Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/289519154

PERBAIKAN FERMENTASI RUMEN KAMBING LOKAL JANTAN YANG DIBERI


PAKAN SIAP SAJI (PSS)

Conference Paper · September 2013

CITATIONS READS

0 1,572

4 authors, including:

Teguh Wahyono Crhisterra Ellen Kusumaningrum


Badan Tenaga Nuklir Nasional Badan Tenaga Nuklir Nasional
43 PUBLICATIONS 31 CITATIONS 5 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Suharyono Puspowardoyo
Badan Tenaga Nuklir Nasional
15 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

New Mutant Lines Sorghum as Forage View project

it has potential role for biological evaluation of new feed formulation, especially ruminant animals View project

All content following this page was uploaded by Teguh Wahyono on 07 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERBAIKAN FERMENTASI RUMEN KAMBING LOKAL
JANTAN YANG DIBERI PAKAN SIAP SAJI (PSS)
Teguh Wahyono1), Yeni Widiawati2), Crhisterra Ellen
Kusumaningrum1) dan Suharyono1)
1)
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN
Cilandak, Jakarta Selatan
2)
Balai Penelitian Ternak
PO BOX 221 Bogor 16002
E-mail: why.tguh@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi PSS sebagai substituen hijauan
pakan untuk mengoptimalkan fermentasi rumen kambing kacang jantan.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah
ternak percobaan sebanyak 20 ekor kambing Kacang jantan yang diacak dan
dibagi menjadi empat perlakuan ransum dan lima ulangan. Pakan perlakuan
dibedakan berdasarkan tingkat persentase penggunaan PSS pada ransum, yaitu
: kontrol (rumput gajah 70% + konsentrat 30%); perlakuan A (kontrol + PSS 6%);
B (kontrol + PSS 8%); C (kontrol + PSS 10%). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan pakan B dapat meningkatkan pH dan NH3 rumen kambing
(P<0.01). Substitusi PSS terhadap rumput gajah sebanyak 8% juga cenderung
dapat meningkatkan populasi protozoa, namun tidak diimbangi dengan
peningkatan populasi bakteri. Populasi bakteri cenderung meningkat pada rumen
kambing kacang yang diberi pakan A (substitusi PSS 6%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pemberian PSS 6-8% sebagai substitusi rumput gajah dapat
meningkatkan kinerja fermentasi rumen kambing kacang.

Kata kunci : PSS, kambing kacang, fermentasi rumen, populasi protozoa

PENDAHULUAN
Produksi daging Indonesia pada tahun 2009 yang berasal dari sub
sektor ternak ruminansia berjumlah sekitar 0.6 juta ton, meningkat 0.1
juta ton dari tahun 2005. Persentase produksi daging dari sektor kambing
berada pada kisaran 12% dari total produksi daging sub sektor
ruminansia. Pertumbuhan populasi kambing naik 3% di setiap tahunnya.
Sekitar 90% peternak kambing di Indonesia adalah peternak rakyat
dengan kepemilikan ternak antara 3-6 ekor. Para peternak lebih memilih
beternak kambing daripada domba karena kambing mudah

390
menyesuaikan diri terhadap kondisi iklim dan lingkungan (Stanton et al.,
2010). Dari tinjauan diatas dapat disimpulkan bahwa kambing merupakan
ternak ruminansia yang memiliki peran dan potensi yang besar dalam
mencukupi kebutuhan daging di Indonesia.
Bangsa kambing yang umum terdapat di seluruh Indonesia adalah
kambing kacang. Kambing ini memiliki ukuran yang relatif kecil dengan
tubuh yang kompak dan baik sehingga sesuai dengan kondisi
manajemen pemeliharaan pada peternakan rakyat (Stanton et al., 2010).
Menurut Sakul et al. (1994) dan Romjali et al. (2002) kambing lokal
(kambing Kacang) memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, namun
memiliki prolifikasi yang tinggi.
Beternak kambing merupakan mata pencaharian sambilan bagi
sebagian petani-peternak di Indonesia sehingga manajemen
pemeliharaan khususnya manajemen pakannya masih tradisional.
Penyediaan pakan yang dilakukan secara konvensional belum
mencukupi kebutuhan nutrisi kambing. Hal ini sering terjadi pada kondisi
pada musim kemarau, yaitu dalam hal penyediaan hijauan pakan.
Sedangkan pada musim penghujan, ketersediaan hijauan melimpah tidak
dimanfaatkan maksimal oleh para petani-peternak. Sebagai contoh
adalah pembuatan silase untuk cadangan pakan di musim kemarau.
Permasalahan yang lain adalah masih adanya kepercayaan petani-
peternak bahwa kambing lebih menyukai rumput segar dibandingkan
silase. Hal ini dapat diatasi dengan kombinasi kedua jenis pakan tersebut
serta penambahan konsentrat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Silase dapat dibuat dari limbah tanaman jagung karena tanaman
ini memiliki palatabilitas tinggi. Dalam penelitian Sariubang et al. (2010)
menjelaskan bahwa silase tanaman jagung dapat menggantikan rumput
sebesar 70% sebagai pakan basal sapi Bali. Pakan Siap Saji (PSS)
merupakan hijauan pakan ternak kombinasi dari silase tanaman jagung
dengan biosuplemen. Biosuplemen merupakan suplemen pakan hasil
penelitian dan pengembangan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

391
dengan menggunakan teknik nuklir diantaranya perunutan dengan
radioisotop 32P untuk menentukan sintesis protein mikroba, serta Analisis
Aktivasi Neutron (AAN) untuk pengukuran kandungan mineral (Sugoro,
2009). Penambahan biosuplemen berfungsi untuk mempercepat proses
inkubasi silase serta memperbaiki kecernaan pakan di dalam rumen.
Proses pembuatan silase yang biasanya memakan waktu 2-3 minggu
dapat dipersingkat menjadi 3 hari dengan teknologi PSS.
Pengaruh substitusi pakan menggunakan PSS dapat diamati dari
parameter fermentasi rumen dari kambing percobaan. Parameter yang
diamati adalah pH, amoniak (NH3), total bakteri dan total protozoa dari
cairan rumen kambing. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh substitusi PSS terhadap rumput gajah yang
dikombinasikan dengan konsentrat terhadap fermentasi rumen kambing.

MATERI DAN METODE

Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium nutrisi ternak Bidang
Pertanian PATIR BATAN dan laboratorium percobaan BALITNAK, Ciawi,
Bogor. Lokasi pertama digunakan sebagai tempat pembuatan pakan
perlakuan berupa PSS dan konsentrat, lokasi kedua digunakan sebagai
tempat pemeliharaan kambing, pengambilan dan analisis sampel.

Pembuatan PSS
Pembuatan Pakan Siap Saji (PSS) dilakukan dengan
menggunakan silo berupa drum plastik berkapasitas 50 kg. Bahan silase
terdiri dari tanaman jagung; 2.5% silase jadi dan 2.5% biosuplemen.
Campuran bahan pakan kemudian diinkubasi di dalam silo atau drum
plastik selama 3 hari.
Pakan konsentrat yang diberikan dalam penelitian adalah
konsentrat hasil litbang BATAN berupa konsentrat plus. Konsentrat ini
memiliki kandungan suplemen pakan yang berfungsi sebagai suplemen

392
pakan untuk meningkatkan nafsu makan ternak dan meningkatkan kinerja
rumen. Suplemen pakan ini merupakan hasil litbang BATAN
menggunakan teknik nuklir untuk perunutan dengan radioisotop P 32
dalam menentukan sintesis protein mikroba, serta Analisis Aktivasi
Neutron (AAN) untuk pengukuran kandungan mineral (Suharyono, 2009).

Ternak dan Perlakuan Pakan


Ternak yang digunakan adalah 20 ekor kambing kacang jantan
lepas sapih dengan berat badan rata-rata 15-20 kg. Ternak ditempatkan
pada kandang individu yang diacak dengan empat perlakuan pakan. Tiap
perlakuan terdiri dari lima ulangan kambing.
Pakan perlakuan dalam penelitian dibedakan berdasarkan tingkat
persentase penggunaan PSS pada ransum, yaitu: kontrol (rumput gajah
70% + konsentrat 30%); perlakuan A (kontrol + PSS 6%); B (kontrol +
PSS 8%); C (kontrol + PSS 10%). Kandungan protein dan energi pakan
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan gross
energi (GE) pakan berdasarkan bahan kering.
Kandungan Nutrisi
Jenis Pakan
BK (%) PK (%) E (kkal/kg)
Rumput gajah 18.18 10.41 3976.32
Konsentrat 85.32 13.70 2747.78
PSS 39.57 10.97 4229.51

Pengambilan Sampel
Peubah yang diamati adalah hasil fermentasi rumen kambing
yang diperoleh dari parameter pH, amoniak (NH 3), populasi bakteri dan
protozoa yang terdapat pada cairan rumen.
Sampel cairan rumen diambil dari ternak percobaan
menggunakan tabung selang vakum yang dimasukan ke dalam rumen
melalui mulut dua jam setelah pemberian pakan. Cairan rumen disaring
menggunakan empat lapis kain saring kemudian dilakukan pengukuran

393
pH menggunakan pH meter digital. Kandungan NH3 ditentukan menurut
metode Conway (General Laboratory Procedures, 1966).

Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik


Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah rancangan acak kelompok pola faktorial 4 x 5. Data yang
diperoleh diuji statistik dengan analisis variansi dengan menggunakan
program SPSS versi 14.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengukuran parameter fermentasi rumen kambing yang
berupa pH, NH3, populasi bakteri dan protozoa dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil fermentasi rumen kambing kacang.
Perlakuan Pakan
Peubah
Kontrol A B C
b b a b
pH 5.7 ± 0.003 5.81 5.95 ± 0.015 5.8 ± 0.18
b a a c
NH3 (mg/L) 238.86 ± 1.58 264.67 ± 5.66 291.37 ± 12.88 208.72 ± 4.95
9
Bakteri (x 10 /ml) 5.51 ± 0.21 7.58 ± 0.76 5.83 ± 0.59 3.64 ± 0.19
6
Protozoa (x 10 sel/ml) 3.43 ± 0.85 2.57 ± 0.13 4.73 ± 0.20 3.5 ± 0.13
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

pH
Karakteristik pH pada perlakuan B (PSS 8%) lebih tinggi (P<0.01)
dibandingkan ketiga perlakuan lainnya. Kisaran pH rumen kambing yang
diberi PSS adalah 5.8-5.95 dan secara numerik lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan kontrol yang berada pada kisaran 5.7. pH pada seluruh
perlakuan secara numerik di atas ambang batas minimal antara 5.0-5.5
yang dapat menghambat perkembangan mikroba pemecah serat selulosa
(Hoover, 1986; Ginting et al., 2011).

Substitusi PSS 6-10% juga dapat meningkatkan nilai pH sehingga


mendekati nilai pH minimal untuk menjamin pencernaan optimal didalam
rumen yang berkisar antara 6.2-7.2 (Van Soest, 1994). Menurut Church
(1979) pH optimum untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri selulolitik
berada pada kisaran 6-7. Nilai pH yang berada dibawah 6.0 akan

394
menurunkan tingkat kecernaan selulosa (Wanapat et al., 2000;
Paengkoum & Wanapat, 2009).

