Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KOMPUTER

LATIHAN UJIAN

UJI TOKSISITAS KRONIK EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG PADA TIKUS


(Rattus Novergicus) TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH SEL KUFFER

Erick Khristian, Ratu Safitri, Mohammad Ghozali, Muhammad Hasan Bashari

ABSTRAK

S
ecang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tanaman yang sering digunakan batangnya
oleh masyarakat sebagai campuran air minum dalam bentuk serutan. Indeks
antioksidatif ekstrak kayu secang memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding antioksidan
komersial sehingga mampu menangkal radikal bebas oksidatif dan meningkatkan system
pertahanan tubuh. Penggunaan secang di masyarakat sering digunakan dikehidupan sehari-hari
sehingga perlu dilakukan uji toksisitas kronis untuk melihat respon penggunaan
berkepanjangan terhadap system didalam tubuh. Sel Kupffer adalah komponen penting dari
sistem fagositik mononuklear dan merupakan pusat respons hati dan sistemik terhadap patogen.
Penelitian yang bertujuan untuk melihat apakah hasil dari uji toksisitas kronis ekstrak etanol
kayu secang dapat meningkatkan sel kuffer dalam hati telah dilakukan pada 60 ekor tikus galur
Wistar yang terbagi menjadi 12 kelompok. Kelompok tersebut adalah kelompok control,
kelompok dengan variasi dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 400 mg/kgBB
dan 600 mg/kgBB yang terbagi menjadi kelompok jantan dan betina. Penelitian menggunakan
metode eksperimental laboratorik dengan rancangan posttest only group control. Masing-
masing kelompok diberikan secara oral ekstrak etanol kayu secang selama 1 tahun. Pada hari
terakhir perlakuan hewan dianastesi dan dimabil organ hatinya untuk diproses histopatologi
dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin. Hasil dari pengumpulan data jumlah sel Kupffer
dianalisa menggunakan uji ANOVA dan post hoc Duncan dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan jumlah sel Kupffer secara signifikan pada
kelompok betina pada dosis 100 mg/kgBB dan kelompok jantan pada dosis 200 mg/kgBB
dengan nilai significant masing-masing p<0,001 dan p=0,004.

PENDAHULUAN kayu secang adalah brazilin dan flavonoid


Secang (Caesalpinia sappan L.) (Sufiana & Harlia, 2014)
merupakan salah satu spesies tumbuhan Hasil dari beberapa penelitian yang
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat bertujuan meningkatkan system imun
tradisional. Secang tergolong tumbuhan menggunakan kayu secang telah banyak
herbal yang tumbuh alami pada hutan-hutan dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian
sekunder. Penggunaan kayu secang secara Sunitha et al., (2015) menunjukkan ekstrak
empiris selain digunakan untuk etanol kayu secang pada dosis 25mg/kgBB
meningkatkan kesehatan dapat juga menunjukkan peningkatan aktivitas
digunakan untuk berbagai pengobatan fagositosis yang signifikan (p<0,05)
seperti penyembuhan luka hingga kanker dibandingkan dengan kontrol.
(Suyatmi et al., 2019). Secang mengandung Meningkatnya respon fagositosis
senyawa fenolik seperti flavonoid, ditunjukkan oleh makrofag peritoneum
xanthone, coumarin, chalcones, flavones, setelah pemberian ekstrak secara in vitro.
isoflavonoids and brazilin (TR et al., 2019). Hasil penelitian tersebut menunjukkan efek
Uji fitokimia menunjukkan bahwa kayu imunomodulator ekstrak kayu secang pada
secang mengandung senyawa kimia dari makrofag peritoneum murine, yang
kelompok alkaloid, flavonoid, phenol dan merupakan mekanisme imun nonspesifik.
saponin. Hasil isolasi senyawa fitokimia Sistem imun dapat dipengaruhi oleh
beberapa penelitian menyebutkan bahwa pakan, agen farmakologis, polusi
yang berperan sebagai antioksidan pada lingkungan, dan bahan kimia alami (bahan
alam) seperti vitamin dan flavonoid

Tanggal 30 Oktober 2022


Uji Toksisitas Kronik Ekstrak Etanol Kayu Secang Pada Tikus (Rattus Novergicus)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Kuffer

(Middleton et al., 2000). Pada tanaman besi dan penyerapan partikel opsonisasi dari
ashitaba terkandung chalcone yaitu senyawa darah portal (Bennett et al., 2021). Melihat
flavonoid berupa xantoangelol dan 4- dari pentingnya sel Kupffer dalam system
hydroxyderricin yang bermanfaat pertahan tubuh, maka penelitian ini
meningkatkan produksi sel darah merah, dilakukan dengan tujuan melihat perubahan
produksi hormon pertumbuhan, jumlah sel Kupffer pada tikus yang
menstimulasi fungsi hati dalam menetralkan diberikan ekstrak etanol kayu secang dengan
racun, serta meningkatkan pertahanan tubuh variasi dosis yang berbeda selama 1 tahun
dengan menginduksi kekebalan seluler sebagai dasar dilakukan uji toksisitas
untuk melawan penyakit infeksi dan bakteri kronik.
(Inamori et al., 1991; Sudira dan Merdana,
2015; Caesar dan Cech, 2016). Pemberian METODE PENELITIAN
tanaman berkhasiat obat berupa jamu daun Pembuatan Ekstrak Kayu Secang
ashitaba diharapkan mampu meningkatkan (Caesalpinia sappan L.)
system pertahanan tubuh, khususnya dalam Ekstraksi Kayu Secang dilakukan
meningkatkan respons imun seluler. Salah melalui 4 tahapan yaitu tahap pertama
satu organ yang berperan dalam sistem maserasi kayu secang menggunakan pelarut
pertahanan tubuh adalah hati. etanol 95%. Serbuk kayu secang halus
Organ hati merupakan kelenjar ditimbang sebanyak 1 kg dan dimaserasi
pencernaan terbesar dalam tubuh dan pusat menggunakan etanol 95 % sebanyak 1 L
metabolisme yang paling kompleks di dalam pada suhu kamar, setelah 1 x 24 jam
tubuh. Selain organ tempat metabolisme, supernantan diambil dan disimpan terpisah,
hati juga sebagai tempat penyimpanan residu yang tersisa kemudian ditambahkan
nutrien yang diserap dari saluran pencernaan Kembali dengan etanol 96% dan direndam
sekaligus organ biotransformasi utama Kembali selama 1x24 jam. Prosedur yang
untuk selanjutnya dipakai oleh bagian tubuh sama dilakukan berulang hingga
lainnya (Maulina, 2018). Hati juga berperan menghabiskan 4 liter etanol 96% untuk 1 kg
dalam sistem pertahanan tubuh, karena pada serbuk kayu secang. Seluruh filtrat yang
hati terdapat sel Kupffer sebagai sel yang terkumpul kemudian dievaporasi
berperan dalam fagositosis dan imunitas menggunakan rotary evaporator pada suhu
pada hati. Patofisiologi dan perubahan 40-60° C sampai diperoleh ekstrak kering.
struktur histologi hati dapat dipengaruhi
oleh jumlah dan jenis senyawa yang masuk Perlakuan Hewan Uji
ke dalam organ hati (Astuti et al., 2020). Tikus jantan dan betina dipisahkan menjadi
Sel Kupffer adalah makrofag hati 6 kelompok yang dilakukan secara acak
yang menetap dan memainkan peran penting lengkap untuk masing-masing jenis
dalam mempertahankan fungsi hati. Dalam kelamin. Setiap kelompok diaklimatisasi di
kondisi fisiologis, mereka adalah sel laboratorium selama 7 hari. Setelah tahap
kekebalan bawaan pertama dan melindungi aklimatisasi selesai dilakukan, tikus
hati dari infeksi bakteri, homeostasis serta diberikan ekstrak kayu secang yang
berpartisipasi dalam respons akut dan kronis dilarutkan didalam aquades dengan
hati terhadap senyawa toksik (Roberts et al., penambahan CMC 0,5%. Pemberian larutan
2007; Tsutsui & Nishiguchi, 2014; Nguyen- ekstrak kayu secang dilakukan secara oral
Lefebvre & Horuzsko, 2015). Peranan sel dengan dosis yang disesuaikan untuk 1 ml
Kupffer di dalam sinusoidal organ hati setiap 300 gram tikus. Pemberian ekstrak
adalah dengan melakukan fungsi umum kayu secang dilakukan setiap 24 jam selama
makrofag jaringan termasuk respons kurun waktu 12 bulan. Pemberian ekstrak
terhadap kerusakan jaringan dan presentasi kayu secang diberikan dengan dosis yang
antigen. sel Kupffer juga terlibat dalam berbeda yaitu 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB,
kegiatan khusus termasuk pegambilan zat

halaman 2 dari 9
Uji Toksisitas Kronik Ekstrak Etanol Kayu Secang Pada Tikus (Rattus Novergicus)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Kuffer

300 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 600


mg/kgBB. Analisa Hasil
Hasil dari pembuatan preparate jaringan
Pemeriksaan Histologi kemudian diamati menggunakan mikroskop
Hewan uji yang telah diberikan ekstrak kayu cahaya dengan perbesaran total 400x.
secang selama 12 bulan kemudian diambil Pengambilan lapang pandang dilakukan
organ hatinya yang sebelumnya tikus di secara acak sebanyak 5 lapang pandang. Sel
euthanasia menggunakan ketamin xylazine. Kupffer yang terlihat dalam lapang pandang
Hati yang terkumpul direndam dengan 10% kemudian dihitung menggunakan bantuan
Neutral Buffer Formalin dan dilanjutkan perangkat lunak imageJ sebagai penanda
dengan proses dehidrasi, clearing, infiltrasi dari setiap sel yang telah dihitung. Hasil
dan embedding. Hasil dari block jaringan perhitungan kemudian dianalisa
yang terbentuk kemudian dipotong menggunakan perangkat lunak SPSS 26
menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5 dengan pengujian ANOVA dan post hoc
µm dan diwarnai dengan pewarnaan Duncan.
Hematoxylin Eosin (Khristian, 2021).

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Histopatologi dan Analisa Statistis sel Kupffer pada Kelompok Jantan

Gambar 1. Sediaan mikroskopi organ hepar kelompok tikus jantan yang diwarnai dengan pewarnaan
Hematoxylin Eosin dengan pengamatan menggunakan perbesaran 400x. Secara berturut-turut
menunjukkan gambar kelompok control (A), dosis 100 mg/kgBB (B), dosis 200 mg/kgBB (C), dosis
300 mg/kgBB (D), dosis 400 mg/kgBB (E), dosis 600 mg/kgBB (F). Anak panah berwarna biru
menunjukkan sel hepatosit dan anak panah berwarna merah menunjukkan sel Kupffer.

Hasil dari sediaan mikroskopis bermakna. Sel hepatosit menunjukkan inti


menunjukkan bahwa sebaran sel Kupffer yang terlihat butiran kromatin yang jelas
diantara ruang sinusoidal tersebar dengan tanpa ada tanda-tanda kerusakan ataupun
merata. Sel-sel yang berada disekitar sel penumpukan komponen inti yang
Kupffer pada umumnya menunjukkan sel memungkinkan terjadinya nekrosis ataupun
yang normal tanpa adanya kerusakan yang hiperkromatik.

halaman 3 dari 9
Uji Toksisitas Kronik Ekstrak Etanol Kayu Secang Pada Tikus (Rattus Novergicus)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Kuffer
B. Gambaran Histopatologi Kelompok Betina

Gambar 2. Sediaan mikroskopi organ hepar kelompok tikus betina yang diwarnai dengan pewarnaan
Hematoxylin Eosin dengan pengamatan menggunakan perbesaran 400x. Secara berturut-turut
menunjukkan gambar kelompok control (A), dosis 100 mg/kgBB (B), dosis 200 mg/kgBB (C), dosis
300 mg/kgBB (D), dosis 400 mg/kgBB (E), dosis 600 mg/kgBB (F). Anak panah berwarna biru
menunjukkan sel hepatosit dan anak panah berwarna merah menunjukkan sel Kupffer

Hasil dari sediaan mikroskopis Sel Kupffer yang teramati pada


menunjukkan bahwa sebaran sel Kupffer perbesaran 400x kemudian dilakukan
disetiap kelompok penelitian tersebar perhitungan dengan menggunakan plugin
dengan merata diantara ruang sinusoidal. “cell counter” pada software ImageJ.
Sel-sel disekitar sel Kupffer terlihat normal Adapun hasil perhitungan dari jumlah sel
tanpa adanya kelainan yang berarti. yang ditemukan tertampil pada table 1.
Berikut:
C. Analisa Deksriptif dan Statistic
Jumlah Sel Kupffer

Tabel 1. Hasil perhitungan jumlah sel Kupffer


pada organ Hepar Tikus Jantan dan Betina
Male Female
Groups
N Mean SD Mean SD
Kontrol Negatif 5 53.2 8.67179 31 9.25
Dosis 100 mg/kgBB 5 45.8 3.70135 56.6 6.43
Dosis 200 kg/kgBB 5 52.4 8.01873 53 6.32
Dosis 300 kg/kgBB 5 59.4 4.03733 54.8 4.82
Dosis 400 mg/kgBB 5 64.4 1.67332 54.8 2.59
Dosis 600 mg/kgBB 5 76.8 2.58844 68 5.74

Hasil perhitungan yang terlihat pada meskipun pada dosis 100 mg/kgBB dan
table 1. Diatas terlihat rata-rata sel Kupffer dosis 200 mg/kgBB terjadi penurunan yang
berkisar 45,8 hingga 76,8 sel. Data tersebut rendah jika dibandingkan dengan kelompok
menunjukkan adanya kecenderungan control. Untuk melihat apakah perbedaan
peningkatan jumlah sel Kupffer sebanding rata-rata jumlah sel Kupffer berbeda
dengan peningkatan dosis yang diberikan bermakna dari tiap kelompok, maka

halaman 4 dari 9
Uji Toksisitas Kronik Ekstrak Etanol Kayu Secang Pada Tikus (Rattus Novergicus)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Kuffer
dilakukan Analisa uji beda ANOVA dan
post hoc Duncan. Hasil dari uji berda
tersebut terlihat pada table 2. Berikut:
Tabel 2. Analisa Uji Beda Tikus Kelompok Jantan
P Value Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
(ANOVA) 1 2 3 4
Dosis 100 mg/kgBB 5 45.8
Dosis 200 kg/kgBB 5 52.4 52.4
Kontrol Negatif 5 <0.001 53.2 53.2
Dosis 300 kg/kgBB 5 59.4 59.4
Dosis 400 mg/kgBB 5 64.4
Dosis 600 mg/kgBB 5 76.8

Hasil dari Analisa uji beda ANOVA pemberian dosis tertinggi yaitu 600
menunjukkan nilai p<0,001 sehingga dapat mg/kgBB merupakan kelompok yang paling
dikatakan bahwa telah terjadi perbedaan berbeda jika dibandingkan dengan
bermakna dalam kelompok penelitian kelompok lainnya. Hasil dari analisa ini
(tingkat kepercayaan 95%). Hasil dari menunjukkan bahwa telah terjadi
Analisa post hoc Duncan menunjukkan jika peningkatan jumlah sel Kupffer secara
kelompok tikus jantan yang diberikan signifikan pada kelompok tikus jantan yang
ekstrak kayu secang dengan dosis 100 diberikan ektrak kayu secang dosis 400
mg/kgBB dan 200 mg/kgBB tidak berbeda mg/kgBB dan 600 mg/kgBB. Sel Kupffer
bermakna jika dibandingkan dengan yang teramati pada perbesaran 400x
kelompok control negative. Kelompok kemudian dilakukan perhitungan dengan
control negative sudah mulai terlihat menggunakan plugin “cell counter” pada
berbedaan bermakna jika dibandingkan software ImageJ. Adapun hasil perhitungan
dengan kelompok tikus jantan yang dari jumlah sel yang ditemukan tertampil
diberikan ekstrak kayu secang dengan dosis pada table 3. Berikut:
400 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB. Pada

