Anda di halaman 1dari 8

LAMPIRAN 1 Potensi Bakteri Selulolitik Pencernaan Rayap Pembangun Musamus Taman Nasional Wasur Merauke Sebagai Bio-Toilet Dalam

Degradasi Tinja Sapi Febriana Sinta Dewi, Tri Nurhariyati, dan Drs. Salamun, Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya Email: vebrie_dolfy@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi, lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi, dan kombinasi keduanya terhadap penurunan kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS) oleh bakteri selulolitik. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 4x4 dengan tiga ulangan, yang terdiri dari 4 level perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi, yaitu substrat 400 g tinja tanpa air dan bakteri (1:0*), substrat 400 g tinja tanpa air (1:0), substrat 400 g tinja dalam 400 mL air (1:1), dan substrat 133 g tinja dalam 267 mL air (1:2), serta 4 level lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi (1, 2, 3 dan 4 minggu). Data kadar C-organik dianalisis menggunakan uji Brown Forsythe dan nilai TSS dianalisis menggunakan uji ANOVA Two Ways (signifikasi 5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi berpengaruh dalam menurunkan kadar C-organik dan nilai TSS. Lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi tidak berpengaruh terhadap kadar Corganik, namun berpengaruh dalam menurunkan nilai TSS. Kombinasi keduanya berpengaruh dalam menurunkan kadar C-organik, namun tidak berpengaruh terhadap nilai TSS. Kata Kunci : Degradasi tinja sapi, Bakteri selulolitik, Kadar C-organik, Nilai Total Suspended Solid (TSS). ABSTRACT This research was aimed to know determine the influential of comparison substrate concentrations of the cows feces, incubation period of degradation process in the cows feces, and combinations of both factorials for decrease of the C-organic levels and the values of Total Suspended Solid (TSS) by cellulolytic bacterias. The research used 4x4 factorial design with three replications, which consists of comparison substrate concentrations of the cows feces, that is 400 g feces substrate without water and bacteria (1:0 *), 400 g feces substrate without water (1:0), 400 g of feces substrate in 400 mL water (1:1), and 133 g feces substrate in 267 mL water (1:2), and incubation period of degradation process in the cows feces (1, 2, 3 and 4 weeks). Data of the Corganic levels was analyzed using Brown Forsythe test and the values of TSS was analyzed using two-ways of ANOVA test (5% significance). The results showed that comparison substrate concentrations of the cows feces influential for in decrease of the C-organic levels and the values of TSS. Incubation period of degradation process in the cows feces didnt influential for the Corganic levels, but was influential for in decrease the values of TSS. The combination of both factorials was influential for in decrease the levels of C-organic, but didnt influential for the values of TSS. Keywords: Degradation of the cows feces, cellulolytic bacterias, C-organic levels, values of Total Suspended Solid (TSS).

PENDAHULAN Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan meningkatkan limbah

yang dihasilkan, terutama dari limbah organik berupa tinja yang dihasilkan oleh manusia setiap hari. Sebagian besar penduduk

Indonesia

masih

menggunakan

sistem

menjadi glukosa. Enzim selulase tersebut dihasilkan oleh bakteri selulolitik. Bakteri selulolitik sering ditemukan di dalam saluran pencernaan serangga yang bersimbiosis

pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang berupa tangki septik (Sudarno dan Ekawati, 2006). Proses

dekomposisi tinja di dalam tangki septik tersebut memakan waktu yang cukup lama karena komponen serat pada tinja yang menyebabkan tinja sulit untuk didegradasi, sehingga dalam tangki septik sering terjadi masalah seperti meluapnya tinja yang

secara mutualisme. Begitu halnya pada rayap pembangun musamus. Bakteri selulolitik yang berhasil diisolasi dari pencernaan rayap pembangun Pseudomonas, musamus meliputi genus

Cellulomonas,

Sporocytophaga dan Cytophaga (Dewi, dkk., 2010). Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian guna untuk mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi, lama waktu inkubasi dan kombinasi keduanya dalam degradasi tinja sapi menggunakan konsorsium bakteri selulolitik sehingga

mengakibatkan bau dan pencemaran pada sanitasi air. Upaya yang sering dilakukan selama ini adalah menggunakan jasa kuras tangki septik (WC) yang kurang efektif, sehingga diperlukan metode yang tepat dan lebih efektif yaitu bio-toilet. Bio-toilet dengan

merupakan

bio-activator

menggunakan bantuan mikroba sebagai agen pengurai limbah organik. Bio-toilet lebih praktis, ekonomis, dan ramah lingkungan sehingga metode ini dapat digunakan untuk daerah pemukiman yang padat penduduk. Tinja sapi dianalogikan sama dengan tinja manusia karena memiliki komponen serat yang sama sehingga digunakan tinja sapi sebagai pengganti tinja manusia. Pada tinja sapi komponen serat yang paling banyak adalah selulosa seperti yang diungkapkan Lingaiah dan Rajasekaran (1986), komponen tinja sapi mengandung 22,59% selulosa; 18,32% hemiselulosa; dan 10,20% lignin. Agar selulosa dapat dirombak menjadi

nantinya dapat digunakan sebagai bio-toilet pada tinja manusia. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga untuk persiapan dan pembuatan starter konsorsium bakteri, di ruang fermentasi Fakultas Sains dan Teknologi untuk tempat inkubasi dan di Laboratorium Tanah Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X, Kediri untuk analisa kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS). Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental

senyawa yang lebih sederhana, selulosa harus dihidrolisis terlebih dahulu dengan bantuan enzim selulase yang dapat memecah selulosa

laboratoris dengan rancangan faktorial 4x4. Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama

(S) adalah perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi yaitu 1:0* (S0), 1:0 (S1), 1:1 (S2), dan perbandingan konsentrasi substrat 1:2 (S3). Faktor kedua (M) adalah lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi yang terdiri dari 4 taraf, yaitu inkubasi 1, 2, 3, dan 4 minggu. Prosedur penelitian terdiri dari

sel bakteri menggunakan metode Total Plate Count (TPC) setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Pada starter tiap bakteri diambil masing-masing 75 mL dituang ke dalam 2700 mL starter media NB sehingga bakteri

didapatkan

konsorsium

selulolitik sebanyak 3000 mL, kemudian starter konsorsium bakteri tersebut diinkubasi menggunakan shaker (reciprocal shaking incubator) dengan agitasi 120 rpm selama 24 jam. Konsorsium bakteri tersebut selanjutnya, diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm setelah itu dilakukan penghitungan menggunakan jumlah metode sel TPC, bakteri kemudian

beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap peremajaan dan perbanyakan isolat murni Masing-masing isolat murni bakteri selulolitik yang terdiri atas Cellulomonas sp., Cytophaga sp., Sporocytophaga sp., dan Pseudomonas sp. ditanam secara aseptik ke beberapa tabung reaksi yang berisi media Nutrient Agar (NA) miring, kemudian

diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Konsentrasi konsorsium bakteri selulolitik yang digunakan adalah sebesar 10% dengan total substrat tinja sapi sebanyak 400 gr/mL. 3. Tahap pembuatan perbandingan

diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Isolat bakteri selulolitik tersebut lalu

diinokulasikan dengan menggunakan jarum ose secara aseptik ke dalam masing-masing botol kultur 500 mL yang telah berisi 100 mL media Nutrient Broth (NB). Starter bakteri ini diinkubasikan dengan menggunakan shaker (reciprocal shaking incubator) dengan agitasi 120 rpm selama 24 jam pada suhu ruangan. 2. Tahap pembuatan starter konsorsium bakteri selulolitik dan pengukuran

konsentrasi substrat tinja sapi Pada substrat perlakuan kontrol 1:0* hanya diberikan 400 g substrat tinja sapi tanpa penambahan konsorsium bakteri selulolitik dan penambahan air. Pada substrat perlakuan untuk perbandingan 1:0 diberikan 400 g substrat tinja sapi tanpa ditambahkan air. Pada substrat perbandingan 1:1 diberikan 200 g substrat tinja sapi dan ditambahkan 200 mL air. Pada substrat perbandingan 1:2 diberikan 133 g substrat tinja sapi dan ditambahkan 267 mL air dengan perhitungan 1/(1+2) x 400 g = 133 g jadi total berat sampel 400 g/mL.

Optical Density (OD) Nilai Optical Density (OD) masingmasing starter bakteri selulolitik yang telah diperbanyak panjang diukur terlebih 540 dulu nm pada hingga

gelombang

didapatkan nilai absorbansi suspensi 0,5 selanjutnya, dilakukan penghitungan jumlah

4. Penentuan kadar C-organik - Memasukkan cawan porselen ke dalam oven, tunggu hingga kering - Menimbang cawan porselen lalu catat beratnya (A) - Memasukkan sampel 1 g pada cawan porselen lalu catat beratnya (B) - Memasukkan cawan ke dalam oven selama 4 jam pada suhu 105 C - Mendinginkan cawan dalam desikator selama 15 menit - Menimbang cawan lalu catat beratnya (C) - Memasukkan cawan ke dalam furnace selama 4 jam pada suhu 600oC - Mendinginkan cawan dalam desikator selama 15 menit - Menimbang cawan lalu catat beratnya (D) 5. Penentuan nilai Total Suspended Solid (TSS) - Memanaskan filter kertas di dalam oven pada suhu 105C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang dengan cepat. - Sampel yang sudah dikocok merata diambil sebanyak 100 g/mL kemudian disaring hingga kering menggunakan kertas filter.
o

- Kertas filter diambil lalu dimasukkan dalam oven untuk dipanas keringkan pada suhu 105C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang dengan cepat. 6. Analisis Data Data yang didapat dari penelitian ini adalah kadar C-organik (%), nilai Total Suspended Solid (mg/L) dan jumlah sel bakteri (CFU/mL). Data jumlah sel bakteri dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kurva pertumbuhan bakteri. Sementara itu data kadar C-organik dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Brown Forsythe dan nilai Total Suspended Solid (TSS) dianalisis secara statistik dengan uji Analysis of Varians (ANOVA) Two Ways. Taraf signifikansi 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perbandingan konsentrasi

substrat tinja sapi Pengaruh perbandingan konsentrasi substrat pada proses degradasi tinja sapi dapat diketahui dari penurunan kadar C-organik dan nilai TSS. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2 berikut.

Gambar 1. Diagram pengaruh perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi terhadap kadar C-organik Gambar 2. Diagram pengaruh perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi terhadap nilai TSS

Berdasarkan

analisis

statistik,

TSS, namun pada konsentrasi substrat 1:0* (S0) dan 1:0 (S1) tidak terdapat beda nyata yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian bakteri selulolitik tidak akan memberikan dampak tanpa adanya penambahan air (pengenceran). Seperti yang dijelaskan oleh Yustanti (2009), bahwa adanya komposisi air membantu bakteri selulolitik dalam mendegradasi tinja sapi yang mengandung selulosa untuk diubah menjadi unsur yang lebih sederhana (tahap hidrolisis). Hasil rata-rata nilai TSS yang terendah terdapat pada perbandingan konsentrasi

perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi terhadap kadar C-organik memiliki beda nyata pada setiap perbandingan konsentrasi substratnya. Pada Gambar 1 dapat dilihat pola diagram batang yang menunjukkan penurunan kadar C-organik dimulai dari perbandingan konsentrasi substrat 1:0 (S1) hingga

perbandingan konsentrasi substrat 1:2 (S3), hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan bakteri selulolitik berpengaruh terhadap

degradasi tinja sapi dibandingkan dengan perbandingan konsentrasi substrat kontrol tanpa bakteri 1:0*(S0). Kadar C-organik terendah yaitu didapat dari perbandingan konsentrasi substrat 1:2 (S3) sebesar 4,6%. Sementara itu, nilai Total Suspended Solid (TSS) setelah bahwa diuji statistik

substrat 1:2 (S3) sebesar 126,47 mg/L. Pengaruh lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi Pengaruh lama waktu inkubasi pada proses degradasi tinja sapi dapat diketahui dari penurunan kadar C-organik dan nilai TSS pada gambar 3 dan 4 berikut.

menunjukkan

perbandingan

konsentrasi susbtrat tinja sapi memiliki beda nyata yang signifikan terhadap nilai TSS. Pada Gambar 2 dapat dilihat pola diagram batang yang menunjukkan penurunan nilai

Gambar 3. Diagram pengaruh lama waktu inkubasi terhadap kadar C-organik Gambar 4. Diagram pengaruh lama waktu inkubasi terhadap nilai TSS

Gambar 5. Grafik Total Plate Count (TPC) jumlah sel bakteri (CFU/mL)

Berdasarkan analisis statistik, lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi tidak berpengaruh terhadap kadar C-organik. Pada Gambar 3 terlihat pola diagram batang yang meningkat seiring dengan penambahan lama waktu inkubasi. Hal tersebut

tersebut dikarenakan pertumbuhan bakteri yang masih meningkat dan masih aktif membelah karena nutrisi dalam substrat masih memenuhi bakteri untuk tumbuh (Gambar 5), sehingga menyebabkan nilai TSS atau residu menurun oleh proses degradasi bakteri

dikarenakan oleh pertumbuhan bakteri yang masih aktif yang membuat grafik

selulolitik tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Judoamidjojo, dkk., (1989), bahwa tersedianya nutrien merupakan faktor tumbuh yang perlu diperhatikan sebagai sumber karbon, nitrogen, energi dan faktor

pertumbuhan bakteri meningkat (Gambar 5) yang menyebabkan biomassa sel bakteri dalam substrat juga ikut meningkat sehingga mengakibatkan kadar C-organik masih tinggi. Kadar C-organik terendah (6,842%) diperoleh pada minggu keempat. Sementara itu, dari hasil analisis statistik lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi berpengaruh terhadap nilai TSS. Pada Gambar 4 dapat dilihat adanya pola diagram batang yang menurun dari gambar tersebut diketahui bahwa pada minggu

pertumbuhan (vitamin dan mineral) untuk menopang pertumbuhan bakteri. Nilai TSS terendah (320,3275 mg/L) diperoleh pada minggu ketiga. Pengaruh kombinasi antara perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi Pengaruh kombinasi antara

perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi dapat diketahui dari penurunan kadar C-organik dan nilai TSS pada gambar 6 dan 7 berikut.

pertama, kedua dan ketiga memiliki beda nyata yang signifikan namun pada minggu keempat tidak berbeda nyata terhadap minggu pertama dan kedua. Pola penurunan TSS

Gambar 6. Diagram pengaruh lama waktu inkubasi terhadap kadar C-organik Gambar 7. Diagram pengaruh lama waktu inkubasi terhadap nilai TSS

Berdasarkan

analisis

statistik,

1:2.

