SKRIPSI
1
ke dalam tubuh dengan dosis tinggi dapat menghancurkan sel-sel pulau Langerhans.
Kerusakan ini akan menyebabkan produksi insulin menurun mengakibatkan
hiperglikemia (Mycek, Marry J, 2001).
Aloksan adalah penyebab kondisi stress oksidatif. Aloksan memiliki
mekanisme kerja seperti derivat urea yang secara selektif merusak sel islet beta
pankreas pada hewan seperti kelinci, tikus, mencit dan anjing. Aloksan bisa
diberikan pada hewan uji secara intravena, intraperitoneal, subkutan, aloksan juga
mampu menginduksi kerusakan hati yang bisa dilihat pada peningkatan SGPT dan
kerusakan histologi hati (Hamzah, 2020).
Sukun (Artocarpus altilis) merupakan suatu jenis tumbuhan yang dapat
tumbuh didaerah beriklim basah tropis. Daun sukun (Artocarpus altilis) dapat
dijadikan sebagai pengobatan terapi untuk penyakit diabetes melitus, karena daun
sukun (Artocarpus altilis) memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang
berkhasiat seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilkolin, tannin, fenol,
riboflavin, dan flavonoid. Flavonoid ini memiliki senyawa turunan yaitu zat
antioksidan dan kuersetin yang berfungsi sebagai komponen aktif dalam obat-
obatan (Larasati dkk., 2019).
Pada penelitian yang dilakukan oleh wahyu 2010 efek hepatoprotektif
hasil penelitiannya menunjukan bahwa kelompok mencit yang diinduksi dengan
karbon tetraklorida memiliki nilai kadar ALT sebesar 106,8 U/L sementara kadar
ALT mencit yang diinduksi karbon tetraklorida dan daun sukun menunjukan angka
52,54 U/L/kg BB hal ini menunjukan bahwa daun sukun memiliki manfaat sebagai
hepatoprotektif (Wahyu Atmaja K.J., 2010).
Senyawa flavonoid terbesar ada pada daun sukun yang tua 100,68 mg/g,
daun muda 87,03 mg/g, dan daun tua yang telah jatuh 42,89 mg/g. senyawa aktif
itu bisa menghalang perkembangan mikroba dan efisiensi untuk melakukan
pengobatan pada gangguan asam urat, rematik, diabetes, penyakit jantung, gejala
ginjal, gejala hati, peradangan pada sendi, darah tinggi, panu dan meminimalisir
kolestrol (Kurniawati dan Sutoyo).
Pada penelitian ini penulis memanfaatkan hewan mencit (Mus musculus)
karena struktur organnya mirip seperti manusia dan metabolismenya juga cepat.
2
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan omnivora yang mempunyai ukuran dan
berat badan yang lebih kecil dari tikus, mencit juga hewan laboratorium yang biasa
digunakan untuk penelitian dengan kisaran sekitar 40-80%, pemeliharaannya sehat
dan bersih, penanganannya mudah, dan kemampuan reproduksinya sangat tinggi
(sekitar 10-12 anak/kelahiran), mencit juga memiliki beberapa sifat yang bisa
menguntungkan peneliti diantaranya sehat, kuat, prolifie (mampu beranak banyak),
kecil, jinak, mampu mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara menggali dan
bersarang, mampu melindungi dirinya dari seseorang yang hendak menahan dan
menangkapnya dan bisa di dapatkan dengan harga relatif murah (Rejeki dkk.,
2018).
Dalam riset yang sudah dilaksanakan terdahulu untuk mengatasi penyakit
DM ini banyak yang menggunakan terapi oral insulin sedangkan penelitian yang
akan dilakukan ini menggunakan terapi rebusan daun sukun (Artocarpus altilis).
Riset ini bermaksud untuk memahami apakah terapi rebusan daun sukun
(Artocarpus altilis) berpengaruh pada kerusakan pankreas terhadap penderita
penyakit Diabetes Melitus (DM). Maka dari itu peneliti tertarik dan perlu
dilaksanakan riset terkait “Pengaruh Rebusan Daun Sukun (Artocarpus altilis)
Terhadap Histologi Pankreas Mencit (Mus musculus) Yang Diinduksi Aloksan”.
3
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pemberian rebusan daun sukun (Artocarpus altilis)
yang dikeringkan terhadap histologi pankreas mencit (Mus musculus) yang
diinduksi aloksan.?
1.5 Hipotesis
Terdapat perbedaan histologi pankreas mencit (Mus musculus) yang diberi
rebusan daun sukun (Artocarpus altilis).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti
6
3.3 Variabel Penelitian
Variabel riset adalah semua hal yang bersifat apapun yang bisa
mendukung pengkaji dalam suatu penelitiannya mengenai suatu peristiwa,
kejadian, atau fenomena, lalu diambil simpulannya (Sugiyono, 2017). Variabel
dalam riset ini yakni dampak rebusan daun sukun (Artocarpus altilis) pada histologi
pankreas mencit (Mus musculus) jantan galur swiss webster yang diinduksi aloksan.
3.3.1 Variabel Dependen
Dependent variable merupakan variabel yang diberikan dampak atau yang
jadi penyebab terdapatnya independent variable (Hidayat, 2017). Variabel terikat
pada riset ini yakni histologi pankreas mencit (Mus musculus) jantan galur swiss
webster.
3.3.2 Variabel Independen
Independent variable merupakan variabel yang mengakibatkan
berubahnya atau munculnya dependent variable (Hidayat, 2017). Variabel bebas
dalam riset ini yakni rebusan daun sukun (Artocarpus altilis).
7
Tabel 3.1 Definisi Operasional
8
peneliti membutuhkan sampel yang diambil dari populasi dan akan mendapatkan
kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2011). Sampel yang
dimanfaatkan dalam riset ini yaitu mencit (Mus musculus) jantan galur swiss
webster, pada setiap kelompok diambil 4 ekor mencit (Mus musculus) jantan galur
swiss webster dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti.
9
(t-1) (n-1) ≥ 15
(6-1) (n-1) ≥ 15
5 (n-1) ≥ 15
5 n ≥ 20
n ≥4
Keterangan:
t = Jumlah perlakuan kelompok
n = Besaran sampel
Dari rumus tersebut diperoleh jumlah mencit putih jantan galur swiss
webster yang digunakan supaya penelitian ini refresentatif adalah harus lebih besar
atau sama dengan 4, atas dasar inilah maka jumlah besaran mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster untuk tiap kelompoknya adalah sebanyak 4. Jadi
jumlah total mencit yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 24 mencit
(Mus musculus) putih jantan galur swiss webster.
10
ditetapkan (Masturoh, Imas;Anggita, 2018). Teknik pengumpulan data yang
dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) putih jantan
galur swiss webster sebanyak 24 ekor yang memenuhi kriteria inklusi,
diaklimatisasi di dalam kandang.
3.9.2 Prosedur penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pengambilan organ pankreas pada mencit
(Mus Musculus) putih jantan galur swiss webster sebagai sampel, dengan
menggunakan uji kualitatif untuk mengetahui gambaran histologi pankreas pada
mencit (Mus Musculus) putih jantan galur swiss webster yang telah diberi rebusan
daun sukun (Artocarpus altilis).
