Anda di halaman 1dari 4

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil

Kelompok Sampel Hasil uji sakarin


6 -
7 Teh gelas -
8 -
9 -
Nutrijell
10 -

6.2 Pembahasan

a. Nutrijell Jelly Drink

Nutrijell Jelly Drink merupakan salah satu produk jelly drink. Jelly
drink adalah produk minuman yang berbentuk gel dan memiliki
karakteristik berupa cairan kental yang konsisten dengan kadar air tinggi
dan mudah dihisap (SNI-01-3552-1994). Komposisi dari Nutrijell Jelly
Drink yang digunakan pada praktikum ini adalah air, gula nata de coco,
pengatur keasaman (Asam Sitrat, Kalium Sitrat, Trinatrium Sitrat),
Karagenan, Ekstrak Leci (0,1%), Perisa Identik Alami Leci, Konnyaku
Bubuk, Pengawet (Natrium Benzoat), Premiks Vitamin. Sekarang ini
sering digunakan pemanis buatan (sintetis) karena selain harganya relatif
murah, tingkat kemanisan pemanis sintesis jauh lebih tinggi dari pemanis
alami. Dilihat dari data pemakaian selama 5 tahun ada peningkatan
pemakaian pemanis buatan rata-rata sebesar 13,5% (Cahyadi, 2009)

Pada praktikum ini dilakukan uji kualitatif sukrosa (pemanis buatan)


pada sampel Nutrijell Jelly Drink. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan sampel sebanyak 100 mg, dan dilarutkan dengan 5 ml
NaOH, setelah itu di larutan dipanaskan hingga kering lalu ditambahkan
HCl. Larutan tersebut di tetesi dengan Ferri Klorida. Jika setelah ditetesi
FeCl3 terjadi perubahan menjadi warna ungu maka sample positif
mengandung sukrosa. Pada pengujian sukrosa menggunakan sample
Nutrijell Jelly Drink tidak terjadi perubahan warna menjadi ungu setelah
ditambahkan FeCl3. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada sample
Nutrijell Jelly Drink tidak mengandung sukrosa. Hal tersebut sesuai
dengan komposisi yang tercantum pada sample yaitu tidak mengandung
sukrosa (pemanis buatan) tetapi mengandung gula asli.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.208/Menkes/Per/


IV/1985 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/
Per/IX/88, kadar maksimum natrium sakarin dan natrium siklamat
berturut-turut sebesar 300 mg/kg dan 3 g/kg bagi mereka yang
memerlukan makanan berkalori rendah. Penggunaan natrium sakarin
melebihi batas maksimum yang diizinkan dapat menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan yaitu alergi dan kanker kandung kemih.

b. Teh Gelas

Teh gelas merupakan minuman ringan dalam bentuk gelas yang pada
umumnya di perjual belikan di warung-warung hingga di super market.
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan yaitu teh gelas dan
pengujian yang dilakukan yaitu ada atau tidaknya kandungan sakarin di
dalam sampel teh gelas tersebut, adapun metode yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu metode analisis kualitatif.

Sakarin merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan


digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta
minuman dan makanan. Sakarin berfungsi untuk meningkatkan cita rasa,
memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi
tubuh, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan,
mengurangi kerusakan gigi dan sebagai bahan substitusi pemanis utama.
Penggunaan sakarin sering dijumpai pada industri pembuatan minuman
ringan, salah satunya adalah minuman kemasan gelas plastik.
Hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini menggunakan metode
analisis kualitatif yaitu negatif dalam artian teh gelas yang di teliti tidak
mengandung sakarin, Penggunaan sakarin masih diizinkan di Indonesia
maupun di dunia kecuali di Amerika yang penggunaannya dalam produk
pangan tidak diperbolehkan. Penggunaan sakarin di Indonesia mengacu
kepada keputusan Food and Drug Administration (FDA) yaitu
penggunaan sakarin untuk minuman tidak boleh melebihi 12 mg/ons
cairan dan makanan olahan jumlahnya tidak boleh melebihi 30 mg/ons,
sedangkan Acceptable Daily Intake (ADI) atau asupan harian untuk
sakarin tidak boleh melebihi 5 mg/kg berat badan. Batas maksimum
penggunaan sakarin berdasarkan kategori pangan gula dan sirup lainnya
(misalnya: xylose, maple syrup, sugar toppings) yaitu 500 mg/kg (SNI01-
6993-2004).
Cahyadi, W. (2009). Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Kesehatan RI. (1985). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No. 208/Menkes/Per/IV/1985 tentang Batas Penggunaan Pemanis Makanan
dan Minuman. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai