Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

PEMERIKSAAN STAPHYLOCOCUS AUREUS

Disusun Oleh:

Nama : Nada Shafa Nurharyantin

NIM : P1337433117060

Kelas : 1B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO

2017/2018
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

Pertemuan ke- : 14
Materi : Praktikum Pemeriksaan Bakteri Stapylococcus aureus
Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bakteri staphylococcus
aureusn dan mengetahui kualitas makanan dan minuman

A. Dasar Teori
Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan
makanan diantaranya adalah bakteri dan kapang. Semua bakteri yang tumbuh pada
makanan bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan zat organik untuk
pertumbuhannya (Fardiaz, 1993).
Bakteri merupakan mikroorganisme yang menempati golongan prokariot,
karena tidak memiliki dinding inti yang jelas atau belum memiliki dinding inti yang
sejati, sehingga semua bagian intinya tersebar di dalam sitoplasma secara bebas.
Tetap memiliki faktor pembawa sifat yang tersimpan di dalam DNA yang berada di
dalam kromosom namun tersebar luas dan bebas di dalam sitoplasma. Meskipun
demikian bukannya tidak memiliki inti namun hanya saja tidak memiliki dinding inti
yang jelas sehingga tampak tidak berinti sel. Beberapa sifat morfologi bakteri perlu
diperhatikan karena pertumbuhannya di dalam makanan dan juga karena bakteri
memiliki ketahanan cukup tingggi selama pengolahan dengan panas maupun dengan
suhu dingin (Schlegel & Schmidt, 1994). Dengan adanya keberadaan mikroorganisme
di sekitar kita, maka mikroorganisme itu juga dapat menguntungkan tetapi dapat juga
merugikan, karena apa kita tahu bahwa mikrobia dapat membuat makanan kita
menjadi busuk, rusak, tengik, dll. Makanan itu dapat terkontaminasi oleh mikrobia
karena dalam makanan mengandung banyak sekali nutrien, yang mana kita tahu
bahwa suatu mikrobia dapat hidup dan berkembang bila terdapat nutrien, maka itu
tidak heran bila makanan dapat mengalami pembusukan, karena makanan merupakan
media yang bagus untuk dapat tumbuh suatu mikroorganisme (Winarno et al.,1980).
Staphylococcus yang tumbuh pada bahan pangan dan membentuk toksin
dengan menyebabkan intoksikasi (keracunan) bagi konsumennya. Toksin
Staphylococcus dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti bisul,
meningitis, osteomyelitis pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan. Toksin
yang dihasilkan tidak akan termusnahkan walaupun bahan makanan yang tercemar
toksin disimpan dalam lemari es. Di dalam daging, Staphylococcus dapat
memperbanyak diri sampai pada populasi yang sangat tinggi dan bakteri ini tidak
akan mengubah warna, bau, maupun rasa yang berarti (Hadioetomo, 1993). Berbagai
macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri
patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan
tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan
pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan
pangan, cara pengepakan dan penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen
dan berbagai faktor lainnya (Dirjen POM, 1979). BPOM telah mengatur jumlah
cemaran saphylococus aureus pada naget yaitu maksimum 1 x 102.

B. Alat dan Bahan


a. Pipet ukur
b. Beacker glass
c. Cawan petri
d. L rod
e. Pembakar Bunsen
f. Inkubator
g. Timbangan
h. Rak tabung reaksi
i. Timbangan

C. Bahan
a. Sampel pangan
b. Larutan pengencer
c. Alkohol
d. Spirtus
e. Korek api
f. Media MSA
g. Aluminium foil
h. Label
i. Spidol
j. Selotip
D. Prosedur Kerja
1. Aseptiskan tangan dan meja kerja
2. Nyalakan Bunsen atau lampu spirtus
3. Ambil sampel ,jika sampel padat maka lakukan preparasi sampel dulu dengan
pengenceran 10-1 jika sampel cair maka bisa langsung ditanam
4. Ambil suspense sebanyak 1 ml dan 0,1 ml masukan dalam masing –masing
cawan petri yang sudah berisimedia MSA steril (Metode sebar )
5. Homogenkan dengan menggunakan L rod
6. Beri label dan simpan pada inkubator selama 24-48 jam pada suhu 37oC
7. Pengamatan dilakukan selama 48 jam dengan melihat adanya koloni dengan
ciri spesifik
1
Jumlah koloni per gram = Jumlah koloni dari cawan x
faktor pengencer

