Anda di halaman 1dari 9

ANTI ASAM URAT

A. Tanggal Praktikum : 04-04-2017


B. Tujuan Praktikum :
1. Untuk mengamati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia cacahan
2. Untuk mengamati apakah ada pemalsuan simplisia dan ketidakmurnian simplisia
3. Untuk mengamati kualitas simplisia
4. Untuk menganalisis apakah semua simplisia yang ada pada sediaan tersebut sesuai
untuk digunakan sebagai anti asam urat
5. Untuk menganalisis cara pemakaiannya
6. Untuk memberikan suatu saran perbaikan untuk sediaan herbal tersebut
C. Dasar Teori
Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun beberapa aspek
patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Selama beberapa tahun
hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama atau dianggap sama dengan gout, namun
sekarang asam urat telah diidentifikasi sebagai penanda untuk sejumlah kelainan metabolik
dan hemodinamik (Wisesa dan Suastika, 2009).
Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara pembentukan dan degradasi
nukleotida purin serta kemampuan ginjal dalam mengekskresikan asam urat. Apabila
terjadi kelebihan pembentukan atau penurunan ekskresi atau keduanya maka akan terjadi
peningkatan konsentrasi asam urat darah yang disebut dengan hiperurisemia (Wisesa dan
Suastika, 2009).
Hiperurisemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi asam urat serum di atas
6,0 mg/dl pada wanita dan 6,8 mg/dl pada pria. Hampir 10% individu dewasa
menderita hiperurisemia setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka. Kebanyakan dari
mereka tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut. Hiperurisemia juga dapat
menyebabkan resiko komplikasi yang tinggi seperti gout, urolithiasis, nefropati asam urat
akut. Komplikasi tersebut perlu dievaluasi untuk menjelaskan penyebabnya serta
mendapatkan pengobatan yang sesuai (Dincer et al, 2002)
Penggunaan obat tradisional di Indonesia pada hakekatnya merupakan bagian
kebudayaan bangsa Indonesia. Keuntungan dari penggunaan obat tradisional adalah
efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat modern, juga dapat digunakan
sebagai senyawa penuntun untuk menemukan obat baru. Meskipun secara empiris obat
tradisional mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, tetapi khasiat dan
kemampuannya belum terbukti secara klinis. Selain itu, belum banyak diketahui
senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap khasiat obat tradisional tersebut
(Wijayakusuma, 1996)
Bahan obat tradisional seperti Temulawak (Curcuma xanthorrhiza), Kayu angin
(Usnea misaminensis), Kunyit (Curcuma domestica), Kapulaga (Amommum compactum),
Kayu secang (Caesalpinia sappan L.), Daun salam (Syzigium polyanthum), Daun sirih
(Peperomia ludica), Daun kayu putih (Melaleuca leucadendra), Daun kumis kucing
(Orthosiphon stamineus), dan Daun jambu biji (Psidium guajava) yang mempunyai khasiat
sebagai anti asam urat.
D. Bahan :
1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
2. Kayu angin (Usnea misaminensis)
3. Kunyit (Curcuma domestica)
4. Kapulaga (Amommum compactum)
5. Kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
6. Daun salam (Syzigium polyanthum)
7. Daun sirih (Peperomia ludica)
8. Daun kayu putih (Melaleuca leucadendra)
9. Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
10. Daun jambu biji (Psidium guajava)
E. Langkah kerja :
1. Amati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia cacahan.
2. Amati apakah ada pemalsuan simplisia dan ketidakmurnian simplisia.
3. Amati kualitas simplisia.
4. Analisis apakah semua simplisia yang ada pada sediaan tersebut sesuai untuk
digunakan sebagai anti asam urat.
