Anda di halaman 1dari 8

JFFI.

2018; 5(1) 271-278


www.jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/fitofarmakaindonesia

AKTIFITAS EKSTRAK JAHE MERAH DALAM MENURUNKAN ASAM


URAT PADA KELINCI SERTA ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
SENYAWA BIOAKTIFNYA
Subehan Lallo1, Muhammad Mirwan2, Adrianti Palino1, Nursamsiar2, Besse Hardianti2
1
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin
2
Sekolah Tinggi Farmasi Makassar
subehan@unhas.ac.id

ABSTRAK
Jahe merah (Zingiber officinalle var. Amarum) merupakan salah satu tumbuhan yang banyak digunakan
sebagai bumbu makanan sehari-hari dan juga berkhasiat sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai
penyakit termasuk asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktifitas biologi dari jahe merah dan
mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa bioaktif yang tekandung di dalam ekstraknya. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan terhadap ekstrak etanol jahe merah memperlihatkan kemampuannya dalam menurunkan asam urat
pada kelinci yang diinduksi dengan kalium bromat (KBrO3) pada konsentrasi 0,6 b/v yang diamati pada 1 dan 3
jam setelah diinduksi dan dibandingkan dengan allopurinol yang digunakan sebagai positif kontrolnya. Ekstrak
etanol jahe merah juga memperlihatkan hubungan konsentrasi dengan penurunan asam urat pada kelinci. Isolasi
senyawa bioaktif dalam tanaman ini telah dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi dan identifikasi
stukturnya didasarkan pada analisis data spektrofotometri dan NMR. Berdasarkan data spectra yang diperoleh
terhadap senyawa yang paling dominan yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi adalah senyawa 6-gingerol. Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol jahe merah memiliki aktifitas dalam menurunkan kadar asam urat dengan
senyawa utama 6-gingerol.

