Anda di halaman 1dari 14

ANTIBACTERIAL POTENTIAL AGAINST CARBAPENAMASE

RESISTANCE Pseudomonas aeruginosa (CRPA) SYMBIONTS OF CORAL


PORITES sp, GOSONG ISLAND, CENTRAL JAVA, INDONESIA

Wiwit Setyowati 1-2, Dwi Tari Setianingrum 1-3, Fiqi Saila Rizqia 1-4

Muhammad Evy Prastyanto,S.Si 1-5., M.Sc, Aprilia Indra Kartika, M.Biotech 1-6
1
UniversitasMuhammadiyahSemarang

Abstrak

Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan


adanya hiperglikemia karena cacatnya hormon insulin. Selain itu hiperglikemia dapat
menghambat kerja leukosit dalam mengatasi infeksi. Kondisi DM yang tidak
terkontrol dapat meningkatkan resiko komplikasi, salah satunya yaitu ulkus
diabetikum yang dapat menyebabkan infeksi bakteri contohnya Pseudomonas
aeruginosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi Karang Porites sp
sebagai antibakteri. Karang Porites sp diambil dari Pulau Gosong, Rembang, Jawa
Tengah. Isolasi bakteri simbion Karang Porites sp diambil dari bagian fragmen
jaringan dengan pengenceran bertingkat. Kemudian dilakukan uji aktivitas antibakteri
dengan metode overlay.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Karang Porites sp, Pseudomonas aeruginosa,


Antibakteri

Abstract
PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai


dengan adanya hiperglikemia karena cacatnya hormon insulin. International Diabetes
Federation (IDF) tahun 2015 mengatakan bahwa prevalensi jumlah DM didunia
sebesar 8,8% dengan jumlah pasien sebanyak 415.000.000 dan diprediksi akan terjadi
peningkatan sebanyak 642.000.000 pasien pada tahun 2040 atau meningkat sebanyak
10,4% (IDF, 2015). Pasien Diabetes Mellitus dengan keadaan hiperglikemia dapat
menghambat kerja leukosit saat mengatasi infeksi. Penurunan sirkulasi darah
didaerah luka dapat menghambat proses penyembuhan luka, sehingga memungkinkan
masuknya bakteri pada luka yang dapat menyababkan infeksi (Nurlitasari, 2015).
Diperkirakan bahwa penderita Diabetes Mellitus yang mengalami ulkus
diabetikum beresiko rawat inap dan amputasi ekstremitas bawah 155 kali lebih besar
(Rhicard et al, 2011). Di Indonesia prevalensi penderita ulkus diabetikum sebesar
15%, penderita yang diamputasi 30%, dan angka mortalitas 32%, sedangkan di
Rumah Sakit penderita ulkus diabetikum menyumbang angka perawatan sebesar 80%
dari pasien Diabetes Mellitus (Khardori, 2017). Bakteri yang ditemukan pada
penderita ulkus diabetikum merupakan bakteri gram positif maupun gram negatif
(Dendy, 2019). Penelitian yang dilakukan di RS Angkatan Laut Dr. Ramelan
Surabaya pada bulan April-September 2017 ditemukan adanya 3 bakteri terbanyak
pada penderita ulkus diabetikum yaitu Escherichia coli (33,3%), Pseudomonas
aeruginosa (21,7%), dan Proteus mirabilis (10%) (Utami,2018).
Pengobatan untuk penderita Diabetes Mellitus dapat menggunakan
antidiabetes dan antibiotik (Chalya et al, 2011). Sedangkan Rumah Sakit
menggunakan jenis antibiotik yang berbeda-beda untuk pasiennya, hal ini dapat
menyebabkan perbedaan sensitivitas antibiotik (Wikansari et al., 2012). Jika
diteruskan penderita Diabetes Mellitus menggunakan antibiotik yang berbeda maka
beresiko terjadi resistensi bakteri pada antibiotik. Pada penyakit ulkus diabetikum
terdapat beberapa bakteri yang merupakan bakteri Multi Drug Resistance (MDR),
salah satunya adalah Pseudomonas aeruginosa. Jika telah terjadi resistensi bakteri
pada antibiotik maka timbulah masalah infeksi (WHO, 2014), maka dari itu
diperlukan penelitian untuk mengetahui potensi antibakteri dari biota laut Karang
Porites sp sebagai antibakteri CRPA pada ulkus diabetikum sebagai alternatif
antibakteri alami.
Karang Porites sp mampu bertahan dengan kondisi lingkungan yang ekstrim,
pada kondisi lingkungan yang ekstrim membuat karang memproduksi senyawa aktif
sebagai bentuk pertahanan dirinya (Legina, 2016). Senyawa aktif yang dihasilkan
oeh Karang Porites sp dapat dimanfatkan untuk diambil simbionnya agar tidak
mengeksploitasi alam secara berlebih. Pastra et, al (2012) mengatakan bahwa
senyawa aktif yang berada di simbionnya sama dengan yang ada diinangnya.
MATERI DAN METODE
Pengambilan sampel karang Porites sp
Pengambilan sampel Porites sp dilakukan di Pulau Gosong, Rembang, Jawa
Tengah dengan titik koordinat 6°38'56.3"S 111°25'57.3"E. Dengan menggunakan
teknik sampling skindive dengan kedalaman 1-5 meter. Sampel diambil sebesar
kurang lebih 3 cm dan dimasukkan kedalam plastik ziplock berisi air laut kemudian
disimpan dalam cool box untuk penyimpanan sementara dan dibawa ke laboratorium.

