Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Veteriner September 2014 Vol. 15 No.

3 : 370-379
ISSN : 1411 - 8327

Stabilitas Mikrob Usus, Histologi Hati dan Ginjal Mencit


Setelah Pemberian Ekstrak Pliek u Bumbu Masak
Tradisional Aceh
(STABILITY OF GUT MICROBIAL AND HISTOLOGY OF LIVER AND KIDNEY OF MICE
AFTER ADMINISTRATION OF PLIEK-U EXTRACT, A TRADITIONAL SPICE OF ACEH)

Nurliana1, Sri Estuningsih2, Sugito3, Dian Masyitha4

1
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Syiah Kuala, Jln. Tengku Hasan Krueng Kalee No. 4,
Darussalam, Banda Aceh 23111
2
Laboratorium Patologi, FKH, Institut Pertanian Bogor
3
Laboratorium Klinik, 4Laboratorium Histologi dan Embriologi, FKH, Unsyiah
Tlp : 0651-7551536, email : nunayafiq@yahoo.com

ABSTRAK

Pliek u merupakan bumbu masak tradisional Aceh yang diperoleh dari fermentasi daging buah
kelapa yang digunakan juga sebagai pakan ayam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas
mikrob pada usus dan perubahan histopatologi hati dan ginjal mencit setelah pemberian ekstrak etanol
pliek u dosis akut secara oral. Sembilan ekor mencit jantan dengan bobot badan antara 26-29 g dibagi
menjadi tiga kelompok masing-masing terdiri dari tiga ekor mencit. Kelompok I dan II (kelompok perlakuan)
masing-masing diberi ekstrak 370 dan 733 mg/kg bobot badan, sedangkan kelompok ketiga sebagai
kontrol. Hari keempat pengamatan semua mencit dikorbankan nyawanya. Hati, ginjal dan saluran
pencernaan disisihkan. Jumlah mikrob usus dihitung menggunakan metode Total Plate Count. Hati dan
ginjal diproses dengan metode parafin dan pewarnaan hematoksilin eosin. Hasil penelitian menunjukkan
ekstrak etanol pliek u tidak memengaruhi (P>0,05) jumlah mikrob saluran pencernaan, struktur hati dan
ginjal mencit. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian dua pliek-u tidak menurunkan
jumlah mikrob saluran pencernaan dan tidak toksik terhadap hati dan ginjal.

Kata-kata kunci: pliek u, mikrob usus, histopatologi, hati, ginjal

ABSTRACT

Pliek u is one of the traditional spices of Aceh prepared by fermentation of coconut meat which is used
as chicken feed additive too. The stability of gut micro flora and histopathological changes of liver and
kidney of mice were detected after three days oral administration of acute single dose of ethanol extract of
pliek u. Nine animals were used and grouped into three; in which group I and II (treatment groups) were
administered 370 and 733 mg/kg body weight of pliek u, respectively, and group III referred as the control.
At the fourth day of experiment, all animals were sacrificed, and their livers, kidneys and intestinal gut
were excised. The gut microbial was measured by Total Plate Count (TPC). Livers and kidneys were
processed for paraffin procedure and hematoxyllin-eosin staining. The results showed that the ethanol
extract of pliek u has no significant effect (P>0.05) on the TPC of the gut microbial and the structure of the
liver and kidney of mice. It can be concluded that administration of the two doses (370 and 730 mg/kg bw)
of pliek u did not lowering the numbers of gut microbial and were not toxic to the livers and kidneys of the
mice.

Keywords : pliek u, gut microbial, histopatology, liver, kidney

370
Nurliana et al Jurnal Veteriner

PENDAHULUAN melindungi tubuh dari mikrob patogen (Hsieh


et al., 2001; Kim dan Fung, 2004; Rajesh dan
Kelapa merupakan tanaman yang Latha, 2004; Shah et al., 2004), namun
dimanfaatkan sebagai makanan dan obat sejak sebaliknya tumbuh-tumbuhan tersebut juga
berabad-abad yang lalu. Buah dan minyak dapat merusak organ-organ tubuh seperti hati
kelapa memberi pengaruh yang baik terhadap dan ginjal apabila diberikan dalam dosis yang
tubuh, karena mempunyai aktivitas antimikrob tidak sesuai atau diberikan dalam waktu yang
dan sekaligus dapat meningkatkan sistem lama (chronic treatment) sampai tiga bulan (Al-
kekebalan tubuh (Kabara, 2000; Shilhavy, 2004). Ashban et al., 2005).
Masyarakat Aceh secara turun menurun telah Penelitian ini bertujuan mengetahui
menggunakan produk hasil fermentasi buah pengaruh pemberian ekstrak pliek-u yang
kelapa (minyak pliek u) sebagai minyak goreng, diberikan secara oral terhadap mikrob saluran
obat penurun panas, sakit persendian, luka, pencernaan, gambaran histopatologi hati, dan
sakit kepala dan sakit perut, sedangkan ampas ginjal mencit. Penelitian ini dapat melengkapi
(residu) yang dihasilkan setelah proses informasi tentang pliek u dan pengaruhnya
fermentasi dan pengambilan minyaknya disebut terhadap kesehatan.
pliek u.
Pliek u tidak pernah lepas dari menu sehari-
hari masyarakat Aceh sebagai bumbu masak, METODE PENELITIAN
dan juga digunakan sebagai bahan tambahan
pakan ternak ayam. Menurut sebagian Penyiapan dan Ekstraksi Pliek-u
masyarakat peternak ayam berskala kecil, Pliek u diperoleh dari tempat usaha skala
bahwa ayam yang diberi pliek u terlihat sehat rumah tangga, berlokasi di Kecamatan Matang,
dan berproduksi dengan baik, namun informasi Bireun, Provinsi Aceh. Proses ekstraksi
tersebut belum memberikan bukti secara dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi-
menyeluruh, kecuali beberapa laporan penelitian Biokimia, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
yang telah penulis lakukan. Berdasarkan dan Bioteknologi (PPSHB)-Lembaga Penelitian
penelitian sebelumnya pliek u mengandung dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut
senyawa antimikrob dan ekstraknya bersifat Pertanian Bogor. Ekstraksi pliek u dikerjakan
antimikrob secara in vitro (Nurliana et al., 2008; berdasarkan modifikasi dari prosedur
Nurliana dan Sudirman, 2009), dan secara in Duraipandiyan et al., (2006) dan Sudirman
vivo dapat mempertinggi dan memperlebar pili (2005). Ekstraksi dilakukan dengan
usus halus ayam pedaging pada konsentrasi plie- menambahkan pliek u 20 g dalam 200 mL etanol
u 2% pakan (Azmi et al., 2012). 96% (Bratachem). Campuran tersebut dikocok
Pemberian antibiotik secara oral dapat menggunakan refrigerated incubator shaker
menurunkan bakteri normal dalam usus Innova 4230 (New Branswick scientific, Edison,
sehingga dapat meningkatkan infeksi yang USA) dengan kecepatan 130 rpm pada suhu
disebabkan bakteri lain. Pemberian antibiotik 28oC, kemudian disaring menggunakan fritted
menyebabkan patogenitas suatu bakteri yang glass filter yang disambungkan dengan pompa
pada awalnya digolongkan berpatogenitas vakum. Residu pliek u diekstraksi kembali
rendah menjadi tinggi. Apabila antibiotik sebanyak dua kali dengan cara yang sama.
diberikan secara rutin selama 7-10 hari dapat Filtrat yang diperoleh setiap 24 jam dipekatkan
membunuh sebagian besar bakteri dalam menggunakan evaporator putar (Bütchi,
saluran pencernaan (Linder, 1992). Masuknya Switzerland) pada suhu 40-50oC dengan tekanan
berbagai macam bahan ke dalam tubuh akan 175 mBAR untuk etanol 96%. Ekstrak yang
memengaruhi kondisi usus dan flora usus serta diperoleh dipekat ulang menggunakan
organ lainnya yang berperan sebagai barrier kompresor udara menjadi ekstrak kasar etanol
pertahanan tubuh. Hal tersebut mendorong dari pliek u (EEP).
masyarakat untuk menggunakan antimikrob
alternatif yang berasal dari makanan atau Penyiapan Hewan Coba
tumbuh-tumbuhan. Mencit (Mus musculus) jantan berjumlah
Tumbuh-tumbuhan, hewan, mikrob dan sembilan ekor dijadikan sebagai hewan coba.
makanan dalam bentuk bahan asal atau hasil Mencit yang dipakai percobaan berumur 7-8
ekstraknya dapat berperan sebagai antimikrob minggu dengan bobot badan 26-29 g. Mencit
pada mekanisme pertahanan tubuh dan ditempatkan dalam kandang berupa bak plastik