Keywords: Jahe merah, Zingiber officinalle var. Amarum, asam urat, 6-gingerol

I. PENDAHULUAN perkembangan dan inovasi penemuan obat baru yang


Tumbuhan merupakan salah satu sumber berasal dari obat tradisional mulai berkembang pesat.
terbesar dari alam yang digunakan sebagai obat Kesadaran masyarakat akan pentingnya
tradisional dan menjadi objek penelitian dalam kesehatan juga mengalami peningkatan, namun
pencarian obat baru. Pemanfaatan tanaman untuk seiring dengan hal tersebut juga berkembang
obat tradisional memiliki kelebihan tersendiri yaitu berbagai jenis penyakit akibat perubahan gaya hidup
toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah yang lebih modern dengan tingkat stres yang lebih
harganya dan kurang menimbulkan efek samping. tinggi. Munculnya resistensi terhadap berbagai jenis
Kelebihan ini juga telah dibuktikan secara empiris bakteri ataupun parasit mengakibatkan perlunya
pada penggunaan langsung oleh manusia secara pengembangan dan penemuan obat baru. Kondisi
tradisional. Hal inilah yang menjadi salah satu lingkungan yang beriklim tropis juga sangat
motivasi untuk melirik kembali potensi alam untuk memungkinkan berbagai jenis penyakit untuk
mengupayakan penanggulangan berbagai penyakit tumbuh berkembang. Salah satu gangguan kesehatan
atau gangguan kesehatan yang sering muncul yang paling banyak muncul diusia lanjut adalah
termasuk dalam proses pencegahannya. Indonesia penyakit asam urat.
termasuk negara dengan sumber keanekaragaman Asam urat merupakan suatu produk akhir
hayati terbesar di dunia. Kekayaan alam yang sangat dari metabolisme purin. Proses metabolisme purin
berpotensi dan besar ini seharusnya mulai dilakukan sangat essensial bagi tubuh karena mampu
pemberdayaan dan pemanfaatan serta penelitian menghasilkan komponen-komponen asam nukleat
mengenai obat tradisional untuk memberikan bukti penting seperti DNA, RNA, dan kebutuhan energi sel
ilmiah mengenai khasiat suatu tanaman obat dan juga yaitu ATP. Produk akhir dari proses metabolime ini
dapat digunakan sebagai sumber senyawa penuntun menjadi bahan dasar untuk pembentukan asam urat
“lead compound” untuk mensintesis senyawa obat yang merupakan senyawa yang sukar larut dan
baru. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi apabila terjadi pengendapan serta jumlah yang
dibidang ilmu kefarmasian menimbulkan berlebih dalam darah (hiperurisemia) dapat
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1 271
menyebabkan gout (Vincent dkk, 2003). Asam urat wangi, dan sampai pada industri jamu tradisional
dapat menjadi sumber penyakit bila kadarnya (Herlina, 2004). Adapun manfaat dan kegunaan lain
berlebihan dalam darah (>7 mg/dL) atau karena dari jahe merah secara empiris antara lain sebagai
penurunan eksresi asam urat oleh ginjal, dapat pula karminatif, anti muntah, pereda kejang, anti
karena kombinasi keduanya (Luk dan Simkin, 2005). pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti
Berbagai teknik pengobatan telah dilakukan untuk inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti
mengatasi penyakit ini termasuk penggunaan rematik, serta merangsang pengeluaran getah
senyawa anti inflamasi seperti anti inflamasi non lambung dan getah empedu (Harmono dan Andoko,
steroid (AINS) dan penggunaan senyawa 2005).
penghambat enzim xanthin oxidase untuk Berdasarkan uraian diatas, maka timbul
mengurangi produksi asam urat. Beberapa kasus suatu permasalahan yaitu untuk membuktikan secara
penggunaan anti inflamasi non steroid (AINS) dapat ilmiah apakah ekstrak jahe merah (Zingiber officinale
memberikan efek samping berupa retensi nitrogen var. Amarum) memiliki kemampuan dalam
dan hiperkalemia (Sarawek, 2007). Munculnya efek menurunkan kadar asam urat pada hewan coba
samping dan berbagai kekurangan dari berbagai obat- kelinci dan mengisolasi serta mengidentifikasi
obat modern yang digunakan saat ini menuntut untuk komponen kimia dari rimpang jahe merah. Adapun
tetap mencari obat yang lebih mujarab dengan efek tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
samping yang sekecil mungkin. Salah satu alternatif senyawa atau komponen kimia bioaktif dari rimpang
sumber bahan yang dapat dikembangkan untuk jahe merah dengan mengisolasi dan mengidentifikasi
membuat bahan obat baru atau obat baru adalah obat dan menguji aktivitas ekstraknya dalam menurunkan
tradisional. kadar asam urat. Manfaat penelitian ini adalah
Berbagai jenis tumbuhan obat yang telah sebagai salah satu sumber informasi secara ilmiah
terbukti secara empiris dapat menurunkan kadar asam pada bidang kefarmasian, tentang penggunaan
urat. Salah satu tumbuhan yang digunakan untuk rimpang jahe merah sebagai obat tradisional maupun
pengobatan tradisional untuk penyakit asam urat modern dalam menyembuhkan berbagai penyakit.
adalah jahe merah (Zingiber officinale var. Amarum).
Jahe merah yang merupakan anggota famili II. METODE PENELITIAN
Zingiberaceae merupakan tanaman yang mudah A. Alat dan Bahan yang Digunakan
tumbuh di tempat terbuka seperti kebun dan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
pekarangan. Tanaman ini juga dapat tumbuh di tanah ini adalah lampu UV 254 nm dan 366 nm,
padat, kering ataupun gembur (Heinrich dan Subroto, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, alat
2000). Ada tiga jenis jahe yang telah dibudidayakan sentrifus (Hettich), balon kateter, spektrofotometer
di Indonesia yaitu: Jahe Gajah (Zingiber officinale UV-Vis, NMR (Jeol), Humalyser (human body),
var. Officinale), Jahe Emprit (Zingiber officinale var. gelas arloji, labu tentukur 100 ml (Pyrex), lumpang
Rubrum) dan Jahe Merah (Zingiber officinale var. dan alu, pipet ukur, tabung darah, tabung sentrifuge,
Amarum) (Wijayakusuma, 2006). Kegunaan praktis timbangan analitik (Sartorius), timbangan gram
ketiganya kadang-kadang berbeda. Jahe gajah yang (O’hauss), timbangan hewan (Berkel), dan spoit.
ukurannya besar, berkulit putih atau kuning dan Bahan-bahan yang digunakan dalam
rasanya tidak terlalu pedas dapat diolah sebagai penelitian ini adalah air suling, etanol, jahe merah
manisan atau asinan. Jahe emprit yang ukurannya (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum), n-heksan,
kecil, berkulit putih atau kuning dan sangat pedas etil asetat, ethanol 70%, kertas saring, H2SO4 10%,
sering digunakan untuk bumbu masakan dan obat. silica gel, reagen Dragendroff, H2SO4 2N, reagen
Jahe merah yang ukurannya sedang dan berkulit Mayer, reagen wagner, serbuk Fe, HCl pekat, eter,
merah umumnya digunakan untuk obat. Di antara asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat, FeCl3, silika gel,
jahe gajah dan jahe emprit terdapat berbagai variasi kalium bromat (KBrO3), natrium CMC, reagen
ukuran jahe. Jahe ini paling umum ditanam dan sering untuk analisis asam urat dan tablet Allopurinol.
diperdagangkan berdasarkan daerah asalnya
(Sudemo, 2004). B. Pengambilan dan Penyiapan Sampel
Jenis Zingiber officinale var. Amarum Sampel jahe merah (Zingiber officinale
merupakan jenis yang sangat populer digunakan Linn.Var.rubrum) diperoleh dari Tana Toraja,
sebagai bahan baku tradisional. Hal ini disebabkan Sulawesi Selatan. Sampel dibersihkan kemudian
karena kandungan minyak atsiri, zat gingeral, serta diangin-anginkan pada tempat yang tidak terkena
oleoresin atau zat yang memberikan rasa pahit dan cahaya matahari langsung hingga mengering.
pedas lebih tinggi dibandingkan dengan dua jenis Sebanyak kurang lebih 100 g sampel jahe merah yang
jahe lainnya, yaitu jahe gajah dan jahe emprit. Jahe telah kering, dipotong kecil-kecil kemudian
juga dapat digunakan pada industri obat, minyak dimasukkan dalam wadah maserasi, lalu

