Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN

ACARA II
UJI BAKTERI PSIKOTROPIK

OLEH
1. SILVIANA SAFITRI (J1A018104)
2. SITI RIDAYATUL (J1A018105)
3. SRI BAITUN AINI (J1A018106)
4. SURYADI (J1A018107)
5. SYAHIDA AMANILLAH (J1A018108)
6. TALIA WANDIYANI (J1A018109)
7. WIDIYAN (J1A018111)

PROGRAM STUDIILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGANDAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ACARA I
UJI BAKTERI PSIKOTROPIK

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Produk-produk perikanan segar merupakan bahan pangan yang sangat mudah mengalami
kerusakan. Kerusakan ini dapat terjadi secara biokimiawi maupun secara mokrobiologis. Oleh
karena ituperlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet hasil perikanan
melalui proses pengolahan dan pengawetan, salah satunya dengan penyimpanan dingin atau
penggunaan suhu rendah. Penggunaan suhu rendah selain dapat menghambat aktivitas mikroba
dan enzim juga dapat mempertahankan sifat bahan pangan segar. Akan tetapi penyimpanan
dingin masih pendek. Penyebab utama kerusakan bahan pangan selama penyimpanan dingin
adalah adanya aktivitas dan pertumbuhan bakteri psikotrofik. Adanya bakteri psikotrofik dalam
jumlah besar, dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam bau dan kerusakan fisik pangan
Bakteri psikotropik adalah bakteri yang memiliki suhu optimum pertumbuhan sekitar 5-
15˚C, dengan suhu minimum (-5˚C) sampai (0˚C), dan suhu maksimum (15-20˚C). Penyimpanan
yang lama pada suhu tersebut baik sebelum atau sesudah pendinginan dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan oleh mikroba, meskipun jumlah mikroba biasanya menurun selama
pendinginan atau pembekuan (kecuali spora). Pendinginan dan pembekuan bahan pangan dapat
berpengaruh nyata terhadap kerusakan sel mikroba. Kebanyakan bakteri psikotropik dalam
jumlah banyak menyebabkan perubahan bau dan penampakan. Umumnya mikroba yang dapat
tumbuh pada suhu (0˚C) organisme atau spesies yang termasuk dalam golongan ini adalah
psikrofil. Banyak mikroorganisme juga dapat tumbuh baik pada suhu rendah dari golongan
mesofil dan disebut psikrofil fakultatif. Sebaliknya bakteri yang dapat tumbuh pada suhu sekitar
(4˚C) dan mati bila ditempatkan pada suhu sekitar (30˚C) dalam beberapa menit disebut dengan
bakteri psikrofil obligat. Bakteri psikrofil dapat menyebabkan kerusakan makanan dan bahan-
bahan lain yang disimpan dalam suhu lemari pendingin (Irianto, 2013).
Suhu rendah pada umumnya dapat memperlambat metabolisme seluler namun setiap
mikroba memiliki batas suhu rendah, batas suhu tinggi, dan batas sushu optimum untuk
pertumbuhannya. Bakteri patogen yang biasa hidup pada tubuh hewan ataupun manusia juga
dapat bertahan sampai beberapa bulan pada temperatur titik beku. Adanya mikroba psikotropik
menunjukkan adanya sanitasi yang tidak baik selama penanganan atau terjadinya fluktuasi suhu
selama penyimpanan atau pembekuan. Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan bakteri psikotropik pada makanan yang sudah dibekukan atau sudah
mengalami penyimpanan dingin.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri psikotropik pada
makanan yang sudah dibekukan atau sudah mengalami penyimpanan dingin.
TINJAUAN PUSTAKA

Psikotrof adalah mikroba yang sebenarnya bersifat mesofil yaitu mempunyaisuhu


optimum pertumbuhan 20-40 0 C. Akan tetapi masih banyak tumbuh pada suhu yang optimum
untuk psikrofil. Untuk mengitung mikroba yang tergolong psikotrof didalam makanan digunakan
suhu inkubasi 5 0 C selama 5 hari sampai 2 minggu. Mikroba psikofil (oligotrofik)yakni
golongan mikroba yang dpat tumbuh pada suhu 0-30 0 C dengan temperatur 10-15 0 C.
Kebanyakan dari golongan ini tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di daratan maupun dari
lautan.psikotropik terutama ditemukan didalam jenis Pseudomonas sp, Flavobakterium, dan
Alcaligenes. Meskipun jenis lainnya seperti micoccus, lactobacillus, enterobacter dan
arthrobacter mungkin juga mengandung spesies yang bersifat psikotropik (Waluyo, 2007).

Temperatur merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi


pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Masih banyak faktor lan yang mempengaruhi
hal tersebut. Antara lain kelembaban relatif, faktor intrinsik makanan (kandungan nutrisi, pH,
Aw), antagonisme, mutualisme, dan komensalisme serta prosesing makanan (pemotongan,
pencucian, pengemasan, iradiasi, pasteurisasi). Menurut klasifikasi berdasarkan temperatur,
mikroorganisme yang dianggap penting dalam hubungannya dengan keamanan pangan (Food
Safety) adalah golongan mesofil dan psikotrof. Sedangkan golongan thermofil dianggap kurang
berperan penting dalam hal keamanan pangan. Meskipun mikroorganisme tertentu pembentuk
spora seperti Bacillus dan Clostridium dapat menimbulkan masalah pada situasi khusus (Adams,
2008).

Bakteri psikotropik (digotermik) yaitu bakteri yang dapat hidup diantara 0°C sampai
30°C, sedangkan temperatur optimunya antara 10°C sampai 20°C. pembekuan sebenarnya tidak
berpengaruh kepada spora. Karena spora sangat sedikit mengandung air. Pembekuan bakteri di
dalam air lebih cepat membunuh bakteri daripada jika pembekuan tersebut dilakukan di dalam
buih karena buih tidak membeku sekeras air beku. Pembekuan air menyebabkan kerusakan
mekanik pada bakteri.Pembekuan secara perlahan dalam temperatur -16°C lebih efektif dari pada
pembekuan secara mendadak dalam udara beku (-190°C). Pembekuan secara terputus-putus
ternyata lebih efektif daripada pembekuan secara terus menerus. Sebagai contoh, piaraan
basiltipus mati setelah dibekukan secara putus-putus dalam waktu 2 jam, sedangkan piaraan
tersebut dapat bertahan beberapa minggu dalam keadaan beku terus menerus (Dwijoseputro,
2010).

Secara umum kita ketahui bahwa daging merupakan produk pangan yang sangat mudah
rusak oleh aktivitas bakteri jika tidak dilakukan penanganan yang baik. Daging atau produk
daging proses sangat mudah mengalami kerusakan oleh adanya aktivitas bakteri patogen maka
diperlukan penanganan penyimpanan atau pengolahan yang sesuai. Pada dasarnya metode-
metode penyimpanan atau pengolahan tersebut hanya bisa menghambat pertumbuhan bakteri
patogen, sehingga dari tiap metode hanya bisa mempertahankan kualitas daging atau daging
proses untuk jangka waktu yang terbatas. Daging ayam yang tercemar bakteri Salmonella jika
dikonsumsi oleh manusia dapat menimbulkan salmonelosis. Gejala yang timbul adalah mual
danmuntah, kemudian diikuti dengan nyeri abdomen, diare, dan demam (Edi, 2018).

Penyebab cemaran mikroba pada bahan pangan dapat disebabkan karena jumlah awal
mikroba pada ikan mempengaruhi jumlah mikroba selanjutnya sehingga akan meningkatkan
jumlah cemaran mikroba pada produk hasil perikanan. Selain itu juga dipengaruhi oleh lama
penyimpanan sebelum dipasarkan ataupun waktu pemasaran yang terlalu lama. Faktor lainnya
disebabkan karena rendahnya sanitasi dan tingkat higienitas pada proses pengolahan dan tempat
pemasaran. Pengolahan juga menjadi faktor yang mempengaruhi cemaran mikroba pada ikan
seperti halnya jika pencucian ikan sebelum diasinkan dan dikeringkan menggunakan air yang
tidak higienis atau tercemar oleh mikroba. Selain itu, dapat pula dipengaruhi oleh kesegaran
ikantersebut sebelum diawetkan, ketebalan ikan, garam yang digunakan perlu diperhatikan
tingkat kemurniannya, kepekatan, dan kehalusan garam tersebut. Proses pengeringan dan
penyiangan untuk meminimalisir lalat hinggap pada ikan disaat proses pengeringan, atau takaran
penggaraman, dan waktu lama penggaraman pada saat proses penyiangan juga perlu diperhatikan
dan sesuai standar pengawetan (Sukawati, 2018).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri,incubator 7 dan
20˚C tabung raksi,raksi dan pipet.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah apel, cabe, daging
ayam, daging sapi, ikan kembung, kacang panjang, , larutan pengencer , media selektif CVT
(Crystal Violet Tatrazolium), media Plate Count Agar(PCA), pisang, tomat, Trypticase Soy
Agar (TSA) dan udang.
Prosedur Kerja
5 gram bahan yang sudah disimpan
dalam pendingin/pembeku

Dilarutkan dalam 45 mL larutan pengencer steril

Dibuatkan pengenceran berturut-turut 10−1-10−5

Ditumbuhkan tiga pengenceran terakhir secara duplo pada


media selektif atau nonselektif diatas

Diinkubasi pada suhu 7˚C selama 10 hari dan diikubasi sushu


20-22˚C selama 5 hari

Dihitung semua koloni

Dilaporkan hasil perhitungan


HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hasil Pengamatan
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan dan Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri Psikotropik pada Suhu
Ruang
Hari Ke Sampel ∑ Koloni CFU/gr
PCA (CFU/gr) TSA (CFU/gr)
1 2,2 ×107 ¿ 1,0 ×105∗¿
2 1,7 ×107 5,0 ×105
3 5,0 ×107 9,0 ×10 5
Apel
4 7,6 ×107 1,3 ×106
5 8,9 ×107 1,5 ×106

1 ¿ 1,0 ×105* 7,5 ×106


2 1,2 ×108 1,6 ×107
3 1,5 ×108 8,9 ×106
Bayam
4 1,5 ×108 6,1 ×107
5 ¿ 1,0 ×107 * 1,2 ×109
1 9,9 ×107 2,5 ×107 *
2 2,0 ×108 ¿ 1,0 ×107∗¿
3 1,1 ×108 ¿ 1,0 ×107 *
Cabe
4 2,4 × 109 ¿ 1,0 ×107 *
5 ¿ 1,0 ×107 * ¿ 1,0 ×107 *
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ 4,2 ×10 7
2 2,9 ×107 1,9 ×109
3 4,2 ×10 7 1,5 ×109
Daging Ayam
4 3,4 × 107 1,4 ×10 9*
5 5,0 ×107 ¿ 1,0 ×107∗¿
1 ¿ 1,0 ×105* ¿ 1,0 ×105*
2 3,4 × 107 3,6 ×106
3 5,0 ×107 3,5 ×106
Daging Sapi
4 5,6 ×107 3,4 × 107
5 6,8 ×107 4,3 × 107
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 9,4 × 108 9,8 ×10 6
3 1,4 ×10 9 1,7 ×10 9
Ikan Kembung
4 ¿ 1,0 ×107∗¿ ¿ 1,0 ×107∗¿
5 ¿ 1,0 ×107∗¿ ¿ 1,0 ×107∗¿
1 1,1 ×107 1,8 ×107
2 3,6 ×107 6,3 ×107
3 5,3 ×107 2,8 ×107
Kacang Panjang
4 6,0 ×107 3,5 ×107
5 1,1 ×108 2,0 ×108
1 4,0 × 105 1,0 ×107
2 9,0 ×10 5 1,2 ×107
3 3,0 ×105 1,4 ×10 7
Pisang
4 1,0 ×106 ¿ 1,0 ×107∗¿
5 1,2 ×106 ¿ 1,0 ×107∗¿
1 1,4 ×10 8 2,9 ×107
2 2,0 ×108 4,4 ×107
3 5,4 ×10 7 2,9 ×107
Tomat
4 1,1 ×108 2,7 ×10 7
5 1,1 ×109 3,3 ×107
1 1,5 ×105 ¿ 1,0 ×105∗¿
2 5,4 ×10 6 5,0 ×107
3 2,6 ×107 5,0 ×107
Udang
4 5,5 ×107 1,2 ×107
5 1,6 ×108 3,1 ×107

Tabel 2.2. Hasil Pengamatan dan Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri Psikotropik pada Suhu
Dingin
Hari Ke Sampel ∑ Koloni CFU/gr
PCA (CFU/gr) TSA (CFU/gr)
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
Apel
8 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
9 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
10 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ 6,6 ×10 5
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ 1,5 ×105
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ 3,1 ×105
8 Bayam ¿ 1,0 ×105∗¿ 2,6 ×105
9 1,0 ×105 3,5 ×105
10 1,5 ×105 5,2 ×105
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
Cabe
8 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
9 2,5 ×105 3,0 ×105
10 6,5 ×105 6,5 ×105
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
Daging Ayam
8 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
9 ¿ 1,0 ×105∗¿ 0,6 ×10 5
10 ¿ 1,0 ×105∗¿ 1,5 ×105
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ 2,5 ×105
Daging Sapi
8 ¿ 1,0 ×105∗¿ 3,5 ×105
9 ¿ 1,0 ×105∗¿ 4,5 × 105
10 ¿ 1,0 ×105∗¿ 5,5 ×105
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ 9,8 ×10 6
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ 1,7 ×10 9
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×107∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×107∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
8 Ikan Kembung ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
9 ¿ 1,0 ×105∗¿ 0,5 ×105
10 ¿ 1,0 ×105∗¿ 1,5 ×105
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ 0,5 ×105
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ 3,5 ×105
Kacang Panjang
8 ¿ 1,0 ×105∗¿ 9,0 ×10 5
9 ¿ 1,0 ×105∗¿ 1,1 ×105
10 0,5 ×105 4,0 × 105
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
Pisang
8 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
9 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
10 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
Tomat
8 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
9 2,8 ×105 ¿ 1,0 ×105∗¿
10 5,1 ×105 ¿ 1,0 ×105∗¿
1 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
2 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
3 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
4 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
5 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
6 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
7 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
Udang
8 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
9 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿
10 ¿ 1,0 ×105∗¿ ¿ 1,0 ×105∗¿

Hasil Perhitungan

PEMBAHASAN

Bakteri psikotropik adalah bakteri yang dapat hidup diantara suhu 0°C sampai 30°C,
sedangkan temperatur optimumnya antara 10°C sampai 20°C. pembekuan sebenarnya tidak
terpengaruh kepada spora, karena spora sangat sedikit mengandung air. Pembekuan bakteri di
dalam air lebih cepat membunuh bakteri daripada apabila pembekuan tersebut dilakukan di
dalam buih karena buih tidak dapat membeku sekeras air beku. Pembekuan air menyebabkan
kerusakan mekanik pada bakteri. Pembekuan secara perlahan dalam temperature -16°C lebih
efektif daripada pembekuan secara mendadak dalam udara beku (-190°C). Pembekuan secara
terputus-putus ternyata lebih efektif daripada pembekuan secara terus menerus. Sebagai contoh,
piaraan basiltipus mati setelah dibekukan secara putus-putus dalam waktu 2 jam, sedangkan
piaraan tersebut dapat bertahan beberapa minggu dalam keadaan beku terus menerus.
Pertumbuhan bakteri psikotropik dipengaruhi oleh suhu dimana kecepatan pertumbuhan
bakteri psikotropik akan semakin menurun dengan menurunnya suhu bakteri psikotropik dapat
mati pada suhu pasteurisasi. Pakteri psikotropik juga terdapat pada makanan yang dibekukan
seperti daging dan ikan beku. Setelah pembekuan biasanya dilakukan pelelehan yang akhirnya
dijual dan ditempatkan di lemari pendingin yang dapat menyebabkan bakteri psikotropik yang
bersifat patogen dapat hidup. Adanya bakteri psikotropik pada makanan yang dibekukan
menunjukkan kondisi sanitasi yang kurang baik selama penanganan atau terjadinya fluktuasi
suhu selama penyimpanan. Produk pangan yang berasal dari hewani setelah mengalami proses
penyembelihan dan pemotongan, harus dilakukan proses pembekuan agar bakteri psikotropik
tidak dapat tumbuh. Jika daging yang akan dibekukan mengalami thawing, bakteri psikotropik
akan tumbuh pada daging tersebut. Thawing adalah proses dimana sel tidak dapat kembali ke
wujud asalnya, baik bentuk maupun turgiditasnya. Tekstur produk atau bahan pangan menjadi
lebih lunak dan komponen-komponen sel mengalami pelepasan dari sel-sel yang rusak.
Penyimpanan dingin berpengaruh terhadap bahan yang diinginkan seperti kehilangan
berat buah-buahan selama penyimpanan, terutama yang disebabkan oleh kehilangan air. Hal ini
dapat menurunkan mutu dan menyebabkan kerusakan dingin yaitu pada suhu rendah sekitar 0-
10°C. Buah-buahan dapat mengalami kerusakan karena tidak dapat melakukan metabolisme
secara normal, kebusukan, dan tidak matang. Sedangkan pada sayuran semakin tinggi suhu maka
respirasi semakin cepat. Hal ini dapat terjadi sampai suhu optimum, apabila melewati suhu
optimum kecepatan respirasi dapat menurun. Respirasi yang berjalan cepat dapat menyebabkan
proses pembusukan. Pada daging perubahan-perubahan yang terjadi selama pembekuan antara
lain glikolesis, denaturasi protein, perubahan aktivitas enzim dan mikroba.
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri psikotropik pada
makanan yang sudah dibekukan atau sudah mengalami penyimpanan dingin sampel yang
digunakan yaitu apel, bayam, cabe,daging ayam,daging sapi, ikan kembung, kacang panjang,
pisang, tomat dan udang, dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA) dan Trypticas
Soy Agar (TSA), Crystal Violet Tayrazolium (CVT) dan larutan pengencer pada suhu ruang dan
suhu dingin. Hasil pengamatan sampel yang mengandung banyak koloni yang tumbuh pada
medium PCA, yaitu ikan kembung, daging sapid an daging ayam. Hampir keseluruhan sampel
mengalami pertumbuhan yang cepat padasuhu dingin, yaitu setelah dua hari inkubasi sampel
ditumbuhi oleh mikroba psikotropik hingga TBUD. Kenaikan dan penurunan jumlah mikroba
yang tubuh karena tingkat pertahanan mikrobauntuk menyesuaikan diri terhadap suhu, juga
terhadap human error kemungkinan juga terjadi kesalahan-kesalahan seperti perlakuan yang
kurang aseptis dan juga konsentrasi yang diletakkan pada media yang tidak seimbang.
Pertumbuhan bakteri psikotropik bayam, apel, pisang, kacang panjang, tomat dan cabe
pada suhu ruang di medium PCA, jumlah koloninya menunjukkan bahwa semakin hari jumlah
koloninya semakin banyak (meningkat). Begitu pula berdasarkan perlakuannya pertumbuhan
selalu meningkat. Berdasakan hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
pengenceran maka jumlah koloninya semakin banyak. Akan tetapi terkadang berbeda dengan
perlakuannya yaitu da beberapa sampel yang mengalami penurunan jumlah koloni bakteri.
Adapun pertumbuhan bakteri psikotropik pada suhu dingin di medium TSA pada hari pertama
belum tumbuh, namun pada hari elanjutnya mengalami pertumbuhan yang meningkat, bahkan
sangat signifikan, banyak yang mengalami TBUD. Baik pada medium PCA maupun TSA di
suhu ruang dan suhu dingin. Pertumbuhan di medium PCA pada suhu ruang konstan mengalami
peningkatan, berbeda dengan medium TSA yang mengalami Fluktuatif. Jika dilihat, bayam
merupakan sayuran yang merupakan bila disimpan tidak membusuk seperti tomatl namun layu
atau kering. Hal ini kemungkinan karena bayam memliki kadar air kecil daripada tomatl.
Plate count agar (PCA) adalah medium pertumbuahn mikrobiologi umum digunakan
untuk meniali atau memantau “total” atau pertumbuahan bakteri yang layak sampel. PCA bukan
media yang selektif. Komposisi PCA dapat bervariasi, tapi biasanya mengandung (w/v): 0.5 %
pepton, 0.25 % ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5% agar – agar. Disesuaikan dengan PH netral di
25 oC . Pada praktisnya, semua media tersebut secara komersial dalam bentuk bubuk, seperti
PCA , NA , TSA dll. Sedangkan, medium Trypticase Soy Agar (TSA) merupakan media agar
yang digunakan untuk kegiatan pengisolasian dan pembudidayaan berbagai macam
mikroorganisme yang bersifat aerobik. Medium ini digunakan untuk berbagai tujuan yang
mencakup pemeliharaan stok budidaya, isolasi berbagai macam spesies mikroorganisme, serta
sebagai dasar untuk media termasuk darah.
Hal yang menjadi faktor-faktor pertumuhan bakteri berdasarkan hasl pengamatan yaitu
suhu, dan perlakuan. Selain itiu garis menyebabkannya adalah penyimpanan bahan yang terlalu
banyak sehingga menyebabkan bahan terkontaminasi dan tidak ada sirkulasi udara. Kemudian
hal yang dapat menyababkan TBUD baik dari hari pertama yaitukarena adanya proses thawing
(proses mencairkan kembali makanan tutup beku). Sehingga dengan adanya proses tersebut
dapat menyababkan kadar air meningkat. Kemudian hal yang dapat menyebabkan yaitu kurang
sterilnya bahan pangan yang dijadikan sampel pengamatan.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan antara
lain sebagai berikut:
1. Bakteri psikotrof adalah mikroorganisme yang dapat hidup diantara suhu 0°C sampai 30°C,
sedangkan suhu optimumnya 10°C sampai 20°C.
2. Medium TSAl menunjukkan pertumbuhan bakteri yang lebih cepat pada sampel daripada
medium PCA.
3. Jumlah koloni yang tumbuh pada suhu ruang mengalami ketidakstabilan atau fluktuasi
jumlah pertumbuhan koloni. Hal ini disebabkan karena ketidaktelitian praktikan pada saat
menghitung bakteri yang tumbuh pada cawan petri.
4. Contoh bakteri psikotropik adalah Pseudomonas, Achromobactor, Flavobacterium, dan
Alcaligenes.
5. Faktor yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan adalah tersedianya nutrient dalam
medium dan konsisi lingkungan yang sesuai serta suhu dan perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, M.R,. Moss M.O. 2008. Food Microbiology. The Royal Socienty of
Chemistry.

Dwidjoseputro. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djembatan: Jakarta

Edi., S dan Roro Shofiyah Nur Rahmah. 2018. Pengaruh Lama Penyimpanan Daging
Ayam Pada Suhu Ruang dan Refrigrator Terhadap Aangka Lempeng Total Bakteri dan
Adanya Bakteri Salmonella sp. Jurnal Biosains. Vol 4 (1) : 23-31.

Irianto, 2013. Mikrobiologi Medis (Medical Microbiology). Bandung: Alfabeta.

Sukmawati dan Fatimah Hardianti. 2018. Analisis Total Plate Count (TPC) Mikroba
Pada Ikan Asin Kakap Dikota Sorong Papua Barat. Jurnal Biodjati. Vol 3 (1) : 72-78.

Waluyo. 2007. Mikrobiologi Umum. UM Press: Malang.

Anda mungkin juga menyukai