371
Jurnal Veteriner September 2014 Vol. 15 No. 3 : 370-379

yang beralas sekam dengan tutup kawat ayam. menggunakan eter berlebih. Selanjutnya mencit
Ditempatkan dalam ruang yang bersuhu 25-28ºC dinekropsi, ditimbang bobot hati dan ginjalnya,
dan cahaya yang diatur 12 jam terang dan 12 kemudian diamati perubahan patologi yang
jam gelap serta diberi pakan (pakan ikan SPA terjadi pada organ-organ tersebut. Hati dan
5) dan minum secara ad libitum. Pemilihan ginjal dimasukkan dalam larutan formalin 10%,
hewan coba berdasarkan prosedur yang dilanjutkan dengan membuat preparat sayatan
dilakukan Luo et al., (2005) dan Al-Ashban et dengan metode parafin dan pewarnaan
al., (2005). hematoksilin-eosin. Sayatan histologi hati dan
ginjal diamati di bawah mikroskop cahaya
Penentuan Dosis dan Cara Pemberian dengan pembesaran lensa objektif 10 dan 100
Ekstrak kali.
Dosis EEP (perlakuan akut) yang Pengukuran parameter histopatologi organ
digunakan berdasarkan konsentrasi nilai LC50 hati berdasarkan pengamatan 10 lapang
pada uji toksisitas awal ekstrak kasar etanol pandang dengan memberi skor pada parameter
dari pliek u yang menggunakan larva udang- sitoplasma, inti sel, dan pembuluh darah.
udangan (Artemia salina L), yaitu 3,36 mg/mL Pemeriksaan sitologi ginjal meliputi glomerulus,
(Nurliana et al., 2010). Dosis LC50 dikalikan tiga ruang Bowman dan sel-sel tubulus. Selain itu
dan enam, sehingga diperoleh dosis perlakuan diamati juga perdarahan yang terjadi pada
masing-masing 10,08 mg/mencit (370 mg/kg bb) jaringan. Pemberian skor secara kualitatif
dan 20,16 mg/mencit (733 mg/kg bb). Mencit ditetapkan hanya pada glomerulus dan tubulus
berjumlah sembilan ekor dibagi dalam tiga berdasarkan 10 lapang pandang, seperti yang
kelompok perlakuan, yaitu mencit-mencit disajikan pada Tabel 1.
kontrol hanya diberikan akuades steril,
sedangkan dua kelompok mencit-mencit Analisis Data
perlakuan yang lain masing-masing diberikan Jumlah mikrob ditransformasikan menjadi
EEP dosis tunggal 370 mg/kg bb (EEP I) dan log cfu/g feses. Data jumlah mikrob feses, bobot
733 mg/kg bb (EEP II). Pemberian bahan uji hati dan ginjal dianalisis dengan sidik ragam/
dilakukan secara oral menggunakan sonde analysis of variance. Data parameter tingkat
lambung selama tiga hari. Sebelum perlakuan, kerusakan hati dan ginjal secara histopatologi
mencit dipuasakan selama 12 jam dan dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dan uji
ditimbang bobot badannya. multiple comparison menggunakan SPSS versi
13 for windows.
Pengamatan terhadap Jumlah Mikrob
Feses Mencit
Jumlah mikrob feses diamati pada hari HASIL DAN PEMBAHASAN
keempat. Pengamatan terhadap jumlah mikrob
feses dilakukan berdasarkan metode Total Plate Pengaruh Ekstrak Pliek u (EEP) terhadap
Count (Swanson et al., 1992). Feses dari setiap Jumlah Mikrob Feses Mencit
mencit langsung diambil dari usus dan rektum Pengujian awal secara in vitro tidak bisa
setelah hewan dikorbankan nyawanya dengan diduga efek ekstrak terhadap inang, sehingga
memberikan uap eter berlebih. Pengujian diperlukan uji secara in vivo. Aktivitas ekstrak
dilakukan secara duplo untuk masing-masing pliek u (EEP) dengan dosis 370 (EEP I) dan 733
pengenceran. Jumlah mikrob dihitung mg/kg bb (EEP II) terhadap mikrob saluran
berdasarkan jumlah koloni yaitu colony forming pencernaan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan
unit per gram feses (cfu/g). analisis sidik ragam, ditunjukkan bahwa
pemberian EEP dengan dosis yang berbeda tidak
Pengamatan terhadap Kerusakan Hati dan memengaruhi jumlah mikrob feses mencit
Ginjal Mencit (P>0.05) dibandingkan dengan kontrol (Tabel
Pembuatan preparat dan pengamatan 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
histopatologi dilakukan di Laboratorium Bagian pemberian dosis 370 dan 733 mg/kg bobot badan
Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut mencit tidak menurunkan jumlah mikrob feses
Pertanian Bogor. Pengaruh ekstrak kasar EEP mencit.
terhadap hati dan ginjal diamati pada hari Jumlah mikrob yang terdapat dalam feses
keempat. Sebelum dinekropsi bobot badan mencit pada penelitian ini masih berada dalam
mencit ditimbang, kemudian dibius kisaran jumlah normal bakteri feses saluran