A. Alat dan bahan
11
20. Silet
21. Saringan
22. Spuit 1 cc dan 3 cc
23. Sonde
24. Stop watch
25. Swab alcohol
26. Timbangan analitik
27. Talenan
28. Tip kuning
29. Tip biru
30. Water bath
B. Cara kerja
1. Preparasi Sampel
a) Rebusan daun sukun ini dibuat setiap hari dengan cara daun sukun
dipisahkan dari tangkainya lalu di cuci menggunakan air sampai
bersih.
b) Dosis I timbang 5 gram daun sukun atau ± 1 helai, Dosis II timbang
10 gram daun sukun atau ± 2 helai dan Dosis III timbang 15 gram
daun sukun atau ± 3 helai.
c) Lalu dikeringkan dibawah panas terik matahari. Setelah dikeringkan
daun sukun di potong kecil-kecil kemudian menyiapkan pemanas
untuk merebus daun sukun.
d) Masukkan air sebanyak 400 mL selanjutnya masukkan daun sukun
yang telah di potong kecil-kecil lalu rebus selama ± 15 menit sampai
air rebusan tersisa 200 mL.
e) Saring air rebusan daun sukun menggunakan penyaring kemudian
tunggu sampai dingin lalu masukkan air rebusan kedalam botol.
12
2. Persiapan Hewan Coba
Dalam riset ini dilaksanakan dengan in vivo terhadap 24 ekor mencit
jantan (Mus musculus) putih jantan galur swiss webster yang dibagi menjadi 6
kelompok perlakuan, setiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster.
3. Perlakuan Hewan Coba
Penelitian dilakukan dengan enam kelompok perlakuan. Jumlah sampel
yang digunakan adalah 24 ekor sehingga setiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit
(Mus musculus) putih jantan galur swiss webster.
Tabel 3.2 Perlakuan dan Pengelompokan Hewan Mencit (Mus musculus)
13
Diinduksi pembedahan
Aloksan dan
dimasukkan
kedalam
larutan NBF
10% untuk
pembuatan
preparat
histologi.
Diberikan Diberikan
Pakan Rebusan
Dosis I Normal Daun Sukun
4 Adaptasi
(KP1) dan 0,52 ml/kg
Diinduksi BB dengan
Aloksan dosis 5 gram
Diberikan Diberikan
Pakan Rebusan
Dosis II Normal Daun Sukun
4 Adaptasi
(KP2) dan 0,52 ml/kg
Diinduksi BB dengan
Aloksan dosis 10 gram
Diberikan Diberikan
Pakan Rebusan
Dosis III Normal Daun Sukun
4 Adaptasi
(KP3) dan 0,52 ml/kg
Diinduksi BB dengan
Aloksan dosis 15 gram
14
pelarut NaCl 0,9% (1 mL/20 gram BB) tanpa terapi.
c) Kontrol pembanding (KP) yakni diinduksi aloksan 130 mg/20 gram BB
dengan pelarut akuades 0,9% (1 mL/20 gram BB) dan pemberian terapi
glibenklamid 0,013 mg/20 gram BB dengan pelarut akuades.
d) Kelompok perlakuan (KP1) dengan dosis I yakni mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster yang diinduksi aloksan dan diberi air
rebusan daun sukun dosis 5 gram dengan pemberian volume 0,52 mL/20
gram BB.
e) Kelompok perlakuan (KP2) dengan dosis II yakni mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster yang diinduksi aloksan dan diberi air
rebusan daun sukun dosis 10 gram dengan pemberian volume 0,52 mL/20
gram BB.
f) Kelompok perlakuan (KP3) dengan dosis III yakni mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster yang diinduksi aloksan dan diberi air
rebusan daun sukun dosis 15 gram dengan pemberian volume 0,52 mL/20
gram BB.
15
Hasil data yang telah didapatkan disajikan dalam bentuk gambaran.
Kemudian analisis data tersebut secara sistematis. Data tersebut kemudian
dianalisis secara statistik dengan metode deskriptif, berupa keterangan dari
peneliti dan beberapa sumber pustaka.
Data yang diperoleh dari hasil skoring gambaran histologi pankreas
kemudian hasil data diuji statistik dengan dipersentasekan dan dianalisis
menggunakan uji Kruskal wallis. Kemudian Jika hasil uji Kruskal wallis
menunjukkan perbedaan signifikan maka dilanjutkan dengan uji Mann
whitney (α = 0,05) pada derajat kepercayaan 95%.
16