Tabel 3. Hasil perhitungan jumlah sel Kupffer pada organ Hepar Tikus Betina.
Kelompok N Rata-Rata SD
Kontrol Negatif 5 31 9.24662
Dosis 100 mg/kgBB 5 56.6 6.42651
Dosis 200 kg/kgBB 5 53 6.32456
Dosis 300 kg/kgBB 5 54.8 4.81664
Dosis 400 mg/kgBB 5 54.8 2.58844
Dosis 600 mg/kgBB 5 68 5.74456

Hasil perhitungan yang terlihat pada Untuk melihat apakah perbedaan rata-rata
table 3. Diatas terlihat rata-rata sel Kupffer jumlah sel Kupffer berbeda bermakna dari
berkisar 31 hingga 68 sel. Data tersebut tiap kelompok, maka dilakukan Analisa uji
menunjukkan adanya telah terjadi beda ANOVA dan post hoc Duncan. Hasil
peningkatan jumlah sel Kupffer sebanding dari uji berda tersebut terlihat pada table 4.
dengan peningkatan dosis yang diberikan. Berikut:

halaman 5 dari 9
Uji Toksisitas Kronik Ekstrak Etanol Kayu Secang Pada Tikus (Rattus Novergicus)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Kuffer
Tabel 4. Analisa Uji Beda Tikus Kelompok Jantan
P value Subset for alpha = 0.05
Kelompok N
(ANOVA) 1 2 3
Kontrol Negatif 5 31
Dosis 200 kg/kgBB 5 <0,001 53
Dosis 300 kg/kgBB 5 54.8
Dosis 400 mg/kgBB 5 54.8
Dosis 100 mg/kgBB 5 56.6
Dosis 600 mg/kgBB 5 68

Hasil dari Analisa uji beda ANOVA ataupun materi padat lainnya (Bilzer et al.,
yang ditunjukkan table 4 diatas 2006).
menunjukkan nilai p<0,001 sehingga dapat Dari hasil penelitian dapat terlihat
dikatakan bahwa telah terjadi perbedaan telah terjadi peningkatan jumlah sel Kupffer
bermakna dalam kelompok penelitian baik untuk kelompok tikus jantan maupun
(tingkat kepercayaan 95%). Hasil dari tikus betina. Pada kelompok jantan
Analisa post hoc Duncan menunjukkan peningkatan yang signifikan terlihat mulai
bahwa pemberian ekstrak kayu secang pada dari dosis 400 mg/kgBB, sedangkan untuk
tikus betina mulai dari 100 mg/kgBB dosis yang lebih rendah lainnya tidak
berbeda bermakna jika dibandingkan menunjukkan perbedaan yang bermakna.
dengan control. Pemberian dosis 100 Lain halnya dengan kelompok betina, yang
mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 300 mg/kgBB dan mana peningkatan jumlah sel Kupffer secara
400 mg/kgBB memiliki efek yang sama signifikan sudah terlihat pada dosis 100
dalam peningkatan jumlah sel Kupffer. mg/kgBB. Peningkatan sel Kupffer ini
Pemberian dosis 600 mg/kgBB memiliki menjadi sangat penting dalam kondisi
nilai yang berbeda bermakna baik jika tertentu dikarenakan sel Kupffer dapat
dibandingkan dengan kelompok control berperan dalam proses penjagaan,
maupun dengan kelompok pemberian pengawasan dan juga pembersihan dari
ekstrak kayu secang dosis lainnya. partikel-partikel yang tidak dibutuhkan
(Woltman et al., 2014).
PEMBAHASAN Peningkatan sel Kupffer dalam sel
Dalam keadaan normal, sel Kupffer hepar dapat disebabkan oleh beberapa factor
memainkan peran penting dalam menjaga seperti adanya antigen, partikel asing seperti
toleransi imun hati (sel-sel ini berada dalam logam, dan juga karena senyawa yang
keadaan semi-aktif permanen terutama mampu merangsang penambahan sel
karena paparan terus menerus terhadap Kupffer. Sel Kupffer dalam hati digunakan
antigen yang mencapai organ dari usus). Sel untuk menjadi pelindung dalam sejumlah
Kupffer merupakan sel yang mampu situasi, termasuk cedera hati akibat obat dan
melepaskan tumor necrosis factor alpha fibrosis akibat racun. Sel Kupffer yang
(TNF-a), interleukin (IL)-6, IL-1b, atau diregulasi dalam kontrol yang tepat dari
leukotrien, yang menarik sel T dan respons inflamasi berkontribusi pada
menginduksi apoptosis hepatosit dan peradangan kronis di hati. Bukti lainnya
aktivasi sel stellata hati. sel Kupffer sangat menunjukkan bahwa sel Kupffer
terlibat dalam respons hati terhadap memainkan fungsi pelindung penting dalam
berbagai gangguan toksik. Interaksi sel proliferasi hepatosit sebagai respons
Kupffer dengan leukosit penting untuk terhadap cedera hepatotoksik, serta dalam
pertahanan sel hepar dari segala gangguan resolusi jaringan parut fibrotik
baik mikroorganisme, senyawa kimia (Ramachandran & Iredale, 2012; Dixon et
al., 2013). Peningkatan sel Kupffer dalam

halaman 6 dari 9
Uji Toksisitas Kronik Ekstrak Etanol Kayu Secang Pada Tikus (Rattus Novergicus)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Kuffer
dalam berbagai penelitian disinyalir (2020) yang menyebutkan bahwa
memiliki fungsi perlindungan penting di hati peningkatan sel kupffer dengan jumlah yang
melalui produksi berbagai faktor modulasi sesuai dapat meningkatkan system
yang dapat melawan respons inflamasi metabolism. Hal ini ditunjukkan pula
dan/atau merangsang regenerasi hati (Ju et dengan morfologi sel hepar yang normal
al., 2002). dari seluruh lapang pandang yang
Peningkatan jumlah sel kupffer yang didapatkan ataupun yang ada disekitar sel
signifikan dari pemberian ekstrak etanol Kupffer yang teramati.
kayu secang pada hasil uji kronik
menunjukkan adanya peran senyawa aktif KESIMPULAN
dalam ekstrak tersebut yang Hasil dari uji toksisitas kronis
mempengaruhinya. Senyawa yang terdapat ekstrak kayu secang pada kelompok tikus
dalam kayu secang antara lain jantan menunjukkan kenaikan yang
homoisoflavonoid dan polifenol signifikan pada dosis 400 mg/kgBB dan
(Syamsunarno et al., 2021). Adapun bagian dosis 600 mg/kgBB dengan kenaikan rata-
senyawa homoisoflavonoid dari ekstrak rata sebanyak 11,2 sel dan 23,6 sel
kayu secang yang dijadikan komponen sedangkan pada dosis lainnya tidak berbeda
utama dan memiliki sifat farmakologis signifikan jika dibandingkan terhadap
adalah brazilin (Sufiana & Harlia, 2014; TR control. Adapun hasil dari pengujian
et al., 2019). terhadap kelompok tikus betina
Peningkatan jumlah sel Kupffer menunjukkan seluruh variasi dosis ekstrak
dalam penelitian ini dapat disebabkan kayu secang meningkat bermakna jika
karena adanya senya polifenol dalam dibandingkan dengan control mulai dari
ekstrak kayu secang. Beberapa artikel dosis 100 mg/kgBB.
menunjukkan bahwa efek polifenol dapat
berfungsi sebagai peningkat system imun DAFTAR PUSTAKA
dalam tubuh. Setiap jenis polifenol Astuti, N. M. W. M., Sudira, I. W., &
menargetkan dan mengikat satu atau lebih Winaya, I. B. O. (2020). Peningkatan
reseptor pada sel imun dan memicu jalur Jumlah Sel Kuffer Hati Ayam
sinyal intraseluler yang pada akhirnya Kampung yang Diberikan Jamu Daun
mengatur respon imun. Pemberian polifenol Ashitaba dan Divaksin Tetelo.
dapat memodulasi respon imun dengan Indonesia Medicus Veterinus, 9(5),
mempengaruhi mekanisme epigenetik, 737–746.
seperti regulasi metilasi DNA, modifikasi Bennett, H., Troutman, T. D., Sakai, M., &
histone, dan represi pasca transkripsi yang Glass, C. K. (2021). Epigenetic
dimediasi microRNA (Ding et al., 2018). Regulation of Kupffer Cell Function in
Senyawa lainnya yang disinyalir Health and Disease . In Frontiers in
mampu meningkatkan sel Kupffer dalam Immunology (Vol. 11, p. 3600).
penelitian ini adalah flavonoid. Review https://www.frontiersin.org/article/10.
penelitian dari Pan et al., (2020) 3389/fimmu.2020.609618
menyebutkan jika flavonoid dalam tanaman Bilzer, M., Roggel, F., & Gerbes, A. L.
mampu mengaktivasi sel imun khususnya (2006). Role of Kupffer cells in host
sel Kupffer di hati. Peningkatan sel Kupffer defense and liver disease. Liver
pada tikus yang diberikan ekstrak etanol International, 26(10), 1175–1186.
kayu secang merupakan hal yang https://doi.org/https://doi.org/10.1111/
menguntungkan bagi peningkatan system j.1478-3231.2006.01342.x
imun dalam tubuh dan dapat Ding, S., Jiang, H., & Fang, J. (2018).
menguntungkan dalam kinerja sel hati dan Regulation of Immune Function by
metabolismenya (Susanto et al., 2014). Hal Polyphenols. Journal of Immunology
ini sesuai dengan penelitian Hassan et al., Research, 2018, 1264074.

halaman 7 dari 9
Uji Toksisitas Kronik Ekstrak Etanol Kayu Secang Pada Tikus (Rattus Novergicus)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Kuffer
https://doi.org/10.1155/2018/1264074 hepatic fibrogenesis and fibrosis
Dixon, L. J., Barnes, M., Tang, H., resolution. Journal of Hepatology,
Pritchard, M. T., & Nagy, L. E. (2013). 56(6), 1417–1419.
Kupffer cells in the liver. https://doi.org/10.1016/j.jhep.2011.10.
Comprehensive Physiology, 3(2), 785– 026
797. Roberts, R. A., Ganey, P. E., Ju, C.,
https://doi.org/10.1002/cphy.c120026 Kamendulis, L. M., Rusyn, I., &
Hassan, F. U., Arshad, M. A., Li, M., Klaunig, J. E. (2007). Role of the
Rehman, M. S. U., Loor, J. J., & Kupffer Cell in Mediating Hepatic
Huang, J. (2020). Potential of mulberry Toxicity and Carcinogenesis.
leaf biomass and its flavonoids to Toxicological Sciences, 96(1), 2–15.
improve production and health in https://doi.org/10.1093/toxsci/kfl173
ruminants: Mechanistic insights and Sufiana, & Harlia. (2014). UJI AKTIVITAS
prospects. In Animals (Vol. 10, Issue ANTIOKSIDAN DAN
11, pp. 1–24). SITOTOKSISITAS CAMPURAN
https://doi.org/10.3390/ani10112076 EKSTRAK METANOL KAYU
Ju, C., Reilly, T. P., Bourdi, M., SEPANG (Caesalpinia sappan L.)
Radonovich, M. F., Brady, J. N., DAN KULIT KAYU MANIS
George, J. W., & Pohl, L. R. (2002). (Cinnamomum burmannii B.). JKK,
Protective Role of Kupffer Cells in 3(2), 50–55.
Acetaminophen-Induced Hepatic Susanto, J., Rimbun, Sari, D. R., Prasetyo,
Injury in Mice. Chemical Research in R. H., & Sandika, W. (2014).
Toxicology, 15(12), 1504–1513. PENINGKATAN JUMLAH SEL
https://doi.org/10.1021/tx0255976 KUPFFER DI JARINGAN LIVER
Khristian, E. (2021). Liver SETELAH PEMBERIAN MADU
Histopathological Measurement Due to PADA MENCIT (Mus musculus galur
Maximum Dosage for Acute Oral BALB/C) DENGAN MALNUTRISI.
Toxicity Test Using Ethanol Extract Of Majalah Biomorfologi, 27(1), 1–4.
Coffee Pulp In Female Mice. KnE Life Suyatmi, Azzumar, F., Pesik, R. N., &
Sciences, 6(1 SE-Articles). Indarto, D. (2019). Potential
https://doi.org/10.18502/kls.v6i1.8780 Anticancer Activity of Caesalpinia
Maulina, M. (2018). ZAT ZAT YANG sappan Linn., in Silico and In Vitro
MEMPENGARUHI Studies. KnE Life Sciences, 4(12), 96.
HISTOPATOLOGI HEPAR. Unimal https://doi.org/10.18502/KLS.V4I12.4
Press. 161
Nguyen-Lefebvre, A. T., & Horuzsko, A. Syamsunarno, M. R. A., Safitri, R., &
(2015). Kupffer Cell Metabolism and Kamisah, Y. (2021). Protective Effects
Function. Journal of Enzymology and of Caesalpinia sappan Linn. and Its
Metabolism, 1(1), 101. Bioactive Compounds on
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2693 Cardiovascular Organs. Frontiers in
7490 Pharmacology, 12, 725745.
Pan, X., Ma, X., Jiang, Y., Wen, J., Yang, https://doi.org/10.3389/fphar.2021.725
L., Chen, D., Cao, X., Peng, C., & 745
Zhang, H. (2020). A Comprehensive TR, P. K., KS, V., & HL, R. (2019).
Review of Natural Products against Caesalpinia sappan L.
Liver Fibrosis: Flavonoids, Quinones, (Caesalpiniaceae): A Review on its
Lignans, Phenols, and Acids. Phytochemistry and Pharmacological
https://doi.org/10.1155/2020/7171498 Activities. In Medicinal and Aromatic
Ramachandran, P., & Iredale, J. P. (2012). Plants: Traditional Uses,
Macrophages: central regulators of Phytochemistry and Pharmacological

halaman 8 dari 9
Uji Toksisitas Kronik Ekstrak Etanol Kayu Secang Pada Tikus (Rattus Novergicus)
Terhadap Peningkatan Jumlah Sel Kuffer
Potential (Vol. 1, pp. 12–47). Leenen, P. J. M. (2014). Kupffer Cells
Tsutsui, H., & Nishiguchi, S. (2014). in Health and Disease BT -
Importance of Kupffer Cells in the Macrophages: Biology and Role in the
Development of Acute Liver Injuries in Pathology of Diseases (S. K. Biswas &
Mice. In International Journal of A. Mantovani (eds.); pp. 217–247).
Molecular Sciences (Vol. 15, Issue 5). Springer New York.
https://doi.org/10.3390/ijms15057711 https://doi.org/10.1007/978-1-4939-
Woltman, A. M., Boonstra, A., Naito, M., & 1311-4_10

halaman 9 dari 9

Anda mungkin juga menyukai