Anda di halaman 1dari 8

0

KOLOKIUM
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Nama : Desi Susanti


NRP : C1501221011
Program Studi : Ilmu Akuakultur
Judul Penelitian : Suplementasi Daun Insulin (Smallanthus
sonchifolius) pada Pakan untuk Meningkatkan
Pemanfaatan Karbohidrat dan Pertumbuhan Ikan
Mas (Cyprinus carpio)

Komisi Pembimbing : 1. Dr. Ir. Mia Setiawati, M.Si.


2. Dr. Ichsan Achmad Fauzi, S.Pi., M.Sc.
3. Prof. Dr. Ir. Widanarni, M.Si.

Hari/Tanggal : Selasa, 7 November 2023


Waktu : 11.00 – 12.00 WIB
Tempat : R. Benk (Ruang Seminar) Lantai 3
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan mas merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis
penting dengan jumlah produksi nasional ikan mas mencapai 638.576 ton pada tahun 2021
(FAO 2022). Menurut Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2022), produksi ikan mas
mengalami peningkatan selama tahun 2018 hingga 2022 sebesar 9,5%, namun peningkatan ini
belum mencapai target produksi dari ikan mas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memenuhi target produksi ikan mas yaitu dengan intensifikasi melalui pengembangan
teknologi budidaya yaitu aspek nutrisi (pakan) yang berkualitas dan efisien untuk menunjang
pertumbuhan ikan.
Pakan yang diberikan menentukan keberhasilan dalam budidaya, karena nutrien yang
terkandung dalam pakan khususnya protein memiliki peranan penting (Abdel-Tawwab et al.
2010). Protein merupakan nutrien termahal yang terkandung dalam pakan, tingginya
kandungan protein dalam pakan sering dikaitkan dengan masalah biaya pakan yang tinggi, oleh
karena itu dalam pemanfaatannya harus dilakukan seefisien mungkin dengan memaksimalkan
pemanfaatan nutrien non-protein sebagai sumber energi (Setiawati et al. 2008; Li et al.2012;
Hua et al. 2019). Menurut Krogdahl et al. (2005) dibandingkan dengan lemak dan protein,
karbohidrat merupakan sumber energi yang paling murah. Namun, pemanfaatan karbohidrat
oleh organisme akuatik dibatasi oleh kemampuan mencerna pakan. Faktor yang dapat
membatasi pemanfaatan karbohidrat oleh organisme akuatik diantaranya keterbatasan sekresi
enzim pencernaan dan produksi insulin yang berperan dalam pemanfaatan glukosa oleh sel
(Watanabe 1988; Li et al. 2016). Kecernaan karbohidrat dapat ditingkatkan melalui
pemanfaatan sumber karbohidrat yang mudah dicerna dan suplementasi bahan yang dapat
meregulasi karbohidrat.
Penelitian terkait penggunaan Smallanthus sonchifolius yang dikenal dengan istilah
yacon atau daun insulin telah dilakukan Palmi (2022) terhadap ikan patin (Pangasianodon
hypophthalmus). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa suplementasi daun insulin
sebanyak 1.36% pada pakan dapat meningkatkan pemanfaatan energi dari sumber non-protein
yaitu karbohidrat (Palmi 2022). Hasil penelitian Oh et al. (2023) yang dilakukan pada ikan
black rockfish (Sebastes schlegelii) juga menunjukkan bahwa suplementasi S. sonchifolius
menyebabkan pertumbuhan dan pemanfaatan pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Daun insulin (S. sonchifolius) merupakan bahan alami yang dapat digunakan sebagai
agen stimulator untuk meningkatkan kecernaan nutrien. Daun insulin mengandung senyawa
aktif seperti fructooligosacarida (FOS), fenol, flavonoid, fenolik klorogenik, caffeonylquinic,
dan fruktan. Kandungan FOS yang tinggi dalam daun insulin berperan sebagai agen prebiotik
dan dapat meningkatkan efisiensi metabolisme kecernaan nutrien dengan peningkatan
kelimpahan mikroflora dalam usus (Sivieri et al. 2014; Caetano et al. 2016). Penelitian terkait
suplementasi daun insulin pada ikan mas belum dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas suplementasi daun insulin melalui pakan dalam
meningkatkan kecernaan nutrien dan pemanfaatan karbohidrat secara lebih optimal sebagai
sumber energi utama (protein-sparing effect) untuk pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suplementasi daun insulin
(Smallanthus sonchifolius) terhadap pemanfaatan karbohidrat pakan dan performa
pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio).
2

METODE

Waktu dan Tempat


Penelitian akan dilaksanakan pada November 2023 hingga Februari 2024 bertempat di
Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian berupa rancangan acak lengkap menggunakan lima perlakuan
dan tiga kali pengulangan dengan tingkat suplementasi daun insulin yaitu 0%, 0,5%, 1%,
1,5%, dan 2%pada pakan ikan uji.

Prosedur Penelitian
Persiapan Pakan Uji dengan Suplementasi Daun Insulin
Pakan yang akan digunakan yaitu pakan ikan komersil yang telah disesuaikan dengan
formulasi pakan standar ikan mas SNI 01-4266-2006 (BSN 2006). Daun insulin yang akan
digunakan berasal dari produk komersil dengan komponen yang berasal dari seluruh bagian
daun yang dikeringkan, kemudian dihaluskan hingga berbentuk tepung yang dikemas dalam
ukuran 500 g. Metode yang akan digunakan dalam pembuatan pakan uji yaitu dengan cara
coating. Tepung daun insulin akan ditambahkan sesuai dosis per kg pakan dengan pakan ikan
komersil. Pada proses coating, akan ditambahkan 10g/kg pakan minyak ikan, 2g/kg pakan
kuning telur, 40g/kg pakan putih telur, 100 mL/kg pakan air dan 0,6% polimethylolcarbamide
(PMC). Campuran bahan suplementasi kemudian akan dihomogenkan dan disemprotkan pada
pakan komersial hingga merata. Pakan kemudian akan dikeringkan menggunakan oven selama
4 jam dengan suhu 40oC. Pakan uji yang telah kering akan dikemas dan disimpan. Analisis
proksimat pakan yang akan diukur meliputi kadar protein, kadar lemak, kadar air, kadar serat
kasar, kadar abu, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen yang dilakukan berdasarkan AOAC
(2012).

Persiapan Ikan Uji dan Wadah Pemeliharaan


Ikan uji yang akan digunakan pada penelitian ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio)
dengan bobot 1 gram. Jumlah total ikan uji yang dibutuhkan 150 ekor dengan jumlah ikan pada
masing-masing akuarium sebanyak 10 ekor. Wadah yang digunakan dalam pemeliharaan ikan
uji yaitu akuarium kaca dengan ukuran 50cm x 40cm x 40cm. Akuarium dibersihkan
menggunakan busa pembersih kemudian dibilas dan diisi dengan air setinggi 30cm (volume 40
L). Kemudian dipasang selang aerator untuk aerasi pada akuarium.

Pemeliharaan Ikan
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 60 hari. Pakan akan diberikan sebanyak tiga kali
sehari pada pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB dan 17.00 WIB. Pemberian pakan dilakukan secara
at satiation atau hingga ikan terlihat kenyang. Penyiponan dan pergantian air sebanyak 30%
akan dilakukan setidaknya seminggu sekali pada sore hari. Kualitas air selama pemeliharaan
akan diukur guna mengontrol kondisi air yang digunakan. Pengecekan kualitas air berupa
suhu, pHdan dissolved oxygen (DO) akan dilakukan setiap hari pada pagi, siang, dan sore hari
serta pengukuran total ammonia nitrogen (TAN) dilakukan setiap dua minggu sekali.
Kegiatan sampling akan dilakukan diawal dan akhir pemeliharaan untuk mengetahui
pertumbuhan padaikan uji.
3

Parameter Penelitian
Parameter yang akan diukur pada penelitian ini yaitu aktivitas enzim pencernaan,
kinerja pemanfaatan karbohidrat, kelimpahan bakteri dan kinerja pertumbuhan. Pengukuran
kinerja pemanfaatan karbohidrat meliputi kadar glukosa plasma post-prandial, glucose
tolerance test, albumin dan protein plasma. Analisis kinerja hati yaitu hepatosomatic index
(HSI), lemak organ hati, dan kadar glikogen organ hati. Pengukuran kinerja pertumbuhan
meliputi tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju pertumbuhan spesifik (LPS), jumlah
konsumsi pakan (JKP), efisiensi pakan (EP), retensi protein dan retensi lemak.

Aktivitas Enzim Pencernaan


Aktivitas enzim amilase dan protease diukur menggunakan metode dari Bergmeyer dan
Grassal (1983) sebagai berikut:
Act − Abl P
Aktivitas enzim amilase dan protease = x
Ast − Abl T
Keterangan:
Act = Nilai absorban contoh
Ast = Nilai absorban standar
Abl = Nilai absorban blanko
P = Faktor pengenceran (mL)
T = Waktu inkubasi (menit)

Analisis Kimia Darah


Kadar glukosa plasma darah diukur berdasarkan metode Watanabe (1988) yaitu saat
fasting 0 jam dan setelah diberi pakan perlakuan sesuai dosis suplementasi daun insulin pada
jam ke-1, 3, 5 dan 8. Pengambilan darah akan dilakukan dengan menggunakan syringe yang
telah dibilas dengan larutan ethylene diamine tetra-acetic acid (EDTA) dan dilakukan secara
intra-vena. Selanjutnya analisis kadar glukosa darah dengan mereaksikan sampel plasma darah
dengan larutan ortho-toluidine dan asam asetat glasial, kemudian pada panjang gelombang 635
nm akan diukur densitas optikalnya (Wedemeyer dan Yasutake 1977).
Uji glucose tolerance test dilakukan untuk mengukur metabolisme pemanfaatan
glukosa sebagai sumber energi utama (Furuichi dan Yone 1982). Ikan uji terlebih dahulu akan
dipuasakan selama 24 jam (Peres et al. 1999), kemudian dianestesi menggunakan produk
komersial Ocean free® Special Arowana Stabilizer. Injeksi dilakukan dengan dosis 1 g
glukosa/kg bobot tubuh disertai injeksi dengan larutan fisiologis 1 g/kg bobot tanpa glukosa
sebagai kontrol negatif secara intramuscular. Sampel darah akan diambil pada jam ke-0, 1,
3, 5 dan 8 jam setelah injeksi glukosa. Prosedur analisis kadar glukosa darah mengacu pada
Wedemeyer dan Yasutake (1977) dengan mengambil sampel darah dan ditampung dalam
tabung microtube yang telah dibilas EDTA, darah akan diambil secara intra-vena dan
kemudian disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 6000 rpm hingga diperoleh plasma
darah. Selanjutnya, glukosa plasma direaksikan dengan larutan ortho-toluidine (6%) dan asam
asetat glasial 94% pada panjang gelombang 635 nm dan diukur densitas optikalnya.
Kadar trigliserida dan protein plasma diukur pada akhir pemeliharaan. Ikan uji dibius
dan diambil darahnya kemudian disimpan dalam tabung microtube 1.5 ml yang telah dibilas
EDTA.Darah akan di sentrifus dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit hingga memperoleh
plasma darah. Plasma darah dipindahkan dalam microtube baru untuk selanjutnya dilakukan
pengukuran kimia darah. Kadar trigliserida diukur menggunakan metode enzymatic
colorimetric test for triglycerides dengan kit triglycerides liquiforminsert merk Labtest, dan
protein plasma menggunakan reagent kit for measurement of total protein concentration
merk Biomaxima. Hasil reaksi tiap plasma darah dengan reagen masing-masing akan
dihomogenkan dan pada panjang gelombang 520-630 nm diukur densitas optikalnya
(Friedewald et al. 1972).
4

Analisis Kinerja Hati


Pengukuran parameter kinerja hati dilakukan pada akhir pemeliharaan dengan
menggunakan 5 ekor ikan dari setiap ulangan untuk masing-masing parameter uji. Persentase
Hepatosomatic Index (HSI) dihitung berdasarkan persamaan berikut (Htun-Han 1978):

Bobot organ hati (g)


HSI = x 100
Bobot tubuh ikan (g)

Uji kandungan glikogen akan melalui tahap ekstraksi dan hidrolisis organ hati yang
mengikuti metode Watanabe (1988). Kemudian akan dilanjutkan dengan analisis kadar glukosa
dalam bentuk glikogen dalam jaringan hati menggunakan pereaksi ortho-toluidine dan asam
asetat glasial (Wedemeyer dan Yasutake 1977) dan diukur densitas optikalnya pada panjang
gelombang 635 nm. Analisis kandungan lemak organ hati mengikuti metode Folch (Watanabe
1988).

Kelimpahan Bakteri
Penghitungan kelimpahan bakteri pada usus dilakukan dengan mengisolasi usus ikan
mas sebanyak 0,1g kemudian dihaluskan dan diencerkan dengan larutan Phosphater buffered
saline (PBS) dari 10-4 hingga 10-6 CFU/mL. Selanjutnya larutan tersebut dituang ke media
deMan Rogose Sharpe Agar (MRSA) sebanyak 25 μl. Inkubasi akan dilakukan selama 24 jam
pada suhu 37°C, selanjutnya jumlah koloni bakteri yang tumbuh dihitung (Wicaksono et al.
2020; Agustina et al. 2021).

Kinerja Pertumbuhan
Parameter kinerja pertumbuhan meliputi tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju
pertumbuhan spesifik (LPS), jumlah konsumsi pakan (JKP), efisiensi pakan (EP), retensi
protein dan retensi lemak. Parameter tingkat kelangsungan hidup diukur menggunakan
persamaan berikut (Zonneveld et al. 1991):
Nt
TKH = x 100
No
Keterangan:
TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir perlakuan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal perlakuan (ekor)

Perhitungan laju pertumbuhan spesifik menggunakan persamaan berikut (Zonneveld et


al. 1991; Tacon 1993):
ln Wt − ln Wo
LPS = x 100
t
Keterangan:
LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%/hari)
t = Periode pengamatan (hari)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Berat rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g)

Nilai efisiensi pakan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (NRC 1977):

[(Wt + Wd) − W0]


EP = x 100
F
5

Keterangan:
EP = Efisiensi pakan (%)
Wt = Bobot total ikan pada waktu t (g)
W0 = Bobot total ikan pada awal percobaan (g)
Wd = Bobot total ikan yang mati selama percobaan (g)
F = Bobot total pakan yang dikonsumsi (g)

Retensi protein dan retensi lemak dihitung menggunakan persamaan berikut (Watanabe
1988):
F−I F−I
RP = x 100 RL = x 100
P P
Keterangan:
RP/RL = Retensi protein/retensi lemak (%)
F = Jumlah protein/lemak ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah protein/lemak ikan pada awal pemeliharaan (g)
P = Jumlah protein/lemak yang dikonsumsi ikan (g)

Analisis proksimat dilakukan pada sampel pakan uji dan tubuh ikan mas di awal dan
akhir masa pemeliharaan terhadap masing-masing perlakuan berdasarkan AOAC (2012).

Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data SPSS
24.0 (SPSS, Chicago, IL, USA) dan Microsoft Excel 2016. Data dianalisis dengan menggunakan
analisis kovarien (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95%. Apabila terdapat nilai yang
berbeda nyata pada uji ANOVA, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
Uji Polinomial Orthogonal digunakan untuk mengetahui dosis suplementasi terbaik terhadap
laju pertumbuhan ikan mas. Analisa glukosa post-prandial dan tolerance test dihitung
menggunakan uji Repeated measure ANOVA terhadap interval waktu pengambilan sampel.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] The Association of Official Analytical of Chemist. 2012. Assocaition of Official
Method of Analysis. Arlington (US): The Association of Official Analytical Chemist, Inc.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Pakan Buatan untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio,
L) pada Budidaya Intensif: SNI 01-4266-2006. Jakarta (ID): Dewan Standardisasi
Nasional.
[DJPB-KKP] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan.
2022. Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Tahun 2022.
Jakarta (ID): DJPB.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nation. 2022. Fisheries and
aquaculture information and statistics branc [Internet]. [Diakses 18 September 2023];
www.fao.org/fishery/en/statistics/software/fishstatj.
[NRC] National Research Council. 1977. Nutrient Requirements of Warmwater fishes.
Nasional Academy of Sciences (US). 71 hlm.
Aziz Z, Tamara N, Wahyuni RT, Inawati, Abdillah S. 2019. Effects of anti-hyperglicemic of
yacon leaf (Smallanthus sonchifolius) ethanolic extracts using zebrafish as a model.
African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 13(9): 113-117.
Bergmeyer HU dan Grassal M. 1983. Methods of Enzymatic Analysis, Ed-2. Weinheim: Verlag
Chemie.
6

Caetano BFR, Moura NA, Almeida APS, Dias MC, Sivieri K, Barbisan LF. 2016. Yacon
(Smallanthus sonchifolius) as a food supplement: health-promoting benefits of
fructooligosaccharides. Journal Nutrients MDPI. 8(436): 1-13.
Campos D, Pallardel IB, Chirinos R, Galvez AA, Norrato G, Padreschi R. 2012. Prebiotic effect
of yacon (Smallanthus sonchifolius Poepp. & Endl), a source of fructooligosaccharides
and phenolic compounds with antioxidant activity. Food Chemistry. 135:1592-1599.
Furuichi M dan Yone Y. 1982. Effect of insulin on blood sugar levels on fishes. Bull (JPN)
Soc. Sci. Fish. 48:1289-1291.
Halver JE, Hardy RW. 2002. Fish nutrition, 3rd edition. Academic Press (USA).822 hlm.
Htun-han M. 1978. The reproductive biology of the dab Limanda limanda (L) in the
North Sea; gonadosomatic index; hepatosomatic index and condition factor. Journal of
Fish Biology. 13(3):369-367.
Kim YJ. 2013. Effect of dietary supplementation of yacon (Polymnia sonchifolia) by-product
on performance and physico-chemical properties of chicken thigh meat. Korean Journal
Poultry Science. 40(1):1-9.
Krogdahl A, hemre GI, Mommsen TP. 2005. Carbohydrates in fish nutrition: digestion and
absorbtion in postlarval stages. Aquaculture Nutrition 11:103-122.
Li X, Xu F, Zhang D, Jiang G, Liu WB. 2016. Molecular characterization and expression
analysis of glucokinase from herbivorous fish Megalobrama amblycephala subjected to
a glucose load after the adaptation to dietary carbohydrate levels. Aquaculture 459:89-
98.
Liu XY, Wang Y, Ji WX. 2018. Growth, feed utilization and body composition of Asian
Catfish P. hypophthalmus fed at different dietary protein and lipid levels. Aquaculture
Nutrition. 17:578-584.
Lovell T. 1988. Nutrition and Feeding of Fish. An A VI Book, Van Nonstand Reinhold. New
York. ISBN 0-442-25927-1. Hal: 194-197.
Naimah SY, Nazzaruddin, Cicillia S. 2020. Kajian aktivitas antioksidan dan tingkat kesukaan
the daun insulin (Smallanthus sonchifolius) pada berbagai suhu pengeringan. Pro Food
(Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan). 6(2): 742-748.
Oh HY, Lee TH, Lee CH, Lee DY, Sohn MY, Kwon RW, Kim JG, Kim HS. 2023. Effects of
by-products from producing yacon (Smallanthus sonchifolius) juice as feed additive on
growth performance, digestive enzyme activity, antioxidant status, related gene
expression, and disease resistance against Streptococcus iniae in juvenile black rockfish
(Sebastes schlegelii). Aquaculture. 569: 1–11.
Palmi RS. 2022. Suplementasi daun insulin pada pakan untuk meningkatkan pemanfaatan
karbohidrat dan pertumbuhan ikan patin Pangasianodon hypophthalmus [TESIS]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Peres H, Goncalves P, Oliva-Tales A. 1999. Glucose tolerance in gilthead seabream (Sparus
aurata) and european seabass (Dicentratchus labrax). Aquaculture. 179:415-423.
Sivieri K, Morales MV, Saad SMI, Adorno MA, Sakamoto IK, Rossi EA. 2014. Prebiotic effect
of fructooligosaccharides in the simulator human intestinal microbial ecosystem (SHIME
model). Journal of Medicinal Food. 17(8): 894-901.
Tobuku R. 2022. Pengaruh pemberian pakan berbasis ratio karbohidrat dan lemak terhadap
kadar lemak ikan patin (Pangasius hypophthalmus). JVIP. 2(2): 71-77.
Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo (JP): The General Aquaculture
Course, Dept of Agriculture Bioscience, Tokyo University.
Watanabe T. 1998. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo (JP): Kanagawa Fisheries Training
Center, Japan International Cooperation Agency.
7

Wedemeyer GA, Yasutake WT. 1977. Clinical Methods fro the Assessment of the Effects of
Environmental Stress on Fish Health. Washington DC.
Yanto H, Setiadi AE, Kurniasih D. 2019. Pengaruh tingkat karbohidrat berbeda dalam pakan
terhadap kinerja pertumbuhan ikan tengadak (Barbonymus schawenfeldii). Jurnal Ruaya.
7(2): 39-46.
Zonneveld NZA, Huisman EA, Bonn JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 318 hlm.

Anda mungkin juga menyukai