Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PAKAN DAN NUTRISI

ACARA VI

UJI KECERNAAN SECARA IN VITRO

Disusun oleh:

Nama : Luthfia Az Zahra

NIM : 21/478495/SV/19318

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI VETERINER

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
I. Judul Praktikum
Uji kecernaan secara in vitro

II. Tujuan Praktikum


1. Mengetahui teknik analisis dalam uji kecernaan pakan
2. Mengetahui macam-macam teknik pada uji kecernaan pakan in vitro
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan in vitro
dengan teknik gas test
III. Tinjauan Pustaka
A. Definisi dan Macam-macam Teknik Analisis Kecernaan Pakan
Kecernaan pakan adalah cerminan dari besarnya manfaat suatu pakan,
apabila kecernaanya tinggi maka manfaatnya tinggi begitu pula sebaliknya
(Sukaryana dkk., 2011). Teknik analisis kecernaan pakan dibagi menjadi tiga,
antara lain
- Metode in vitro
Penetapan kecernaan in vitro adalah metode analisis kecernaan bahan
pakan dengan simulasi atau meniru pencernaan dalam alat pencernaan
ternak ruminansia (Utomo dkk., 2020).
- Metode in sacco
Metode in sacco digunakan untuk memprediksi tingkat kecernaan in
vivo. Teknik in sacco menggunakan ternak berfistula dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam kantong nylon kemudian diinkubasi di dalam rumen
dalam waktu yang berbeda (Utomo dkk., 2020).
- Metode in vivo
Penetapan kecernaan in vivo dilakukan menggunakan ternak secara
langsung. Peralatan yang digunakan tergantung spesies dan jenis kelamin
ternak. Pada ternak jantan cukup digunakan kandang metabolisme yang
dilengkapi tempat pakan, air minum, penampung feses, dan urin (Utomo
dkk., 2020).
B. Macam-macam Teknik dalam Uji Kecernaan secara In vitro
Teknik kecernaan in vitro antara lain
1. Two-stage in vitro
Teknik in vitro oleh Tilley dan Terry (1963) disebut juga
dengan teknik rumen buatan, yaitu percobaan fermentasi bahan pakan
secara anaerob dalam tabung fermentator menggunakan larutan buffer
yang merupakan saliva buatan. Metode dilakukan dengan dua tahap, yaitu
tahap pencernaan fermentatif dan tahap residu (sisa pakan yang tidak
terdegradasi) dihitung sehingga dapat diketahui konstituen nutrient pakan
yang terdegradasi (Utomo dkk., 2020).
2. Gas production/ gas test
Metode temuan Menke dan Steingass ini bertujuan
mengukur gas yang dihasilkan selama fermentasi dan komposisi pakan
didata untuk memperkirakan kandungan energi pakan (Tassone dkk.,
2020; Utomo dkk., 2020).
3. Daisy Culture
Metode ini menggunakan Ankom Daisy (AD) Incubator
yang digunakan berdasarkan simulasi pencernaan in vivo. Suhu di dalam
ruang inkubator dijaga 39±0,5°C oleh pengontrol panas. Kemudian
sampel ditimbang dalam kantong filter dan dimasukkan ke dalam toples
bersamaan dengan inoculum (rumen, cairan, feses, atau enzim) dan
larutan buffer. Masing-masing keempat toples ditempatkan pada rak putar
di dalam inkubator. Teknik ini memiliki keunggulan efisiensi waktu dan
tenaga karena inkubator memiliki kapasitas hingga 92 sampel (dengan 4
toples destruksi putar) (Tassone dkk., 2020; Utomo dkk., 2020).
4. Rusitec (Rumen Simulation Technique)
Teknik ini digunakan untuk menghasilkan inocula untuk
studi in vitro (Tassone dkk., 2020; Utomo dkk., 2020).
5. Continuous Culture
Metode Dual Flow Continuous Culture (DFCC) bertujuan
untuk menentukan pengaruh pakan ternak dan hijauan padang rumput
pada fermentasi mikroba rumen (Dadvar dkk., 2016; Utomo dkk., 2020)..
Fermentor DFCC yang mensimulasi lingkungan rumen dapat digunakan
untuk mengukur pencernaan pakan dan metabolism mikroba( (Stern dkk.,
1977, cit. Dadvar dkk., 2016; Utomo dkk., 2020).
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Uji Kecernaan secara In vitro
Kelebihan uji kecernaan secara in vitro pada ternak ruminansia yaitu
lebih murah, hasil penelitian diperoleh dalam waktu singkat sehingga
menghemat waktu, biaya, dan tenaga (Utomo dkk., 2020).
Kekurangan uji kecernaan secara in vitro yaitu sulit dilakukan pada
ternak monogastrik, membutuhkan donor cairan rumen yang diperoleh dari
ternak berfistula atau melalui mulut (oral), dan tidak terjadi penyerapan zat-zat
pakan seperti yang terjadi pada hewan hidup (Utomo dkk., 2020).
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan In vitro
dengan Teknik Gas Test
Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan uji in vitro antara lain
- Waktu pengambilan donor cairan rumen dilakukan di pagi hari sebelum
ternak diberi pakan pagi dengan pengambilan minimal dari 3 lokasi rumen
(depan, tengah, dan belakang)
- Kadar pH rumen ternak yang diberi pakan basal hijauan pH > 6,5,
sedangkan ternak yang diberi pakan basal dan konsentrat pH > 6,0.
- Kondisi cairan rumen pada saat dipindahkan dalam temperatur 38-39° C
dan anaerob
- Lama pengambilan cairan rumen maksimal 1 jam.
(Utomo dkk., 2020)
E. Tahapan dalam Uji Kecernaan secara In vitro dengan Teknik Gas Test
Parameter yang diamati yaitu pengukuran gas total dan gas methan.
Tahapan pengujian yaitu
1) Sebanyak 0,1 ml larutan mikro dicampur dengan 200 ml larutan buffer
rumen, 200 ml larutan makro, 0,1 ml larutan resazurin 0,1%, dan 40 ml
larutan pereduksi. Larutan tersebut dijaga temperaturnya agar stabil 39°C
2) Sapi berfistula sebanyak 2 ekor yang telah diberi pakan tetap diambil
cairan rumennya sebelum pemberian pakan pagi. Ransum tetap terdiri dari
50-60% hijauan dan 50% konsentrat dibagi dalam 2 kali pemberian pakan
dengan interval waktu 8 jam dan air minum ad libitum
3) Rumen disimpan di dalam termos. Namun, sebelum termos digunakan, isi
termos dengan air panas yang suhunya mencapai 39°C kemudian dibuang.
Setelah cairan rumen masuk ke dalam termos, aliri gas CO2 agar kondisi
rumen tetap anaerob
4) Tahap fermentasi dimulai dengan menyiapkan bahan pakan sampel
sebanyak 200 mg, blanko terdiri dari 2 syringe, dan standar 200 mg
sebanyak 2 syringe. Masukkan sampel ke dalam syringe gast test 100 ml.
Kemudian masukkan piston ke dalam syringe yang sudah diolesi vaselin.
5) Larutan media diaduk dan dialiri gas CO2 ditempatkan dalam waterbath
yang telah dilengkapi dengan pengontrol suhu. Suhu waterbath yaitu 39°C.
6) Cairan rumen dalam termos disaring kemudian dicampur dengan larutan
media. Perbandingan cairan rumen dengan larutan media yaitu 1:2.
7) Syringe gast test diinkubasi dalam waterbath selama 48 jam. Udara yang
berada di dalam syringe di keluarkan kemudian syringe ditutup rapat
dengan klep syringe
8) Pengamatan total produksi gas dilakukan dengan mencatat posisi piston
pada jam ke 1, 2, 4, 6, 8, 12, 24, 36, dan 48 jam. Setiap sampel dilakukan
6 perlakuan dan 3 kali pengulangan
(Menke dan Steingass, 1988, cit. Sajati dkk., 2012).
IV. Materi dan Metode
A. Materi
Alat
- Piston, berfungsi sebagai penahan larutan sampel dalam syringe
- Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang sampel
- Syringe, berfungsi sebagai wadah sampel
- Klip penutup, berfungsi untuk menutup ujung syringe agar tidak bocor
- Waterbath berisi air suhu 39°C, berfungsi untuk menjaga suhu syringe
stabil
- Labu, berfungsi sebagai wadah larutan media
- Magnetic stirrer, berfungsi sebagai pengaduk sekaligus pemanas larutan
media
- Tabung CO2, berfungsi sebagai wadah CO2
- Termos, berfungsi sebagai wadah cairan rumen agar tetap stabil (suhu
39°C)
- Pompa penghisap, berfungsi sebagai pengihisap cairan rumen dari fistula
sapi
- Kain linen, berfungsi sebagai penyaring cairan rumen sebelum masuk ke
termos dan penyaringan kedua senelum dicampur larutan media
Bahan
- Vaselin, berfungsi sebagai pelican piston
- Bahan pakan kulit kacang tanah, berfungsi sebagai sampel
- Rumput pangola, berfungsi sebagai standar
- Blanko, berfungsi sebagai pembanding dari larutan sampel
- Aquadest 474 ml, berfungsi sebagai pelarut komposisi larutan media
- Larutan mineral B (Trace element) 0,12 ml, berfungsi sebagai reagen
- Larutan buffer 237 ml, berfungsi untuk menjaga pH cairan rumen sama
seperti kondisi normal
- Larutan mineral A (Main element) 237 ml, berfungsi sebagai larutan
reagen
- Larutan resazurin 1,22 ml, berfungsi sebagai indikator warna
- Larutan pereduksi 49,6 ml, berfungsi sebagai pereduksi O2
- CO2 untuk mendapatkan suasana anaerob dengan mereduksi O2
- Cairan rumen, berfungsi sebagai sampel dicampur dengan bahan pakan
dan larutan media
- Air hangat, berfungsi untuk membilas termos agar suhu tetap panas
B. Metode
Tahap Persiapan Sampel

Vaselin dioleskan tipis merata pada permukaan piston

Bahan pakan dan standar pakan rumput pangola ditimbang sebanyak 0,2 gram (DM)

Bahan pakan dimasukkan ke dalam syringe

Piston yang telah dilumuri vaselin dimasukkan dalam syringe hingga angka 70

Klip penutup dikunci rapat

Pada atas piston diberi label

Syringe berisi bahan pakan diinkubasi dalam waterbath suhu 39°C diletakkan dengan
hati-hati
Tahapan Pembuatan Larutan Media

Larutan mineral B
Aquadest 474 ml Larutan buffer 237 ml
(Trace element) 0,12 ml
dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam
dimasukkan ke dalam
labu labu
labu

Larutan mineral A (Main


Larutan pereduksi 49,6 Larutan resazurin 1,22
element) 237 ml
ml dimasukkan ke dalam ml dimasukkan ke dalam
dimasukkan ke dalam
labu labu
labu

Larutan dalam labu Larutan media ditunggu


Larutan media
dicampur dengan hingga berwarna merah
diinkubasi dengan suhu
magnetic strirrer dan kemudian tidak
39°C dan dialiri gas CO2
dipanaskan pada 39°C berwarna
Tahapan Pengambilan Cairan Rumen

Sapi berfistula diberi pakan adaptasi selama ± 1 minggu

Cairan rumen diambil dari sapi berfistula pada pagi hari sebelum pemberian pakan pagi

Termos diisi air hangat 39°C lalu air dibuang digantikan dengan cairan rumen

Cairan rumen diambil menggunakan pompa penghisap

Cairan rumen dialirkan ke termos dengan penyaring kain linen

Cairan rumen dari termos disaring kembali menggunakan kain linen hingga didapat volume 1/2 dari
volume larutan media

Cairan rumen dimasukkan ke dalam larutan media yang sudah jernih dengan perbandingan 1:2

Campuran larutan dimasukkan dalam syringe dengan volume 30 ml

Piston dalam syringe didorong hingga tak ada udara di dalam syringe

Klip penutup dikunci rapat

Syrinnge dimasukkan kembali ke waterbath kemudian volume dan lama waktu inkubasi dicatat
menitnya

Pembacaan Produksi Gas

Pembacaan produksi
Pembacaan
gas dilakukan pada Hasil pembacaan
dilakukan sambil
jam ke 0, 2, 4, 6, 8, dicatat
syringe digoyangkan
12, 24, 36, 48, dan 72
V. Hasil Praktikum
Tabel 1. Data
Jam V0 V1 V2 V4 V6 V8 V12 V24 V36 V48
9.00 10.00 11.00 13.00 15.00 17.00 21.00 9.00 21.00 9.00
Blanko 29 29 30 31 32 33 33 34 34 35
Standar 26 29 31 34 37 41 51 63 73 77
P01 30 38 42 44 47.5 51 57 74 82 85
P02 29 34 37 39 41 44 49 61 66 67
P03 30 36 40 42 46 49 58 71 78.5 85

Tabel 2. V Sampel = Vt-V0; V Blanko = Vt Blanko – V0


Blanko
V1 V2 V4 V6 V8 V12 V24 V36 V48
Blanko 0 1 2 3 4 4 5 5 6
Standar 3 5 8 11 15 25 37 47 51
P01 8 12 14 17.5 21 27 44 52 55
P02 5 8 10 12 15 20 32 37 38
P03 6 10 12 16 19 28 41 48.5 55

Tabel 3. V Sampel – V Blanko


V1 V2 V4 V6 V8 V12 V24 V36 V48
Blanko 0 1 2 3 4 4 5 5 6
Standar 3 4 6 8 11 21 32 42 45
P01 8 11 12 14.5 17 23 39 47 49
P02 5 7 8 9 11 16 27 32 32
P03 6 9 10 13 15 24 36 43.5 49
Rata-rata 6.33 9 10 12.17 14.33 21 34 40.83 43.33
Pengulangan
Sampel
Grafik Produksi Gas Hasil Fermentasi P01
60

50

40
Produksi Gas

30 Blanko
Standar
20
P01
10

0
1 2 4 6 8 12 24 36 48
Waktu (Jam ke-)

Grafik Produksi Gas Hasil Fermentasi Sampel P02


50
45
40
35
Produksi Gas

30
25 Blanko
20 Standar
15
P02
10
5
0
0 2 4 6 8 12 24 36 48
Waktu (Jam ke-)

Grafik Produksi Gas Hasil Fermentasi P03


60

50

40
Produksi Gas

30 Blanko
Standar
20
P03
10

0
1 2 4 6 8 12 24 36 48
Waktu (Jam ke-)
Grafik Produksi Gas Hasil Fermentasi Rata-Rata
50
45
40
35
Produksi Gas

30
25
20
15
10
5
0
1 2 4 6 8 12 24 36 48
Waktu (Jam ke-)

VI. Pembahasan
Pada literatur didapatkan nilai rataan produksi gas menggunakan sampel kulit
kacang tanah selama 48 jam inkubasi secara in vitro
Tabel.1 Tabel Rataan Hasil Pengamatan Produksi Gas (Firsoni dan Lisanti,
2017)
V2 V4 V6 V8 V24 V48
Sampel 3.12 4.08 5.03 5.84 9.78 11.55
Tabel. 2 Tabel Perbandingan Produksi Gas
Volume Hasil Literatur
(Jam ke-) Praktium

V Sampel – V Blanko
2 9 3.12
4 10 4.08
6 12.7 5.03
8 14.33 5.84
24 34 9.78
48 43.33 23
Hasil perhitungan praktikum memiliki perbedaan dengan literatur. Produksi
gas yang dihasilkan pada litaratur rendah karena terdapat kandungan anti nutrisi
dan kandungan lignin dan selulosa cukup tinggi, sehingga aktivitas mikroba
terbatas.
VII. Kesimpulan
1. Kecernaan pakan adalah cerminan dari besarnya manfaat suatu pakan, apabila
kecernaanya tinggi maka manfaatnya tinggi begitu pula sebaliknya. Teknik
analisis kecernaan pakan dibagi menjadi tiga, antara lain in vitro, in sacco,
dan in vivo.
2. Macam-macam teknik pada uji kecernaan pakan in vitro yaitu two-stage in
vitro, gas production/ gast test, daisy culture, rustitec, dan continuous
culture.
3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan in vitro dengan teknik
gas test antara lain waktu pengambilan donor cairan rumen dilakukan di pagi
hari sebelum ternak diberi pakan pagi dengan pengambilan minimal dari 3
lokasi rumen (depan, tengah, dan belakang), kadar pH rumen ternak yang
diberi pakan basal hijauan pH > 6,5, sedangkan ternak yang diberi pakan
basal dan konsentrat pH > 6,0, kondisi cairan rumen pada saat dipindahkan
dalam temperatur 38-39° C dan anaerob, lama pengambilan cairan rumen
maksimal 1 jam.
Daftar Pustaka
Dadvar, P., Mohammadabadi, T., Sari, M., dan Fayazi, J. 2016. Ruminal Microba
Fermentation of Dromedary Camel In A Dual Flow Continuous Culture System Using
Cultivable and Pasture Forages. Journal of Livestock Science and Technologies.
4(1):17-24.
Firsoni dan Lisanti, E. 2017. Potensi Pakan Ruminansia dengan Penampilan Produksi Gas
Secara In Vitro. Jurnal Peternakan Indonesia. 19(3):140-148.
Sajati, G., Prasetyo, B.W.H.E., dan Surono. 2012. Pengaruh Ekstruksi dan Proteksi dengan
Tanin pada Tepung Kedelai Terhadap Produksi Gas Total dan Metan Secara In Vitro.
Animal Agricultural Journal. 1(1):241-256.
Sukaryana, Y., Atmomarsono, U., Yunianto, V.D., dan Supriyatna, E. 2011. Peningkatan
Nilai Kecernaan Protein Kasar dan Lemak Kasar Produk Fermentasi dan Campuran
Bungkil Inti Sawit dan Dedak Padi pada Broiler. JITP. 1(3):167-172.
Tassone, S., Fortina, R., dan Peiretti, P.G. 2020. In Vitro Techniques Using the Daisy II
Incubator for the Assessment of Digestibility: A Review. Animals. 10(5):1-24.
Utomo, R., Agus, A., Noviandi, C.T., Astuti, A., Alimon, A.R. 2020. Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum. UGM Press. Sleman.

Anda mungkin juga menyukai