Anda di halaman 1dari 22

1

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit degeneratif merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang
umumnya terjadi pada usia tua, namun ada kalanya juga bisa terjadi pada usia
muda, dan akibat yang ditimbulkan adalah penurunan derajat kesehatan yang
biasanya diikuti dengan penyakit (Fatihaturahmi, Yuliana, and Yulastri 2023).
Akibat yang paling bahaya dari penyakit ini adalah rasa sakit dan juga sangat
menyita biaya terutama saat masa tua, dan bisa juga akan berakhir dengan
kematian. Umumnya sebelum seseorang menderita atau mengelami penyakit
degeneratif, ada suatu gejala yang mengarah kepada penyakit tersebut namun
sering kali terabaikan. Faktor-faktor risiko utama penyebab penyakit degeneratif
adalah pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi rokok,
serta meningkatnya stress dan paparan penyebab penyakit degeneratif , Salah satu
penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit degeneratif adalah hiperurisemia atau
penyakit sendi.
Berdasarkan data riset kesahatan dasar (RISKESDAS 2018) prevalensi
penyakit sendi di Gorontalo berada pada urutan ke-16 dari 34 provinsi dan
berdasarkan diagnosis usia 45-54 tahun mencapai 11,1%, usia 55-64 tahun
mencapai 15,5%, dan usia 65-74 tahun mencapai 18,6% dengan jumlah keselu
ruhan total terbanyak yakni didominasi oleh wanita 8,5% dibanding pria 6,1%.
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya penderita asam urat yang ada dan
terbanyak adalah dari usia 45 tahun sampai 74 tahun dengan kategori pra lansia
dan lansia memiliki tingkat kadar asam urat yang berlebih (Kemenkes RI 2018).
Hiperurisemia adalah suatu keadaan dimana banyaknya kadar purin asam urat
atau penurunan eliminasi (pengeluaran) asam urat oleh ginjal, atau keduanya di
dalam darah melebihi batas normal (Pribadi 2020). Penyakit asam urat atau yang
biasa dikenal dengan gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan
karena penimbunan kristal monosodium urat didalam tubuh seseorang.
Penimbunan kristal monosodium tersebut jika berlebih didalam tubuh dapat
mengakibatkan timbulnya asam urat atau gout arthritis itu. Asam nukleat terdapat
didalam inti sel tubuh merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam
2

kandungan purin dan hal ini akan menyebabkan terjadinya asam urat (Jaliana,
Suhadi, & Sety. 2018).
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengurangi atau mencegah penyakit
asam urat, selain pengobatan menggunakan obat konvensional, masyarakat mulai
menggunakan pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alami,
karena dianggap lebih aman dan ekonomis. Bahan alami yang di sering digunakan
untuk mengobati asam urat salah satu nya daun sirsak. Daun sirsak merupakan
bagian yang banyak mengandung senyawa kimia berupa alkaloid, tannin,
kumarin, steroid/terpenoid, acetogenins ,serta senyawa flavonoid (Mardiana dan
Ratnasari, 2011). Flavonoid memiliki mekanisme mirip dengan allopurinol, yaitu
dengan menghambat enzim xantin oksidase yang berperan dalam proses
perubahan hypoxantin menjadi xantin dan akhirnya menjadi asam urat.
Salah satu upaya untuk memudahkan penggunaan daun sirsak dalam
pengobatan hiperurisemia yaitu dengan pembuatan daun sirsak dalam bentuk
sediaan teh celup. Dengan penggunaan teh celup daun sirsak ini, masyarakat akan
lebih mudah dalam mengonsumsi dengan takaran yang sesuai, praktis dan efisien.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait Efektivitas
antihiperurisemia sudahan teh daun sirsak (Annona muricata) pada mencit jantan
(Mus musculus).
2. Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas teh daun sirsak (Annona muricata) untuk menurunkan
hiperurisemia pada mencit jantan (Mus musculus).
3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas seduhan teh daun sirsak (Annona muricata)
terhadap terhadap penurunan hiperurisemia pada mencit jantan (Mus
musculus).
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui efektivitas penurunan hiperurisemia pada mencit
Jantan (Mus Musculus) menggunakan seduhan teh daun sirsak sebanyak
2 g.
3

b) Untuk mengetahui efektivitas penurunan hiperurisemia pada mencit


jantan (Mus Musculus) menggunakan seduhan teh daun sirsak sebanyak 3
g.
c) Untuk mengetahui efektivitas penurunan hiperurisemia pada mencit
Jantan (Mus musculus) menggunakan seduhan teh daun sirsak sebanyak
4g.

4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pembelajaran tentang
efektivitas anti hiperurisemia sediaan teh (Annona muricata) pada mencit
jantan (Mus musculus).
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat bagi Institusi
Adapun manfaat yang diperoleh institusi yaitu dapat digunakan sebagai
acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
b) Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dengan
memberikan informasi tentang manfaat daun sirsak (Annona muricata)
sebagai antihiperurisemia
c) Manfaat bagi Peneliti
Menjadi pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan,
pengetahuan dan keterampilan mengenai daun sirsak (Annona muricata)
sebagai antihiperurisemia pada mencit jantan (Mus musculus). serta
menjadi salah satu syarat dalam kelulusan sebagai mahasiswa.
4

5. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Penelitian
Hardoko,Tanudjaja, Pemanfaatan daun sirsak Variabel penelitian : Pada
Y. Mastuti. TS dan sebagai (HardokoTanudjaja, Y. Mastuti Ts
Halim, Y. (2018 anttihiperurisemia pada dan Halim Y, 2018) memiliki
minuman fungsional “ variabel ekstrak air dan heksana
Teh Hijau Herbal” terhadap aktivitas aktivitas
antihiperglikemik pada tikus putih,
sedangkan pada penelitian ini tidak
menggunakan variable heksana
dan menggunakan hewan coba
berupa mencit Jantan (Mus
musculus)

S. Djunaidi, A. Efektivitas Ekstrak Metode Penelitian : Pada penelitian


lisdesna, S. Amat et Etanol Daun Sirsak Savitry R. Maudy Djunaidi, Anita
al (2023) (Annona muricata L.) Lidesna Amat, Ddesi indria Rini,Maria
SebagaiAntihiperurisemi Agnes Etty Dedy, 2023) menggunakan
a pada Tikus Putih ekstrak etanol 96% untuk maserasi dan
(Rattus novergicus) menggunakan tikus (Rattus
novergicus) sebagai hewan coba.
Sedangkan pada penelitian ini
menggunakan seduhan teh daun sirsak
dan menggunakan mencit Jantan (Mus
musculus) sebagai hawan coba.
Firgita Lasido, Rona Pengaruh Pemberian Air Metode penelitian : Pada penelitian
Febriyona, Andi Rebusan Daun Sirsak Firgita Lasido 1, Rona Febriyona 2
,
Nur Aina Sudirman Terhadap, Penurunan, Andi Nur Aina Sudirman, 2023 )
(2023) kadar asam urat lansia di menggunakan metoe kuantatif
desa iloheluma eksperimen pada 30 orang lansia dan
5

kec.boliyohuto sampel yang di gunakan daun sirsak


tanpa dikeringkan, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan mencit
sebgai dan menggunakan simplisia daun
sirsak
Eka Nur So'emah, Pengaruh Kadar Asam Metode penelitian : Eka Nur So'emah,
Emyk Windartik Urat Penderita Asam Emyk Windartik, 2023) Penelitian ini
(2023) Urat Pada Air Rebusan menggunakan desain penelitian analitik
Daun Sirsak (Annona pra-eksperimental dengan pendekatan
Muricata) one-group pre-post test design
sedangkan pada penelitian ini diujikan
pada mencit (Mus musculus) .
6

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Tumbuhan Daun Sirsak

Gambar 1 Daun Sirsak

a. Morfologi
Bahan alam yang paling dijanjikan prospeknya untuk dikembangkan sebagai
peptisida nabati, antara lain tanaman-tanaman family Meliaceae (nimba),
Annonaceae (sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae.
Tanaman sirsak mempunyai potensi besar sebagai bahan peptisida nabati.
Daun sirsak berbentuk lonjong-bundar telur, berukuran 13 antara (8-16) cm x
(3-7) cm, dan ujungnya lancip pendek. Helaian daun melekat pada tangkai
daun berukuran panjang 3-7 mm, dengan tepi lurus dan permukaan agak licin
(Rukmana, 2015).
1. Taksonomi
Tanaman sirsak dapat diklasifikasi sebagai berikut (Primasari et al.,
2018) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Familia : Annonaceae
Genus : Annona
Species : Annona muricata
7

2. Manfaat
Menghambat pertumbuhan sel kanker dengan menginduksi apoptosis,
analgetik, anti disentri, anti asma, antihelmitic, dilatasi pembuluh darah,
menstimulasi pencernaan, dan mengurangi depresi. Batang dan daun
memiliki kandungan zat annonaceous acetogenins yang menunjukkan
sitotoksik aktif melawan sel kanker, selain mengandung zat annonaceous
acetogein, terdapat kandungan flavonoid, Tanin, dan saponin pada
ekstrak air daun sirsak, yang berfungsi dalam menghambat pertumbuhan
tumor. Selain sifat anti kanker, sirsak juga memiliki sifat anti bakteri, anti
jamur, dan efektif dalam melawan berbagai jenis parasit atau cacing,
bahkan sirsak dapat mengobati tekanan darah tinggi, depresi, dan stres
(Komansilan, dkk., 2012)
3. Kandungan Kimia
Berdasarkan hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun sirsak yang
dilakukan oleh Hasmila et al., (2019) didapatkan bahwa ekstrak etanol
daun sirsak mengandung Steroid, terpenoid, alkaloid, flavonoid, Fenol,
saponin, Sedangkan hasil skrining fitokimia daun sirsak yang dilakukan
oleh Ojezele et al., (2016) menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol
daun sirsak mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, terpenoid, saponin,
steroid, antraquinon, dan glikosida.

2. Tinjauan Teh Daun Sirsak


Teh merupakan minuman yang banyak dikonsumsi secara umum oleh
masyarakat Indonesia yang terbuat dari daun teh yang mengalami proses
pengolahan bahkan Teh mengalahkan kopi sebagai minuman paling populer di
dunia. Gardjito, (2011) bahkan telah merilis penelitian yang menyebutkan bahwa
teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi manusia dewasa setelah
air putih. Sekitar tiga juta kilogram teh diproduksi dan dikonsumsi setiap tahun,
teh juga bisa digunakan sebagai alternatif untuk oabSalah satu upaya untuk
memudahkan penggunaan daun sirsak dalam pengobatan hiperurisemia yaitu
dengan pembuatan daun sirsak dalam bentuk sediaan teh celup. Dengan
8

penggunaan teh celup daun sirsak ini, masyarakat akan lebih mudah dalam
mengonsumsi dengan takaran yang sesuai, praktis dan efisien.

3. Tinjauan Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah suatu keadaan dimana banyaknya kadar purin asam
urat atau penurunan eliminasi (pengeluaran) asam urat oleh ginjal, atau keduanya
di dalam darah melebihi batas normal (Pribadi 2020). Penyakit asam urat atau
yang biasa dikenal dengan gout arthritis merupakan suatu penyakit yang
diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat didalam tubuh
seseorang. Penimbunan kristal monosodium tersebut jika berlebih didalam tubuh
dapat mengakibatkan timbulnya asam urat atau gout arthritis itu. Asam nukleat
terdapat didalam inti sel tubuh merupakan salah satu komponen yang terdapat
dalam kandungan purin dan hal ini akan menyebabkan terjadinya asam urat
(Jaliana, Suhadi, & Sety. 2018).

4. Tinjauan Anti Hiperurisemia


Golongan obat Antihiperurisemia :
a. Urikosurik.
Obat golongan urikosurik memiliki mekanisme kerja menurunkan kadar
asam urat dengan cara menginhibisi reabsorpsi asam urat di tubulus renal.
Contoh obat golongan urikosurik yaitu probenecid. Obenecid (2 x 500 mg atau
2 x 1 g) digunakan untuk menurunkan kadar asam urat pada tahap gout arthritis
kronik dan tahap gout bertofi Obat diberikan pada pasien yang kadar asam
uratnya berada pada rentang 8.5-9 mg/dL. atau sudah melebihi 9 mg/dL. karena
pada konsentrasi ini biasanya disertai dengan terbentuknya tofi, adanya
perubahan bentuk sendi dan gangguan ginjal. Target terapi dengan probenecid
adalah menurunkan kadar asam urat hingga mencapai 6 mg/dl. Probenecid
tidak mempunyai aktivitas sebagai anti inflamasi, sehingga dapat digunakan
kolkisin sebagai agen anti-inflamasinya. Probenecid dan kolkisin harus
diberikan bersamaan selama 3-6 bulan pertama pada saat memulai terapi
probenecid (Gerald et al, 2005:2601)
9