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1 272


ditambahkan dengan cairan penyari sampai sampel 5. Uji Fenolik
terendam seluruhnya. Ekstraksi dilakukan selam 5 Sejumlah kecil ekstrak dimasukkan ke
hari, hasil ekstraksi yang diperoleh selanjutnya dalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan
diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. sedikit eter. Lapisan eter dikeringkan pada plat tetes,
ditambah larutan FeCl3. Terbentuk warna ungu biru
C. Identifikasi Golongan Kimia Ekstrak berarti positif fenolik.
1. Uji Alkaloid
Uji Alkaloid dilakukan dengan metode 6. Uji Tanin
Mayer, Wagner dan Dragendorff. Sampel sebanyak 3 Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
mL diletakkan dalam cawan porselin kemudian kemudian dikocok dengan air panas hingga homogen
ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan kemudian kemudian ditambahkan FeCl3. Jika berwarna hijau
didinginkan pada temperatur ruangan. Filtrat yang biru (hijau hitam) berarti positif adanya tanin katekol
diperoleh ditambahkan HCl 2 N sebanyak 3 tetes , sedangkan jika berwarna biru hitam berarti positif
kemudian dipisahkan menjadi 3 bagian A, B, C. adanya tanin pirogalol.
Filtrat A ditambah pereaksi Mayer, filtrat B ditambah
pereaksi Wagner, sedangkan filtrat C ditambah D. Pengujian Aktivitas Asam Urat
Dragendorf. Apabila terbentuk endapan pada 1. Penyiapan Suspensi Ekstrak Etanol Jahe
penambahan pereaksi Mayer, Wagner dan Merah
Dragendorf maka identifikasi menunjukkan adanya Ekstrak jahe merah akan diberikan dalam 3
alkaloid variasi dosis yaitu 0,2 % b/v, 0,4 % b/v, 0,6 % b/v .
Untuk membuat suspensi ekstrak dengan konsentrasi
2. Uji Flavonoid 0,2 % b/v, sebanyak 0,2 g ekstrak digerus dalam
Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci lumpang, ditambah larutan koloidal Natrium CMC
dengan heksana sampai jernih. Residu dilarutkan 1% sedikit demi sedikit sambil digerus hingga
dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi homogen, lalu dimasukan ke dalam labu tentukur dan
4 bagian A dan B. Filtrat A ditambahkan 0,5 mL HCl volumenya dicukupkan hingga 100 ml. Untuk
pekat kemudian dipanaskan pada penangas air, jika membuat suspensi ekstrak dengan konsentrasi 0,4 %
terjadi perubahan warna merah tua sampai ungu b/v dan 0,6 % b/v , diperlukan ekstrak masing-masing
menunjukkan hasil yang positif (metode Bate Smith- 0,4 dan 0,6 gram untuk 100 ml.
Metchalf). Filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl dan
logam Mg kemudian diamati perubahan warna yang 2. Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji
terjadi (metode Wilstater). Warna merah sampai Hewan uji yang digunakan adalah kelinci
jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah jantan sebanyak 15 ekor dengan bobot badan 1,5–2
tua diberikan oleh flavonol atau flavonon, warna kg yang dibagi dalam 3 kelompok perlakuan yaitu
hijau sampai biru diberikan oleh aglikon atau kelompok 1 (kontrol negatif) yang diberi suspensi
glikosida. Natrium CMC 1%, kelompok 2 (kontrol positif) yang
diberi allopurinol, kelompok 3, 4, dan 5 diberi
3. Uji Teroenoid dan Steroid suspensi ekstrak etanol jahe merah dengan
Ekstrak dimasukkan sedikit dalam tabung konsentrasi masing-masing 0,2 % b/v, 0,4 % b/v, dan
reaksi kecil, lalu dikocok dengan sedikit eter. Lapisan 0,6 % b/v.
eter diambil lalu diteteskan pada plat tetes, dan
dibiarkan sampai kering. Setelah kering, 3. Perlakuan Pada Hewan Uji
ditambahkan dua tetes asam asetat anhidrat dan satu Sebelum perlakuan hewan diadaptasikan
tetes asam sulfat pekat. Apabila terbentuk warna dengan lingkungan selama 1–2 minggu, lalu
orange, merah, atau kuning berarti positif terpenoid. ditimbang untuk mengetahui bobot badannya,
Tetapi apabila terbentuk warna hijau berarti positif kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok yang
steroid. masing-masing terdiri dari 3 ekor, lalu dipuasakan
selama 8 jam. Ekstrak etanol jahe merah dari larutan
4. Uji Saponin stok di berikan secara per oral pada kelinci kelompok
Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth ke-3 (0,2 %b/v), ke-4 (0,4 % b/v), ke-5 (0,6 % b/v).
yaitu dengan cara memasukkan 2 mL sampel Perlakuan kontrol diberikan untuk kelinci kelompok
kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 mL ke-1 (Natrium CMC 1 %) dan kelompok ke-2
akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati (Allopurinol 0,058 % b/v).
perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk busa yang Pengambilan dan pengukuran darah
mantap (tidak hilang selama 30 detik) maka dilakukan pada masing-masing kelinci di tiap
