Anda di halaman 1dari 5

Trad. Med. J.

, September - December 2014 Submitted : 17-09-2014


Vol. 19(3), p 133-137 Revised : 05-11-2014
ISSN : 1410-5918 Accepted : 20-11-2014

HEPATOPROTECTIVE AND NEPHROPROTECTIVE EFFECTS OF


AVOCADO SEEDS AGAINST CARBON TETRACHLORIDE IN RATS
EFEK HEPATOPROTEKTIF DAN NEFROPROTEKTIF BIJI ALPUKAT PADA TIKUS
TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Phebe Hendra*, Gidion Krisnadi, Ni Luh Putu Dian Perwita, Ike Kumalasari and Yuditha
Anggarhani Quraisyin
Faculty of Pharmacy, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRACT

The aim of this research to investigate the hepatoprotective and nephroprotecitve effects of Avocado
seeds against carbon tetrachloride in rats. The rats was treated with the infusion and decoction of avocado
seeds at doses 360.7, 642.1, 1142,9 mg/kg per oral once in a day for 6 days and carbon tetrachloride
(2mL/kg) was given on the 7th day. Blood sample from all groups was obtained by sinus orbitalis after 24
hours application for the serum transaminase and creatinine. The increasing of serum transaminase and
creatinine in carbon tetrachloride-treated rats, were significantly decreased (p<0.05) with both
pretreatment of infusion and decoction of avocado seeds. Based on the research, it can be concluded that
infusion and decoction of avocado seeds have a potent protective action upon carbon tetrachloride-induced
hepatic and renal damage in rats.
Key words: avocado, protective, infusion, carbon tetrachloride

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif dan nefroprotektif dari biji alpukat
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Sejumlah tikus diberikan infusa dan dekokta biji alpukat dengan
dosis berturut-turut 360,7; 642,1 dan 1142,9 mg/kg sekali sehari selama 6 hari berturut-turut kemudian
pada hari ke-7 diberi karbon tetraklorida dosis hepatotoksin. Pengambilan darah tikus dilakukan setelah 24
jam melalui sinus orbitalis mata, lalu diukur aktivitas enzim transaminase dan kadar kreatinin. Kenaikan
serum transaminase dan kreatinin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dapat diturunkan secara
signifikan (p<0,05) baik dengan perlakuan ekstrak infusa dan dekokta. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulakn bahwa infusa dan dekokta biji alpukat mempunyai efek protektif pada hepar dan ginjal tikus
jantan terinduksi karbon tetraklorida.
Kata kunci: alpukat, proktektif, infusa, karbon tetraklorida

PENDAHULUAN glomerulus, reabsorpsi, dan sekresi tubulus.


Hepar dan ginjal merupakan organ yang Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi
mempunyai peranan penting bagi manusia. Hepar menyaring kotoran dari darah dan
memiliki fungsi utama sebagai pusat metabolisme membuangnya bersama dengan air dalam bentuk
dan juga sebagai organ yang mampu urin (Junqueira et al., 2007). Sebagian besar
mendetoksifikasi obat dan zat berbahaya (Wibowo produk sisa buangan yang dikeluarkan melalui
et al., 2009; Nurachman et al., 2011). Sel hepar urin diantaranya kreatinin. Peningkatan kadar
mendapat suplai darah yang kaya makanan, tidak kreatinin dalam darah merupakan indikasi
mengandung oksigen dan kadang-kadang toksik rusaknya fungsi ginjal (Sacher et al., 2004)
melalui vena portae hepatis, sehingga menjadi Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan salah
lebih rentan terhadap kerusakan dan penyakit satu senyawa model hepatotoksin dan nefrotoksin
(Wibowo et al., 2009). Ginjal melakukan fungsi (Timbrell, 2008). Induksi karbon tetraklorida
vital sebagai pengatur komposisi dan volume dapat merangsang terjadinya sirosis pada tikus
kimia darah dengan mengekskresikan solut dan menghasilkan stress oksidatif pada ginjal
dan air secara selektif yang dikontrol oleh filtrasi melalui peroksidasi lipid dan protein (Manna et
al., 2006; Khan et al., 2009). Pemberian CCl4 dapat
*Corresponding author : Phebe Hendra meningkatkan kadar kreatinin urin, protein dan
E-mail: phebehendra@yahoo.com urobilinogen dan secara histopatologis dapat

Traditional Medicine Journal, 19(3), 2014 133


Phebe Hendra

mengakibatkan terjadinya steatosis, nekrosis Pembuatan infusa biji alpukat


sentrilobular, dan sirosis di hati serta akut tubuler Sebanyak 8,0 g serbuk kering ditimbang
nekrosis di ginjal. Terjadinya akumulasi lipid di dan ditambahkan 16,0 mL pelarut akuades,
hati ini disertai perubahan biokimia pada darah, selanjutnya ditambahkan lagi 100 mL, selanjutnya
yang dapat dilihat dari perubahan aktivitas alanin dipanaskan pada suhu 90°C selama 10 menit.
aminotransferase (ALT) dan aspartat amino- Campuran disaring dengan menggunakan kain
transferase (AST) pada serum (Hodgson, 2010). flanel, dan ditambahkan air panas secukupnya
Penelitian obat yang berasal dari bahan melalui ampas hingga 100mL.
alam untuk mengatasi kerusakan hati dan ginjal di
Indonesia sampai saat ini masih terbatas, oleh Pembuatan dekokta biji alpukat
sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai Sebanyak 8,0 g serbuk kering ditimbang
obat baru dari kekayaan alam Indonesia. Alpukat dan ditambahkan 16,0 mL pelarut akuades,
(Persea americana Mill.) merupakan buah tropis selanjutnya ditambahkan lagi 100 mL, selanjutnya
yang kaya akan senyawa fitokimia yang aktif dipanaskan pada suhu 90°C selama 30 menit.
secara biologis. Namun biji alpukat yang Campuran disaring dengan menggunakan kain
merupakan limbah, dilaporkan mempunyai flanel, dan ditambahkan air panas secukupnya
aktivitas antioksidan yang tinggi (Malangngi et al., melalui ampas hingga 100mL.
2012). Biji alpukat mengandung senyawa saponin,
tannin, flavonoid, alkaloid, dan fenol. Senyawa Penentuan peringkat dosis perlakuan
fenol memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi, Peringkat dosis yang digunakan pada
antikoagulan, antioksidan, serta peningkat sistem penelitian ini baik pada sediaan infusa maupun
imun (Arukwe et al., 2012). Aktivitas farmakologi dekokta, berdasarkan pada pengobatan yang biasa
dari senyawa flavonoid adalah sebagai antialergi, digunakan pada masyarakat, yaitu ± 2 sendok
antiviral, antiinflamasi, hepatoprotektif, makan (4 g) serbuk biji alpukat yang direbus
antioksidan, antitrombotik, vasodilator dan dengan 250 mL air, sehingga diperoleh dosis 4
antikarsinogenik (Seyoum et al., 2006). Konsinska g/70 kgBB manusia. Konversi dosis tikus (manusia
et al., (2012) melaporkan biji alpukat dapat 70 kg ke tikus 200g) = 0,018. Dosis untuk 200 g
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan tikus = 0,018 x 4g = 0,72 g/200 g BB = 360
antioksidan berkaitan dengan kandungan senyawa mg/kgBB, yang digunakan sebagai acuan dosis
fenolik yang dapat memberikan aktivitas rendah. Dosis tertinggi yang digunakan yaitu
menangkal radikal terhadap DPPH. Adanya 1142,9 mg/KgBB yang ditentukan berdasarkan
aktivitas antioksidan dari biji alpukat, diharapkan dosis maksimal untuk bentuk sediaan yang dapat
dapat menghambat terjadinya oksidasi dari dibuat yaitu 8 g/100 mL.
karbon tetraklorida. Adapun penelitian invivo
menggunakan biji alpukat belum banyak Perlakuan hewan uji
dilakukan, sehingga menjadi peluang untuk Sebanyak 40 ekor tikus dibagi secara acak
dilakukan eksplorasi. ke dalam 8 kelompok perlakuan. Kelompok I
Bentuk sediaan infusa dan dekokta (kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 mL/kg
merupakan bentuk sediaan yang menyerupai secara intraperitonial (i.p). Kelompok II (kontrol
pemakaian bahan alam di masyarakat. Perbedaaan hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida 2
keduanya adalah pada lama pemanasan, dimana ml/kg secara i.p. (Janakat et al., 2002; Panjaitan et
pada infusa dipanaskan selama 15 menit, al., 2007). Kelompok III-V berturut-turut diberi
sedangkan dekokta selama 30 menit. Pada infusa biji alpukat secara oral dengan dosis
penelitian ini akan dilihat pengaruh proteksi berturut-turut 360,7; 642,1; 1142,9 mg/kg sekali
infusa biji alpukat dan dekokta biji alpukat sehari selama 6 hari berturut-turut kemudian
terhadap hepar dan ginjal tikus jantan yang pada hari ke-7 diberi karbon tetraklorida (2
terinduksi karbon tetraklorida. mL/kg secara i.p.). Kelompok VI- VIII berturut-
turut diberi dekokta biji alpukat secara oral
METODOLOGI dengan dosis berturut-turut 360,7; 642,1; 1142,9
Bahan dan alat mg/kg sekali sehari selama 6 hari berturut-turut
Bahan yang digunakan pada penelitian ini kemudian pada hari ke-7 diberi karbon
adalah biji alpukat, aquades, tikus putih jantan tetraklorida (2 mL/kg secara i.p.). Penelitian ini
galur Swiss, karbon tetraklorida, olive oil. Alat telah mendapat persetujuan dari The Medical and
yang digunakan adalah timbangan analitik, alat Health Research Ethics Committee (MHREC) Fac. of
gelas, alat suntik dan jarum oral, panci infusa. Medicine Gadjah Mada University.

134 Traditional Medicine Journal, 19(3), 2014


HEPATOPROTECTIVE AND NEPHROPROTECTIVE EFFECTS

Pemeriksaan ALT, AST dan kreatinin yang berbeda bermakna terhadap kontrol
Pengambilan darah tikus dilakukan setelah hepatotoksin (p < 0,05). Hal ini berarti pemberian
24 jam pemberian karbon tetraklorida melalui infusa biji alpukat pada ketiga peringkat dosis
sinus orbitalis mata, lalu diukur aktivitas mampu memberikan efek protektif pada hepar
transaminase (ALT dan AST), selanjutnya pada tikus yang diinduksi dengan karbon tetraklorida.
jam-48 diambil darah untuk pengukuran kadar Penurunan kadar kreatinin secara signifikan
kreatinin. Data aktivitas ALT, AST dan kadar akibat pemberian karbon tetraklorida juga terlihat
kreatinin dianalisis dengan analisis variansi pola pada pemberian infusa biji alpukat dengan tiga
searah (One Way ANOVA) dengan taraf peringkat dosis. Ini menunjukkan selain dapat
kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji memproteksi hepar, infusa biji alpukat juga dapat
Scheffe. memproteksi ginjal tikus terinduksi karbon
tetraklorida. Pada dosis terkecil (360,7 mg/kgBB)
HASIL DAN PEMBAHASAN infusa biji alpukat memberikan efek protektif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terhadap hepar dan ginjal yang lebih baik
pengaruh pemberian infusa biji alpukat dan dibandingkan dosis lainnya. Hal ini dimungkinkan
dekokta biji alpukat terhadap efek hepatoprotektif karena kandungan senyawa antioksidan yang
dan nefroprotektif pada tikus terinduksi karbon tersari pada infusa pada dosis terkecil sudah
tetraklorida. Pemberian infusa dan dekokta biji mampu memberikan efek protektif.
alpukat diberikan selama 6 hari berturutan Dekokta biji alpukat dosis 360,7; 642,1 dan
bertujuan untuk memberikan efek proteksi pada 1142,9 mg/kgBB mampu memberikan penurunan
hepar dan ginjal tikus. Adapun efek aktivitas ALT dan AST yang berbeda bermakna
hepatoprotektif yang diamati berdasarkan terhadap kontrol hepatotoksin (p < 0,05). Ini
penurunan aktivitas serum transaminase, alanin menunjukkan pada pemberian dekokta biji
transaminase (ALT) dan aspartat transaminase alpukat semua peringkat dosis mampu
(AST), sedangkan efek nefroprotektif diamati memberikan efek protektif pada hepar tikus yang
berdasarkan penurunan kadar kreatinin. diinduksi dengan karbon tetraklorida. Hal yang
Janakat et al., (2012) melaporkan sama juga terlihat terjadinya penurunan kadar
pemberian 2 ml/kg BB dari karbon tetraklorida kreatinin secara signifikan akibat pemberian
dengan pelarut olive oil (1:1) merupakan dosis dekokta biji alpukat akibat karbon tetraklorida.
optimum untuk menginduksi kerusakan hepar Dekokta biji alpukat mampu memberikan efek
tikus tanpa menyebabkan kematian pada tikus. proteksi pada hepar dan ginjal tikus terinduksi
Febrianti (2013) melaporkan bahwa pada karbon tetraklorida.
pemberian olive oil 2ml/kgBB jam ke -0 dan 24 Dekokta biji alpukat dosis terbesar (1142,9
memberikan perbedaan aktivitas serum ALT dan mg/kgBB) mampu memberikan efek protektif
AST yang tidak bermakna. Hal ini menunjukkan yang terbesar dibandingkan dosis lainnya. Hasil
bahwa olive oil sebagai kontrol pelarut ini berbeda dengan bentuk sediaan infusa, dimana
hepatotoksin tidak mempengaruhi peningkatan dosis terkecil infusa biji alpukat yang memberikan
aktivitas serum ALT dan AST sehingga nantinya efek protektif yang baik. Hal ini menunjukkan
akan dipakai sebagai dasar bagi nilai aktivitas bahwa penyarian senyawa antioksidan dalam
serum ALT dan AST normal dalam penelitian ini. waktu lama (dekokta selama 30 menit)
Pada kelompok hepatotoksin karbon membutuhkan dosis yang lebih besar untuk
tetraklorida terjadi peningkatan aktivitas ALT- mendapatkan efek yang lebih baik. Berdasarkan
serum hingga 183,2±5,1 U/L atau 4 kali lipat nilai hal tersebut, dapat diketahui bahwa dengan cara
normal dibanding nilai kontrol negatif olive oil pembuatan yang berbeda dapat memberikan efek
(Tabel 1). Hal serupa juga terjadi pada aktivitas yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena
AST-serum mencapai 476,8±14,3 U/L atau 4 kali senyawa yang tersari berbeda pada setiap cara
lipat nilai normal. Hal ini menunjukkan telah pembuatan yang berbeda, dalam hal ini ditentukan
terjadi kerusakan pada hati tikus. Kadar kreatinin oleh lamanya pembuatan. Oleh karena itu perlu
pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida penelitian lebih lanjut senyawa yang tersari dan
menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat yang bertanggung jawab dalam menimbulkan
(1,00±0,06 mg/dL) dibandingkan nilai normal efek proteksi pada hepar dan ginjal tikus.
(0,58±0,02 mg/dL). Ini berarti telah terjadi Hasil metabolisme karbon tetraklorida oleh
kerusakan pada ginjal tikus akibat pemberian enzim sitokrom P-450 di hepar berupa metabolit
karbon tetraklorida. reaktif triklorometil dapat merangsang terjadinya
Kelompok perlakuan dosis infusa biji peningkatan hidroperoksida dan malondialdehid.
alpukat 360,7; 642,1 dan 1142,9 mg/kgBB Lebih lanjut hal ini dapat menurunkan glutation di
memberikan penurunan aktivitas ALT dan AST dalam jaringan hepar secara signifikan (Bashandy