372
Nurliana et al Jurnal Veteriner

Tabel 1. Parameter dan tingkat kerusakan hati dan ginjal

Keterangan : 0 = normal, 1 = kerusakan ringan, 2 = kerusakan sedang, 3 = kerusakan sedang-parah, 4 =


kerusakan parah

pencernaan bila dibandingkan dengan jumlah umum jumlah mikrob normal dalam saluran
bakteri saluran pencernaan manusia. Jumlah pencernaan manusia dan hewan dipengaruhi
bakteri dalam usus kecil manusia yang sehat oleh sekresi lambung. Mikroorganisme sudah
berkisar antara 105-108 cfu/g atau 103-109 cfu/g, ada di permukaan tubuh manusia dan hewan
sedangkan dalam usus besar mencapai lebih dari sejak lahir dan menjadikannya sebagai tempat
1011-1012 cfu/g (Mitsuoka, 1978; Hao dan Lee, yang sesuai untuk pertumbuhan hidupnya (Hao
2004). Ada lebih dari 400 spesies dan subspesies dan Lee, 2004).
bakteri dalam saluran pencernaan. Bakteri yang Laporan penelitian terhadap jumlah bakteri
lazim ditemukan dalam usus mencit, tikus, usus pada mencit yang telah dilakukan oleh
tupai, dan marmut adalah Lactobacilli dan Bergonzelli et al., (2003), menunjukkan bahwa
bakteri anaerobik. Bakteri golongan koli lebih pemberian beberapa minyak essensial dapat
rendah jumlahnya pada mencit dibandingkan menghilangkan infeksi Helicobacter pylori 20-
pada tikus dan tupai (Mitsuoka, 1978). Secara 30%, walaupun tidak mampu menurunkan

Tabel 2. Jumlah mikrob feses mencit dan persentase berat hati dan ginjal per bobot badan setelah
diberi ekstrak pliek u

Perlakuan
Parameter pengamatan
EEP 0 (kontrol) EEP I EEP II
(370 mg/kg bb) (733 mg/kg bb)

Rataan jumlah mikrob feses (log cfu/g) 7.63 ±0.17 7.53 ±0.04 6.54±0.08
Rataan berat hati/berat badan (%) 6.05±1.36 6.96±0.69 7.72±0.72
Rataan berat ginjal/berat badan (%) 1.79±0.19 1.89±0.10 2.01±0.09

Keterangan : EEP (Ekstrak Etanol Pliek u); cfu (colony forming unit)

373
Jurnal Veteriner September 2014 Vol. 15 No. 3 : 370-379

jumlah H. pylori secara signifikan. Bergonzelli nyata (P>0,05) dibandingkan dengan kontrol.
et al., (2003) juga menyarankan agar minyak Pemberian EEP dengan dua dosis tunggal tidak
essensial tidak digunakan sebagai anti- meningkatkan bobot hati dan ginjal. Walaupun
Helicobacter, namun dapat digunakan sebagai secara statistika bobot hati dan ginjal tidak
bahan tambahan dalam makanan pasien untuk berbeda nyata dengan kontrol, namun bobot hati
menunjang pengobatan terhadap infeksi yang dan ginjal mencit yang diberi EEP 733 mg/kg
disebabkan oleh H. pylori. bb cenderung memperlihatkan sedikit
Jumlah mikrob cenderung turun setelah peningkatan jika dibandingkan dengan kontrol
pemberian EEP enam kali dosis LC50, walaupun (Tabel 2).
secara statistika tidak ada perbedaan yang Perubahan bobot hati dan organ lainnya
nyata. Penurunan jumlah mikrob adalah 1,1 log mungkin hanya bersifat sementara. Perubahan
cfu/g feses mencit dibandingkan dengan kontrol, bobot organ merupakan petunjuk awal efek
sedangkan pemberian EEP tiga kali lipat dosis toksik pada organ sasaran (Lu, 1995). Bobot
LC50 hanya menurunkan 0,1 log cfu/g feses organ yang lebih berat menunjukkan terjadinya
mencit. Penurunan jumlah mikrob > 1 log steatosis, yaitu perlemakan dalam sel hati yang
menunjukkan adanya aktivitas antimikrob dari dipandang sebagai gejala efek toksik secara
ekstrak pliek-u. Sementara itu Linder (1992) langsung (Vandenberghe, 1996; Al-Ashban et al.,
menyatakan pemberian antibiotik secara rutin 2005). Bobot organ yang lebih ringan dapat
selama 7-10 hari, dapat membunuh sebagian disebabkan oleh banyaknya sel hati yang
besar bakteri dalam saluran pencernaan. Untuk mengalami nekrosis, dan nekrosis merupakan
menjaga flora normal saluran percernaan maka suatu manifestasi toksik yang berbahaya.
dapat dipertimbangkan pemberian ekstrak pliek Perubahan bobot hati tidak selalu berakibat fatal
u dengan dosis tunggal tidak lebih dari 733 mg/ (kritis), karena hati merupakan organ yang
kg bobot badan. mempunyai kapasitas pertumbuhan yang luar
biasa (Lu, 1995).
Pengaruh Pemberian Ekstrak Pliek u Berdasarkan pengamatan secara
terhadap Hati dan Ginjal Mencit histopatologi pada beberapa parameter organ hati
Efek pemberian ekstrak pliek u dengan dosis menunjukkan bahwa secara umum struktur
tunggal 370 (EEP I) dan 733 mg/kg bb (EEP II) jaringan hati terlihat normal, kerusakan ringan
terhadap bobot hati dan ginjal mencit disajikan hingga kerusakan sedang (Tabel 3 dan Gambar
pada Tabel 2. Persentase bobot hati dan ginjal 1). Berdasarkan pengamatan pada 10 lapang
per bobot badan menunjukkan tidak berbeda pandang, hanya sekitar 1-2 lapang pandang yang

Tabel 3. Tingkat kerusakan hati dan ginjal mencit setelah diberikan EEP (Ekstrak Etanol
Pliek u)

Keterangan : Parameter 0 = normal, 1 = kerusakan ringan, 2 = kerusakan sedang, 3 = kerusakan


sedang-parah, 4 = kerusakan parah

374
Nurliana et al Jurnal Veteriner

Gambar 1. Histologi jaringan hati mencit. Hati normal pembesaran 10x pada kontrol (A) dan
tingkat kerusakan ringan pada kontrol pembesaran 100x (B), kerusakan ringan pada
hati mencit kelompok EEP 370 mg/kg pembesaran 100x (C), kerusakan ringan pada
hati mencit kelompok EEP 733 mg/kg pembesaran 100x (D). vena sentralis (VS),
susunan sel (SS), sinusoid (SI), kongesti (K), degenerasi parenkim (DP), degenerasi
hidrofik (DH), sel mengalami piknosis (P). Pewarnaan HE

mengalami kerusakan ringan pada struktur Inti sel yang tidak normal hanya sedikit dan
hati, baik pada kontrol maupun yang diberi EEP sitoplasma yang tidak homogen ditemukan
I dan EEP II. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis dalam jumlah sedang (Gambar 1D).
menunjukkan bahwa struktur hati tidak Struktur hati normal pada mencit ditandai
berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan. dengan pembuluh darah lebar, inti sel normal,
Pengamatan terhadap rataan parameter susunan sel normal, sinusoid utuh, sitoplasma
hati pada perlakuan kontrol, pemberian EEP I, homogen (Gambar 1A). Kerusakan ringan pada
dan EEP II menyebabkan kerusakan ringan jaringan hati ditandai dengan pembuluh darah
pada hati mencit. Berdasarkan pengamatan masih lebar, inti sel masih normal, tapi ada
hasil penelitian menunjukkan bahwa organ hati sedikit kejadian tidak normal (piknosis),
mengalami kongesti, namun vena sentralis kemudian sitoplasma sebagian tidak homogen
terlihat normal dan susunan sel masih teratur. (ada sedikit degenerasi parenkim atau

375
Jurnal Veteriner September 2014 Vol. 15 No. 3 : 370-379

Gambar 2 Histologi jaringan ginjal mencit. Ginjal normal pembesaran 10x (A) pada kontrol dan
tingkat kerusakan ringan pada kontrol (B) pembesaran 100x, kerusakan ringan pada
ginjal mencit kelompok EEP 370 mg/kg pembesaran 100x (C), kerusakan ringan pada
ginjal mencit kelompok EEP 733 mg/kg pembesaran 100x (D). glomerulus (G), TP:
tubulus proksimal, TD: tubulus distal, RB: Ruang Bowman, K: kongesti, DP: degenerasi
parenkim, DH: degenerasi hidrofik. Pewarnaan HE

degenerasi hidrofik), susunan sel masih normal termasuk obat dan toksikan yang berasal dari
dan tidak ada radang (Gambar 1B, 1C dan 1D). pakan dan lingkungan dapat menyebabkan
Menurut Supartinah-Noer et al., (2003); Alferah kerusakan sel-sel hingga terjadi peningkatan
(2012), kerusakan ringan ditandai dengan vena aktivitas metabolik tubuh. Adanya perubahan
sentralis melebar, susunan sel tidak teratur, inti jaringan hati dapat dipengaruhi oleh jenis
sel tidak normal, sinusoid tidak utuh, dan tumbuhan dan komponen toksik yang
sitoplasma homogen. terkandung di dalam ekstrak (Shah et al., 1997;
Kerusakan yang ringan hati mencit pada 1998; Supartinah-Noer et al., 2003) serta dosis
perlakuan dengan kontrol mungkin dapat yang diberikan (Alferah, 2012).
disebabkan faktor lain yang memengaruhi hati, Berdasarkan pengamatan secara histologi
seperti pakan dan lingkungan. Menurut Manna pada jaringan ginjal secara umum struktur
et al., (2006), senyawa-senyawa organik (kimia) jaringan ginjal terlihat normal hingga