identifikasi menunjukkan adanya saponin. kelompok. Pengambilan dan pengukuran darah
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1 273
pertama kali dilakukan sebelum semua kelinci III. HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan perlakuan. Pengambilan dan pengukuran Standarisasi dalam kefarmasian tidak lain
darah yang kedua kali dilakukan setelah semua adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara
kelinci di induksi dengan KBrO3 111 mg/kg BB. pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur
Pengambilan dan pengukuran darah yang ketiga kali terkait paradigma kefarmasian, mutu dalam artian
dilakukan setelah pemberian obat dan sampel. memenuhi syarat standar (kimia, biologi dan
farmasi), termasuk jaminan batas-batas stabilitas
4. Pengukuran Kadar Asam Urat dalam Darah sebagai produk kefarmasian umumnya. Dengan kata
Cuplikan darah yang diperoleh (1 ml) lalu lain, pengertian standarisasi juga berarti proses
disentrifuge selama 15 menit, akan diperoleh larutan menjamin bahwa produk akhir obat (obat, ekstrak
supernatan yang kemudian diukur absorbsinya atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter
dengan menggunakan Humalyser. tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi mutu
5. Pengumpulan dan Analisis Data ekstrak yaitu faktor biologi dari bahan asal tumbuhan
Pengumpulan data berdasarkan hasil obat dan faktor kandungan kimia bahan obat tersebut
pengamatan dilanjutkan dengan analisis data secara (Depkes RI 2000).
statistik dengan menggunakan metode Rancangan Pada penelitian ini dimaksudkan untuk
Acak Lengkap (RAL) dan analisis lanjutan dengan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol jahe
metode uji Beda Jarak Nyata Duncan (BNJD). merah (Zingiber officinale var. Amarum) terhadap
kadar asam urat kelinci (Oryctolagus cuniculus) dan
E. Isolasi Senyawa isolasi serta identifikasi senyawanya dengan
1. Kromatografi Lapis Tipis menggunakan metode kromatografi dan
Lempeng yang telah diberi garis diaktifkan spektrofotometri. Jahe merah diekstraksi dengan
dalam oven dengan suhu 100 ̊C selama 15 menit. menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol
Ekstrak kental kemudian dilarutkan kedalam vial 70 %. Pelarut ini merupakan pelarut polar yang dapat
dengan pelarut, dan selanjutnya ditotolkan pada mengekstraksi lebih banyak kandungan kimia yang
lempeng yang sudah diaktifkan. Dibuat eluen n- bersifat polar. Metode maserasi merupakan metode
heksan: etil asetat dimasukkan kedalam bejana ekstraksi secara dingin dengan membiarkan pelarut
setelah itu dijenuhkan dengan kertas saring kemudian atau cairan penyari masuk kedalam sel sampel secara
dielusi. Dilakukan pengamatan pada penampakan difusi dan melarutkan senyawa dengan jarak
noda dengan menggunakan UV 254 nm dan 366 nm kepolaran yang sama dengan etanol 70% dalam air
serta pereaksi semprot H2SO410%. yang kemudian keluar kembali dari sel tumbuhan
yang dijadikan sampel dengan membawa senyawa
2. Kromatografi Kolom kimia atau metabolic sekunder dari tanaman. Metode
Kolom kromatografi terlebih dahulu dibilas ini sangat sederhana namun butuh waktu yang lebih
dengan n heksan-etil asetat, dimasukkan sedikit lama untuk proses penyariannya sehingga dapat
kapas kedalam tabung bagian bawah Kolom mengakibatkan senyawa yang tersari yang bersifat
kromatografi terlebih dahulu dibilas dengan n kurang stabil akan terurai dan bahkan berubah bentuk
heksan-etil asetat, dimasukkan sedikit kapas pada menjadi senyawa lainnya. Ekstrak yang diperoleh
bagian bawah tabung kolom selanjutnya dipasangkan kemudian diliofilisasi untuk menghilangkan
tegak lurus pada statif. Ke dalam tabung kolom penyarinya untuk menghasilkan ekstrak yang kering
dimasukkan sebanyak 30 gram sedikit demi sedikit atau kental.
silica gel sambil diketuk-ketuk tabung kolom hingga Pada penelitian uji bioaktifitasnya dilakukan
memadat. pengujian kemampuan dari ekstrak jahe tersebut
Ke dalam lumpang digerus sebanyak 5 gram dalam menurunkan kadar asam urat pada kelinci.
ekstrak kental dan ditambahkan sedikit demi sedikit Penelitian ini menggunakan 5 kelompok hewan coba
silica gel dan pelarut, sambil di gerus hingga kelinci dimana kelompok pertama sebagai kontrol
homogen. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung negatif diberikan Na CMC, kelompok kedua sebagai
kolom dan di elusi dengan eluen n heksan : etil asetat kontrol positif diberikan suspensi allopurinol,
dengan berbagai perbandingan. Hasil yang keluar kelompok ketiga sebagai kelompok perlakuan
ditampung dalam vial berupa beberapa fraksi. diberikan suspensi ekstrak etanol jahe merah 0,2 %
Diambil masing – masing fraksi dilakukan b/v, kelompok keempat sebagai kelompok perlakuan
kromatografi dengan menggunakan eluen n-heksan : diberikan suspensi ekstrak etanol jahe merah 0,4 %
etil asetat. Fraksi yang memiliki kesamaan pada KLT b/v, dan kelompok kelima sebagai kelompok
digabung menjadi satu fraksi. perlakuan diberikan suspensi ekstrak etanol jahe
merah 0,6 % b/v. Hewan coba kelinci mula-mula
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1 274
diukur kadar asam urat awal sebelum diberikan dimana penurunan kadar asam uratnya masih lebih
perlakuan, dengan tujuan untuk mengetahui kadar kecil daripada ekstrak etanol jahe merah 0,6% yaitu
asam urat kelinci pada keadaan normal. Kemudian sebesar 43%. Sedangkan kelompok kontrol negatif
hewan coba kelinci diinduksi dengan kalium bromat mengalami juga tetap menunjukkan penurunan kadar
(KBrO3) dengan dosis 111 mg/kg BB selama 72 jam asam urat namun sangat kecil dibandingkan dengan
untuk menaikkan kadar asam urat darah. Mekanisme semua jenis perlakuan yaitu sebesar 18%.
kerja dari kalium bromat yaitu dengan menginduksi Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa
hiperurisemia dan gout. Mekanisme hiperurisemia ekstrak etanol jahe merah 0,6% memberikan efek
dari kalium bromat disebabkan adanya percepatan menurunkan kadar asam urat darah kelinci yang lebih
metabolisme purin dengan meningkatnya aktivitas besar daripada ekstrak etanol jahe merah 0,2% dan
xantin oksidase akibatnya kadar asam urat meningkat ekstrak etanol jahe merah 0,4%. Ini disebabkan
dalam darah (Watanabe dkk, 2004). Setelah itu karena flavonoid yang ada pada jahe merah
diberikan perlakuan dengan pemberian suspensi menghambat kerja xantin oksidase sehingga tidak
ekstrak etanol jahe merah dengan konsentrasi terbentuk asam urat. Efek flavonoid sebagai
berbagai variasi kelompok konsentrasi yang penghambatan enzim xantin oksidase tidak
dibandingkan dengan kelompok control positif berlangsung lama karena cepat di ekskresi melalui
suspensi allopurinol 0,06 % b/v dan Na CMC 1 % b/v urin.
sebagai kontrol. Kadar asam urat darah kemudian Berdasarkan analisis statistik dengan
diukur dengan humalizer untuk mengetahui efek menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap
pemberian masing-masing perlakuan terhadap kadar (RAL) dan Analisis Sidik Ragam (ASR)
asam urat darah. memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak etanol
Pada penelitian ini digunakan kontrol positif jahe merah memberikan efek yang sangat nyata
suspensi allopurinol. Senyawa ini dipilih karena (sangat signifikan) terhadap penurunan kadar asam
kemampuannya yang sangat efektif dalam urat pada hewan coba kelinci yang dapat dilihat dari
menormalkan kadar asam urat dalam daran dan besarnya F hitung yang lebih besar daripada F tabel.
kemih yang meningkat (Tan dan Rahardja, 2002). Kemudian dilanjutkan dengan uji lanjutan
Allopurinol merupakan senyawa alternatif yang menggunakan uji Beda Nyata Jarak Duncan (BNJD)
digunakan untuk meningkatkan ekskresi asam urat diperoleh bahwa ekstrak etanol jahe merah dengan
melalui penghambatan enzim xantin oksidase dan 80 konsentrasi 0,6% b/v memberikan efek yang berbeda
% diabsorbsi setelah pemberian oral. Seperti halnya sangat nyata dengan kontrol negatif dan ekstrak
asam urat, allopurinol sendiri dimetabolisme oleh etanol jahe merah dengan konsentrasi 0,2 %, hal ini
xantin oksidase menjadi allantoxantin, berarti ekstrak etanol jahe merah dengan konsentrasi
mempertahankan kapasitas untuk mencegah xantin 0,6% b/v memberikan efek penurunan yang lebih
oksidase dan memiliki durasi efek yang cukup baik daripada kontrol negatif dan ekstrak etanol jahe
panjang sehingga terapinya cukup sekali dalam sehari merah dengan konsentrasi 0,2%. Serta berbeda nyata
(Katzung, 2001). dengan ekstrak etanol jahe merah dengan konsentrasi
Berdasarkan persen penurunan kadar asam 0,4% b/v, hal ini berarti efek penurunan ekstrak
dari data pengamatan terlihat bahwa kelompok etanol jahe merah dengan konsentrasi 0,6% b/v lebih
kontrol positif yang diberikan suspensi allopurinol besar dari ekstrak etanol jahe merah dengan
memberikan efek penurunan kadar asam urat sebesar konsentrasi 0,4% b/v tetapi berbeda tidak nyata
54%. Pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak dengan kontrol positif (allopurinol), hal ini berarti
etanol jahe merah 0,2% mengalami penurunan kadar antara kontrol positif dengan ekstrak etanol jahe
asam urat sebesar 26% dan pada kelompok perlakuan merah dengan konsentrasi 0,6 % b/v memberikan
yang diberi ekstrak etanol jahe merah 0,4% efek penurunan yang hampir sama.
mengalami penurunan kadar asam urat sebesar 37%,

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1 275


Sebelum
2,5
Induksi
Setelah

Kadar Asam Urat (mg/dL)


2
Induksi
Setelah
1,5
Perlakuan

0,5

0
Kontrol (-) Ekstrak 0,2% Ekstrak 0,4% Ekstrak 0,6% Kontrol (+)

Gambar 1. Penurunan Kadar Asam Urat dalam darah Kelinci

Telah dilaporkan bahwa ekstrak etanol daun menghasilkan berjumlah 30 vial yang selanjutnya
singkong (Manihot utilissima Pohl.) dengan disebut subfraksi.
konsentrasi 25% dapat menurunkan kadar asam urat Subfraksi yang telah diperoleh kemudian
dengan persen penurunan sebesar 27 % (Julianti, dipantau kembali dengan KLT dengan menggunakan
2010). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh eluen heksan:etil asetat 4:3. Subfraksi 1, 5, 10, 15, 20
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dapat dan 30 yang merupakan perwakilan dari 30 vial untuk
disimpulkan bahwa ekstrak etanol jahe merah dilakukan KLT. Hasil KLT menunjukkan bahwa
(Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) dengan penampakkan noda terdapat pada subfraksi 1 dan 15
konsentrasi 0,6% mempunyai kemampuan lebih baik sehingga memungkinkan untuk dilakukan KLT
dibandingkan dengan ekstrak etanol daun singkong kembali pada subfraksi 1 sampai 15. Kromatografi
(Manihot utilissima Pohl.) dalam menurunkan kadar diamati dibawah UV pada 254 nm dan 366 nm. Serta
asam urat dengan persen penurunan sebesar 43%. digunakan penampak bercak asam sulfat 10%. Hasil
Penelitian selanjutnya dilakukan untuk pemantauan dengan kromatografi lapis tipis
mengisolasi senyawa bioaktif dari rimpang jahe menunjukkan adanya pemisahan bercak-bercak
merah dan mengidentifikasi struktur senyawanya dengan jumlah dan nilai Rf yang berbeda-beda dari
dengan menggunakan spektrofotometer UV dan masing-masing subfraksi. Hal ini membuktikan
NMR. Sebelum proses pemisahan senyawa, bahwa proses pemisahan komponen kimia
dilakukan terlebih dahulu orientasi eluen dengan berdasarkan tingkat kepolarannya sudah terjadi.
menggunakan pelarut Metanol, Heksan, Etil asetat, Subfraksi yang memiliki kesamaan profil KLT
dan Kloroform. Orientasi dilakukan menggunakan disatukan yakni subfraksi 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan adsorben yang 15 sehingga memungkinkan untuk dilakukan
digunakan berupa Silika gel 40 F254. Hasil orientasi penggabungan fraksi, kemudian diuapkan.
menunjukkan eluen Heksan : Etil asetat (4:3) Selanjutnya, fraksi gabung diamati kembali
memberikan pemisahan yang baik, kemudian menggunakan KLT, dengan fase gerak heksan-etil
dilakukan uji identifikasi golongan terhadap ekstrak asetat 4:3, fase diam silica gel 40 dan penampak noda
rimpang Jahe Merah. Dari hasil identifikasi menggunakan UV 254 nm, UV 366 nm, dan dengan
golongan, ekstrak Heksan rimpang Jahe Merah penyemprotan H2SO4. Dari hasil pengamatan
positif mengandung Tanin dan Saponin. diperoleh 1 fraksi dengan nilai Rf 0,60, dengan UV
Berdasarkan profil KLT, heksan:etil asetat 254 nm dan UV 366 nm memberikan penampakan
(4:3) adalah merupakan eluen terbaik dalam noda berwarna ungu, dan dengan pereaksi semprot
pemisahan senyawa ini kemudian dilakukan H2SO4 menghasilkan warna cokelat.
Fraksinasi dengan menggunakan Kromatografi
kolom konvensional, dengan fase diam silica gel 40
dan eluen yang berupa komposisi pelarut heksan:etil
asetat dengan perbandingan 100:0, 90:10, 80:20,
70:30, dan 60:40. Hasil fraksinasi ditampung dalam
vial dengan masing-masing ukuran 10 ml

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1 276


yang merupakan senyawa bioaktif dengan berbagai
aktifitas biologi yang telah dilaporkan (Subehan,
2005).