Traditional Medicine Journal, 19(3), 2014 135


Phebe Hendra

Tabel I. Pengaruh pemberian biji alpukat terhadap aktivitas transaminase serum dan kadar kreatinin
pada tikus terinduksi karbon tetraklorida (n=5)

ALT (U/L) AST (U/L) Kreatinin (mg/dL)


Kelompok Perlakuan
(rerata ± SE*) (rerata ± SE*) (rerata ± SE*)

I Kontrol olive oil (2 mL/kg) 46,7 ±2,0 b 60,2 ± 2,4 b 0,58 ± 0,02 b

II Kontrol karbon 183,2± 5,1 a 476,8 ± 14,3 a 1,00 ± 0,06 a


tetraklorida 2 mL/kg

III Infusa biji alpukat (360,7 49,2 ± 3,5 b 100,4 ± 5,3 a,b 0,58 ± 0,02 b
mg/kgBB) + karbon
tetraklorida 2 mL/kg

IV Infusa biji alpukat (642,1 99,8 ± 1,8a,b 185,8 ± 14,2a,b 0,66 ± 0,03 b
mg/kgBB) + karbon
tetraklorida 2ml/kg

V Infusa biji alpukat (1142,9 65,2 ± 3,9 a,b 148,2 ± 9,9 a,b 0,74 ± 0,09 b
mg/kgBB) + karbon
tetraklorida 2mL/kg

VI Dekokta biji alpukat (360,7 96,0 ± 6,0 a,b 152,2 ± 12,0 a,b 0,58 ± 0,04 b
mg/kgBB) + karbon
tetraklorida 2mL/kg

VII Dekokta biji alpukat (642,1 87,0 ± 6,4 a,b 193,2 ± 8,9 a,b 0,62 ± 0,04 b
mg/kgBB) + karbon
tetraklorida 2mL/kg

VIII Dekokta biji alpukat 50,8 ± 3,8 b 125,2 ± 12,5 a,b 0,78 ± 0,04a,b
(1142,9 mg/kgBB) +
karbon tetraklorida
2mL/kg

*SD: Standar eror; a: p<0,05 menunjukkan perbedaan bermakna terhadap kelompok olive oil. b: p<0,05 menunjukkan
perbedaan bermakna terhadap kelompok karbon tetraklorida.

et al., 2011). Kejadian ini akan berdampak akan mampu melindungi hati dan ginjal yang
terjadinya perubahan di dalam hepar seperti terinduksi karbon tetraklorida. Malangngi et al.,
perubahan lemak, degenerasi melemak (Nirmala (2012) melaporkan biji alpukat memiliki
et al., 2012) serta infiltrasi sel inflamasi, yang kandungan antioksidan yang tinggi.
berdampak terjadinya steatosis dan pelepasan Adanya kandungan senyawa fenolik di dalam biji
enzim transaminase (Timbrell, 2008; Zimmerman, alpukat juga memberikan aktivitas terhadap
1999). menangkat radikal terhadap DPPH
Peningkatan kadar kreatinin urin, protein (Konsinska et al., 2012). Senyawa antioksidan
dan urobilinogen serta histopatologis berupa dalam biji alpukat mampu berikatan dengan
steatosis, nekrosis sentrilobular, dan sirosis di hati senyawa-senyawa radikal dari hasil oksidasi
serta akut tubuler nekrosis di ginjal juga terlihat karbon tetraklorida. Hal ini dapat menghambat
pada pemejanan karbon tetraklorida. Pemberian terjadinya ikatan antara senyawa radikal peroksi
infusa dan dekokta biji alpukat mampu dengan asam lemak yang terdapat di hati yang
mengurangi aktivitas ALT, AST serta kreatinin menyebabkan terjadinya peroksida lipid. Dengan
pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. demikian, rangkaian peristiwa yang menimbulkan
Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena adanya steatosis bisa diminimalisisasi atau bahkan
senyawa antioksidan pada biji alpukat. yang dihentikan.

136 Traditional Medicine Journal, 19(3), 2014


HEPATOPROTECTIVE AND NEPHROPROTECTIVE EFFECTS

KESIMPULAN varieties, J. of Agric. Food Chem., 60:


Pemberian infusa dan dekokta biji 4613-4619.
alpukat mampu memberikan efek proteksi pada Malangngi, L., Meiske, S., Jessy, J., 2012, Penentuan
hepar dan ginjal tikus terinduksi karbon Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas
tetraklorida. Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat
(Persea americana Mill). Jurnal MIPA
DAFTAR PUSTAKA UNSRAT, 1 (1): 5-10.
Arukwe, U., Amadi, B.A., Duru, M.K.C., Agomuo, Manna, P., Sinha, M., Sil, P.C., 2006, Aqueous
E.N., Adindu, E.A., Odika, P.C., 2012, extract of Terminalia arjuna prevents
Chemical Composition of Persea carbon tetrachloride induced hepatic
americana leaf, fruit and seed. IJJRAS 11: and renal disorders, BMC
346-348. Complementary Alternative Med., 6: 33-
Bashandy, S.A., AlWasel, S.H., 2011, Carbon 33.
tetrachloride-induced hepatotoxicity Nirmala, M., Girija, K., Lakshman, K., Divya, T.,
and nephrotoxity in rats: protective role 2012, Hepatoprotective activity of Musa
of vitamin C. J. Pharmacol. Toxicol., 6(3): paradisiacal on experimental animal
283-292. models, Asian Pasific Journal of Tropical
Febrianti, C.H., 2012, Efek Hepatoprotektif Jangka Biomedicine: 11-15.
Waktu Enam Jam Ekstrak Etanol Daun
Macaranga tanarius L. Terhadap Nurachman, E., Angriani, R., 2011, Dasar-dasar
Aktivitas ALT-AST Pada Tikus Jantan Anatomi dan Fisiologi, Salemba Medika,
Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Jakarta: 192-196.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Panjaitan, R.G.P., Handharyani, E., Chairul,
Hodgson, E., 2010, A Textbook of Modern Masriani, Zakiah, Z., Manalu, W., 2007,
Toxicology, 4th Ed., John Wiley & Pengaruh Pemberian Karbon
Sons,Inc., New Jersey: 168, 277-289. Tetraklorida terhadap Fungsi Hati dan
Janakat, S., Al-Merie, H., 2002, Optimization of the Ginjal Tikus, Makara Kesehatan, 11 (1):
dose and route of injection, and 11-16.
characterization of the time course of Sacher, R.A., McPherson, R.A., 2 0 0 4 , Tinjauan
carbon tetrachloride-induced Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
hepatotoxicity in the rat, J. Pharm. Tox. EGC, Jakarta: 291-293.
Methods, 48: 41-44. Seyoum, A., Asres, K., El-Ficky, F.K., 2006,
Junqueira, L.E., Carneiro, J., Kelley, R.O., 2007, Basic Structure-radical scavenging activity
Histology, 11st Ed. Mc Graw-Hill, Boston: relationships of flavonoids,
373-390. Phytochemistry, 67: 2058-2070.
Khan, M.R., Rizvi, W., Shaheen, S., 2009, Carbon Timbrell, J.A., 2008, Principles of Biochemical
tetrachloride-induced nephrotoxicity in Toxicology, 4th Ed., Informa Healthcare,
rats: Protective role of Digera muricata, New York: 308-311.
J. Ethnopharmacology, 122: 91-99. Wibowo, D.J., Paryana W., 2009, Anatomi Tubuh
Konsinska, A., Karamec, M., Estrella, I., Hernandez, Manusia. Graha Ilmu, Bandung: 347-352.
T., Bartolome, B., Dykes, G.A., 2012, Zimmerman, H.J., 1999, Hepatotoxicity, 2nd Ed.,
Phenolic compound profiles and Lippincott Williams and Wilkins,
antioxidant capacity of Persea Philadephia: 195-210.
americana Mill. Peels and Seeds of two

Traditional Medicine Journal, 19(3), 2014 137

Anda mungkin juga menyukai