E. Hasil
Dari hasil pengamatan yang telah saya lakukan pada sampel naget dari kantin
Bu Mus dalam 2 petridish yang berisi 1 ml sampel menggunakan metode tuang, dan
0,1 ml sampel menggunakan metode sebaran dan menggunakan faktor pengencer 10-1
maka diperoleh jumlah koloni pada tiap petridish berbeda. Yaitu seperti pada gambar
di bawah ini :

1ml = 34 kol 1ml = 3 kol


Perhitungan :
1
Jumlah koloni per gram = jumlah koloni dari cawan x
faktor pengencer
JK 1 ml+(JK 0,1 ml x 10) 1
= x −1
2 10
34+(3 x 10) 1
= x −1
2 10
64 1
= x
2 10−1
= 32 x 10
= 320 koloni/gram
F. Pembahasan
Berdasarkan praktikum Pengambilan sampel nugget tersebut diambil dari
Warung Bu Mus Kantin Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang. Pemeriksaan
dilakukan pengenceran 10-1 dan penanaman dengan metode sebaran dan tuang
menggunakan media MSA, kemudian diinkubasikan selama 2 x 24 jam dengan suhu
37°C. Hasil yang diperoleh dari praktikum yang saya lakukan pada makanan naget
tersebut, ditemukan koloni dari bakteri Staphylococcus aureus sebanyak 320
koloni/gram menggunakan perhitungan ALT. Hal tersebut tentunya membuktikan
bahwa naget tersebut tidak sehat/kurang layak dikonsumsi. Karena menurut BPOM
tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan, batasan maksimum
cemaran dari Staphylococcus aureus adalah 1x102 koloni/gram atau sama dengan 100
koloni/gram. Sedangkan Staphylococcus aureus yang ditemukan pada naget tersebut
jumlah koloni nya melebihi batasan cemaran koloni staphylococus aureus yang telah
ditetapkan BPOM.

G. Kesimpulan
Jadi, berdasarkan praktikum yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa
naget yang dijual di warung makan Bu Mus tidak layak dikonsumsi. Hal tersebut
dikarenakan jumlah koloni staphylococus aureus pada naget berjumlah 320 kol/gram.
Jumlah tersebut melebihi batas cemaran maksimum koloni staphylococus aureus yang
telah ditetapkan oleh BPOM.

H. Saran
1. Praktikan harus selalu dalam kondisi aseptis.
2. Meja kerja dan alat praktik harus dalam keadaan aseptis.
3. Gunakan masker dan minimalisir banyak omong saat praktik.
4. Lakukan prosedur praktik yang baik dan benar.
I. Lampiran

1.Tumbuk naget 2.Timbang naget 3.Masukan 1gr nager pada


menggunakan mortar sebanyak 1 gr media pengencer 9 ml

4.Homogenkan naget 5. Masukan MSAA dalam 6.Masukkan 1 ml sampel


dalam media pengencer petridish untuk metode pd metode tuang, dan 0,1
sebar, untuk metode ml pada metode sebar
tuang, sampel
dimasukkan dahulu

7.Pada metode sebar, 8.Bungkus sampel,


sebarkan sampel dengan inkubasi 2 x 24 jam pd
menggunakan L Rod suhu 370Cdengan posisi
setelah MSA mengeras tidak terbalik
Purwokerto, 27 November 2017
Pembimbing Praktikum Praktikan

Mela Firdaust, S.ST, M.KL . Nada Shafa Nurharyantin


NIP: 19871124 200912 2 001 NIM:P1337433117060

Anda mungkin juga menyukai