376
Nurliana et al Jurnal Veteriner

mengalami kerusakan yang tidak berarti Kerusakan yang terjadi pada hati dan ginjal
(kerusakan ringan) (Tabel 3 dan Gambar 2). merupakan kerusakan yang cenderung dapat
Pengamatan pada struktur jaringan ginjal yang pulih kembali (reversible). Hal tersebut terjadi
diberikan EEP 370 dan 733 mg/kg bobot badan bila tubuh terpapar oleh zat toksik pada kadar
mencit menunjukkan tidak berbeda nyata yang rendah atau dalam waktu yang singkat
(P>0.05) dibandingkan dengan kontrol (Tabel dan sifat toksikan serta keadaan hewan coba
3). Berdasarkan pengamatan pada 10 lapang (Lu, 1995). Pertahanan permukaan tubuh
pandang pada jaringan ginjal, terlihat normal terhadap bahan-bahan kimia (antimikrob)
hingga mengalami kerusakan ringan. Kongesti seperti asam-asam lemak, polipeptida, dan
juga terjadi pada semua ginjal mencit (Gambar enzim dapat terjadi karena adanya hubungan
2). Pengamatan terhadap jaringan ginjal yang erat antara tunika mukosa dan tunika
meliputi perubahan pada glomerulus, ruang submukosa, perpindahan cairan, dan
Bowman, tubulus (sel-sel tubulus proksimalis pergerakan mukus oleh otot polos muskularis
dan distalis) dan perdarahan dalam jaringan mukosa (Janeway et al., 2001). Pemberian EEP
(ruang Bowman, di dalam dan antara secara oral memberi pengaruh yang tidak nyata
tubulus). terhadap flora usus, hati dan ginjal. Hal
Pemberian ekstrak kasar EEP dengan satu tersebut mungkin disebabkan peran pertahanan
kali pemberian (acute treatment) baik dosis permukaan saluran pencernaan terutama sel-
rendah maupun dosis tinggi tidak bersifat toksik sel epitel saluran pencernaan atau kemungkinan
pada ginjal. Perubahan organ ginjal yang terjadi komponen yang terdapat di dalam EEP tidak
secara histopatologi pada mencit yang diberi toksik.
EEP hanya berupa degenerasi parenkim dan
degenerasi hidrofik (sel yang membengkak)
(Gambar 2). Reaksi toksik pada ginjal terhadap SIMPULAN
toksikan ditandai adanya pendarahan,
ditemukannya eritrosit di antara dan dalam Disimpulkan bahwa pemberian dosis
tubulus serta sekitar glomerulus dan ruang tunggal (acute treatment) ekstrak pliek u tidak
Bowman. menurunkan jumlah mikrob saluran
Pada penelitian ini tidak ditemukan pencernaan dan tidak merusak hati serta ginjal.
pendarahan di ruang Bowman. Namun, ada
kongesti dan sedikit perdarahan antara tubulus
ginjal. Diduga adanya kongesti tidak SARAN
disebabkan oleh ekstrak kasar EEP, namun
faktor lain seperti cara pembiusan terhadap Oleh karena mencit pada perlakuan hanya
mencit atau karena sebelumnya sudah terpajan mengalami kerusakan ringan pada hati dan
(terpapar) dengan toksikan. Adanya perubahan ginjal, maka disarankan agar pemberian
sel tubulus (degenerasi parenkim dan degenerasi ekstrak pliek u (EEP) sebaiknya tidak melebihi
hidrofik) pada semua mencit diduga sudah ada dosis tunggal 370-733 mg/kg berat badan.
sebelum perlakuan (Gambar 2B, 2C, dan 2D).
Parameter kerusakan ginjal akibat zat
toksik adalah perubahan struktur glomerulus UCAPAN TERIMA KASIH
dan ruang Bowman (diameternya berubah) serta
kematian sel tubulus. Selain perubahan struktur Terimakasih dan penghargaan kepada
ginjal, pengaruh zat toksik juga ditandai dengan Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala
peningkatan nitrogen urea dan kreatinin dalam yang telah memfasilitasi penelitian ini melalui
serum darah (Manna et al., 2006). Selain Dana Hibah Bersaing, Direktorat Penelitian dan
pengaruh toksikan, kerusakan ginjal juga Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat
dipengaruhi oleh faktor luar ginjal yang dapat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
memengaruhi volume dan tekanan darah, Pendidikan Nasional. Terimakasih dan
sehingga sulit untuk memastikan bahwa penghargaan kepada Fakultas Kedokteran
kerusakan yang timbul disebabkan oleh Hewan Institut Pertanian Bogor, khususnya
toksikan. Laboratorium Bagian Patologi atas bantuan
yang diberikan selama penelitian dilaksanakan.

377
Jurnal Veteriner September 2014 Vol. 15 No. 3 : 370-379

DAFTAR PUSTAKA Kim S, Fung, YC. 2004. Antibacterial effect of


water-soluble Arrowroot (Puerariae radix)
Al-Ashban RM, Barrett DA, Shah AH. 2005. tea extracts on foodborne pathogens in
Effects of chronic treatment with ethanolic ground beef and mushroom soup. J Food
extract of Teucrium polium in mice. J Protect 67(9):1953-1956.
Herbs, Spices & Med Plants 11(4): 27-36.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan
Alferah, MAZ. 2012. Toxicity Induced Histological Metabolisme. Parakkasi A, penerjemah.
Changes in Selected Organs of Male (Wistar) Terjemahan dari : Nutritional Biochemistry
Rats by Lawsonia inermis leaf extract. and Metabolism. Jakarta. UI Press. Pp 21.
European Journal of Medicinal Plants 2(2)):
1515-158. Luo MJ, Zou LK, Lin GL. 2005. Acute and
genetic toxicity of essential oil extracted from
Azmi Z, Nurliana, Balqis U, Masyitha D. 2012. Litsea cubeba (lour.) Pers. J Food protect.
Effect of Addition Pliek u in Feed on 68(3):581-588.
Histomorphometric of Small Intestine Villi
of Broiler, In: The Proceedings of 2nd Annual Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ
International Conference Syiah Kuala Sasaran dan Penilaian Resiko. Ed ke-1.
University & 8th IMT-GT Uninet Bioscience Terjemahan Nugroho E. Jakarta. UI Press.
Conference, Banda Aceh, 22-24 Nov 2012.
Pp: 110-114. Manna P, Sinha M, Sil PC. 2006. Aqueous
extract of Terminalia arjuna prevents
Bergonzelli GE, Donnicola D, Porta N, Corthésy- carbon tetrachloride induced hepatic and
Theulaz IE. 2003. Essential oils as renal disorders. BMC Complementary and
components of a diet-based approach to Alternative Medicine 6(33) : 1-10.
management of Helicobacter infection.
Antimicrob Agents Chemother 10 : 3240- Mitsuoka T. 1978. Intestinal Bacteria and
3246. Health. Watanabe S, Leung WCT,
penerjemah. Terjemahan dari:
Duraipandiyan, V, Ayyanar. M, Ignacimuthu, Chonaisaikin no hanashi. Tokyo: Iwanami
S. 2006. Antimicrobial activity of some Shoten Pub.
ethnomedicinal plants used by Paliyar tribe
from Tamil Nadu, India. BMC Complement Nurliana M, Sudarwanto, Sudirman LI, Sanjaya
Alternative Med 6 (35): 1-7. AW. 2008. Pengujian awal aktivitas
antibakteri dari minyak pliek u: Makanan
Hao WL, Lee YK. 2004. Microflora of the tradisional Aceh. J. Kedokteran Hewan 2:
gastrointestinal tract: a review. Methods 50-56.
Mol Biol 268: 491-502.
Nurliana, Sudirman LI. 2009. Characterization
Hsieh P, Mau J, Huang S. 2001. Antimicrobial antimicrobes of pliek u, traditional spice of
effect of various combination of plants Aceh. Hayati 16: 30-38.
extracts. Food Microbiol 18: 35-43.
Nurliana, Sudarwanto M, Sudirman LI, Sanjaya
Janeway CA, Travers P, Walport M, Sclomchik AW. 2010. Aktivitas antimikroba dan
M. 2001. Innate immunity. Immunobiology: penetapan LC 50 ekstrak kasar etanol dari
the immune system in health and disease. pliek u: makanan fermentasi tradisional
New York. Garland Pub. Pp : 35-91. Aceh. J Kedokteran Hewan (2): 64-70.

Kabara JJ. 2000. Health oils from the tree of life Rajesh MG, Latha MS. 2004. Protective activity
(nutritional and health aspects of coconut of Glycyrrhiza glabra Linn. on carbon
oil). In: Sustainable Coconut Industry in tetrachloride-induced peroxidative damage.
the 21st Century. Proceeding of the XXXVII Indian J Pharmacol 36 : 284-287.
Cocotech Meeting/ICC 2000; Chennai, 24-
28 Juli 2000. India: APCC Asian and Pacific
Coconut Community. Pp 101-109.

378
Nurliana et al Jurnal Veteriner

Shah A, Cross RF, Palombo EA. 2004. Supartinah-Noer I, Kusmoro J, Anugrawati,


Identification of the antibacterial component Pasaribu ART, Ramlan A. 2003. Toksisitas
of an ethanolic extract of the Australian beberapa tumbuhan Apocynaceae pada hati
medicinal plant, Eremophila duttoni. dan ginjal mencit swiss-ebster. J Biotika
Phytotherapy Res 18(8):615-618. 2(2) : 30-43.

Shah AH, Al-Shareef AH, Qureshi S, Ageel AM. Swanson KMJ, Busta FF, Peterson EH, Johnson
1998. Toxicity studies on some common MG. 1992. Colony Count Methods. In
spices: Cinnamon zylanicum and Piper Vanderzant C, Splittstoesser DF, (Ed). 3th
longum. Plant Fd Hum Nutr. Qualitas Ed. Compendium of Methods for the
Plantarum 52 : 231-241. Microbiological Examination of Foods.
USA: American Public Health Ass. Pp 75-
Shah AH, Khan ZA, Baig ZA, Qureshi S, Al- 96.
Bekairi AM. 1997. Gastroprotective effect
of pre-treatment with Zizyphus sativa fruits Vandenberghe J. 1996. Hepatotoxicology:
against toxic damage in rats. Fitoterapia Structure, Fuction and Toxicological
LXVIII:226-234. Pathology. In : Raymond JM, de Vrien J,
Manfried AH (Eds). Toxicology Principles
Shilhavy B. 2004. The myth of enzymes and and Application. New York. CRC Press. Pp
coconut oil. [terhubung berkala] http:// 112-122.
www.bewell.com/virgin/coconut/oil/
facts.html/18.

Sudirman LI. 2005. Antimicrobial compounds


from tropical mushrooms. International
seminar on microbial biotechnology and
bioprospecting. Jakarta, 3 Des. 2009
Fakultas Biotechnology, Universitas Katolik
Atmajaya.

379

Anda mungkin juga menyukai