Gambar 3. Struktur kimia 6-Gingerol

IV. KESIMPULAN
Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak
A B etanol jahe merah (Zingiber officinale Var. Amarum)
pada konsentrasi 0,6 % b/v memiliki kemampuan
Gambar 2. Hasil KLT (A) Fraksi ekstrak paling baik untuk menurunkan kadar asam urat pada
jahe merah dengan penampak noda H2SO4. (B) hewan uji kelinci serta 6-gingerol merupakan
Isolat dengan penampak noda sinar UV 254 nm dan senyawa bioaktif yang diisolasi dari ekstrak etanol
H2SO4 pada lempeng KLT silica gel dielusi dengan jahe merah.
hexan:EtoAc (4:3).
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Data H-NMR (400 MHz) terhadap senyawa Terima kasih kepada Laboratorium Natural
yang diisolasi menunjukkan adanya signal δH 0.87 Products Chemistry, Institute of Natural Medicine,
(3H, t, J=6.8 Hz, H-10), 1.25-1.40 (8H, H-6,7,8,9), University of Toyama atas dukungannya dalam
2.50 (1H, d, J=8.8 Hz, H-4a), 2.54 (1H, d, J=3.2 Hz, pengukuran data spektra H-NMR terhadap isolat
H-4b), 2.74 (2H, d, J=7.1 Hz, H-2), 2.82 (2H, d, J=7.1 yang diperoleh.
Hz, H-1), 3.86 (3H, s, OCH ), 4.03 (1H, m, H-5), 6.65
3
(1H, dd, J=8, 1,9 Hz, H-6’), 6.67 (1H, d, 1,9 Hz, H- DAFTAR PUSTAKA
2’), 6.81 (1H, d, J=8 Hz, H-5’). Hal ini menunjukkan Vincent M.F., Marie S., Race V., Timmerman T.,
adanya gugus metil primer pada δH 0.87 yang ditandai 2003. Purine Metabolism. Hospital Saint-
dengan multiplicity triplet dengan 8 proton metilen Luc University. pp.13-17.
pada δH 1.25-1.40 serta 2 proton metilen lainnya yang Luk J. A., Simkin A. P., 2005. Epidemiology of
berada pada posisi yang lebih bergeser kearah Hyperuricemia and Gout. The American
downfield (deshielded) δH 2.50 (1H, d, J=8.8 Hz, H- Journal of Managed Care. pp. 11, S435-
4a), 2.54 (1H, d, J=3.2 Hz, H-4b), dan 4 proton S442.
lainnya pada δH 2.74 (2H, d, J=7.1 Hz, H-2), 2.82 Sarawek S., 2007. Xanthine Oxidase Inhibition and
(2H, d, J=7.1 Hz, H-1). Keberadaan satu gugus Antioksidant Activity Of An Artichoke Leaf
metoksi ditandai dengan munculnya signal pada δH Extract (Cynara scolymus L.) And its
3.86 (3H, s, -OCH3) dengan ciri signal intensitas Compounds. A Dissertation Presented To
tinggi sebanyak 3 proton. Proton teroksigenasi juga The Graduate School Of The University Of
terdeteksi dengan munculnya sinyal pada δH 4.03 Florida In Partial Fulfillment Of The
(1H, m, H-5). Gugus aromatis terlihat pada daerah Requirements For The Degree Of Doctor Of
yang lebih deshielded dengan geseran kimia yang Philosohy. University Of Florida. p. 19, 21,
lebih besar dari 6 ppm. Pada data H-NMR 25.
menunjukkan keberadaan signal tersebut berupa Heinrich M., Subroto A., 2000. Gempur Penyakit
aromatic dengan ABX system pada δH 6.65 (1H, dd, dengan Minyak Herbal Papua. Agromedia
J=8, 1,9 Hz, H-6’), 6.67 (1H, d, 1,9 Hz, H-2’), 6.81 Pustaka. Jakarta. pp. 5-8.
(1H, d, J=8 Hz, H-5’). Berdasarkan data H-NMR ini Wijakusuma H., Sehat dengan Jahe.
dan dengan membandingkan dengan beberapa http://www.suarakarya.online/news.
literature yang telah dilaporkan sebelumnya Diakses 13 agustus 2006.
menunjukkan senyawa tersebut adalah 6-gingerol Sudemo B., 2004. Tanaman Obat Populer,
(Hou Wo, 2007). Senyawa ini memang banyak Penggempur Aneka Penyakit. Agremedia
ditemukan dalam tanaman dari family Zingiberaceae Pustaka Pesona. pp. 1-12.
termasuk pada tanaman jahe (Zingiber officinale) Herlina R., Murhananto, Endah J., Listyarini S.P.,
atau pada lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) Pribadi S.T., 2004. Khasiat Dan Manfaat
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1 277
Jahe Merah si Rimpang Ajaib. Agromedia
Pustaka. pp. 1-12.
Harmono, Andoko A., 2005. Budidaya dan Peluang
Bisnis Jahe, Penerbit Agromedia Pustaka.
Watanabe S., Tajima Y., Yamaguchi T., Fukui T.,
2004. Potassium Bromate-Induced
Hyperuricemia Stimulates Acute Kidney
Damage Oxidative Stress. Journal of Health
Science. 647-653.
Tan H.T., Rahardja K., 2002. Obat-Obat Penting,
Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. ed.5. PT. Elex Media
Komputindo Gramedia. Jakarta.. Hal. 319,
321-322
Katzung B. G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik.
Ed. 8. Terjemahan oleh Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Salemba Medika. Jakarta. Hal 487 – 490
Julianti T.B. 2010., Pengaruh Pemberian Ekstrak
Etanol dan Infus Daun Singkong (Manihot
utilissima Pohl.) terhadap Kadar Asam Urat
Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Makassar. pp. 34-36.
HouWu, 2007. Isolation And Characterization Of
Natural Products From Ginger And Allium
ursinum. A Dissertation Submited To The
Graduate School-New Brunswick Rutgers,
The State University Of New Jersey. In
Partial Fulfillment Of The Requirements For
The Degree Of Doctor Of Philosohy.
Graduate Program In Food Science. P. 81.
Subehan, Usia T., Kadota S., Tezuka Y., 2005.
Constituents of Zingiber aromaticum and
Their CYP3A4 and CYP2D6 Inhibitory
Activities. Chemical and Pharmaceutical
Bulletin, 53(3). pp. 333-335.

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 5 No.1 278

Anda mungkin juga menyukai