b. Urikostatik
Obat golongan urikostatik memiliki mekanisme kerja menghambat
pembentukan asam urat dengan menghambat enzim xantin yang bekerja
mengubah xantin menjadi asam urat. Contoh obat golongan urikostatik yang
biasa digunakan yaitu Allopurinol. Allopurinol diberikan pada saat obat
golongan urikosurik tidak bisa diberikan pada pasien alergi terhadap
probenecid atau probenecid tidak memberikan respon yang memadai.
Allopurinol tidak bisa digunakan untuk hiperuijsemia asimptomatik.
Penggunaan allopurinol dapat diberikan bersama-sama dengan kolkisin sebagai
agen anti-inflaması (Gerald et al. 2005:3573).

5. Tinjauan Hati Ayam

Gambar 2 Hati Ayam

Jus hati ayam digunakan sebagai penginduksi asam urat karena hati
ayam merupakan makanan yang mengandung tinggi purin. Purin yang tinggi
dalam darah akan memacu terbentuknya asam urat oleh enzim xantin
oksidase (Suwandi and Perdana 2018).

6. Tinjauan Biji Melinjo

Gambar 3 Biji Melinjo


10

Biji Melinjo (Gnetum gnemon) adalah salah satu jenis bahan alam yang
kandungan purinnya cukup tinggi, dan berdasarkan penelitian yang dilakukan sari
biji melinjo mampu meningkatkan kadar asam urat darah Mencit Jantan (Mus
musculus). Tepung biji melinjo dan larutan CMC 0,5% dengan perbandingan 1
gram tepung : 3 mL CMC 0.5% dihaluskan dengan blender hingga menjadi
suspensi yang homogen.
a. Morfologi
Karakter morfologis pada biji melinjo (Gnetum gnemon) dibedakan
berdasarkan warna pada kulit biji. Biji melinjo fase pertama memiliki warna
hijau muda dengan ukuran biji paling kecil diantara semua fase. Fase kedua
mulai mengalami pematangan dimana warna kuning muda mulai muncul dan
semakin mendominasi. Pada fase selanjutnya, warna biji berwarna kuning tua
atau oranye, dan berubah menjadi merah. Warna merah tua ditemukan pada
biji fase ke-3. Pada fase terakhir, warna biji menjadi merah kehitaman atau
merah keunguan (Prajnaparamita and Susanti 2021)
b. Taksonomi (Prajnaparamita and Susanti 2021)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Gymnospermae
Kelas : Gnetinae
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon

c. Manfaat
Biji melinjo memiliki berbagai macam metabolit sekunder seperti
Flavonoid, saponin, dan tanin yang terkandung pada melinjo tersebut dapat
berfungsi sebagai antibakteri (Dewi, Utami, dan Riyadi, 2012). mekanisme
tanin berperan sebagai antibakteri adalah dengan cara merusak dinding sel.
Mekanisme kerusakan dinding sel dapat disebabkan oleh adanya akumulasi
komponen lipofilik yang terdapat pada dinding sel atau membran sel,
11

sehingga menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel, selain itu


biji melinjo juga di gunakan dalam penelitian untuk menaikan kadar asam
urat pada hewan coba karena kandungan purinnya cukup tinggi.
(Sadiah, Mawar Subangkit, and Jurnila Sari Tanjung 2022)
d. Kandungan kimia
Komponen yang terdapat dalam biji melinjo adalah senyawa alkaloid,
saponin, polifenol, dan flavonoid. Senyawa ini dianalisis dengan tes uji warna
dan beberapa pereaksi. Pereaksi-pereaksi spesifik yang digunakan
kebanyakan bersifat polar sehingga bisa berinteraksi dengan sampel
berdasarkan prinsip ‘like dissolve like’.(Dwi, Ira, and Ikhda 2015)
12

7. Tinjauan Hewan Coba Mencit (Mus musculus)


8.

(sumber:
Gambar foto (Mus
4 Mencit asli) musculus)

a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Cordata
Sub-phylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Sub-ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub-famili : Murinae
Genus : Mus
Species : Musculus
a. Morfologi Mencit (Mus Musculus)
Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut
berwarna putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit lebih pucat
Mencit memiliki berat badan yang bervariasi. Berat badan ketika lahir
berkisar antara 2-4 gram, berat badan mencit dewasa berkisar antara 20-40 7
gram untuk mencit jantan dan 25-40 gram untuk mencit betina dewasa.
Sebagai hewan pengerat mencit memilki gigi seri yang kuat dan terbuka
Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai umur
3 tahun. Lama bunting 19-21 hari sedangkan umur untuk siap dikawinkan 8
minggu. Perkawinan mencit terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus
(Guyton dan Hall. 2010)
13

b. Volume Pemberian Hewan Coba

Tabel 2. Volume pemberian obat mencit

Hewan Batas maksimum (ml) untuk tiap rute pemberian


Percobaan
IV IM IP SK PO

Mencit (20-30g) 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0

(M et al.2019)

c. Konversi Dosis

Tabel 3. Konversi dosis hewan coba

Hewan Mencit 20 g Tikus 200g Manusia 70 kg

Mencit 20 g 1,0 7,0 387,9


Tikus 200g 0,14 1 56,0
Manusia 70 kg 0,0026 0,018 1,0

(H. Stevani, 2016)


14

9. Kerangka Konsep

Daun sirsak

Simplisia daun sirsak Kadar air < 10 %

Teh daun sirsak

Dosis 2 gram Dosis 3 gram Dosis 4 gram

Hewan uji mencit (Mus


musculus)

- Di aklimasi
selama 7 hari
- Di timbang
- Di ukur kadar
asam urat awal

Induksi kombinasi hati


Ayam dan biji melinjo

Mencit (Mus musculus)


hiperurisemia

Tabel 4. Kerangka Konsep


15

10. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :


Ha1 : Untuk mengetahui efektivitas penurunan hiperurisemia pada mencit Jantan
(Mus Musculus) menggunakan seduhan teh daun sirsak sebanyak 2 g.
Ha2 : Untuk mengetahui efektivitas penurunan hiperurisemia pada mencit jantan
(Mus Musculus) menggunakan seduhan teh daun sirsak sebanyak 3 g .
Ha3 : Untuk mengetahui efektivitas penurunan hiperurisemia pada mencit Jantan
(Mus musculus) menggunakan seduhan teh daun sirsak sebanyak 4 g .
.
16

C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan quasi experimental yaitu hewan uji dibagi kedalam
5 kelompok perlakuan. Kelompok tanaman sirsak dosis 2g, 3g, dan 4 g, kelompok
4 diberi allopurinol sebagai kontrol positif, dan kelompok 5 diberi Na CMC 0,5 %
(negatif).
2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi-Farmakologi
Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Gorontalo
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari – April 2024
3. Variable Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi pada dosis 2g, 3g, dan
4g seduhan teh daun sirsak terhadap efektivitas anti hiperurisemia sediaan teh
(Annona muricata) pada mencit jantan (Mus musculus).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu efektivitas sediaan teh
(Annona muricata) terhadap penurunan hiperurisemia pada mencit jantan
(Mus muscullus).
3. Variabel Terkontrol
Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah proses pengeringan
simplisia pada oven dengan suhu 60o C, suhu air 90o C selama 15 menit, dan
kadar air simplisia <10%.
17

4. Definisi Operasional
1. Tanaman daun sirsak
Tanaman daun sirsaki (Annona muricata) yang digunakan diambil di
Perkebunan sirsak Al-Mustanir Bone Bolango, Gorontalo.
2. Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini yaitu mencit putih
jantan (Mus musculus) dengan berat 20-30 gram. Hewan coba mencit jantan
terlebih dahulu diadaptasikan selama 7 hari di dalam kandang Laboratorium
Farmakologi. Hewan coba ini digunakan sebagai hewan uji untuk
antihiperurisemia
3. Antihiperurisemia
Antihiperurisemia merupakan jenis obat yang digunakan untuk
menurunkan asam urat. Antihiperurisemia dalam penyembuhan ini yaitu
sediaan seduhan ”teh daun sirsak” .
4. serbuk Biji melinjo
Biji melinjo sebanyak 2.5 kg dipisahkan dari kulit luar dan
cangkangnya hingga diperoleh daging biji. Selanjutnya daging biji melinjo
diiris tipis dan dikeringkan di oven pada suhu 40o C hingga memiliki tekstur
seperti keripik. Setelah itu, biji melinjo kering dihaluskan menggunakan
blender hingga menjadi tepung dan diayak dengan ayakan 100 mesh.
5. Hati ayam
Sebanyak 50 gram hati ayam dan 40 mL akuades dihaluskan dengan
blender sampai halus dan digenapkan menjadi 50 mL (perbandingan 1:1)
(Rahayu et al. 2016).

5. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan alat pengering (oven), beaker glass, pengaduk,
mortar dan pistil, pipet tetes, pisau, gunting, wadah baskom, timbangan
analitik, spuit 1 cc dan 3 cc, sonde oral, dissecting kit, chopper, kandang
18

mencit, botol minum mencit, oral sonde, termometer, panic, kantong teh, strip
asam urat, dan alat Easy Touch GCU.
2. Bahan
Bahan yang digunakan: serbuk kayu, pakan mencit, daun sirsak
(Annona muricata), hati ayam, serbuk biji melinjo allopurinol 10 mg, CMC-
Na 0,5%, akuades, dan alkohol 70%.

6. Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode primer
dengan cara mengukur diameter penurunan asam urat pada hewan coba mencit
(Mus musculus) putih jantan sebelum dan sesudah di induksi hingga setelah
diberikan perlakuan, serta nilai perbandingan rata-rata pada kelompok uji.
7. Pengolahan dan Analisis Data
Untuk melihat nilai yang signifikan pada perbandingan kelompok uji
menggunakan uji one way ANOVA p-value dengan nilai kemaknaan p-value
>0,05 taraf kepercayaan 95% bila analisis menunjukan perbedaan bermakna antar
kelompok uji.

8. Etika Penelitian
Pengunaan hewan coba dalam penelitian ilmu kedokteran dan kesehatan
merupakan keniscayaan mengingat percobaan pada hewan adalah bagian(tahap)
awal dari penelitian untuk memecahkan masalah kesehatan baik yang terkait
dengan perjalanan penyakit maupun terapinya. Bidang ilmu yang banyak
menggunakan hewan coba di dalam penelitiannya antara lain ilmu biomedik
(biomedical science), diagnosis penyakit (pathology), pengembangan dan
penapisan obat (drug development and quality control), ilmu racun (toxicology),
pendidikan (laboratory practice) dan sebagainya. Meskipun pada akhir-akhir ini
banyak terlontar suara menentang penggunaan hewan coba dalam penelitian,
sampai saat ini penggunaan hewan coba masih menjadi pilihan praktis para
peneliti terkait apalagi jika dikaitkan dengan Triple R’s dalam etika penggunaan
hewan coba (Wahyuwardani, Noor, and Bakrie 2020)
19

Menangani hewan coba baik dalam penyediaan (penangkaran), perawatan


(kandang, makan dan minum), pengangkutan, perlakuan selama percobaan dan
diakhir percobaan tentu harus berdasarkan prinsip-prinsip etika dalam rangka
menjunjung tinggi harkat martabat manusia (Wahyuwardani, Noor, and Bakrie
2020)
9. Jalannya Penelitian
1. Tahapan persiapan
a) Menemukan masalah penelitian di susun dalam draft proposal
b) Mengidentifikasi sedian teh daun sirsak yang akan digunakan dalam
penelitian
c) Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan selama
penelitian
d) Melakukan pengurusan izin lokasi penelitian.
2. Tahapan Pelaksanaan
a) Melakukan Preparasi sampel teh daun sirsak
b) Pembuatan simplisia
c) Melakukan uji anti hiperurisemia
d) Mengumpulkan data hasil pengujian
3. Tahap akhir
a) Mengimput data
b) Melakukan analisis data
4. Prosedur kerja
a) Preparasi sampel teh daun sirsak.
Tabel 3.1 komposisi teh daun sirsak

Bahan Keterangan

Simplisia daun sirsak 100%


20

5. Uji aktivitas anti hiperurisemia


a) Pembuatan suspensi biji melinjo
Tepung biji melinjo dan larutan CMC 0,5% dengan perbandingan 1 gram
tepung : 3 mL CMC 0.5% dihaluskan dengan blender hingga menjadi
suspensi yang homogen.
b) Pembuatan Jus Hati Ayam
Sebanyak 50 gram hati ayam dan 40 mL akuades dihaluskan dengan
blender sampai halus dan digenapkan menjadi 50 mL (perbandingan 1:1)
(Rahayu et al. 2016).
c) Pembuatan suspensi Allopurinol
Sebanyak 5 mg/kgBB Tablet allopurinol ditimbang sebanyak 20 tablet,
dihitung berat rata-ratanya. Setelah itu tablet digerus dan dilarutkan
dengan larutan Na-CMC 0,5% hingga 10 mL.
d) Perlakuan hewan uji mencit
Mencit diaklimasi selama 7 hari selanjutnya dipuasakan selama 8-16 jam
kemudian ditimbang berat badannya. Sebelum diberi perlakuan, semua
hewan uji diukur kadar asam urat darah sebagai kadar awal (normal).
Seluruh hewan uji dibuat hiperurisemia dengan diberikan kombinasi
Melinjo : Hati ayam (5 g/kgBB : 2 mL/20gBB. Kelompok 1 sebagai
kontrol negatif Na-CMC 0,5%, kelompok 2 sebagai kontrol positif tablet
allopurinol 5mg/kgBB, kelompok 3,4,5 diberikan seduhan teh daun
sirsak yang variasi dosisnya berbeda.
21

DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Cita, Feri Ira, and Cikra Ikhda. 2015. “Efek Farmakologi Infusa Biji Melinjo
(Gnetum Gnemon L.) Sebagai Antihiperglikemia Pada Mencit (Mus
Musculus) Yang Diinduksi Dextrosa Monohidrat 40 %.” Farmakologi 2 (1):
1 6.

Eka Nur So’emah, Emyk Windartik Universitas. 2023. “Pengaruh Kadar Asam
Urat Penderita Asam Urat Pada Air Rebusan Daun Sirsak (Annona
Muricata)” 1 (1): 96–108.

Fatihaturahmi, Yuliana, and Asmar Yulastri. 2023. “Literature Riview : Penyakit


Degeneratif : Penyebab, Akibat, Pencegahan Dan Penanggulangan.” Jurnal
Gizi Dan Indonesia (JGK) 3 (1): 63–72.

Kemenkes RI. 2018. “Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.” Kementrian
Kesehatan RI. Vol. 53.

Prajnaparamita, Kandida, and Siti Susanti. 2021. “Karakter Morfologis Dan


Perkembangan Anatomis Biji Melinjo (Gnetum Gnemon L.).” Biogenesis 17
(2): 49. https://doi.org/10.31258/biogenesis.17.2.49-60.

Pribadi, Taufan Want. 2020. “Review: Senyawa Aktif, Aktivitas Farmakologi,


Dan Mekanisme Kerja Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Dan Daun
Tempuyung (Sonchus Arvensis L.) Sebagai Antihiperurisemia.” Farmaka 18
(2): 89–93.

Sadiah, Siti, Mawar Subangkit, and Jurnila Sari Tanjung. 2022. “Efektivitas
Kombinasi Jus Hati Ayam Dan Serbuk Biji Melinjo Sebagai Bahan
Penginduksi Hiperurisemia Pada Tikus.” Jurnal Ilmiah Manuntung 8 (1):
136–44. https://doi.org/10.51352/jim.v8i1.515.

Suwandi, Deden Winda, and Farid Perdana. 2018. “Aktivitas Antihiperurisemia


Ekstrak Etanol An Fraksi-Fraksi Daun Jambu Mawar (Syzygium Jambos L.,)
Pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster.” Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
9 (1): 35. https://doi.org/10.52434/jfb.v9i1.641.

Umboh, Defritsevani Y., Edwin De Queljoe, and Paulina V. Y. Yamlean. 2019.


“Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Daun Gedi Hijau
(Abelmoschus Manihot (L.) Medik) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar
(Rattus Norvegicus).” Pharmacon 8 (4): 878. https://doi.org/10.35799/
pha.8.2019.29365.

Wahyuwardani, Sutiastuti, S M Noor, and B Bakrie. 2020. “Animal Welfare


Ethics in Research and Testing: Implementation and Its Barrier.” Indonesian
22

Bulletin of Animal and Veterinary Sciences 30 (4): 211. https://doi.org/10.


14334/wartazoa.v30i4.2529.

Anda mungkin juga menyukai