Anda di halaman 1dari 8

UJI AKTIVITAS ANTIMALARIA FRAKSI KLOROFORM

BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa (L.) Miers) PADA


MENCIT YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei

PROPOSAL

Oleh :
YONA DARA PERTIWI
10113082

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ribuan tahun, tumbuhan telah menjadi bagian penting
dalam usaha manusia mengobati berbagai penyakit. Selama itu pula
tumbuhan telah menjadi pembentuk dasar sistem-sistem pengobatan
tradisional yang mengagumkan. Dalam perkembangannya, pada beberapa
dasawarsa terakhir ini, senyawa-senyawa bahan alam yang diisolasi dari
tumbuhan telah menjadi suatu sumber senyawa obat dan senyawa
penuntun yang berharga, khususnya dalam mengobati penyakit-penyakit
infeksi, seperti penyakit malaria (Schwikkard et al., 2002)
Malaria merupakan masalah kesehatan di banyak negara di seluruh
dunia. Indonesia merupakan daerah endemis malaria, walaupun telah
dilakukan program pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak
tahun 1959, namun hingga saat ini angka kesakitan dan kematian masih
cukup tinggi (Zein, 2005). Kasus malaria di Jawa dan Bali selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Dari 18 kasus per 100 ribu penduduk pada
1998, menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk pada 2000, atau naik
hampir tiga kali lipat. Sementara di luar Jawa dan Bali, terjadi peningkatan
kasus sebesar 60% dari tahun 19982000. Kasus terbanyak ada di Nusa
Tenggara Timur yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk (Wijayanti,
2008).
Timbulnya resistensi parasit malaria terhadap obat antimalaria
yang tersedia, mendorong para peneliti guna mencari obat antimalaria baru
yang efektif. Salah satu usaha menemukan antimalaria baru adalah melalui
penelitian terhadap tanaman obat yang digunakan secara tradisional oleh
masyarakat di beberapa tempat untuk mengobati malaria. Resistensi
timbul akibat penggunaan obat malaria tidak adequat dan tidak sesuai
dengan aturan cara pemakaian (Suwandi, 2007). Mekanisme terjadinya
resistensi obat belum diketahui dengan pasti tetapi diduga bahwa resistensi

terjadi karena mutasi gen dan mutasi ini terjadi karena tekanan obat atau
penggunaan obat dalam dosis subkuratif (Tarigan, 2005).
Salah satu tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat untuk
obat tradisional adalah tanaman brotowali (Tinospora crispa). Brotowali
banyak mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid,
zat pahit pikroretin, harsa, berberin, palmatin dan kolumbin (Umi and
Noor., 1995; Pachaly et al., 1992). Masyarakat Indonesia secara turuntemurun menggunakan tanaman brotowali untuk pengobatan rematik
artritis, rematik sendi pinggul (sciatica), memar, demam, merangsang
nafsu makan, demam kuning, kencing manis dan malaria (Perry, 1980;
Pushpangadan dan Atal, 1984). Namun masih belum ada penelitian yang
membuktikan secara ilmiah tentang khasiat, konsentrasi dan efek samping
dari tanaman brotowali ini sebagai obat malaria. Oleh karena itu sangat
perlu dilakukan penelitian mengenai efek anti malaria dari tanaman
brotowali pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi diatas maka ada
beberapa masalah yang perlu dilakukan penelitian yaitu:
1. Apakah fraksi kloroform batang brotowali (Tinospora crispa) dapat
menurunkan jumlah plasmodium darah mencit yang diinfeksi
Plasmodium berghei ?
2. Apakah besarnya konsentrasi dari fraksi kloroform batang brotowali
(Tinospora crispa) dapat mempengaruhi jumlah plasmodium darah
mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuktikan bahwa fraksi kloroform batang brotowali
(Tinospora crispa) dapat menurunkan jumlah plasmodium darah
mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei.
2. Untuk membuktikan bahwa besarnya konsentrasi dari fraksi kloroform
batang

brotowali

(Tinospora

crispa)

yang

diberikan

dapat

mempengaruhi jumlah plasmodium darah mencit yang diinfeksi


Plasmodium berghei.

D. Manfaat Penelitian

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik
dengan desain Post Test Only With Control Group Design. Rancangan
percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 4 kelompok perlakuan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Pembuatan ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa)
dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Pengujian in vivo dilakukan di
Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri.
2. Waktu
Penelitian ini dimulai dari bulan tanggal 2 Agustus sampai 24
Desember tahun 2016
C. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel dari penelitian ini adalah Plasmodium berghei yang
diperoleh dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan mencit

galur

Swiss, jenis kelamin jantan, berumur 2.5 - 3 bulan dengan berat badan 25 30 g yang diperoleh dari Veterinary Farma Surabaya. Jumlah mencit yang
digunakan adalah 24 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap
kelompoknya terdiri atas 6 ekor.
Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling
dimana ditentukan jumlah sampel minimalnya menggunakan rumus : t (n1) > 15. Besar sampel untuk masing-masing kelompok adalah 5 ekor,
tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat maka sampel diperbesar
menjadi 6 ekor.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas (variable independent) penelitian ini adalah
pemberian Tinospora crispa pada mencit, sedangkan variabel tergantung
(variable dependent) yaitu penurunan tingkat parasitemia pada mencit
yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah parasit Plasmodium berghei.
E. Instrumen Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah batang brotowali


(Tinospora crispa) yang diperoleh dari Malang Jawa Timur, Plasmodium
berghei yang diperoleh dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, etanol
70%, aquadest, eter, kloroform, methanol 3 %, Giemsa 10 %, dan pellet.
Hewan coba yang digunakan adalah mencit galur Swiss yang diperoleh
dari Veterinary Farma Surabaya.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah timbangan, rotary
evaporator, corong buchner, wadah ekstrak, gelas ukur, kandang mencit,
sonde, spuit, tabung serologis, cover glass, object glass, dan mikroskop
cahaya.
F. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Ekstrak
Tanaman brotowali yang diperoleh dari Malang dibersihkan
lalu dipisahkan batangnya dan dikeringkan. Batang yang sudah kering
kemudian diserbuk. Serbuk batang brotowali sebanyak 1 kg
diekstraksi dengan etanol 70% secara maserasi pada temperatur kamar
selama 3 hari. Ekstrak etanol kemudian disaring dan diuapkan pada
temperatur 40C dan tekanan rendah memakai alat rotary evaporator
sampai mendekati kering.
Ekstrak selanjutnya diencerkan dengan menggunakan air (150
ml) dan eter (100 ml). Setelah dikocok fase eternya dibuang,
sedangkan fase air dikocok kembali dengan kloroform (5 x 100 ml).
Fase kloroform diuapkan hingga menghasilkan ekstrak yang terutama
mengandung alkaloid (Harbone, 1987).
2. Perlakuan Terhadap Hewan Coba
Hewan coba diaklimatisasi selama 1 minggu sebelum
penelitian dilakukan dengan cara dipelihara dikandang berukuran 50 x
40 x 50 cm yang diberi alas sekam padi. Tiap kandang berisi 6 ekor
mencit jantan yang ditempatkan di dalam ruangan bersih dengan siklus
cahaya 12 jam terang dan 12 jam gelap. Makanannya berupa pellet,
sedangkan minumannya diberikan air secukupnya.

Setelah diadaptasikan selama satu minggu mencit 24 mencit


ditimbang berat badannya dan secara acak dibagi menjadi 4 kelompok
sebagai berikut :
a. Kelompok kontrol :
6 ekor mencit dinfeksi dengan P. berghei 105 dan diberi larutan
aquadest.
b. Kelompok perlakuan I :
6 ekor mencit diinfeksi dengan P. berghei 105 dan diberi ekstrak
dengan dosis 100 mg/kg berat badan.
c. Kelompok perlakuan II :
6 ekor mencit diinfeksi dengan P. berghei 105 dan diberi ekstrak
dengan dosis 200 mg/kg berat badan.
d. Kelompok perlakuan III :
6 ekor mencit diinfeksi dengan P. berghei 105 dan diberi ekstrak
dengan dosis 300 mg/kg berat badan.
Infeksi P. berghei pada mencit dilakukan dengan cara menyuntikan
P. berghei 105 secara intra peritoneum. Satu hari setelah infeksi, mencit
kemudian diberi ekstrak brotowali dengan dosis 100, 200 dan 300 mg/kg
BB, yang dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali sehari selama empat hari
secara peroral dengan sonde.
G. Pengumpulan Data
Mencit terinfeksi yang telah diberi ekstrak brotowali selama 4 hari
dilakukan pemeriksaan darah pada hari keempat setelah pemberian obat.
Pemeriksaan hapusan darah dilakukan dengan metode dari Markell et al
(1986) sebagai berikut :
a. Dibuat preparat hapusan darah
b. Setelah kering difiksasi dengan methanol 3 % selama 3 menit, dicuci
dengan air megalir dan dikeringkan pada suhu kamar.
c. Dilakukan pengecatan dengan larutan Giemsa 10 % selama 45
menit, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan pada suhu kamar.
d. Pemeriksaan P. berghei dilakukan dengan menggunakan mikroskop
cahaya dengan perbesaran kuat (lensa okuler 10 x dan lensa obyektif
100 x) menggunakan minyak immersi.

H. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan analisis varian satu jalan (ANOVA
one-way). Apabila hasil perlakuan yang diberikan terdapat perbedaan yang
bermakna maka dilanjutkan dengan uji LSD.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai