Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH REBUSAN DAUN SUKUN (Artocarpus altilis)

TERHADAP HISTOLOGI PANKREAS MENCIT (Mus musculus)


YANG DIINDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Terapan Kesehatan

MUHAMMAD ALWI SUTOMI


5120025

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperglikemia adalah sebuah keadaan gula darah mengalami peningkatan
yang lebih dari batas normal. Hiperglikemia merupakan penyebab utama penyakit
Diabetes Melitus (DM). Indonesia menjadi salah satu unggulan ke 7 secara global
sesudah Tiongkok, India, Brazil, Amerika Serikat, Maroko. Internasional Diabetes
Federation (IDF) melaporkan pada tahun 2010 penderita DM sekitar 285 juta jiwa
(6,6%) dan naik jadi 438 juta jiwa (7,8%) dari seluruh penduduk di dunia.
Sedangkan data menurut Riskesdas (2013) meningkatnya dari 1,1% pada tahun
2007 naik jadi 2,1% pada tahun 2013 dari total masyarakat sebesar 250 juta orang
dari data yang didapat lebih cenderung pada perempuan dibandingkan laki-laki
(Ladeska dkk., 2017).
Hiperglikemia sebuah gejala yang timbul dikarenakan dari tidak
mampunya pankreas dalam menghasilkan insulin yang cukup ataupun
ketidakmampuan tubuh yang tidak bisa menggunakan insulin dengan baik
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Insulin berfungsi untuk mendukung dalam
pengawasan jumlah gula darah di tubuh dengan langkan menstimulan sel otot, hati
dan lemak untuk mendapatkan gula darah dan menggantinya jadi gula otot pada sel
otot, trigliserida di sel lemak dan keduanya berada di sel hati (Sandhy, 2019).
Pankreas merupakan organ kelenjar penting dalam tubuh yang terdiri dari
jaringan eksokrin dan endokrin. Fungsi pankreas yaitu menghasilkan getah
pancreas yang mengandung enzim-enzim tripsinogen, amilase dan lipase. Enzim
tersebut bercampur dengan bahan makanan di duodenum dan menjalankan fungsi
pencernaan di dalam usus, bagian eksokrin terdiri atas sel asinar yang
mensekresikan enzim melalui saluran ke duodenum. Sementara, bagian endokrin
terdiri dari pulau-pulau Langerhans yang fungsinya menghasilkan hormon insulin
yang kemudian diserap masuk ke dalam darah. Insulin di butuhkan untuk
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Adanya senyawa kimia yang masuk

1
ke dalam tubuh dengan dosis tinggi dapat menghancurkan sel-sel pulau Langerhans.
Kerusakan ini akan menyebabkan produksi insulin menurun mengakibatkan
hiperglikemia (Mycek, Marry J, 2001).
Aloksan adalah penyebab kondisi stress oksidatif. Aloksan memiliki
mekanisme kerja seperti derivat urea yang secara selektif merusak sel islet beta
pankreas pada hewan seperti kelinci, tikus, mencit dan anjing. Aloksan bisa
diberikan pada hewan uji secara intravena, intraperitoneal, subkutan, aloksan juga
mampu menginduksi kerusakan hati yang bisa dilihat pada peningkatan SGPT dan
kerusakan histologi hati (Hamzah, 2020).
Sukun (Artocarpus altilis) merupakan suatu jenis tumbuhan yang dapat
tumbuh didaerah beriklim basah tropis. Daun sukun (Artocarpus altilis) dapat
dijadikan sebagai pengobatan terapi untuk penyakit diabetes melitus, karena daun
sukun (Artocarpus altilis) memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang
berkhasiat seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilkolin, tannin, fenol,
riboflavin, dan flavonoid. Flavonoid ini memiliki senyawa turunan yaitu zat
antioksidan dan kuersetin yang berfungsi sebagai komponen aktif dalam obat-
obatan (Larasati dkk., 2019).
Pada penelitian yang dilakukan oleh wahyu 2010 efek hepatoprotektif
hasil penelitiannya menunjukan bahwa kelompok mencit yang diinduksi dengan
karbon tetraklorida memiliki nilai kadar ALT sebesar 106,8 U/L sementara kadar
ALT mencit yang diinduksi karbon tetraklorida dan daun sukun menunjukan angka
52,54 U/L/kg BB hal ini menunjukan bahwa daun sukun memiliki manfaat sebagai
hepatoprotektif (Wahyu Atmaja K.J., 2010).
Senyawa flavonoid terbesar ada pada daun sukun yang tua 100,68 mg/g,
daun muda 87,03 mg/g, dan daun tua yang telah jatuh 42,89 mg/g. senyawa aktif
itu bisa menghalang perkembangan mikroba dan efisiensi untuk melakukan
pengobatan pada gangguan asam urat, rematik, diabetes, penyakit jantung, gejala
ginjal, gejala hati, peradangan pada sendi, darah tinggi, panu dan meminimalisir
kolestrol (Kurniawati dan Sutoyo).
Pada penelitian ini penulis memanfaatkan hewan mencit (Mus musculus)
karena struktur organnya mirip seperti manusia dan metabolismenya juga cepat.

2
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan omnivora yang mempunyai ukuran dan
berat badan yang lebih kecil dari tikus, mencit juga hewan laboratorium yang biasa
digunakan untuk penelitian dengan kisaran sekitar 40-80%, pemeliharaannya sehat
dan bersih, penanganannya mudah, dan kemampuan reproduksinya sangat tinggi
(sekitar 10-12 anak/kelahiran), mencit juga memiliki beberapa sifat yang bisa
menguntungkan peneliti diantaranya sehat, kuat, prolifie (mampu beranak banyak),
kecil, jinak, mampu mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara menggali dan
bersarang, mampu melindungi dirinya dari seseorang yang hendak menahan dan
menangkapnya dan bisa di dapatkan dengan harga relatif murah (Rejeki dkk.,
2018).
Dalam riset yang sudah dilaksanakan terdahulu untuk mengatasi penyakit
DM ini banyak yang menggunakan terapi oral insulin sedangkan penelitian yang
akan dilakukan ini menggunakan terapi rebusan daun sukun (Artocarpus altilis).
Riset ini bermaksud untuk memahami apakah terapi rebusan daun sukun
(Artocarpus altilis) berpengaruh pada kerusakan pankreas terhadap penderita
penyakit Diabetes Melitus (DM). Maka dari itu peneliti tertarik dan perlu
dilaksanakan riset terkait “Pengaruh Rebusan Daun Sukun (Artocarpus altilis)
Terhadap Histologi Pankreas Mencit (Mus musculus) Yang Diinduksi Aloksan”.

1.2 Identifikasi Masalah


Banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak menerapkan pola hidup sehat
sehingga Indonesia berada pada nomor urut 7 secara global yang menderita DM.
Peningkatan kadar glukosa darah disebabkan karena kerusakan sel beta pankreas
yang mengakibatkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin sehingga kadar
glukosa meningkat. Kerusakan pankreas bisa diminimalisir oleh senyawa
antioksidan. Daun sukun banyak mengandung zat antioksidan, sehingga peneliti
berminat untuk melaksanakan riset terkait “Pengaruh Rebusan Daun Sukun
(Artocarpus altilis) pada Histologi Pankreas Mencit (Mus musculus) yang
Diinduksi Aloksan”.

3
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pemberian rebusan daun sukun (Artocarpus altilis)
yang dikeringkan terhadap histologi pankreas mencit (Mus musculus) yang
diinduksi aloksan.?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Utama
Untuk mengetahui pengaruh rebusan daun sukun (Artocarpus altilis)
terhadap histologi pankreas mencit (Mus musculus) yang diinduksi aloksan.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk melihat histologi pankreas mencit (Mus musculus) yang tidak
diinduksi aloksan.
2. Untuk melihat histologi pankreas mencit (Mus musculus) setelah diinduksi
aloksan.
3. Untuk melihat histologi pankreas mencit (Mus musculus) yang diberi
rebusan daun sukun (Artocarpus altilis).

1.5 Hipotesis
Terdapat perbedaan histologi pankreas mencit (Mus musculus) yang diberi
rebusan daun sukun (Artocarpus altilis).

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis pada penelitian ini dapat menambah referensi ilmu
pengetahuan untuk peneliti lain mengenai rebusan daun sukun (Artocarpus altilis)
sebagai kandidat terapi untuk penyakit DM.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
serta informasi kepada masyarakat mengenai rebusan daun sukun (Artocarpus
altilis) sebagai obat terapi untuk penyakit DM.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

Penyakit Diabetes Melitus


1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal

Faktor Teknik Analitik Gambaran Histologi


Pankreas Mencit
1. Pra Analitik (Mus musculus)
 Persiapan hewan uji jantan galur swiss
webster
 Pemberian induksi aloksan
 Terapi
 Pengambilan histologi pankreas
2. Analitik
 Pembuatan sediaan histologi
pankreas
3. Pasca Analitik
 Pengamatan sel dan histologi
pankreas
 Interpretasi hasil

Terapi rebusan daun


sukun (Artocarpus altilis)

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian


Riset ini adalah riset percobaan yakni sebuah riset ekperimental degan
melaksanakan aktivitas eksperiman yang bermaksud untuk memahami dampak
yang muncul diakibatkan dari perlakuan khusus (Notoatmodjo, 2014). Dalam riset
percobaan ini menggunakan mencit (Mus musculus) jantan galur swiss webster
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pada histologi pankreas mencit (Mus
musculus) jantan galur swiss webster yang normal dan yang diberi perlakuan
dengan diberikan rebusan daun sukun (Artocarpus altilis). Riset ini memanfaatkan
empat klasifikasi yakni satu kelompok kontrol negatif, satu kelompok positif, satu
kelompok kontrol pembanding dan tiga klasifikasi percobaan.

3.2 Kerangka penelitian


Skema riset merupakan prinsip dalam riset yang saling berkaitan, yang
mana penjelasan variabel satu dengan variabel lain dapat terhubung dengan rinci
serta tersusun (Masturoh and Anggita, 2018). Berikut kerangka penelitian dari
penelitian ini:

Rebusan daun sukun Histologi pankreas mencit


(Mus musculus) yang
(Artocarpus altilis)
diinduksi aloksan

Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian

Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti

6
3.3 Variabel Penelitian
Variabel riset adalah semua hal yang bersifat apapun yang bisa
mendukung pengkaji dalam suatu penelitiannya mengenai suatu peristiwa,
kejadian, atau fenomena, lalu diambil simpulannya (Sugiyono, 2017). Variabel
dalam riset ini yakni dampak rebusan daun sukun (Artocarpus altilis) pada histologi
pankreas mencit (Mus musculus) jantan galur swiss webster yang diinduksi aloksan.
3.3.1 Variabel Dependen
Dependent variable merupakan variabel yang diberikan dampak atau yang
jadi penyebab terdapatnya independent variable (Hidayat, 2017). Variabel terikat
pada riset ini yakni histologi pankreas mencit (Mus musculus) jantan galur swiss
webster.
3.3.2 Variabel Independen
Independent variable merupakan variabel yang mengakibatkan
berubahnya atau munculnya dependent variable (Hidayat, 2017). Variabel bebas
dalam riset ini yakni rebusan daun sukun (Artocarpus altilis).

3.4 Definisi operasional


Definisi operasional adalah pengertian yang dimanfaatkan dalam rangka
memberikan batasan ataupun variabel yang dikaji dan berguna dalam memberikan
arahan untuk penilaian ataupun observasi atas variabel yang berhubungan dan
perkembangan media pendukung (Notoatmodjo, 2018).

7
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


1. Sediaan Sediaan histologi Mikroskop Pulau Rasio
histologi pankreas mencit Langerhans
pankreas yang diberikan dan pankreas,
mencit tidak diberikan bentuk sel
rebusan daun sukun normal,
hari ke-11. bentuk sel
tidak normal,
sel nekrotik
2. Dosis Jumlah rebusan Pipet mL/gramBB Nominal
rebusan daun sukun yang
daun diberikan 0,52
sukun mL/20gram BB
mencit dengan 3
konsentrasi dosis
yang berbeda-beda.

3.5 Populasi dan sampel penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi merupakan semua objek ataupun subjek dengan karakter khusus
yang akan dikaji dan dipelajari sifat dan karakteristik dari objek dan subjek tersebut
(Hidayat, 2017). Populasi yang dimanfaatkan dalam riset ini yakni mencit (Mus
musculus) jantan galur swiss webster.
3.5.2 Sampel penelitian
Sampel merupakan elemen dari semua total dan karakter yang ada pada
populasi itu. Apabila populasi besar tidak mungkin pengkaji memahami dan
mengkaji seluruh yang terdapat dalam populasi, sehingga akan menyebabkan
kendala bagi peneliti seperti dana yang terbatas, waktu dan tenaga. Dalam hal ini

8
peneliti membutuhkan sampel yang diambil dari populasi dan akan mendapatkan
kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2011). Sampel yang
dimanfaatkan dalam riset ini yaitu mencit (Mus musculus) jantan galur swiss
webster, pada setiap kelompok diambil 4 ekor mencit (Mus musculus) jantan galur
swiss webster dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti.

3.6 Kriteria sampel


3.6.1 Kriteria inklusi
Parameter inklusi yakni parameter dengan subjek riset bisa menjadi wali
pada sampel riset yang mencukupi ketentuan selaku sampel. Parameter inklusi pada
riset ini yakni:
a) Mencit jantan berumur 8-10 minggu.
b) Berat badan 20-30 gram.
c) Dalam kondisi sehat seperti gerakan-gerakan makan, minum.
d) Keadaan tidak ada luka dan cacat.
e) Matanya bening.
3.6.2 Kriteria eksklusi
Parameter eksklusi yakni parameter dengan subjek riset tidak bisa menjadi
wakil sampel dikarenakan tidak mencukupi ketentuan selaku sampel. Parameter
eksklusi pada riset ini yakni:
a) Mencit dalam kondisi sakit.
b) Mencit lemas.
c) Gerakannya tidak aktif.
d) Tidak mau makan dan minum.
e) Bulunya kasar.

3.7 Besar sampel


Besar sampel penelitian yang digunakan mengacu pada rumus Federer (t-
1) (n-1) ≥ 15, pada penelitian ini akan dibuat 6 kelompok dengan perlakuan yang
berbeda-beda. Banyaknya hewan coba yang dipakai dalam setiap kelompoknya
dihitung menggunakan rumus Federer.

9
(t-1) (n-1) ≥ 15
(6-1) (n-1) ≥ 15
5 (n-1) ≥ 15
5 n ≥ 20
n ≥4
Keterangan:
t = Jumlah perlakuan kelompok
n = Besaran sampel
Dari rumus tersebut diperoleh jumlah mencit putih jantan galur swiss
webster yang digunakan supaya penelitian ini refresentatif adalah harus lebih besar
atau sama dengan 4, atas dasar inilah maka jumlah besaran mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster untuk tiap kelompoknya adalah sebanyak 4. Jadi
jumlah total mencit yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 24 mencit
(Mus musculus) putih jantan galur swiss webster.

3.8 Teknik sampling


Metode dalam mengambil sampel yang dilakukan dalam riset ini yakni
non probability sampling dengan teknik consecutive sampling. Non probability
sampling merupakan metode mengambil sampel yang tidak membuka
kemungkinan untuk semua elemen populasi untuk ditetapkan sebagai sampel
(Masturoh, 2018). Menurut Margono (2013) consecutive sampling merupakan cara
untuk menentukan sampel dengan metode menentukan tanda tertentu yang
berdasarkan dengan parameter.

3.9 Teknik pengumpulan data prosedur penelitian


3.9.1 Teknik pengumpulan data
Metode mengumpulkan informasi adalah metode yang dilaksanakan
dalam rangka mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan pada riset
(Sugiyono, 2017). Teknik pengumpulan berupa data primer. Data primer
merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dalam hal ini
peneliti memperoleh data langsung dengan instrumen-instrumen yang telah

10
ditetapkan (Masturoh, Imas;Anggita, 2018). Teknik pengumpulan data yang
dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) putih jantan
galur swiss webster sebanyak 24 ekor yang memenuhi kriteria inklusi,
diaklimatisasi di dalam kandang.
3.9.2 Prosedur penelitian
Pada penelitian ini dilakukan pengambilan organ pankreas pada mencit
(Mus Musculus) putih jantan galur swiss webster sebagai sampel, dengan
menggunakan uji kualitatif untuk mengetahui gambaran histologi pankreas pada
mencit (Mus Musculus) putih jantan galur swiss webster yang telah diberi rebusan
daun sukun (Artocarpus altilis).
A. Alat dan bahan

1. Alat tulis 1. Alkohol 70%, 80%, 90%, 100%


2. Batang pengaduk 2. Akuades
3. Beaker glass 500ml 3. Aloksan monohidrat alarich
4. Cover glass 4. Daun sukun 200 gram
5. Corong kaca 5. Etanol 20%
6. Gelas arloji 6. NBF 10%
7. Hot plate 7. Glibenklamid 5 mg
8. Jarum pentul 8. Mencit galur strain swiss
9. Kandang mencit 9. NaCl fisiologis 0,9%
10. Labu erlenmeyer 100ml 10. Pewarnaan HE (hematoxylin)
11. Labu ukur 100ml 11. Pakan AD2
12. Mikroskop cahaya 12. Paraffin %
13. Magnetic stirrer 13. Xylol
14. Mikropipet 5µl, dan 100 µl
15. Objek glass
16. Oven
17. Paraffin dispenser
18. Pinset
19. Rotator microtome

11
20. Silet
21. Saringan
22. Spuit 1 cc dan 3 cc
23. Sonde
24. Stop watch
25. Swab alcohol
26. Timbangan analitik
27. Talenan
28. Tip kuning
29. Tip biru
30. Water bath
B. Cara kerja
1. Preparasi Sampel
a) Rebusan daun sukun ini dibuat setiap hari dengan cara daun sukun
dipisahkan dari tangkainya lalu di cuci menggunakan air sampai
bersih.
b) Dosis I timbang 5 gram daun sukun atau ± 1 helai, Dosis II timbang
10 gram daun sukun atau ± 2 helai dan Dosis III timbang 15 gram
daun sukun atau ± 3 helai.
c) Lalu dikeringkan dibawah panas terik matahari. Setelah dikeringkan
daun sukun di potong kecil-kecil kemudian menyiapkan pemanas
untuk merebus daun sukun.
d) Masukkan air sebanyak 400 mL selanjutnya masukkan daun sukun
yang telah di potong kecil-kecil lalu rebus selama ± 15 menit sampai
air rebusan tersisa 200 mL.
e) Saring air rebusan daun sukun menggunakan penyaring kemudian
tunggu sampai dingin lalu masukkan air rebusan kedalam botol.

12
2. Persiapan Hewan Coba
Dalam riset ini dilaksanakan dengan in vivo terhadap 24 ekor mencit
jantan (Mus musculus) putih jantan galur swiss webster yang dibagi menjadi 6
kelompok perlakuan, setiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster.
3. Perlakuan Hewan Coba
Penelitian dilakukan dengan enam kelompok perlakuan. Jumlah sampel
yang digunakan adalah 24 ekor sehingga setiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit
(Mus musculus) putih jantan galur swiss webster.
Tabel 3.2 Perlakuan dan Pengelompokan Hewan Mencit (Mus musculus)

Perlakuan (Hari ke-)


Jumlah
Kelompok Mencit 1-7 8-10 11-25 26
(ekor)
Diberikan
Kontrol Pakan
Diberi Pakan
Negatif 4 Adaptasi Normal
Normal
(KN) dan
Akuades
Diberikan
Pakan
Kontrol Normal Diberi Pakan
4 Adaptasi
Positif (KF) dan Normal
Diinduksi
Aloksan
Dilakukan
Diberikan Diberi pakan
Kontrol pengambilan
Pakan normal dan
Pembanding 4 Adaptasi organ
Normal Glibenklamid
(KP) pankreas
dan 5 mg
dengan

13
Diinduksi pembedahan
Aloksan dan
dimasukkan
kedalam
larutan NBF
10% untuk
pembuatan
preparat
histologi.
Diberikan Diberikan
Pakan Rebusan
Dosis I Normal Daun Sukun
4 Adaptasi
(KP1) dan 0,52 ml/kg
Diinduksi BB dengan
Aloksan dosis 5 gram
Diberikan Diberikan
Pakan Rebusan
Dosis II Normal Daun Sukun
4 Adaptasi
(KP2) dan 0,52 ml/kg
Diinduksi BB dengan
Aloksan dosis 10 gram
Diberikan Diberikan
Pakan Rebusan
Dosis III Normal Daun Sukun
4 Adaptasi
(KP3) dan 0,52 ml/kg
Diinduksi BB dengan
Aloksan dosis 15 gram

Ketentuan dari tiap-tiap kelompok adalah sebagai berikut:


a) Kelompok kontrol negatif (KN) yakni hanya diberi makan dan minum.
b) Kontrol positif (KF) yakni diinduksi aloksan 130 mg/20 gram BB dengan

14
pelarut NaCl 0,9% (1 mL/20 gram BB) tanpa terapi.
c) Kontrol pembanding (KP) yakni diinduksi aloksan 130 mg/20 gram BB
dengan pelarut akuades 0,9% (1 mL/20 gram BB) dan pemberian terapi
glibenklamid 0,013 mg/20 gram BB dengan pelarut akuades.
d) Kelompok perlakuan (KP1) dengan dosis I yakni mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster yang diinduksi aloksan dan diberi air
rebusan daun sukun dosis 5 gram dengan pemberian volume 0,52 mL/20
gram BB.
e) Kelompok perlakuan (KP2) dengan dosis II yakni mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster yang diinduksi aloksan dan diberi air
rebusan daun sukun dosis 10 gram dengan pemberian volume 0,52 mL/20
gram BB.
f) Kelompok perlakuan (KP3) dengan dosis III yakni mencit (Mus musculus)
putih jantan galur swiss webster yang diinduksi aloksan dan diberi air
rebusan daun sukun dosis 15 gram dengan pemberian volume 0,52 mL/20
gram BB.

3.10 Pengolahan dan analisis data


Skor kerusakan pankreas :

 Skor 0 = Normal tidak ada perubahan dari batas organ P. Langerhans,


jumlah sel, nekrotik sel dan bentuk sel.
 Skor 1 = Batas jelas, jumlah sel mulai berkurang, nekrotik sel blm terlihat
hanya degenerasi sel, bentuksel normal.
 Skor 2 =Batas mulai tidak jelas, jumlah sel berkurang, degenerasi sel dan
bentuk sel ada yang tdk normal.
 Skor 3 = Batas tidak jelas, jumlah sel berkurang, nekrotik sel terlihat dan
bentuk sel banyak tidak normal.
 Skor 4 = Batas sangat tidak jelas, jumlah sel banyak berkurang dan sel
hampir keseluruhan nekrotik dan bentuk sel tidak normal.

15
Hasil data yang telah didapatkan disajikan dalam bentuk gambaran.
Kemudian analisis data tersebut secara sistematis. Data tersebut kemudian
dianalisis secara statistik dengan metode deskriptif, berupa keterangan dari
peneliti dan beberapa sumber pustaka.
Data yang diperoleh dari hasil skoring gambaran histologi pankreas
kemudian hasil data diuji statistik dengan dipersentasekan dan dianalisis
menggunakan uji Kruskal wallis. Kemudian Jika hasil uji Kruskal wallis
menunjukkan perbedaan signifikan maka dilanjutkan dengan uji Mann
whitney (α = 0,05) pada derajat kepercayaan 95%.

3.11 Lokasi dan waktu penelitian


a) Lokasi penelitian
- Pembuatan preparat histologi pankreas: Laboratorium Terpadu Sitohisto
Poltekkes Bandung
- Perlakuan hewan coba: Laboratorium Terapi dan Farmakologi Unpad
b) Waktu penelitian
- Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari-April 2024 di
Laboratorium Terapi dan Farmakologi Unpad

16

Anda mungkin juga menyukai