Substrat

yang

memiliki

tingkat

kombinasi antara perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi berpengaruh terhadap kadar C-organik. Pada Gambar 6 diketahui bahwa kadar C-organik terendah (4,3511%) diperoleh pada kombinasi (M1S3) minggu konsentrasi pertama substrat dan 1:2. perbandingan Hal tersebut

pengenceran tinggi (perbandingan konsentrasi substrat 1:2) merupakan substrat yang

memiliki lama waktu degradasi paling cepat, dikarenakan pengaruh kadar air dalam

pengenceran berperan penting dalam proses hidrolisis selulolitik yang dilakukan Seperti oleh yang bakteri telah

tersebut.

diungkapkan oleh Isroi (2008) bahwa lama waktu yang digunakan untuk proses degradasi tergantung pada karakteristik bahan atau substrat yang didegradasi. Kadar air yang tinggi akan mempercepat pertumbuhan

menunjukkan bahwa penurunan kadar Corganik sudah terjadi sejak minggu pertama dengan perbandingan konsentrasi substrat 1:2 (pengenceran tertinggi). Terlihat jelas bahwa faktor pengenceran berperan penting dalam membantu proses degradasi substrat tinja sapi tersebut, selain penambahan aktivator berupa bakteri selulolitik. Sementara statistik itu, setelah bahwa dianalisis kombinasi

mikroba dan menyebabkan nutrisi dalam substrat akan cepat habis sehingga

menyebabkan nilai TSS menurun (Yustanti, 2009). Jika nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri dalam perbandingan konsentrasi

menunjukkan

susbtrat 1:2 (S3) habis maka pertumbuhan bakteri akan menuju fase stasioner, dimana jumlah pertumbuhan bakteri sama dengan jumlah bakteri yang mati (Gambar 5 pada minggu ke-4). KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan konsentrasi substrat

antara perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dan lama tinja waktu sapi inkubasi proses

degradasi

tidak

berpengaruh

terhadap nilai TSS. Pada Gambar 7 diketahui bahwa nilai TSS terendah (62,87 mg/L) diperoleh pada kombinasi (M3S3) minggu ketiga dan perbandingan konsentrasi substrat

tinja sapi berpengaruh dalam menurunkan

kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS). Lama waktu inkubasi proses degradasi terhadap tinja kadar sapi tidak berpengaruh namun

C-organik,

berpengaruh dalam menurunkan nilai Total Suspended Solid (TSS). Kombinasi antara perbandingan konsentrasi substrat tinja sapi dan lama waktu inkubasi proses degradasi tinja sapi berpengaruh dalam menurunkan kadar C-organik, namun tidak berpengaruh terhadap Total Suspended Solid (TSS). Dari hasil penelitian ini maka

diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk membandingkan dengan produk biotoilet yang sudah dipasarkan, sehingga

penggunaan konsorsium pada penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai formula bio-toilet. DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G. dan S.S., Santika, 1987, Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya Dewi, F.S., Erwijayadi, L.J., Giono, D.W., Veterina, V., dan Munisa, 2010, Eksplorasi Bakteri Selulolitik Dalam Saluran Pencernaan Rayap Pembangun MusamusTaman Nasional Wasur Merauke, Laporan PKM, Universitas Airlangga, Surabaya

Isroi, 2008, Karakter Lignoselulosa sebagai Bahan Baku Baku Bioetanol, Bagian 2. http://images.google.co.id/imgres?im grul=http://isroi.files.wordpress.com/ 2010/12/lignoselulosa003d/. 20 Desember 2010. Judoamidjojo, R.M., Said, E.G., dan Hartanto, 1989, Biokonversi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal P.T. PAU Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor, Bogor Lingaiah V. and Rajasekaran P., 1986, Biodigestion of Cowdung and Organic Wastes Mixed with Oil Cake in Relation to Energy, Department of Agricultural Microbiology, Tamil Nadu Agricultural University, Agricultural Wastes, Coimbatore-3, India.,17 : 161-173 Sudarno dan Ekawati, D., 2006, Analisis Kinerja Sistem Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kota Magelang, Program Studi Teknik Lingkungan FT Undip, Semarang Sulaeman dan Eviati, 2009, Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk, Penerbit Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian, Bogor Yustanti, T., 2009, Potensi Bakteri Selulolitik (Cellulomonas sp) dalam Biodegradasi Ampas Tebu, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai