Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

“Staphylococcus aureus”

MATAKULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN

Oleh :

Audi Simbs

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran dapat terjadi dimana saja dan terhadap apa saja. Salah satu nya
adalah bahan pangan mentah yang masih segar dan baru saja dipanen. Bahan
pangan ini mudah untuk terkena cemaran dari bakteri-bakteri yang berasal dari
lingkungan sekitar. Salah satu bakteri yang dapat melakukan pencemaran dan
memberikan efek negatif bagi tubuh manusia ialah Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang banyak menyerang


bahan pangan mentah seperti halnya ikan, daging, susu, dan hasil olahannya.
Bakteri ini mudah tumbuh pada suhu ruangan yaitu 37oC dan kebal hingga
dipanaskan pada suhu 60oC selama 30 menit. Bakteri ini berbentuk bulat atau
lonjong dengan ukuran 0,8 sampai 0,9 μm jenis yang tidak bergerak, tidak
bersimpai, dan tidak berspora.

Bakteri ini menghasilkan toksin yaitu hemosilin, lekosidin, enterotoksin,


fibrinolisin, nuklease, lipase, protease, dan toksin skarlatina. Enterotoksin
merupakan toksin yang biasanya menyebabkan keracunan makanan. Toksin ini
bersifat termostabil, antigebik, dan dapat dinetralkan oleh antitoksin (Gupte,
1990). Gejala yang timbul pada konsumen ialah diare dan muntah yang dapat
terjadi setelah 6 jam mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh bakteri
Staphylococcus aureus.

Perhitungan jumlah koloni Staphylococcus aureus pada suatu bahan pangan


dapat dilakukan dengan inokulasi bakteri dengan media Vogel Johnson Agar Base
(VJA). Indonesia juga memiliki standar tentang berapa banyak koloni
Staphylococcus aureus pada suatu bahan pangan. Seperti yang tertera pada SNI
01-2338-1991. Diharapkan perhitungan jumlah bakteri Staphylococcus aureus
akan meningkatkan perhatian masyarakat dalam memilih bahan pangan di
lingkungan yang tepat dan tidak tercemar.
1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat menganalisa dan menghitung jumlah Staphylococcus


aureus yang terdapat pada bahan makanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Staphylococcus aureus

2.2 Bahan pangan mentah

2.3 Inokulasi bakteri

Penanaman bakteri atau biasa disebut inokulasi adalah pekerjaan


memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)
terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan
medium agar tetap steril, hal ini agar menghindar terjadinya kontaminasi.

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik


penanaman :

2.1.1 Menyiapkan ruangan

Ruangan tempat penanaman bakteir harus bersih dan keadaannya harus


steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaan.

2.1.2 Pemindahan dengan pipet

Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan
untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.

2.1.3 Pemindahan dengan kawat inokulasi

Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau nikel. Ujungnya boleh
lurus, juga boleh berupa kolongan yang diameterya 1-3 mm. Dalam melakukan
penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai
cukup dilewatkan nyala api saja.
2.4 Media BPA

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat

a. Cawan petri

b Tabung reaksi

c. Rak Tabung

d. Pipet volume

e. Erlenmeyer

f. Bunsen

g. Botol sampel

h. Colony counter

i. Timbangan analitik

j. Vortex

k. Autoclave

l. inkubator

m. Gelas ukur

3.2 Bahan
a. Sampel (pindang, sate, ikan, susu kedele, telur, daging, gado-gado,
lawar)

b. Pepton water

c. Media BPA

d. Aquadest

3.3 Cara Kerja

a. Masukkan PW sebanyak 45 ml ke dalam botol sampel kemudian


disterilisasi.

b. Masukkan PW ke dalam 4 tabung reaksi (10-2, 10-3, 10-4, 10-5) masing-


masing sebanyak 9 ml kemudian disterilisasi.

c. Sampel dihancurkan/dihaluskan terlebih dahulu, kemudian ditimbang


sebanyak 5 gram.

d. Masukkan 5 gram sampel ke dalam botol yang telah berisi PW 45 ml


yang telah disterilisasi. Tandai botol dengan pengenceran 10-1.

e. Letakkan botol diatas vortex agar PW dan sampel tercampur merata.


Kemudian pipet 1 ml sampel dan masukkan ke dalam cawan petri. Tandai cawan
petri dengan 10-1. Setelah itu pipet 1 ml sampel dan masukkan ke tabung reaksi
10-2.

f. Letakkan tabung reaksi 10-2 diatas vortex agar tercampur merata


kemudian pipet 1 ml larutan dan masukkan ke dalam cawan petri yang ditandai
dengan 10-2. Setelah itu pipet 1 ml larutan dan masukkan ke dalam tabung reaksi
10-3.

g. Ulangi langkah No.4 sampai dengan pengenceran 10-5 dengan perlakuan


yang sama.
h. Tambahkan 15-20 ml media BPA ke dalam masing-masing cawan petri
kemudian putarlah cawan petri tersebut diatas meja membentuk angka 8 perlahan-
lahan agar tercampur merata dengan medium (homogen).

i. Biarkan memadat kemudian diinkubasi dengan posisi cawan petri


terbalik pada suhu 37oC selama 24-48 jam

j. Hitung jumlah koloni mikroba yang terdapat dalam cawan petri tersebut.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Sampel Kelompok 10-2 10-3 10-4


Ikan segar 1 - - -
5 - - -
9 - - -
Lawar 10 - - -
6 - - -
2 + - -
Ayam mentah 3 - - -
11 - - -
7 + + +
Ikan Pindang 4 - - -
Goreng 8 + + -
12 - - -

4.2 Pembahasan
Staphylococcus aureus adalah bakteri yang dapat tumbuh pada bahan
pangan mentah yang telah tercemar. Perlakuan yang dapat dilakukan untuk
membunuh koloni Staphylococcus aureus ialah dengan pengolahan pemanasan
pada suhu dan lama waktu yang tepat.

Pada ikan segar tidak menandakan adanya keberadaan bakteri


staphylococcus aureus. Ada atau tidaknya Staphylococcus aureus ditandai dengan
terbentukknya koloni berwarna hitam. Koloni hitam ini disebabkan karena
Staphylococcus aureus mampu mereduksi potassium tellurite (yang terdapat pada
media) menjadi logam tellurium yang mengakibatkan koloni berwarna hitam.
Sedangkan warna kuning disekitar koloni diakibatkan dari adanya reaksi
fermentasi manitol (Bridson, 1998).

Keberadaan bakteri Staphylococcus aureus mempengerahui kelayakan dari


bahan pangan tersebut. Jika terdapat koloni bakteri Staphylococcus aureus maka
bahan pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan. Bahan
pangan harus diolah denga suhu dan lama waktu yang tepat untuk mengurangi
bahkan membunuh koloni Staphylococcus aureus sehingga pangan menjadi layak
untuk dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA

Primatika, Roza azizah. 2015. Analisis Cemaran Staphylococcus aureus


pada Gelas, Darah Segar, dan Jamu dengan Ramuan Darah Ular Kobra Jawa
(Naja sputatrix). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang dapat


menghasilkan toksin. Toksin yang dihasilkan berupa enterotoksin, hemosilin,
lekosidin, enterotoksin, fibrinolisin, nuklease, lipase, protease, dan toksin
skarlatina. Bakteri enterotoksin dapat menyebabkan diare hingga muntah-muntah
pada penderita. Penanganan untuk mengurangi jumlah koloni hingga membunuh
koloni Staphylococcus aureus pada bahan pangan ialah dengan mengolahnya pada
suhu dan lama waktu yang tepat.

Uji VJA dapat menandakan ada atau tidaknya bakteri Staphylococcus


aureus. Ditandai dengan timbulnya koloni berwarna hitam yang disebabkan
pembentukan logam tellurium oleh bakteri terhadap media VJA.

5.2 Saran

Media yang digunakan tidak hanya VJA, tetapi media lain sehingga dapat
dilihat perkembangan dari bakteri Staphylococcus aureus.

LAPORAN PRAKTIKUM

“Salmonella”

MATAKULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN


Oleh :

Jeremy Louis Adisurya (1610511053)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pencemaran dapat terjadi dimana saja dan terhadap apa saja. Salah satu nya
adalah bahan pangan mentah yang masih segar dan baru saja dipanen. Bahan
pangan ini mudah untuk terkena cemaran dari bakteri-bakteri yang berasal dari
lingkungan sekitar. Salah satu bakteri yang dapat melakukan pencemaran dan
memberikan efek negatif bagi tubuh manusia ialah Salmonella

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram negatif


berbentuk tongkat yang dapat menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit
foodborne. Ada beberapa jenis Salmonella yang tersebar, dan salah satunya ialah
Salmonella typhi. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit tifus. Selain itu dapat
menyebabkan demam enteric, septikimia, dan gastroenteritis, yang biasa ditandai
dengan gejala-gejala yang umumnya nampak setelah 12-36 jam mengkonsumsi
makanan yang tercemar. Salmonella dapat tumbuh pada suhu optimum 5-47oC.
Beberapa sel vegetatif Salmonella typhi tetap dapat hidup selama penyimpanan
beku.

Makanan-makanan yang sering terkontaminasi oleh Salmonellya typhi ialah


telur dan hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi
serta susu dan hasil olahannya seperti es krim dan keju (Supardi dan Sukomto,
1999). Perhitungan jumlah Salmonella yang terdapat pada bahan pangan
menggunakan media SSA (Salmonella Shigella Agar). Penentuan koloni
Salmonella yang terdapat pada bahan pangan telah diatur dalam Standar Nasional
Indonesia, untuk mengurangi beredarnya makanan tercemar dan menjaga
kesehatan konsumen. Untuk itu diperlukan perhitungan yang tepat untuk
mengetahui jumlah koloni yang terdapat pada suatu bahan pangan.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat menganalisa dan menghitung jumlah Salmonella yang


terdapat pada bahan makanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Salmonella
2.2 Bahan pangan mentah

2.3 Inokulasi bakteri

Penanaman bakteri atau biasa disebut inokulasi adalah pekerjaan


memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan
tingkat ketelitian yang tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)
terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan
medium agar tetap steril, hal ini agar menghindar terjadinya kontaminasi.

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik


penanaman :

2.1.1 Menyiapkan ruangan

Ruangan tempat penanaman bakteir harus bersih dan keadaannya harus


steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaan.

2.1.2 Pemindahan dengan pipet

Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan
untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.

2.1.3 Pemindahan dengan kawat inokulasi

Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau nikel. Ujungnya boleh
lurus, juga boleh berupa kolongan yang diameterya 1-3 mm. Dalam melakukan
penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai
cukup dilewatkan nyala api saja.

2.4 Media SSA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat

a. Cawan petri

b Tabung reaksi

c. Rak Tabung

d. Pipet volume

e. Erlenmeyer

f. Bunsen

g. Botol sampel

h. Colony counter

i. Timbangan analitik

j. Vortex

k. Autoclave

l. inkubator

m. Gelas ukur

3.2 Bahan

a. Sampel (pindang, sate, ikan, susu kedele, telur, daging, gado-gado,


lawar)

b. Pepton water

c. Media SSA

d. Aquadest
3.3 Cara Kerja

a. Masukkan PW sebanyak 45 ml ke dalam botol sampel kemudian


disterilisasi.

b. Masukkan PW ke dalam 4 tabung reaksi (10-2, 10-3, 10-4, 10-5) masing-


masing sebanyak 9 ml kemudian disterilisasi.

c. Sampel dihancurkan/dihaluskan terlebih dahulu, kemudian ditimbang


sebanyak 5 gram.

d. Masukkan 5 gram sampel ke dalam botol yang telah berisi PW 45 ml


yang telah disterilisasi. Tandai botol dengan pengenceran 10-1.

e. Letakkan botol diatas vortex agar PW dan sampel tercampur merata.


Kemudian pipet 1 ml sampel dan masukkan ke dalam cawan petri. Tandai cawan
petri dengan 10-1. Setelah itu pipet 1 ml sampel dan masukkan ke tabung reaksi
10-2.

f. Letakkan tabung reaksi 10-2 diatas vortex agar tercampur merata


kemudian pipet 1 ml larutan dan masukkan ke dalam cawan petri yang ditandai
dengan 10-2. Setelah itu pipet 1 ml larutan dan masukkan ke dalam tabung reaksi
10-3.

g. Ulangi langkah No.4 sampai dengan pengenceran 10-5 dengan perlakuan


yang sama.

h. Tambahkan 15-20 ml media SSA ke dalam masing-masing cawan petri


kemudian putarlah cawan petri tersebut diatas meja membentuk angka 8 perlahan-
lahan agar tercampur merata dengan medium (homogen).

i. Biarkan memadat kemudian diinkubasi dengan posisi cawan petri


terbalik pada suhu 37oC selama 24-48 jam

j. Hitung jumlah koloni mikroba yang terdapat dalam cawan petri tersebut.
Penampakan Salmonella membentuk koloni berwarna merah muda dengan satu
atau tanpa warna hitam ditengahnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Sampel Kelompok 10-2 10-3 10-4


Ikan segar 1 + + -
5 + + -
9 + + -
Lawar 10 - - -
6 + + -
2 + + -
Ayam mentah 3 + + -
11 + + +
7 + + +
Ikan Pindang 4 - - -
Goreng 8 - - -
12 - - -

4.2 Pembahasan

Salmonella adalah bakteri yang dapat tumbuh pada bahan pangan mentah
yang telah tercemar. Perlakuan yang dapat dilakukan untuk membunuh koloni
Salmonella ialah dengan pengolahan pemanasan pada suhu dan lama waktu yang
tepat.

Media SSA adalah media selektif yang dapat mencegah pertumbuhan


mikroba lainnya. Ada atau tidaknya Salmonella pada bahan pangan ditandai
dengan tumbuhnya koloni berwarna merah dengan titik hitam di tengah. Hasil
menunjukkan bahwa ikan segar mengandung Salmonella, begitu juga dengan
lawar dan ayam mentah. Ikan pindang goreng tidak menunjukkan adanya
Salmonella. Hal ini bisa terjadi dikarenakan ikan pindang telah diolah dengan
penggorengan dengan suhu tinggi yang dapat membunuh koloni dari Salmonella.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai