B. Tujuan Praktikum : 1. Untuk mengamati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia cacahan 2. Untuk mengamati apakah ada pemalsuan simplisia dan ketidakmurnian simplisia 3. Untuk mengamati kualitas simplisia 4. Untuk menganalisis apakah semua simplisia yang ada pada sediaan tersebut sesuai untuk digunakan sebagai anti asam urat 5. Untuk menganalisis cara pemakaiannya 6. Untuk memberikan suatu saran perbaikan untuk sediaan herbal tersebut C. Dasar Teori Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Selama beberapa tahun hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama atau dianggap sama dengan gout, namun sekarang asam urat telah diidentifikasi sebagai penanda untuk sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik (Wisesa dan Suastika, 2009). Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara pembentukan dan degradasi nukleotida purin serta kemampuan ginjal dalam mengekskresikan asam urat. Apabila terjadi kelebihan pembentukan atau penurunan ekskresi atau keduanya maka akan terjadi peningkatan konsentrasi asam urat darah yang disebut dengan hiperurisemia (Wisesa dan Suastika, 2009). Hiperurisemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi asam urat serum di atas 6,0 mg/dl pada wanita dan 6,8 mg/dl pada pria. Hampir 10% individu dewasa menderita hiperurisemia setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka. Kebanyakan dari mereka tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut. Hiperurisemia juga dapat menyebabkan resiko komplikasi yang tinggi seperti gout, urolithiasis, nefropati asam urat akut. Komplikasi tersebut perlu dievaluasi untuk menjelaskan penyebabnya serta mendapatkan pengobatan yang sesuai (Dincer et al, 2002) Penggunaan obat tradisional di Indonesia pada hakekatnya merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia. Keuntungan dari penggunaan obat tradisional adalah efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat modern, juga dapat digunakan sebagai senyawa penuntun untuk menemukan obat baru. Meskipun secara empiris obat tradisional mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, tetapi khasiat dan kemampuannya belum terbukti secara klinis. Selain itu, belum banyak diketahui senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap khasiat obat tradisional tersebut (Wijayakusuma, 1996) Bahan obat tradisional seperti Temulawak (Curcuma xanthorrhiza), Kayu angin (Usnea misaminensis), Kunyit (Curcuma domestica), Kapulaga (Amommum compactum), Kayu secang (Caesalpinia sappan L.), Daun salam (Syzigium polyanthum), Daun sirih (Peperomia ludica), Daun kayu putih (Melaleuca leucadendra), Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), dan Daun jambu biji (Psidium guajava) yang mempunyai khasiat sebagai anti asam urat. D. Bahan : 1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) 2. Kayu angin (Usnea misaminensis) 3. Kunyit (Curcuma domestica) 4. Kapulaga (Amommum compactum) 5. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.) 6. Daun salam (Syzigium polyanthum) 7. Daun sirih (Peperomia ludica) 8. Daun kayu putih (Melaleuca leucadendra) 9. Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) 10. Daun jambu biji (Psidium guajava) E. Langkah kerja : 1. Amati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia cacahan. 2. Amati apakah ada pemalsuan simplisia dan ketidakmurnian simplisia. 3. Amati kualitas simplisia. 4. Analisis apakah semua simplisia yang ada pada sediaan tersebut sesuai untuk digunakan sebagai anti asam urat. 5. Analisis cara pemakaiannya. 6. Berilah saran perbaikan untuk sediaan herbal tersebut. F. Pembahasan Pada praktikum kali ini, kelompok kami menganalisis sediaan herbal untuk pengobatan anti asam urat. Yang pertama adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza), temulawak berasal dari keluarga zingiberaceae yang mempunyai ciri khas yaitu bau yang khas aromatic, rasa yang tajam dan berwarna kuning kecoklatan. Temulawak mempunyai aktivitas farmakologi lain selain anti asam urat diantaranya hepatoprotektif dan meningkatkan system imun. Penelitian yang mendasar bahwa temulawak dapat dikatakan sebagai hepatoprotekif adalah Penelitian yang dilakukan oleh Sirait pada tahun 2014, menjelaskan bahwa terdapat pengaruh pemberian dekok rimpang temulawak dalam mencegah kerusakan hepar tikus jantan dewasa galur Sprague dawley yang diinduksi aspirin. Pemberian dekok rimpang temulawak dengan dosis 2,6 g/kgBB dan 5,2 g/kgBB memiliki efek hepatoprotektif terhadap hepar tikus yang diinduksi aspirin dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi dekok rimpang temulawak dengan dosis 1,3 g/kgBB. Sedangkan ada penelitian lain yang menyatakan Penilitian dilakukan atas survey pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak yang melibatkan 80 orang subjek serta uji klinis konsumsi minuman ekstrak temulawak yang diberikan selama 2 minggu pada 21 subjek selama 2 minggu pada 21 subjek obes. Populasi limfosit total dan limfosit B dianalisis sebelum dan setelah intervensi. Hasilnya menunjukkan bahwa manfaat kesehatan temulawak yang paling banyak diketahui adalah untuk meningkatkan nafsu makan dan menjaga stamina tubuh. Dari uji klinis diketahui bahwa pemberian minuman ekstrak temulawak menurunkan secara nyata populasi limfosit B, yang mengindikasikan penurunan fungsi imun humoral. Yang kedua adalah kayu angin (Usnea misaminensis), kayu angin berasal dari keluarga usneaceae yang mempunyai ciri seperti bau lemah, rasa yang tidak berasa, dan berwarna coklat. Kayu angin mempunyai aktivitas farmakologi yaitu antibakteri, obat sariawan, astringen, obat batuk, disentri dan sakit perut. Penelitian yang mendasar bahwa kayu angin dapat dikatakan sebagai anti asam urat tidak ditemukan. Yang ketiga adalah kunyit (Curcuma domestica), kunyit berasal dari keluarga zingiberaceae yang mempunyai cirri khas seperti bau khas yang aromatic, rasanya agak pahit dan agak pedas, dan warnanya kuning kecoklatan. Kunyit mempunyai akivitas farmakologi selain anti asam urat yaitu antikanker, antibakteri, antidiare, antiinflamasi, antioksidan, dan antitumor. Penelitian yang mendasar bahwa kunyit dapat dikatakan sebagai anti asam urat adalah Dalam sebuah penelitian diberikan pemberian kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit yang dilakukan pada 40 pasien hiperurisemia, dimana pasien menggunakan kombinasi serbuk daun salam (1 gram) sebagai obat penurun asam urat dan rimpang kunyit (1 gram) sebagai antiinflamasi. Pemberian kombinasi lebih baik untuk penurunan asam urat. Observasi klinis yang dilakukan terhadap 40 pasien hiperurisemia menunjukkan penurunan kadar asam urat setelah mengkonsumsi sediaan serbuk daun salam dan rimpang kunyit. Yang keempat adalah Kapulaga (Amommum compactum), kapulaga berasal dari keluarga zingiberaceae yang mempunyai cirri khas seperti bau khas yang arommatik, agak pedas dan berawarna kuning muda kecoklatan. Kapulaga mempunya aktivitas farmaologi antara lain sebagai analgesic, antiinflamasi, antispasmodic, antiulcer, ekspektoran, dan aromatika. Penelitian yang mendasar bahwa kapulaga dapat dikatakan sebagai antibakteri adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekstrak buah kapulaga (Amomum compactum Soland. ex Maton) yang paling efektif dalam menghambat Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes, mengetahui pelarut dengan aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes, dan mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dari ekstrak buah kapulaga. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan perlakuan variasi pelarut dan kondisi ekstrak. Buah kapulaga yang digunakan dalam kondisi segar, setengah kering, dan kering. Pelarut yang digunakan yaitu n- heksana, etil asetat, dan etanol. Ekstrak buah kapulaga didapat dengan cara ekstraksi secara maserasi bertingkat. Uji aktivitas antibakteri ekstrak buah kapulaga menggunakan metode difusi agar untuk mengukur luas zona hambat. Data yang diperoleh dianalisisis dengan ANAVA dan dilanjutkan dengan DMRT untuk mengetahui letak beda nyata. Hasil penelitian ini menunjukkan pada buah kapulaga mengandung minyak atsiri sebesar 5,025% v/b. Ekstrak etila setat kapulaga kering menunjukkan aktivitas antibakteri paling tinggi pada Streptococcus pyogenes yang ditunjukkan dengan zona hambat sebesar 1425,96 mm2. Ekstrak etil asetat buah kapulaga setengah kering menunjukkan aktivitas antibakteri paling tinggi pada Escherichia coli yang ditunjukkan dengan luas zona hambat sebesar 751,64 mm2. Hasil penelitian didapatkan KHM ekstrak buah kapulaga terhadap bakteri Streptococcus pyogenes pada konsentrasi 2,5% dan terhadap bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 5%. Yang kelima adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L.), kayu secang berasal dari keluarga caesalpiniaceae yang mempunyai cirri khas yaitu tidak berbau, rasanya agak pahit khas/ rasa kelat, dan warnanya orange. Aktivitas farmakologi dari kayu secang selain anti asam urat adalah sebagai antimikroba, meningkatkan system imun, antioksidan, antialergi, kardioaktif, dan nephroprotective. Penelitian yang mendasar bahwa kayu secang dapat dikatakan sebagai anti asam urat adalah Penelitian ini diuji efektivitas fraksi etanol ekstrak kayu secang dalam berbagai dosis terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus putih jantan yang diinduksi kalium oksonat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari kelompok control normal, control negative, control positif yang diberi allupurinol 10 mg/200 g BB dan 3 kelompok perlakuan masing-masing diberi fraksi etanol dengan dosis, 1,17 mg/200g BB, 2,35 mg/200g BB, 4,7 mg/200g BB dan diinduksi kalium oksonat. Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada hari 1,3,6, dan 9 dengan metode enzimatik Fhotometrik. Pada uji analisa statistik ANAVA diperoleh data (p<0,005) yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada tiap kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Pada Uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok 1 dengan dosis 1,17 mg/200g BB dengan control positif, tetapi pada kelompok 2 dengan dosis 2,35 mg/200 g BB dan kelompok 2 dengan dosis 4,7 mg/ 200 g BB tidak berbeda makna dengan control positif. Berdasarkan hasil uji tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian fraksi etanol ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) mempunyai aktivitas menurunkan kadar asam urat. Yang keenam adalah daun salam (Syzigium polyanthum), daun salam berasal dari keluarga myrtaceae yang mempunyai ciri khas yaitu baunya aromatic lemah, rasanya kesat, dan berwarna kecoklatan. Aktivitas farmakologi dari daun salam selain anti asam urat adalah menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, mengobati magh, dan gatal-gatal. Penelitian yang mendasar bahwa daun salam dapat dikatakan sebagai anti asam urat adalah Dekokta daun salam pada dosis 1,25 g/kg BB dan infusa daun salam pada dosis 5,0 g/kg BB, dan ekstrak etanol daun salam pada dosis 420 mg/kg BB mampu menurunkan kadar asam urat darah mencit jantan yang hasilnya setara dengan allopurinol dosis 10 mg/kg BB. Dalam penelitian lain, memiliki tahapan penelitian yaitu preparasi sediaan uji (identifikasi sampel, pengumpulan, pengolahan, pembuatan, pemeriksaan, dan pembuatan sediaan uji) dan menggunakan metode cross sectional untuk observasi klinis pengaruh pemberian kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit yang di letakkan pada 40 pasien hiperurisemia, dimana pasien menggunakan kombinasi serbuk daun salam (1g) sebagai obat penurun asam urat dan kunyit (1g) sebagai antiinflamasi. Pemberian kombinasi lebih baik untuk menurunkan asam urat. Yang ketujuh adalah daun sirih (Piper betle L.), daun sirih berasal dari keluarga piperaceae yang mempunyai ciri khas yaitu baunya khas aromatic, rasanya pedas dan tajam dan warnanya hijau kecoklatan. Aktivitas farmakologi dari daun sirih selain sebagai anti asam urat juga sebagai antikanker, analgesic, antiinflamasi, dan antiseptic. Penelitian yang mendasar bahwa daun sirih mempunyai khasiat sebagai anti asam urat adalah Penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol daun sirih yang diberikan pada tikus jantan putih yang telah diinduksi kafeina dapat menurunkan asam urat darah pada tikus jantan putih dengan dosis 166 mg/200 g BB tikus. Pemberian ekstrak etanol daun sirih diberikan dengan variasi dosis yaitu dosis rendah 41,5 mg/200 g BB tikus, dosis sedang 83 mg/200 g BB tikus dan dosis tinggi 166mg/200 g BB tikus serta allopurinol 36 mg/200 g BB sebagai control positif. Hasil kadar asam urat darah setelah hari ke-15 menunjukkan bahwa dosis tinggi memberikan presentase penurunan asam urat darah terbesar yaitu 47 %. Hasil analisa statistic hari ke-15 dengan uji ANOVA dan BNT menunjukkan kelompok ekstrak uji dosis tinggi tidak ada perbedaan secara bermakna (p<0,05) dengan kelompok normal. Yang kedelapan adalah daun kayu putih (Melaleuca leucadendra), daun kayu putih berasal dari keluarga myrtaceae yang mempunyai cirri khas seperti bau khas aromatic, rasanya pahit, dan warnanya hijau kecoklatan. Aktivitas farmakologi daun kayu putih adalah sebagai antijamur, analgesik, rematik, batuk, demam dan sakit kepala. Penelitian yang mendasar bahwa daun kayu putih dapat dikatakan sebagai analgesic adalah Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih pada hewan uji mencit jantan. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap pola searah. Sebanyak 35 ekor mencit jantan dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan. Kelompok I dan II diberikan CMC-Na 1% (kontrol negatif) dan parasetamol dosis 65 mg/kg bb (kontrol positif). Kelompok III-VII diberi ekstrak etanol daun kayu putih berturut-turut dosis 1,28; 5,12; 20,48; 81,92 dan 327,68 g/kgBB. Perlakuan diberikan secara peroral. 15 menit kemudian diberi asam asetat 1% dosis 262,5 mg/kgBB secara intraperitonial. Data % proteksi didapat dari pengamatan jumlah geliat kumulatif mencit. Data dianalisis dengan analisis varian (ANAVA) satu jalan dilanjutkan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kayu putih mempunyai efek analgetika pada mencit putih jantan Swiss- webster. Ekstrak etanol daun kayu putih mulai dosis 5,12 g/kg BB mempunyai persen proteksi yang setara dengan parasetamol dosis 65 mg/kgBB. Yang kesembilan adalah daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), daun kumis kucing berasal dari keluarga lamiaceae yang mempunyai ciri khas yaitu tidak berbau, tidak berasa, dan berwarna hijau kecoklatan. Aktivitas farmakologi dari daun kumis kucing selain anti asam urat antara lain antidiabetes, peluruh air seni, antihpertensi, antiinflamasi, antimikroba dan hepatoprotektor. Penelitian yang mendasar bahwa daun kumis kucing mempunyai khasiat sebagai anti asam urat adalah Pada penlitian dengan jumlah responden sebanyak 10 orang diantaranya laki-laki berjumlah 3 orang dan perempuan 7 orang. Hasil pengukuran nilai rata-rata kadar asam urat setelah diberikan perlakuan selama 2 minggu dengan diberikan air rebusan daun kumis kucing menunjukkan penurunan kadar asam urat dari nilai rata-rata 7,62 menjadi 6,14. Yang kesepuluh adalah daun jambu biji (Psidium guajava), daun jambu biji berasal dari keluarga myrtaceae yang mempunyai ciri khas yaitu baunya khas aromatic, rasanya sepet, dan warnanya hijau. Aktivitas farmakologi dari daun jambu biji selain anti asam urat juga sebagai analgesic, antikolesterol, antidiare, antipiretik, antidiabet, antimikroba, dan antimalaria. Penelitian yang mendasar bahwa daun jambu biji memiliki khasiat sebagai anti asam urat adalah Penelitian bertujuan untuk mengetahui yield ekstrak kasar daun jambu biji yang diekstrak dengan metode sonikasi dengan pelarut berbeda, yaitu aseton 70%, etanol 70% dan aquadest serta menguji inhibisi ekstrak terhadap aktivitas enzim xantin oksidase secara in vitro dan mengetahui senyawa tanin, Penelitian lain yang mendasar bahwa daun jambu biji memiliki khasiat sebagai antikolesterol adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari ekstrak etanol daun jambu biji terhadap kadar kolesterol total tikus wistar yang diinduksi propiltiourasil. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan berjumlah 15 tikus wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok (1 kelompok terdiri dari 3 tikus wistar), yaitu: 1) kontrol positif, 2) ekstrak dosis 200 mg/kgBB, 3) ekstrak dosis 400 mg/kgBB, 4) ekstrak dosis 800 mg/kgBB dan 5) kontrol negatif. Kelompok 1 sampai 4 diberikan propiltiourasil selama 14 hari, kemudian diberikan perlakuan sesuai kelompoknya. Hasil penelitian yang diperoleh: 1) rata-rata kadar kolesterol total meningkat setelah pemberian propiltiourasil yaitu dari 156,34 mg/dL menjadi 247,84 mg/dL, 2) pada dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol total sebesar 32,73%, 58,73% dan 47,26%, 3) pada kontrol positif terjadi penurunan kadar kolesterol total sebesar 39,46% dan 4) kadar kolesterol total pada kelompok negatif tidak stabil (ada yang naik dan ada yang turun). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji pada dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB mempunyai efek dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus wistar yang telah diinduksi propiltiourasil. Kualitas simplisia pada bahan sediaan herbal seperti Curcumae Rhizoma, Usnea thallus, Curcumae domesticate Rhizoma, Ammomi Fructus, Sappan Lignum, Syzigium polyanthi Folium, Piperis Folium, Melaleuca Folium, Orthosiphon Folium dan Psidii Folium kondisinya ditemukan pengotor seperti rambut atau ulat, ada yang utuh ada yang tidak utuh dan tidak berjamur. G. Kesimpulan Pada analisis sediaan herbal harus dapat mengetahui ciri-ciri organoleptis dari masing- masing simplisia cacahan misalnya seperti bentuknya, baunya, rasanya serta warnanya. Dari sediaan herbal yang kelompok kami dapatkan tidak ada pemalsuan simplisia ataupun ketidakmurnian simplisia, kemungkinan yang ada adalah terdapat pengotor seperti rambut dan ulat. Kualtias simplisia herbal yang kami dapatkan adalah simplisianya ada yang utuh ada yang sudah rontok atau tepotong menjadi kecil-kecil, kemudian tidak berjamur.Pada sediaan herbal yang kami dapatkan terdapat 1 simplisia yang tidak sesuai untuk digunakan sebagai anti asam urat yaitu Usnea thallus. Sedangkan untuk cara pemakaiannya adalah semua simplisia dicuci bersih terlebih dahulu, setelah itu direbus selama kurang lebih 15-20 menit. Kemudian disaring dan diminum selama 3x sehari. Untuk saran pada jamu herbal Jamu Orto Rejo sebaiknya penyimpanan simplisianya harus benar karena jika tidak disimpan pada tempat yang benar menyebabkan simplisia menjadi bulukan atau berjamur. H. Daftar Pustaka Allo, Girik, dkk. 2013. UJI EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus). (http:// download.portalgaruda.org) (online), (diakses pada tanggal 4 April 2017) Anggraini. 2010. Efektivitas Fraksi Etanol Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Kalsium Oksonat. Lib.uhamka.ac.id (diakses tanggal 4-4-17) Anggriani, Lia. 2014. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Kumis Kucing Terhadap Kada Asam Urat Pada Penderita ARTHRITIS GOUT. (http://opoc.unisayogya.ac.id) (online), (diakses pada tanggal 4 April 2017) Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan keenam. Jakarta : Direkorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Dewi, Mira, dkk. 2012. Pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) serta uji klinis pengaruhnya pada system imun humoral pada dewa obes. JIPI 17 (3), hal : 166 171. Indah. 2008. Aspek Perkembangan Motorik dan Keterhubungannya dengan Aspek fisik dan Intelektual Anak. Marind, F.D. 2014. Hepatoprotective Effector of Curcumin in Chronic Hepatitis, J Majority. Lampung Materia Medika Indonesia. 1997-1980. Jilid I-IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Observasi klinis pengaruh pemberian kombinasi serbuk daun salam (Syzygium polyanthum) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) pada pasien hiperurisemia . Universitas Sumatra Utara. Prasetya, Yudha. 2009. UJI EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEINA. (http://respiratory.uinjkt.ac.id (online)), diakses pada tanggal 4 April 2017) Tuhu, Setyo. 2008. EFEK ANALGETIKA EKSTRAK ETANOL DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L) PADA MENCIT JANTAN. (http:// http://eprints.ums.ac.id) (online), (diakses pada tanggal 4 April 2017). Utami Tri Dian, 2013, AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH KAPULAGA (Amomum compactum Soland. ex Maton) TERHADAP Escherichia coli DAN Streptococcus pyogenes. Wisesa, I. B. N., Suastika, K., 2009. Hubungan antara Konsentrasi Asam Urat Serum dengan Resistensi Insulin pada Penduduk Suku Bali Asli di Dusun Tenganan Pegringsingan Karangasem. J Peny Dalam. 10(2): 110-22. Wahyuni Kusuma, dkk. 2016. TOGA INDONESIA. Surabaya : AUP.