5. Analisis cara pemakaiannya.
6. Berilah saran perbaikan untuk sediaan herbal tersebut.
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kelompok kami menganalisis sediaan herbal untuk pengobatan
anti asam urat. Yang pertama adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza), temulawak berasal
dari keluarga zingiberaceae yang mempunyai ciri khas yaitu bau yang khas aromatic, rasa
yang tajam dan berwarna kuning kecoklatan. Temulawak mempunyai aktivitas farmakologi
lain selain anti asam urat diantaranya hepatoprotektif dan meningkatkan system imun.
Penelitian yang mendasar bahwa temulawak dapat dikatakan sebagai hepatoprotekif
adalah Penelitian yang dilakukan oleh Sirait pada tahun 2014, menjelaskan bahwa terdapat
pengaruh pemberian dekok rimpang temulawak dalam mencegah kerusakan hepar tikus
jantan dewasa galur Sprague dawley yang diinduksi aspirin. Pemberian dekok rimpang
temulawak dengan dosis 2,6 g/kgBB dan 5,2 g/kgBB memiliki efek hepatoprotektif terhadap
hepar tikus yang diinduksi aspirin dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi dekok
rimpang temulawak dengan dosis 1,3 g/kgBB.
Sedangkan ada penelitian lain yang menyatakan Penilitian dilakukan atas survey
pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak yang melibatkan 80 orang subjek serta uji
klinis konsumsi minuman ekstrak temulawak yang diberikan selama 2 minggu pada 21
subjek selama 2 minggu pada 21 subjek obes. Populasi limfosit total dan limfosit B dianalisis
sebelum dan setelah intervensi. Hasilnya menunjukkan bahwa manfaat kesehatan temulawak
yang paling banyak diketahui adalah untuk meningkatkan nafsu makan dan menjaga stamina
tubuh. Dari uji klinis diketahui bahwa pemberian minuman ekstrak temulawak menurunkan
secara nyata populasi limfosit B, yang mengindikasikan penurunan fungsi imun humoral.
Yang kedua adalah kayu angin (Usnea misaminensis), kayu angin berasal dari keluarga
usneaceae yang mempunyai ciri seperti bau lemah, rasa yang tidak berasa, dan berwarna
coklat. Kayu angin mempunyai aktivitas farmakologi yaitu antibakteri, obat sariawan,
astringen, obat batuk, disentri dan sakit perut.
Penelitian yang mendasar bahwa kayu angin dapat dikatakan sebagai anti asam urat tidak
ditemukan.
Yang ketiga adalah kunyit (Curcuma domestica), kunyit berasal dari keluarga
zingiberaceae yang mempunyai cirri khas seperti bau khas yang aromatic, rasanya agak pahit
dan agak pedas, dan warnanya kuning kecoklatan. Kunyit mempunyai akivitas farmakologi
selain anti asam urat yaitu antikanker, antibakteri, antidiare, antiinflamasi, antioksidan, dan
antitumor.
Penelitian yang mendasar bahwa kunyit dapat dikatakan sebagai anti asam urat adalah
Dalam sebuah penelitian diberikan pemberian kombinasi serbuk daun salam dan rimpang
kunyit yang dilakukan pada 40 pasien hiperurisemia, dimana pasien menggunakan kombinasi
serbuk daun salam (1 gram) sebagai obat penurun asam urat dan rimpang kunyit (1 gram)
sebagai antiinflamasi. Pemberian kombinasi lebih baik untuk penurunan asam urat. Observasi
klinis yang dilakukan terhadap 40 pasien hiperurisemia menunjukkan penurunan kadar asam
urat setelah mengkonsumsi sediaan serbuk daun salam dan rimpang kunyit.
Yang keempat adalah Kapulaga (Amommum compactum), kapulaga berasal dari keluarga
zingiberaceae yang mempunyai cirri khas seperti bau khas yang arommatik, agak pedas dan
berawarna kuning muda kecoklatan. Kapulaga mempunya aktivitas farmaologi antara lain
sebagai analgesic, antiinflamasi, antispasmodic, antiulcer, ekspektoran, dan aromatika.
Penelitian yang mendasar bahwa kapulaga dapat dikatakan sebagai antibakteri adalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekstrak buah kapulaga (Amomum
compactum Soland. ex Maton) yang paling efektif dalam menghambat Escherichia coli dan
Streptococcus pyogenes, mengetahui pelarut dengan aktivitas antibakteri paling tinggi
terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes, dan mengetahui konsentrasi hambat
minimum (KHM) dari ekstrak buah kapulaga. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
faktorial dengan perlakuan variasi pelarut dan kondisi ekstrak. Buah kapulaga yang
digunakan dalam kondisi segar, setengah kering, dan kering. Pelarut yang digunakan yaitu n-
heksana, etil asetat, dan etanol. Ekstrak buah kapulaga didapat dengan cara ekstraksi secara
maserasi bertingkat. Uji aktivitas antibakteri ekstrak buah kapulaga menggunakan metode
difusi agar untuk mengukur luas zona hambat. Data yang diperoleh dianalisisis dengan
ANAVA dan dilanjutkan dengan DMRT untuk mengetahui letak beda nyata. Hasil penelitian
ini menunjukkan pada buah kapulaga mengandung minyak atsiri sebesar 5,025% v/b. Ekstrak
etila setat kapulaga kering menunjukkan aktivitas antibakteri paling tinggi pada
Streptococcus pyogenes yang ditunjukkan dengan zona hambat sebesar 1425,96 mm2.
Ekstrak etil asetat buah kapulaga setengah kering menunjukkan aktivitas antibakteri paling
tinggi pada Escherichia coli yang ditunjukkan dengan luas zona hambat sebesar 751,64 mm2.
Hasil penelitian didapatkan KHM ekstrak buah kapulaga terhadap bakteri Streptococcus
pyogenes pada konsentrasi 2,5% dan terhadap bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 5%.
Yang kelima adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L.), kayu secang berasal dari
keluarga caesalpiniaceae yang mempunyai cirri khas yaitu tidak berbau, rasanya agak pahit
khas/ rasa kelat, dan warnanya orange. Aktivitas farmakologi dari kayu secang selain anti
asam urat adalah sebagai antimikroba, meningkatkan system imun, antioksidan, antialergi,
kardioaktif, dan nephroprotective.
Penelitian yang mendasar bahwa kayu secang dapat dikatakan sebagai anti asam urat
adalah Penelitian ini diuji efektivitas fraksi etanol ekstrak kayu secang dalam berbagai dosis
terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus putih jantan yang diinduksi kalium oksonat.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 6 kelompok
yang terdiri dari kelompok control normal, control negative, control positif yang diberi
allupurinol 10 mg/200 g BB dan 3 kelompok perlakuan masing-masing diberi fraksi etanol
dengan dosis, 1,17 mg/200g BB, 2,35 mg/200g BB, 4,7 mg/200g BB dan diinduksi kalium
oksonat. Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada hari 1,3,6, dan 9 dengan metode
enzimatik Fhotometrik. Pada uji analisa statistik ANAVA diperoleh data (p<0,005) yang
menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada tiap kelompok. Kemudian dilanjutkan
dengan uji Tukey. Pada Uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara
kelompok 1 dengan dosis 1,17 mg/200g BB dengan control positif, tetapi pada kelompok 2
dengan dosis 2,35 mg/200 g BB dan kelompok 2 dengan dosis 4,7 mg/ 200 g BB tidak
berbeda makna dengan control positif. Berdasarkan hasil uji tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pemberian fraksi etanol ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) mempunyai
aktivitas menurunkan kadar asam urat.
Yang keenam adalah daun salam (Syzigium polyanthum), daun salam berasal dari
keluarga myrtaceae yang mempunyai ciri khas yaitu baunya aromatic lemah, rasanya kesat,
dan berwarna kecoklatan. Aktivitas farmakologi dari daun salam selain anti asam urat adalah
menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, mengobati magh, dan gatal-gatal.
Penelitian yang mendasar bahwa daun salam dapat dikatakan sebagai anti asam urat
adalah Dekokta daun salam pada dosis 1,25 g/kg BB dan infusa daun salam pada dosis 5,0
g/kg BB, dan ekstrak etanol daun salam pada dosis 420 mg/kg BB mampu menurunkan kadar
asam urat darah mencit jantan yang hasilnya setara dengan allopurinol dosis 10 mg/kg BB.
Dalam penelitian lain, memiliki tahapan penelitian yaitu preparasi sediaan uji (identifikasi
sampel, pengumpulan, pengolahan, pembuatan, pemeriksaan, dan pembuatan sediaan uji) dan
menggunakan metode cross sectional untuk observasi klinis pengaruh pemberian kombinasi
serbuk daun salam dan rimpang kunyit yang di letakkan pada 40 pasien hiperurisemia,
dimana pasien menggunakan kombinasi serbuk daun salam (1g) sebagai obat penurun asam
urat dan kunyit (1g) sebagai antiinflamasi. Pemberian kombinasi lebih baik untuk
menurunkan asam urat.
Yang ketujuh adalah daun sirih (Piper betle L.), daun sirih berasal dari keluarga
piperaceae yang mempunyai ciri khas yaitu baunya khas aromatic, rasanya pedas dan tajam
dan warnanya hijau kecoklatan. Aktivitas farmakologi dari daun sirih selain sebagai anti
asam urat juga sebagai antikanker, analgesic, antiinflamasi, dan antiseptic.
Penelitian yang mendasar bahwa daun sirih mempunyai khasiat sebagai anti asam urat
adalah Penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol daun sirih yang
diberikan pada tikus jantan putih yang telah diinduksi kafeina dapat menurunkan asam urat
darah pada tikus jantan putih dengan dosis 166 mg/200 g BB tikus. Pemberian ekstrak etanol
daun sirih diberikan dengan variasi dosis yaitu dosis rendah 41,5 mg/200 g BB tikus, dosis
sedang 83 mg/200 g BB tikus dan dosis tinggi 166mg/200 g BB tikus serta allopurinol 36
mg/200 g BB sebagai control positif. Hasil kadar asam urat darah setelah hari ke-15
menunjukkan bahwa dosis tinggi memberikan presentase penurunan asam urat darah terbesar
yaitu 47 %. Hasil analisa statistic hari ke-15 dengan uji ANOVA dan BNT menunjukkan
kelompok ekstrak uji dosis tinggi tidak ada perbedaan secara bermakna (p<0,05) dengan
kelompok normal.
Yang kedelapan adalah daun kayu putih (Melaleuca leucadendra), daun kayu putih
berasal dari keluarga myrtaceae yang mempunyai cirri khas seperti bau khas aromatic,
rasanya pahit, dan warnanya hijau kecoklatan. Aktivitas farmakologi daun kayu putih adalah
sebagai antijamur, analgesik, rematik, batuk, demam dan sakit kepala.
Penelitian yang mendasar bahwa daun kayu putih dapat dikatakan sebagai analgesic
adalah Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek analgetika ekstrak etanol daun
kayu putih pada hewan uji mencit jantan. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan
acak lengkap pola searah. Sebanyak 35 ekor mencit jantan dibagi menjadi 7 kelompok
perlakuan. Kelompok I dan II diberikan CMC-Na 1% (kontrol negatif) dan
parasetamol dosis 65 mg/kg bb (kontrol positif). Kelompok III-VII diberi ekstrak etanol daun
kayu putih berturut-turut dosis 1,28; 5,12; 20,48; 81,92 dan 327,68 g/kgBB. Perlakuan
diberikan secara peroral. 15 menit kemudian diberi asam asetat 1% dosis 262,5
mg/kgBB secara intraperitonial. Data % proteksi didapat dari pengamatan jumlah geliat
kumulatif mencit. Data dianalisis dengan analisis varian (ANAVA) satu jalan
dilanjutkan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun kayu putih mempunyai efek analgetika pada mencit putih jantan Swiss-
webster. Ekstrak etanol daun kayu putih mulai dosis 5,12 g/kg BB mempunyai persen
proteksi yang setara dengan parasetamol dosis 65 mg/kgBB.