Gambar 1. Lokasi penelitian berada di Pulau Gosong, Rembang, Jawa Tengah,


Indonesia. A-D, merupakan tempat pengambilan sampel, dan E merupakan
sampel Porites sp yang diambil dari titik lokasi.

Isolasi Bakteri Simbion Karang Porites sp


Metode yang digunakan dalam isolasi bakteri adalah metode sebar. Sampel
Porites sp ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dilakukan pengenceran bertingkat
10-1, 10-2, 10-3, 10-4 dengan menggunakan air laut steril. Pada masing-masing
pengenceran diambil 1000ul suspensi bakteri menggunakan mikropipet dan
dimasukkan kedalam masing-masing media Zobell 2216E dan disebar menggunakan
triangle. Selanjutnya cawan petri dibungkus dengan kertas dan diinkubasi selama
3x24 jam pada suhu 37oC.
Pemurnian isolat bakteri simbion Karang Porites sp
Pemurnian isolat bakteri dilakukan dengan metode goresan (streak method)
berdasarkan karakteristik morfologi, koloni bakteri dipisahkan pada media Zobell
2216E untuk mendapatkan koloni bakteri murni (Ramos 20004; Risan 2017).
Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode overlay. Dilakukan uji
aktivitas terhadap bakteri patogen CRPA. Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu
37oC. Menggunakan standart Mc. Farland 0,5 untuk mengukur kekeruhan suspensi
CRPA dengan NaCl, selanjutnya soft agar yang telah berisi CRPA dituang ke media
Zobell 2216E yang telah ditumbuhi isolat simbion karang Porites sp dan diinkubasi
selama 24jam pada suhu 37oC. Hasil inkubasi diamati adanya zona bening yang
terbentuk disekitar isolat bakteri (Handoko et al., 2014).
Isolasi DNA
Isolasi DNA genom isolat KPrb1 dan KPrb4 dilakukan menggunakan kit
isolasi DNA yaitu Presto mini gDNA Bacteria Kit.Tahapan isolasi DNA bakteri
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan sampel:
Pindahkan sel bakteri (minimal 1x109) pada tube microcentrifuge 1.5 ml.
Sentrifugasi selama 1 menit pada 14 -16.000 rpm kemudian buang supernatan. Tuang
buffer Gram + (200 μl/sampel) pada tube sentrifugasi 15 ml. Tambahkan Lysozyme
(4 mg/ml) pada buffer gram + (dalam tube sentrifugasi 15 ml) kemudian vortex untuk
melarutkan Lysozyme secara keseluruhan. Tuang 200 μl buffer Gram + (yang telah
ditambah Lysozyme) pada sampel di tube mikrosentrifugasi 1.5 ml kemudian
resuspensi pelet dengan vortex atau pipet. Inkubasi pada 370C selama 30 menit.
Selama inkubasi, bolak-balik tube secara berkala. Tambahkan 20 μl Proteinase K
(yang telah ditambah ddH2O). Inkubasi pada 600C minimal 10 menit. Selama
inkubasi, bolak-balik tube setiap 3 menit.
2. Lisis :
Tambahkan 200 μl buffer GB pada sampel di vortex selama 10 detik. Inkubasi pada
700C selama 10 menit. Selama inkubasi, bolak-balik tube setiap 3 menit. Kemudian,
panaskan eution buffer yang diperlukan (200 μl per sampel) pada 70 0C (untuk tahap
5 DNA Elusi).
3. Pengikatan DNA:
Tambahkan 200 μl etanol absolut pada sampel dan campur segera dengan mengocok
kuat-kuat. Jika presipitat muncul, hancurkan dengan pipet. Tempatkan kolom GD
dalam mikrotube 2 ml. Tuang campuran (termasuk presipitat tidak terlarut) pada
kolom GD dan disentrifugasi pada 14 –16.000 selama 2 menit. Lepas mikrotube yang
mengandung cairan kemudian tempatkan kolom GD pada tube koleksi 2 ml baru.
4. Pencucian :
Tambahkan 400 μl buffer W1 pada kolom GD. Sentrifugasi pada 14 –16.000 selama
30 detik kemudian buang cairan. Kemudian tempatkan kolom GD pada mikrotube 2
ml. Tambah 600 μl wash buffer (telah ditambah etanol) pada kolom GD. Sentrifugasi
pada 14 –16.000 selama 30 detik lalu buang cairan. Tempatkan kembali kolom GD
pada tube koleksi 2 ml. Sentrifugasi lagi selama 3 menit pada 14 –16.000 untuk
mengeringkan matriks kolom.
5. Elusi
Volume elusi standar adalah 100 μl. Jika sampel yang digunakan kurang, kurangi
volume elusi (30-50 μl) untuk meningkatkan konsentrasi DNA. Jika menginginkan
hasil DNA lebih tinggi, ulangi tahap elusi untuk meningkatkan perolehan DNA dan
volume total elusi sekitar 200 μl. Pindahkan kolom GD kering pada tube
microcentrifuge 1.5 ml. Tambah 100 μl elution buffer ke tengah matriks kolom.
Biarkan selama 3 menit supaya elution buffer terserap sempurna. Sentrifugasi pada
14-16.000 selama 30 detik untuk mengelusi DNA murni.
Amplifikasi PCR 16SmrRNA
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan metode enzimatis untuk
melakukan sintesis dan amplifikasi DNA secara in vitro. PCR dapat digunakan untuk
mengamplifikasi segmen DNA dengan jumlah hingga jutaan dalam waktu beberapa
jam (Handoyo & Rudiretna, 2010). Tahapan awal pada proses PCR dengan alat
thermal cycler adalah tahap denaturasi memerlukan suhu 94oC selama 30 detik,
annealing dengan suhu 55oC selama 30 detik, ekstensi awal memerlukan waktu 1
menit dengan suhu 72oC, ekstensi akhir dengan waktu 5 menit pada suhu 72 oC, pada
tahap cooling down memerlukan suhu 4oC. Siklus amplifikasi terjadi sebanyak 35
siklus (Ethica et al., 2018).
Sekuensing DNA
Produk hasil gen 16S rRNA dilanjutkan proses skeunsing di PT. Genetika
Science (Jakarta, Indonesia). Hasil sekuensing DNA bakteri dianalisis dan
dicocokkan dengan data yang tersedia pada Gen Bank Basic Lokal Aligment Search
Tool (BLAST) pada NCBI.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Isolat bakteri simbion Karang Porites sp yang diperoleh dari Pulau Gosong,
Rembang, Jawa Tengah terdapat 6 isolat yang diberi kode KPrb1, KPrb2, KPrb3,
KPrb4, KPrb5, KPrb6. Setelah dilakukan purifikasi pada media Zobell baru,
dilakukan proses identifikasi morfologi koloni. Berikut hasil purifikasi dan
identifikasi morfologi koloni bakteri simbion Karang Porites sp

.
KPrb1 KPrb2 KPrb3
KPrb4 KPrb5 KPrb6

Gambar 1. Hasil isolate Karang Porites sp


Sifat koloni
No Kode
Bentuk Warna Ukuran Tepi Elevasi Konsistensi
1. KPrb1 Punctiform Putih 0,5mm Entire Convex Smooth
Umbonat Kasar
2. KPrb 2 Filamentous Kuning 1-2mm Erose
e
3. KPrb 3 Punctiform Kuning 2mm Convex Entire Smooth

4. KPrb 4 Puncitform Kuning 0,5mm Entire Convex Smooth

5. KPrb 5 Circular Putih susu 1mm Entire Flat Mukoid

6. KPrb 6 Circular Krem 0,5mm Pulvinate Convex Mukoid

Tabel1. Morfologi Koloni bakteri

Identifikasi Isolat Bakteri dengan Pewarnaan Gram


Bakteri yang telah dilakukan proses identifikasi morfologi koloni, kemudian
dilanjutkan tahap pewarnaan Gram untuk mengetahui jenis dam karakteristik bakteri.
Berikut hasil pengecatan Gram pada isolat bakteri simbion Karang Porites sp

Tabel 2. Hasil Pengecata Gram Bakteri


Kode Isolat Bentuk Warna Hasil Pewarnaan
KPrb1 Coccus Ungu Gram- Positif
KPrb 2 Basil Merah Muda Gram- Negatif
KPrb 3 Basil Merah Muda Gram- Negatif
KPrb 4 Coccus Ungu Gram- Positif
KPrb 5 Basil Merah Muda Gram- Negatif
KPrb 6 Basil Merah Muda Gram- Negatif

Bakteri dikatakan Gram-Positif jika berwarna ungu yang menandakan bahwa


bakteri menyerap cat Gram A yang mengandung Gentian Violet dan tidak terdapat
sisa cat Gram D yaitu Safranin, sedangkan untuk bakteri Gram negatif akan berwarna
merah karena tidak menyerap cat Gram A (Gentian Violet), dan menyerap cat Gram
D(Safranin). Dari tabel 2 menunjukkan bahwa isolat bakteri KPrb1 dan KPrb4
termasuk Gram positif, sedangkan KPrb2, KPrb3, KPrb5 dan KPrb6 termasuk Gram
negatif.
UJI DAYA HAMBAT
Hasil dapat dikatakan positif atau menghambat jika terdapat zona bening
disekitar koloni bakteri. Isolat KPrb1, KPrb3 dan KPrb4 terdapat zona bening
disekitar koloni terhadap CRPA. Berikut hasil uji aktivitas antibakteri isolat bakteri
simbion Karang Porites sp.

Tabel 3. Uji Aktivitas antibakteri isolat Karang Porites sp

NO Kode Isolat Aktivitas antibakteri (Zona Hambat)

1. KPrb 1 ±(11,25)
2. KPrb 2 ±(09,20)
3. KPrb 3 -
4. KPrb 4 ±(15,25mm)
5. KPrb 5 -
6. KPrb 6 -
Uji sensitivitas bakteri patogen CRPA menggunakan antibiotik Meropenem
sebagai kontrol positif dan Amikasin sebagai kontrol negatif. Hasil uji sensitivitas
antibiotik ditunjukkan pada gambar 2:

KPrb1
-
KPrb4

KPrb3 +

Gambar 2.
Isolat Karang Porites sp
Kontrol Positif : Meropenem
Kontrol Negatif: Amikasin
Berdasarkan hasil gambar 2, isolat bakteri Kprb1, KPrb3 dan KPrb4 dapat
menghambat bakteri CRPA dengan ditandai adanya zona bening disekitar koloni. Uji
sensitivitas CRPA terhadap Meropenem memiliki diameter sebesar ±(9,05mm) dan
terhadap Amikasin memiliki diameter sebesar ±(31,24mm). Data ini kemudian
dibandingkan dengan CLSI 2011 untuk mengetahui tingkat resistensi dan sensitifitas
antibiotik.
Tabel 4. Standar Pengujian CRPA terhadap CLSI 2011

Diameter Zona Hambat (mm)


Antibiotik Sensitif Intermediet Resistant
Meropenem ≥23 20-22 ≤19
Amikasin ≥17 15-16 ≤14

Menurut tabel 6, bakteri CRPA dikatakan resistant terhadap antibiotik


Meropenem karena hasil uji sensitivitasnya menunjukkan ≤19mm, dan bakteri CRPA
dikatakan sesnsitif terhadap antibiotik Amikasin karena hasil uji sensitiitas
menunjukkan menunjukkan ≥17mm.
Isolasi DNA Bakteri
Isolat bakteri KPrb1 dan KPrb4 yang memiliki daya hambat kuat terhadap
CRPA dilakukan isolasi DNA untuk mendapatkan DNA genom bakteri murni. Untuk
mengukur tingkat kemurnian dan konsentrasi DNA maka dilakukan tahap Nano drop
Spektrofotometri menggunakan alat (Thermo Scientific) dengan panjang gelombang
260nm/280nm. Berikut hasil kemurnian DNA.

Tabel 5. Hasil Kemurnian Ekstrak DNA

Konsentrasi
Kode Sampel A260/280nm Sampel
(ng/ul)
KPrb1 265,8 1,84 DNA
KPrb4 461,2 1,86 DNA

Bedasarkan Tabel 5 diketahui bahwa hasil uji konsentrasi asam nukleat


menggunakan Nano drop Spektrofotometer pada kode sampel KPrb1 adalah 265,8
ng/ul dan KPrb4 sebesar 461,2ng/ul. Tingkat kemurnian asam nukleat pada A
260/280nm pada kode sampel KPrb1 adalah 1,84 dan KPrb4 adalah 1,86. Panjang
gelombang DNA maksimal yang dapat diserap adalah 260nm, sedangkan 280nm
adalah nilai maksimal residu protein atau fenol. DNA dapat dikatakan murni jika
memiliki rasio OD260/280 antara 1,8-2,0 (Fatchiyah et al., 2011). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil isolasi bakteri KPrb1 dan KPrb4 sudah murni dan dapat
dilanjutkan tahap selanjutnya yaitu amplifikasi PCR.
Amplifikasi Gen 16S rRNA dengan PCR
DNA genom yang telah diisolasi digunakan sebagai DNA template pada
proses PCR. Primer yang digunakan adalah primer universal gen 16S rRNA yaitu
primer Forward 27F dan primer Reverse 1492R dengan besaran produk sebesar
1500bp. Untuk mengetahui apakah hasil PCR sudah sesuai target base pair yang
diinginkan, dilakukan tahap Elektroforesis Gel 2%. Visualisasi hasil Elektroforesis
Gel 2% menggunakan alat UV transluminator. Hasil yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
A B

Gambar 3. Hasil Elektroforesis Gel 2%


A: Isolat Bakteri KPrb1
B: Isolat Bakteri KPrb4

Sekuensing Gen 16S rRNA dan Bioinformatika


Proses sekuensing gen 16S rRNA dilakukan oleh PT. Genetika Science
Indonesia berlokasi di Tangerang. Sekuensing dilakukan untuk menentukan urutan
basa nukleotida pada suatu fragmen DNA dari hasil amplifikasi PCR. Sekuen
diperoleh dari pembacaan primer forward d an reverse yang telah disejajarkan. Hasil
sekuen Gen 16s rRNA isolat Kprb1 dan KPrb4 dianalisis secara bioinformatika
melalui BLAST (Basic Local Aligment Search Tool). Hasil sekuen gen 16s rRNA
dari isolat KPrb1 dan KPrb4 akan dicari kemiripannya dengan bakteri pembanding
melalui perbandingan data sekuen bakteri pembanding yang telah tersimpan pada
GenBank di BLAST. Hasil identifikasi 16S rRNA menunjukkan isolat KPrb1
memiliki kesamaan 97.09% dengan Staphylococcus saprophyticus strain 6, dan isolat
KPrb4 memiliki kesamaan 91.82% dengan Staphylococcus sp strain YNA 104-2.
PEMBAHASAN
Hasil isolasi bakteri simbion karang Porites sp diperoleh 8 isolat bakteri.
Isolat bakteri memiliki morfologi yang bervariasi dan beraneka ragam macam bentuk,
warna, tepian, dan permukaannya. Warna dari isolat bakteri adalah kuning, krem,
orange, dan putih. Pengamatan karakter isolat bakteri dilakukan secara makroskopis
dan mikroskopis (Chandra et al., 2021). Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan
metode overlay. Isolat bakteri dari Porites sp diperlakukan dengan menanam isolat
bakteri didalam cawan petri yang berisi media ZoBell 2216E selanjutnya dilakukan
inkubasi selama 24 jam untuk memaksimalkan pertumbuhan isolat bakteri Porites sp.
Kemudian untuk pembuatan media soft agar dilakukan pencampuran 2 media yaitu
media MHB dan agar. Penanaman bakteri patogen dilakukan pada media MC,
kemudian dibuat suspensi bakteri patogen dengan standar Mac Farland sebanyak 1
mL, lalu dimasukkan kedalam media soft agar yang berisi 9 mL kemudian
dihomogenkan dan dituang pada media ZoBell 2216E yang berisi biakan isolat
bakteri Porites sp dan diinkubasi selama 24 jam. Zona hambat akan terbentuk selama
masa inkubasi 24 jam. Zona hambat yang terbentuk berwarna bening disekitar koloni
disebabkan oleh adanya isolat bakteri Porites sp yang berpotensi terhadap CRPA.
Pada uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode overlay menunjukkan
bahwa isolat bakteri yang tumbuh pada media ZoBell 2216E terdapat 1 isolat yang
memiliki aktivitas antibakteri terhadap CRPA yaitu isolat bakteri dengan kode PRbg1
yang memiliki potensi terhadap bakteri patogen. Hasil uji daya hambat terbentuk
dengan adanya zona bening yang menunjukkan bahwa bakteri patogen dapat
dihambat. Kriteria kekuatan daya antibakteri dikelompokkan menjadi 4 kategori
yaitu: menghambat lemah (<5 mm), sedang (5-10 mm), kuat (10-20 mm) dan sangat
kuat (>20 mm) (Nugraheni et al., 2021). Pada penelitian isolat bakteri Porites sp
KPrb1 memiliki zona hambat 11,25 mm dan KPrb 4 memiliki zona hambat 15,25
menandakan bahwa isolat bakteri Porites sp KPrb1 memiliki kekuatan daya hambat
kuat.
Hasil dari penelitian diperoleh bahwa isolat KPrb1 memiliki kemiripan 97,09%
dengan bakteri S. saprophyticus strain cqsm_h2 dan KPrb4 memiliki kemiripan
dengan bakteri Staphylococcus sp . Staphylococcus saprophyticus KPrb1 dan
Staphylococcus sp KPrb4 dalam uji aktivitas antibakteri dapat menghasilkan zona
bening disekitar koloni pada media ZoBell 2216E. Staphylococcus saprophyticus
merupakan bakteri Gram positif yang memiliki bentuk bulat, berdiameter 1 µm dan
biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur.
Staphylococcus saprophyticus bersifat aerob, non motil, tidak membentuk spora, dan
dapat tumbuh dengan cepat pada suhu 370C (Yesserie, 2015). Staphylococcus sp
merupakan Genus Bacillus, gram positif, bentuk sel bulat dan motil. Hasil uji katalase
positif dan oksidase negatif, mampu memfermentasi laktosa dan sukrosa, dan tumbuh
optimum pada temperatur 37ºC. Staphylococcus sp adalah organisme anaerob
fakultatif (mampu tumbuh baik secara aerob maupun anaerob)(Yulvizar, 2013).
Staphylococcus bersifat patogen melalui kemampuannya berkembang biak dan
menyebar secara luas dalam jaringan. Bakteri patogen pada dasarnya tidak bersifat
toksik, akan tetapi dapat menghasilkan berbagai enzim yang bersifat toksik dan
berperan dalam proses infeksi (Sandycho, 2020). Staphylococcus sp ditemukan pada
sedimen laut dalam yang berasal dari Teluk Benggala, India dan berpotensi sebagai
antimikroba dengan kandungan metabolit sekunder. Stapylocccus strain MB30
ditemukan sebagai spektrum luas terhadap berbagai bakteri patogen manusia.
Metabolit bioaktif murni secara struktural dijelaskan sebagai pirol (1, 2, a) pirazin 1,
4,dion, heksahidro 3-(2-metil propil) (PPDHMP). Berat molekul PPDHMP
ditentukan sebagai 211(MH) dengan rumus empiris pada C11H18N2O2. PPDHMP
ditemukan sebagai turunan peptida dari cyclicdipeptide dan diketopiperazine.
Turunan peptida ini dilaporkan menghambat produksi metabolit sekunder (aflatoksin)
yang sangat beracun, karsinogenik dan teratogenik dari Aspergillus flavus dan
Aspergillus para-sitius (Lalitha et al., 2016)Berdasarkan hasil penelitian dari Radjasa
et al, (2013), menyatakan bahwa S. saprophyticus dapat menghasilkan metabolit
sekunder yang bertindak sebagai mekanisme dasar pertahanan antimikroba. Hasil
pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Mani et al, (2016), menyatakan bahwa
mikroba laut terkenal karena sifat metabolisme dan fungsional yang unik.
Staphylococcus saprophyticus SBPS 15 laut yang diisolasi dari situs pantai yang
terkontaminasi hidrokarbon minyak bumi, Puducherry, India, diidentifikasi sebagai
produsen biosurfaktan yang menjanjikan berdasarkan beberapa metode penyaringan.
Staphylococcus saprophyticus menunjukkan produksi biosurfaktan yang bergantung
pada pertumbuhan dan hasil yang tercatat adalah 1,345 ± 0,056 g/L (berdasarkan
berat kering). Dengan demikian, dapat menemukan kemungkinan penggunaan
potensial dalam banyak aplikasi lingkungan terutama di bawah kondisi laut (Balan et
al., 2019).

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Karang Porites sp dapat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Isolat bakteri yang berasosiasi dengan Karang Porites sp memiliki potensi
sebagai antibakteri terhadap CRPA, ditunjukkan dengan adanya zona bening
disekitar koloni KPrb1 dengan diameter rata-rata sebesar 11,25mm dan diKPrb4
sebesar 15,25mm.
2. Berdasarkan hasil analisis molekuler berbasis sekuens gen 16S rRNA, isolat
bakteri KPrb1 dan KPrb4 teridentifikasi dengan bakteri Staphylococcus sp strain
YNA 104-2 dengan tingkat kemiripan 91,82%.
Daftar Pustaka

Balan, S.S., Mani, P., Kumar, C.G., Jayalakshmi, S., 2019. Structural characterization
and biological evaluation of Staphylosan (dimannooleate), a new glycolipid
surfactant produced by a marine Staphylococcus saprophyticus SBPS-15.
Enzyme Microb. Technol. 120, 1–7.
https://doi.org/10.1016/j.enzmictec.2018.09.008
Chandra, H., Sari, P., Triajie, H., Junaedi, A.S., Telang, J.R., Kamal, P.O.B.O.X.,
Indonesia, J.T., 2021. Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan
Bittern dalam Mendegradasi Solar 24, 195–204.
Ethica, S.N., Saptaningtyas, R., Muchlissin, S.I., Sabdono, A., 2018. The
development method of bioremediation of hospital biomedical waste using
hydrolytic bacteria. Health Technol. (Berl). 8, 239–254.
https://doi.org/10.1007/s12553-018-0232-8
Fatchiyah, Arumingtyas, E.L., Widyati, S., Rahayu, S., 2011. BIOLOGI
MOLEKULER- Prinsip Dasar Analisis.
Khaidori R 2017. Type 2 Diabetes Mellitus: Practice essemtial, background,
pathophysiology. Medscape.
Lalitha, P., Veena, V., Vidhyapriya, P., Lakshmi, P., Krishna, R., Sakthivel, N., 2016.
Anticancer potential of pyrrole (1, 2, a) pyrazine 1, 4, dione, hexahydro 3-(2-
methyl propyl) (PPDHMP) extracted from a new marine bacterium,
Staphylococcus sp. strain MB30. Apoptosis 21, 566–577.
https://doi.org/10.1007/s10495-016-1221-x
Legina, R.S. 2016. Penggunaan Ekstrak Bakteri Favobacterium sp. dari Karang
Acropora muricata Sebagai Anti Bakteri Terhadap Vibrio Harveyi. [Skripsi].
Universitas Hasanuddin Makassar, 42 hlm.
Mani, P., Dineshkumar, G., Jayaseelan, T., Deepalakshmi, K., Ganesh Kumar, C.,
Senthil Balan, S., 2016. Antimicrobial activities of a promising glycolipid
biosurfactant from a novel marine Staphylococcus saprophyticus SBPS 15. 3
Biotech 6, 1–9. https://doi.org/10.1007/s13205-016-0478-7
Nurlitasari 2015. Efek Pemberian Secara Oral Kombinasi Infusa Daun Sirih Merah
(piper cf, fragile, Benth) dan Herba Pegagan (Camelia asiatica, (L) Urb)
Terhadap Penyembuhan Luka Tikus Putih Jantan Yang Diuat
Diabetes.Skripsi.Depok:Uiversitas Indonesia.
Nugraheni, I.A., Setianah, H., Wibowo, D.S., 2021. AKTIVITAS ANTIBAKTERI
DARI BAKTERI ENDOFIT ASAL AKAR CIPLUKAN (Physalis angulata L.)
TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli. Biomedika 13, 48–
55. https://doi.org/10.23917/biomedika.v13i1.11009
Radjasa, O.K., Khoeri, M.M., Darusallam, C.C., Trimasanto, H., Sudoyo, H., 2013.
Bacterial symbionts of reef invertebrates: Screening for anti-pathogenic bacteria
activity. Biodiversity 14, 80–86. https://doi.org/10.1080/14888386.2013.774937
Sandycho, N., 2020. isolasi dan identifikasi molekuler bakteri penghasil enzim
protease pada wadi ikan belanak (moolgarda seheli) sekeuns gen 16S rRNA.
skripsi 38–39.
Sinta, P.H., Furtuna, D.K., Fatmaria, F., 2020. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
EKSTRAK ETANOL 96% UMBI BAWANG SUNA (Allium schoenoprasum
L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN
Staphylococcus saprophyticus DENGAN METODE DIFUSI CAKRAM
KIRBY-BAUER. Herb-Medicine J. 3, 7. https://doi.org/10.30595/hmj.v3i2.6379
Yesserie, 2015. Mani, P., Dineshkumar, G., Jayaseelan, T., Deepalakshmi, K.,
Ganesh Kumar, C., Senthil Balan, S., 2016. Antimicrobial activities of a
promising glycolipid biosurfactant from a novel marine Staphylococcus
saprophyticus SBPS 15. 3 Biotech 6, 1–9. https://do. Nhk 技 研 151, 10–17.
https://doi.org/10.1145/3132847.3132886
Yulvizar, C., 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik pada Rastrelliger sp.
Isolation and Identification of Probiotic Bacteria in Rastrelliger sp. Biospecies 6,
1–7.

Anda mungkin juga menyukai