sering digunakan pada peternakan


sumber : Purnami (2000)

Jenis antibiotik Jenis hewan


Bacitracin Ayam, kalkun, babi, sapi perah
Bambermycin Ayam, kalkun babi
Chlortetracycline Ayam, kalkun, babi, sapi perah, kambing
Erytromycin Ayam,kalkun
Hygromycin Ayam, babi
Lasalocid Ayam, babi
Monensis Ayam, kalkun, babi
Neomycin Ayam, kalkun, babi, sapi perah, kambing
Nystatin Ayam, kalkun
Olendomycin Ayam, kalkun, babi
13

Oxytetracycline Ayam, kalkun, babi, sapi perah, kambing


Penicilline Ayam, kalkun, babi
Salinomycin Ayam, sapi perah
Streptomycin Ayam, sapi perah
Tylosin Ayam, babi, sapi perah
Virginiamycin Ayam, kalkun, babi
Sulfanamides Ayam, kalkun, babi

2.3.1 Penggunaan Antibiotik di Peternakan

Antibiotik digunakan untuk hewan sebagaimana digunakan pada

manusia yaitu untuk mencegah dan mengobati infeksi. Manfaat

pengobatan dengan antibiotik antara lain membasmi agen penyakit,

menyelamatkan hewan dari kematian, mengembalikan kondisi hewan

untuk berproduksi kembali dalam waktu yang relatif singkat,

mengurangi/menghilangkan penderitaan hewan dan mencegah penyebaran

mikroorganisme ke alam sekitarnya yang dapat mengancam kesehatan

hewan dan manusia (Butaye et al., 2013; Adam, 2012).

Penemuan antibiotik membawa dampak besar bagi kesehatan

manusia dan ternak. Seiring dengan berhasilnya pengobatan dengan

menggunakan antibiotik, maka produksinya semakin meningkat (Phillips

et al., 2014). Pada industri peternakan pemberian antibiotik selain untuk

pencegahan dan pengobatan penyakit juga digunakan sebagai imbuhan

pakan (feed additive) untuk memacu pertumbuhan (growth promoter),

meningkatkan produksi dan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan

(Bahri et al., 2015).

Di Eropa ada beberapa antibiotik yang diperbolehkan digunakan

sebagai imbuhan pakan seperti olaquinodik, basitrasin, flavomisin,


14

monensin, salinomisin, tilosin, virginiamisin, avoprasin, dan avilamisin.

Sejak tahun 2009, antibiotik olaquinodik, basitrasin, tilosin, dan

virginiamisin sudah dilarang digunakan sebagai imbuhan pakan (Butaye et

al., 2013). Berdasarkan Feed Additive Compendium, ada beberapa

antibiotik yang direkomendasikan digunakan sebagai imbuhan pakan pada

pakan unggas dan hewan lain, seperti penisilin, basitrasin, streptomisin,

eritromisin, tilosin, neomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin,

linkomisin, spiramisin, dan virginiamisin (Andriyanto, 2010). Pemanfaatan

antibiotik sebagai imbuhan pakan ternak juga banyak digunakan di

Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian

Veteriner Bogor (Balitvet) bahwa 71,43% pabrik pakan di Kabupaten

Bogor, Cianjur, Tangerang, Bekasi dan Sukabumi memberikan tambahan

antibiotik golongan tetrasiklin dan sulfonamide pada produk pakan ayam

(Bahri et al., 2015).

Berdasarkan pengamatan dilapangan, penggunaan antibiotik untuk

pencegahan dan pengobatan penyakit antara lain streptomisin,

kloramfenikol, doksisiklin, tetrasiklin, eritromisin, neomisin, tilosin,

siprofloksasin, enrofloksasin, dan golongan sulfonamida. Antibiotik ini

diberikan dalam air minum pada ayam yang menunjukkan gejala sakit atau

setelah vaksinasi (Kusumaningsih, 2017).

Beberapa peneliti melaporkan bahwa dibutuhkan antibiotik dalam

jumlah banyak untuk pengobatan, pencegahan dan sebagai pemacu

pertumbuhan pada ternak penghasil daging. Pada tahun 2001 dilaporkan


15

bahwa, di Amerika Serikat setiap tahun membutuhkan sebanyak 900 ton

antibiotik untuk pengobatan dan sebanyak 11.200 ton antibiotik untuk non

pengobatan pada hewan, dengan peningkatan daging ternak sebesar 40%

(Phillips et al., 2014). Kebutuhan antibiotik untuk pakan dan pengobatan

tahun 2001 sebesar 502,27 ton, kemudian meningkat menjadi 5.574,16 ton

pada tahun 2005 hal ini diiringi dengan peningkatan jumlah ternak

khususnya ayam sebanyak 27% atau sekitar 250.000 ekor ayam

(Distannak, 2016).

2.3.2 Penggunaan Antibiotik pada Pakan

Amerika Serikat telah melakukan penelitian dimana pakan ayam

diberikan produk fermentasi tetrasiklin yang menghasilkan pertumbuhan

sangat cepat pada tubuh ayam dibandingkan dengan yang tidak diberikan

produk fermentasi tersebut, hal ini kemudian diikuti negara lainnya

(Phillips et al., 2014). Berbagai penelitian mengenai penggunaan antibiotik

dalam pakan dengan dosis subterapeutika yang berpengaruh terhadap

penurunan biaya produksi daging, telur dan susu. Anthony (2017)

menyebutkan penggunaan antibiotik pada dosis subterapeutika melalui

pakan atau air minum berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan,

mempengaruhi metabolisme seperti tetrasiklin mempengaruhi ekskresi

nitrogen dan air, effisiensi nutrisi dengan menekan bakteri intestin yang

bersaing dengan host menggunakan nutrisi dan mencegah penyakit.

Hewan yang diberikan antibiotik secara rutin, struktur dinding usus lebih

tipis dan lebih besar daya absorpsinya, ini yang mengakibatkan antibiotik
16

dapat memperbaiki dan meningkatkan produksi daging sapi, domba,

unggas dan babi. Jenis antibiotik, penggunaan dan tujuannya yang

direkomendasikan oleh pemerintah seperti Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2 Antibiotik sebagai imbuhan pakan ayam pedaging


sumber : Campbell (2016)

Jenis antibiotik Tujuan


Avilamisina Perangsang pertumbuhan
Avoparsina Perangsang pertumbuhan
Bacitrasin zink Perangsang pertumbuhan
Enramisina Perangsang pertumbuhan
Flavomycin Perangsang pertumbuhan
Kitasamisin Perangsang pertumbuhan
Kolistin sulfate Perangsang pertumbuhan
Lasalocid Koksidiostat
Maduramisina Koksidiostat
Lincomisin HCL Perangsang pertumbuhan
Monensin natrium Koksidiostat
Narasina Koksidiostat
Salinomisin Koksidiostat
Spiramisin Perangsang pertumbuhan
Virginiamisin Perangsang pertumbuhan

2.4 Poultry Shop

Poultry shop adalah sebuah industri yang bergerak pada bidang produksi

peternakan ayam, perdagangan pakan ternak, dan peralatan peternakan. Pada

umumnya poultry shop menyediakan bibit anak ayam, alat-alat peternakan, obat-

obat, vitamin, mineral, bahkan juga menyediakan buku-buku petunjuk untuk

mengelola usaha peternakan unggas. Untuk mengembangkan poultry shop juga

memberi kerja sama dengan para peternak dengan cara memberikan konsultasi

gratis dengan menampung segala permasalahan usaha peternakan, baik dari segi

manajemen, dampai antisipasi wabah penyakit pada hewan ternak.


17

Mekanisme proses penjualan di poultry shop dilakukan dengan cara

memcatat barang yang dipesan kemudian diinput ke komputer yang selanjutnya

data tersebut diproses lalu disimpan yang kemudian dicetak sebagai bentuk nota

penjualan. Pembayaran akan diterima sesuai dengan nota pembelian secara tunai.

Anda mungkin juga menyukai