Yang kesembilan adalah daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), daun
kumis kucing berasal dari keluarga lamiaceae yang mempunyai ciri khas yaitu tidak berbau,
tidak berasa, dan berwarna hijau kecoklatan. Aktivitas farmakologi dari daun kumis kucing
selain anti asam urat antara lain antidiabetes, peluruh air seni, antihpertensi, antiinflamasi,
antimikroba dan hepatoprotektor.
Penelitian yang mendasar bahwa daun kumis kucing mempunyai khasiat sebagai anti
asam urat adalah Pada penlitian dengan jumlah responden sebanyak 10 orang diantaranya
laki-laki berjumlah 3 orang dan perempuan 7 orang. Hasil pengukuran nilai rata-rata kadar
asam urat setelah diberikan perlakuan selama 2 minggu dengan diberikan air rebusan daun
kumis kucing menunjukkan penurunan kadar asam urat dari nilai rata-rata 7,62 menjadi
6,14.
Yang kesepuluh adalah daun jambu biji (Psidium guajava), daun jambu biji berasal
dari keluarga myrtaceae yang mempunyai ciri khas yaitu baunya khas aromatic, rasanya
sepet, dan warnanya hijau. Aktivitas farmakologi dari daun jambu biji selain anti asam urat
juga sebagai analgesic, antikolesterol, antidiare, antipiretik, antidiabet, antimikroba, dan
antimalaria.
Penelitian yang mendasar bahwa daun jambu biji memiliki khasiat sebagai anti asam
urat adalah Penelitian bertujuan untuk mengetahui yield ekstrak kasar daun jambu biji yang
diekstrak dengan metode sonikasi dengan pelarut berbeda, yaitu aseton 70%, etanol 70% dan
aquadest serta menguji inhibisi ekstrak terhadap aktivitas enzim xantin oksidase secara in
vitro dan mengetahui senyawa tanin,
Penelitian lain yang mendasar bahwa daun jambu biji memiliki khasiat sebagai
antikolesterol adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari ekstrak etanol
daun jambu biji terhadap kadar kolesterol total tikus wistar yang diinduksi
propiltiourasil. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan
berjumlah 15 tikus wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok (1 kelompok terdiri dari 3 tikus
wistar), yaitu: 1) kontrol positif, 2) ekstrak dosis 200 mg/kgBB, 3) ekstrak dosis 400
mg/kgBB, 4) ekstrak dosis 800 mg/kgBB dan 5) kontrol negatif. Kelompok 1 sampai 4
diberikan propiltiourasil selama 14 hari, kemudian diberikan perlakuan sesuai
kelompoknya. Hasil penelitian yang diperoleh: 1) rata-rata kadar kolesterol total meningkat
setelah pemberian propiltiourasil yaitu dari 156,34 mg/dL menjadi 247,84 mg/dL, 2) pada
dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB menunjukkan terjadi penurunan
kadar kolesterol total sebesar 32,73%, 58,73% dan 47,26%, 3) pada kontrol positif
terjadi penurunan kadar kolesterol total sebesar 39,46% dan 4) kadar kolesterol total
pada kelompok negatif tidak stabil (ada yang naik dan ada yang turun). Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji pada dosis 200 mg/kgBB, 400
mg/kgBB dan 800 mg/kgBB mempunyai efek dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus
wistar yang telah diinduksi propiltiourasil.
Kualitas simplisia pada bahan sediaan herbal seperti Curcumae Rhizoma, Usnea
thallus, Curcumae domesticate Rhizoma, Ammomi Fructus, Sappan Lignum, Syzigium
polyanthi Folium, Piperis Folium, Melaleuca Folium, Orthosiphon Folium dan Psidii Folium
kondisinya ditemukan pengotor seperti rambut atau ulat, ada yang utuh ada yang tidak utuh
dan tidak berjamur.
G. Kesimpulan
Pada analisis sediaan herbal harus dapat mengetahui ciri-ciri organoleptis dari masing-
masing simplisia cacahan misalnya seperti bentuknya, baunya, rasanya serta warnanya. Dari
sediaan herbal yang kelompok kami dapatkan tidak ada pemalsuan simplisia ataupun
ketidakmurnian simplisia, kemungkinan yang ada adalah terdapat pengotor seperti rambut
dan ulat. Kualtias simplisia herbal yang kami dapatkan adalah simplisianya ada yang utuh ada
yang sudah rontok atau tepotong menjadi kecil-kecil, kemudian tidak berjamur.Pada sediaan
herbal yang kami dapatkan terdapat 1 simplisia yang tidak sesuai untuk digunakan sebagai
anti asam urat yaitu Usnea thallus. Sedangkan untuk cara pemakaiannya adalah semua
simplisia dicuci bersih terlebih dahulu, setelah itu direbus selama kurang lebih 15-20 menit.
Kemudian disaring dan diminum selama 3x sehari. Untuk saran pada jamu herbal Jamu
Orto Rejo sebaiknya penyimpanan simplisianya harus benar karena jika tidak disimpan pada
tempat yang benar menyebabkan simplisia menjadi bulukan atau berjamur.
H. Daftar Pustaka
Allo, Girik, dkk. 2013. UJI EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium
guajava L) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR (Rattus
norvegicus). (http:// download.portalgaruda.org) (online), (diakses pada tanggal 4 April
2017)
Anggraini. 2010. Efektivitas Fraksi Etanol Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi
Kalsium Oksonat. Lib.uhamka.ac.id (diakses tanggal 4-4-17)
Anggriani, Lia. 2014. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Kumis Kucing Terhadap Kada
Asam Urat Pada Penderita ARTHRITIS GOUT. (http://opoc.unisayogya.ac.id) (online),
(diakses pada tanggal 4 April 2017)
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan keenam. Jakarta :
Direkorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Dewi, Mira, dkk. 2012. Pengetahuan tentang manfaat kesehatan temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) serta uji klinis pengaruhnya pada system imun humoral pada dewa obes.
JIPI 17 (3), hal : 166 171.
Indah. 2008. Aspek Perkembangan Motorik dan Keterhubungannya dengan Aspek fisik
dan Intelektual Anak.
Marind, F.D. 2014. Hepatoprotective Effector of Curcumin in Chronic Hepatitis, J
Majority. Lampung
Materia Medika Indonesia. 1997-1980. Jilid I-IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Observasi klinis pengaruh pemberian kombinasi serbuk daun salam (Syzygium
polyanthum) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) pada pasien hiperurisemia .
Universitas Sumatra Utara.
Prasetya, Yudha. 2009. UJI EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH TERHADAP
PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG
DIINDUKSI KAFEINA. (http://respiratory.uinjkt.ac.id (online)), diakses pada tanggal 4
April 2017)
Tuhu, Setyo. 2008. EFEK ANALGETIKA EKSTRAK ETANOL DAUN KAYU PUTIH
(Melaleuca leucadendron L) PADA MENCIT JANTAN. (http:// http://eprints.ums.ac.id)
(online), (diakses pada tanggal 4 April 2017).
Utami Tri Dian, 2013, AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH KAPULAGA
(Amomum compactum Soland. ex Maton) TERHADAP Escherichia coli DAN
Streptococcus pyogenes.
Wisesa, I. B. N., Suastika, K., 2009. Hubungan antara Konsentrasi Asam Urat Serum
dengan Resistensi Insulin pada Penduduk Suku Bali Asli di Dusun Tenganan
Pegringsingan Karangasem. J Peny Dalam. 10(2): 110-22.
Wahyuni Kusuma, dkk. 2016. TOGA INDONESIA. Surabaya : AUP.

Anda mungkin juga menyukai