NH3

Konsentrasi amonia (NH3) rumen kambing yang diberi pakan


perlakuan A dan B lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan kontrol, tetapi
pakan perlakuan C menghasilkan konsentrasi NH 3 terendah
dibandingkan ketiga perlakuan lainnya (P<0.01). Keempat pakan
perlakuan menghasilkan konsentrasi NH3 yang berada pada kisaran
208.72-238.86 mg/L. Nilai tersebut melebihi nilai konsentrasi NH 3 minimal
untuk sintesis protein mikroba di dalam rumen yaitu 50 mg/L (Schmidely
et al., 1996; Di Trana et al., 2007). Kang-Meznarich & Broderick (1981)
dan Cantalapiedra-Hijar et al. (2008) juga menyatakan bahwa nilai
minimal NH3 untuk memaksimalkan proses sintesis protein mikroba
berkisar 33-85 mg/L. Nilai NH3 yang tinggi dapat disebabkan oleh
kemampuan rumen kambing untuk memanfaatkan kandungan urea yang
terdapat didalam pakan (Di Trana et al., 2007; Devendra, 1978).

Konsentrasi NH3 pada pakan perlakuan A dan B lebih tinggi


dibanding pakan kontrol membuktikan bahwa substitusi PSS 6-8%
terhadap rumput gajah dapat meningkatkan ketersediaan N untuk
mendukung pertumbuhan mikroba rumen yang berfungsi sebagai sumber
protein bagi kambing. Ranjah (1980) dan Isah et al. (2013) menyatakan
bahwa konsentrasi NH3 dalam rumen tergantung pada kuantitas dan
tingkat kelarutan protein yang terkandung didalam pakan. NH 3 dapat
disediakan dari sumber nitrogen non protein, asam amino, peptida atau
pemanfaatan protein pakan (Van Saun, 2013).

Bakteri

Populasi bakteri pada cairan rumen perlakuan pakan A dan B


cenderung lebih tinggi dibandingkan pakan kontrol dan perlakuan C,
namun secara statistik tidak berbeda nyata. Populasi bakteri yang

395
dihasilkan dari keempat perlakuan berkisar antara 3.64-7.59 x 109.
Kisaran ini lebih rendah dibandingkan rentang populasi bakteri didalam
rumen kambing yang berkisar 10 10-1012 (Ogimoto & Imai, 1980). Populasi
yang rendah ini dapat disebabkan karena pH rumen berada pada kisaran
5.7-5.95 sehingga pertumbuhan bakteri selulolitik akan terhambat.
Menurut Grant & Mertens (1992) dan Cantalapiedra-Hijar (2008),
pertumbuhan bakteri selulolitik didalam rumen akan menurun ketika pH
berada dibawah 6.2.

Pemberian PSS 6-8% dapat meningkatkan nilai pH dan NH3


(Tabel 2) sehingga berpengaruh pada pertumbuhan populasi bakteri
rumen. Beberapa faktor yang mempengaruhi populasi bakteri rumen
adalah jenis pakan, sifat predasi protozoa (Arora, 1989), VFA, pH
(Hungate, 1966) dan konsentrasi NH3 (Preston & Leng, 1987). Menurut
Baldwin & Allison (1983) lebih kurang 80% bakteri rumen membutuhkan
amonia untuk proses pertumbuhannya.

Kandungan BK dan protein PSS yang lebih tinggi dibandingkan


rumput gajah (Tabel 1) juga mempengaruhi pertumbuhan populasi
bakteri. Menurut Van Saun (2013), bakteri mengandung 60% protein
yang memiliki kualitas dan kecernaan yang tinggi.

Protozoa

Populasi protozoa dari keempat perlakuan pakan berada pada


kisaran 2.57-4.73 x 106. Nilai ini masih dalam kisaran normalnya yaitu
berkisar 105-106 (Ogimoto & Inai, 1980) Pakan perlakuan B (pemberian
PSS 8%) secara numerik memberikan populasi protozoa yang tertinggi
dibanding ketiga pakan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan oleh nilai
pH pakan perlakuan B yang mendekati nilai pH optimal rumen (6-7),
sehingga dapat meningkatkan populasi protozoa. pH yang optimal akan
mendukung aktivitas protozoa di dalam rumen (Hungate, 1966).

396
Kandungan protein PSS yang lebih tinggi dari rumput gajah juga
berpengaruh pada tingginya populasi protozoa. Konsentrasi protozoa
didalam rumen akan meningkat ketika ada penambahan kandungan
protein didalam ransum (Hungate, 1966). Peningkatan populasi protozoa
tidak terjadi pada perlakuan pakan A yang memiliki nilai terendah, hal ini
membuktikan bahwa pemberian PSS 6% lebih mendukung
perkembangan populasi bakteri daripada protozoa. Menurut Uhi et al.
(2006), Protozoa yang kalah bersaing dengan bakteri menyebabkan
pemangsaan bakteri oleh protozoa berkurang.

Substitusi rumput gajah oleh PSS sebesar 8% yang


dikombinasikan dengan konsentrat mampu mendukung perkembangan
protozoa dengan optimal. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan
karbohidrat yang mudah difermentasi serta diimbangi dengan tingkat
konsentrat yang tinggi dapat meningkatkan jumlah protozoa di dalam
rumen (Cantalapiedra-Hijar, 2008; Franzolin & Dehority, 1996).

KESIMPULAN
Perlakuan pakan B dapat meningkatkan pH dan NH3 rumen
kambing (P<0.01). Substitusi PSS terhadap rumput gajah sebanyak 8%
juga cenderung dapat meningkatkan populasi protozoa, namun tidak
diimbangi dengan peningkatan populasi bakteri. Populasi bakteri
cenderung meningkat pada rumen kambing kacang yang diberi pakan A
(substitusi PSS 6%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pemberian PSS 6-8% sebagai substitusi rumput gajah dapat
meningkatkan kinerja fermentasi rumen kambing kacang. Dalam
penelitian selanjutnya perlu dilakukan studi pengaruh PSS terhadap
perbaikan reproduksi kambing kacang jantan.

397
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Ternak Pada Ternak Ruminansia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Baldwin, R.L. & M.J. Allison.1983. Rumen metabolism. J. Animal Science.
57:461.
Cantalapiedra-Hijar, G. D. R. Yáñez-Ruiz, A. I. Martín-García and E. Molina-
Alcaide. 2008. Effects of forage:concentrate ratio and forage type on
apparent digestibility, ruminal fermentation, and microbial growth in
goats. J Anim Sci 87:622-631.
Church, D.C. 1979. Rumen Microbiology in Digestive Physiology and Nutrition of
Ruminant. 2nd ed.,Vol. 1, O & B Books. Corvallis, Oregon – USA.
Devendra, C. (1978). The digestive efficiency of goats. World Rev Animal Prod
14: 9-22.
Di Trana A., S. Claps, G.F. Cifuni, V. Fedele, G. Impemba and P. Celi. 2007. Milk
qualitative and quantitative characteristics, metabolic profile and rumen
pH and NH concentration in grazing goats fed with two types of
concentrate. CIHEAM. Options MÈditerranÈennes, Series A (74) : 134-
140.
Franzolin, R., and B. A. Dehority. 1996. Effect of prolonged highconcentrate
feeding on ruminal protozoa concentrations. J. Anim. Sci. 74:2803–2809.
General Laboratory Procedures. 1966. Department of Dairy Science. University
of Wisconsin, Madison.
Ginting S.P., A. Tarigan dan R. Krisnan. 2011. Konsumsi Fermentasi Rumen dan
Metabolit Darah Kambing Sedang Tumbuh yang Diberi Silase I. arrecta
dalam Pakan Komplit. JITV 17 (1): 49-58.
Grant, R. J., and D. R. Mertens. 1992. Influence of buffer pH and raw corn starch
addition on in vitro fiber digestion kinetics. J. Dairy Sci. 75: 2762–2768.
Hoover, W.H. 1986. Chemical factors involved in ruminal fibre digestion. J. Dairy
Sci. 69: 2755-2766.
Hungate, R. E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press. New York.
Isah, O.A., S.A. Oguntuyo, R.O. Dawodu, O.O. Diya, M.O. Afolabi and L.A.
Omoniyi. 2013. Feed Utilization, Rumen Parameters, and Microbial
Profile of Goats fed Different Tropical Browse Plants with Pennisetum
purpureum as Basal Diet. The Pacific Journal of Science and Technology
14 (1) : 397-405.
Kang-Meznarich, J. H., and G. A. Broderick. 1981. Effects of incremental urea
supplementation on ruminal ammonia concentration and bacterial protein
formation . J. Anim. Sci. 51:422–431.
Ogimoto, K. and S. Imai. 1980. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Scientific
Societies Press. Tokyo.
Paengkoum, P. and M. Wanapat. 2009. Utilization of Concentrate Supplements
Containing Varying Levels of Sunflower Seed Meal by Growing Goats
Fed a Basal Diet of Corn Silages. Pakistan Journal of Nutrition 8 (8):
1229-1234.
Preston, T.R. and R.A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production Sistem With
Available Resource in The Tropic. Penambul Book. Armidale.
Ranjah, S.K. 1980. Animal Nutrition in the Tropics 2nd Revised Edn. Vikas Publ
House: New Delhi, India.
Romjali, E., Leo P . Batubara, K. Simanihuruk dan S. Elieser. 2002. Keragaan
Anak Hasil Persilangan Kambing Kacang dengan Boer dan Peranakan

398
Etawah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2002: 113-115.
Sakul, H., G.E . Bradford, and Subandriyo. 1994. Prospects for genetik
improvement of small ruminants in Asia. Proc. Symposium: Strategic
Development for Small Ruminant Production in Asia and Pasific .
SRCRSP Univ. Calif Davis.
Sariubang M., N. Qomariyah dan A. Nurhayu. 2010. Sistem Usahatani Terpadu
Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.
Prosiding Pekan Serealia Nasional: 508-512.
Schmidely, P., ArchimËde, H., Bas, P., Rouzeau, A., Munoz, S. and Sauvant,
D.1996. Effects of synchronization of the rate of carbohydrates and
nitrogen release of the concentrate on rumen fermentation, plasma
metabolites and insulin, in the dry pregnant goat. Anim. Feed Sci. Tech.,
63: 163-178.
Stanton, Emms and Sia. 2010. Competitive Industry Report on the Indonesian
Cattle and Goats Sektors: Opportunities for Canadian Animal Genetiks.
The Embassy of Canada in Indonesia and Office of Southeast Asia
Regional Agri-Food Trade Commissioner Agriculture and Agri-Food
Canada : 6-20.
Sugoro, I. 2009. Pemanfaatan Probiotik Khamir untuk Peningkatan Produktivitas
Ternak Ruminansia. Bahan Orasi Presentasi Ilmiah Peneliti Madya.
PATIR – BATAN.
Suharyono. 2009. Pengembangan Suplemen Pakan untuk Ternak Ruminansia
dan Pengenalannya Kepada Peternak. Bahan Orasi Presentasi Ilmiah
Peneliti Utama 16 Februari 2009. PATIR-BATAN.
Uhi. H. T., A. Parakkasi & B. Haryanto. 2006. Pengaruh Suplemen Katalitik
terhadap Karakteristik dan Populasi Mikroba Rumen Domba. Media
Peternakan 29 (1): 20-26.
Van Saun. Dairy Goat Nutrition: Feeding for Two (How to properly feed the goat
and her rumen). Department of Veterinary Science Penn State
University. httpwww.ansci.cornell.edugoatsResources
GoatArticlesGoatFeedingFeedingForTwo.pdf. diakses tanggal 12 Juli
2013.
Van Soest, P.J. 1994. Nutritional Ecology of the Ruminant. 2nd ed. Cornell
University, Itacha, New York, NY, USA.
Wanapat, M., O. Pimpa, A. Petlum and C. Wachirapakorn. 2000. Participation
scheme of smallholder dairy farmers in the NE, Thailand on improving
feeding sistems. Asian-Aus. J. Anim. Sci., 13: 830-836.

399

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai