Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN ALPUKAT

(Persea Americana Mill.) TERHADAP PENURUNAN


KADAR KOLESTEROL PADA MENCIT (Mus
Musculus L.) YANG DIINDUKSI
PROPILTIOURASIL

HASIL PENELITIAN

Diajukan oleh :

VARREN THERESIA GARA


NIM. 201648201018

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI FARMASI
SORONG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

HASIL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea Americana


Mill.) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL PADA MENCIT
(Mus Musculus L.) YANG DIINDUKSI
PROPILTIOURASIL

Diajukan oleh:

VARREN THERESIA GARA


NIM. 201648201018
Telah disetujui untuk diseminarkan pada:

Hari/ Tanggal :…………………………………………

Waktu :…………………………………………

Tempat : Kampus STIKES Papua

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

apt. Exaudian F.Lerebulan.M.Farm apt Hadija Marasabessy.M.Farm


NIDN : 1426019201 NIDN : 1409019101

Mengetahui:
Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua

Fenelon Howay, S.Kom.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................3
D. Manfaat Penelitian................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5
A. Tinjauan Umum Tentang Alpukat (Persea Americana Mill.)..............5
B. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol....................................................10
C. Tinjauan Umum Tentang Mencit (Mus Muscullus L)...........................18
D. Pengertian Propiltiourasil......................................................................21
E. Mekanisme Propiltiourasil....................................................................21
F. Kerangka Teori.....................................................................................22
G. Kerangka Konsep..................................................................................22
H. Defenisi Operasional.............................................................................23
I. Hipotesis...............................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................24
A. Desain Penelitian..................................................................................24
B. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................24
C. Populasi dan sampel penelitian.............................................................24
D. Instrument penelitian............................................................................24
E. Teknik pengumpulan data.....................................................................26
F. Pelaksanaan pengujian mencit..............................................................21
G. Pengambilan Darah Hewan Uji............................................................32
H. Analisa Data..........................................................................................33
I. Etika penelitian.....................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman alpukat (Persea Americana Mill.)................................6


Gambar 2.2 Kerangka Teori.............................................................................21
Gambar 2.3 Kerangka Konsep.........................................................................21

iv
DAFTAR SINGKATAN

HDL : High Density Lipoprotein

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

WHO : World Health Organizatation

PJK : Penyakit Jantung Koroner

SREBP : Sterol Regulatory Element Binding Protein

SCAP : SREBP-Ceavage Activating Protein

SRE : Sterol regulatory elemenet

PTU : Propiltiourasil

SOD : Superoxide Dismutase

ANOVA : Analysis of Varians

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, berwarna

kekuningan dan berupa seperti lilin, yang diproduksi oleh hati dan sangat

diperlukan oleh tubuh. Kolesterol termasuk golongan lipid yang terhidrolisis

dan merupakan sterol utama dalam jaringan tubuh manusia. Kolesterol

mempunyai makna penting karena merupakan unsur utama dalam lipoprotein

plasma dan membran plasma serta menjadi perkusor sejumlah besar senyawa

steroid (City & Noni, 2013).

Kadar kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia) di dalam darah juga

menjadi pemicu penyakit hipertensi, hal ini disebabkan karena kolesterol

tinggi dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan di pembuluh darah perifer

yang mengurangi suplai darah ke jantung (Soleha, 2012).

Hiperkolesterolemia merupakan tanda gangguan metabolisme lipid

(dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia adalah peningkatan

risiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Bays dkk, 2008). Menurut

data World Health Organizatation (WHO) tahun 2011, memperlihatkan PJK

sebagai penyebab kematian pertama di dunia sedangkan di Indonesia

merupakan penyebab kematian ke-8.

Propiltiourasil adalah obat anti-tiroid yang menghambat pembentukkan

hormone tiroid dengan cara menghambat enzim tiroid peroksidase sehingga

1
2

mencegah penggabungan iodium ke residu tirosin dari tiroglobulin (Moitra,

2016)

Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional cenderung meningkat.

Secara umum obat tradisional dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat

modern karena mempunyai efek samping yang relatife sedikit. Oleh karena

itu, perlu dicari terapi alternatif dari bahan alam yang memiliki efek samping

relatife lebih rendah, dan memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Selain itu

terdapat banyak penelitian yang menguji potensi herbal daun alpukat (Persea

Americana mill.) untuk menangani hiperkolesterol, hiperlipidemia dan

hipertensi (Sari, 2006).

Daun alpukat (Persea Americana mill.) memiliki potensi sebagai

antihiperlipidemia. Menurut Asoaolu (2010) ekstrak daun alpukat dapat

digunakan sebagai analgesik, antiinnflamasi, antikonvulsan, hipoglikemi,

hiperkolesterolemia, penyembuh luka dan mencegah resiko kanker. Daun

alpukat mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan

triterpenoid dimana zat bioaktif tersebut diketahui dapat berperan aktif

menurunkan kadar kolesterol (Yuniarti, 2008). Pada penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Niswan (2014) menunjukkan bahwa pemberian infusa

daun alpukat (Persea Americana Mill.) dapat menurunkan kadar kolesterol.

Dosis terapi 250mg/kgBB menunjukkan dosis terbaik menurunkan kadar

kolesterol total. Selain itu, penelitian oleh Mufida (2018) menunjukkan

bahwa konsentrasi yang paling efektif menurunkan kadar kolesterol mencit

adalah pada konsentrasi 10% (b/v).


3

Penelitian ilmiah mengenai daun alpukat di Indonesia masih terbatas. Hal

inilah yang menarik penulis untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang

manfaat daun alpukat, terutama untuk menurunkan kadar kolesterol. Penulis

ingin mengetahui pengaruh pemberian infusa daun alpukat (Persea

Americana Mill.) terhadap penurunan kadar kolesterol pada mencit (Mus

Musculus L.) yang diinduksi Propiltiourasil.

B. Rumusan masalah

Bagaimana pengaruh pemberian infusa daun alpukat (Persea Americana

Mill.) terhadap kadar kolesterol mencit (Mus Musculus L.) yang diinduksi

Propiltiourasil (PTU) ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian infusa daun alpukat (Persea

Americana Mill.) terhadap kadar kolesterol pada mencit (Mus

Muscullus L.) yang diinduksi Propiltiourasil.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui efektivitas pemberian infusa daun alpukat (Persea

Americana Mill.) terhadap kadar kolesterol pada mencit (Mus

Muscullus L.) yang diinduksi Propiltiourasil.

b. Mengetahui konsentrasi pemberian infusa daun alpukat (Persea

Americana Mill.) yang efektif menurunkan kadar kolesterol pada

mencit (Mus Muscullus L.) yang diinduksi Propiltiourasil.


4

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dan menjadi salah satu acuan bagi peneliti selanjutnya mengenai

bagaimana pengaruh pemerian infusa daun alpukat (Persea Americana

Mill.) terhadap kadar kolesterol pada mencit (Mus Muscullus L.)

2. Manfaat institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai

dokumen untuk menambah bahan bacaan serta menambah pengetahuan

tentang bagaimana pengaruh infusa daun alpukat (Persea Americana Mill.)

terhadap kadar kolesterol pada mencit (Mus Muscullus L.)

3. Manfaat praktis

Pengalaman yang berharga bagi peneliti untuk menambah wawasan

dan pengalaman di bidang ilmu farmasi khususnya mengenai pengaruh

infusa daun alpukat (Persea Americana Mill.)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Alpukat (Persea Americana Mill.)

1. Deskripsi Tanaman Alpukat (Persea Americana Mill.)

Tanaman alpukat merupakan tanaman yang berasal dari daratan

tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang tersebar di

seluruh dunia. Tanaman alpukat merupakan salah satu tanaman yang

memiliki manfaat sebagai obat tradisional. Alpukat secara umum

terbagi atas tiga jenis yaitu West Indian, jenis Guatemalan, atau tipe

Mexican. Daging buah berwarna hijau di bagian bawah kulit dan

menguning kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau karena

kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin (Lailatul,

2016)

Tanaman alpukat termasuk tanaman hutan yang tingginya

mencapai 20 meter. Bentuk pohonnya seperti kubah sehingga dari jauh

tampak menarik. Daun panjang (lonjong) dan tersusun seperti pilin.

Pohonnya berkayu, umumnya percabangan jarang dan arahnya

horizontal. Bunga alpukat keluar pada ujung cabang atau ranting dalam

tangkai panjang. Warna bunga putih dan setiap bunga akan mekar

sebanyak dua kali (Lailatul, 2016)

Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah atau tinggi Amerika

Tengah diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke 18, secara resmi

tahun 1920-1930, Indonesia telah menginduksi 20 varietas alpukat dari

5
6

Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-

varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat

(Nyimas, 2014)

Daun pada tanaman alpukat ini berbentuk tunggal dengan tangkai

yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di ujung ranting,

benuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit,

ujung dan angkal runcing tepi rata kadang-kadang agak menggulung

keatas, bertulang menyirip, Panjang 10-20cm, lebar 3-10cm, daun muda

pada tanaman alpukat mempunyai warna kemerahan dan berambut

rapat, sedangkan daun tua warnanya hijau (Nyimas, 2014).

Gambar 2.1 Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) (Nia, 2018)

2. Taksonomi

Taksonomi daun alpukat (Persea Americana Mill.) adalah sebagai

berikut (Lailatul, 2016) :

Kingdom : Plantae
7

Divisiom :Tracheophyta

Class : Magnoliopsia

Order : Laurales

Family : Lauracea

Genus : Persea Mill

Spesies : Persea Americana Mill.

3. Kandungan Senyawa Bioaktif Daun Alpukat (Persea Americana Mill.)

Daun alpukat ini secara empiris dipercayai sebagai diuretik yaitu

menambah volume urin yang dihasilkan saat urinasi untuk mengurangi

tekanan darah. Kandungan kimia daun alpukat diantaranya saponin,

tannin, pholbatanin flavonoid, alkaloid, dan polisakarida. Flavonoid

pada daun alpukat memiliki fungsi menurunkan tekanan darah (Anna,

2011)

Kandungan zat aktif yang terdapat di daun alpukat adalah

flavonoid dan quersetin. Quersetin memiliki kemampuan mencegah

proses oksidasi dari Low Density, pada batasnya terdapat daun

berbentuk tunggal dan tersusun dalam bentuk spiral (Revina, 2014)

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada tanaman hijau, kecuali alga. Dalam tubuh manusia flavonoid

berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan

kanker. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang

ditemukan di alam.
8

Mekanisme kerja dari flavonoid untuk melancarkan peredaran

darah dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah dan

mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga

darah dapat mengalir dengan normal. Flavonoid juga mengurangi

kandungan kolesterol serta mengurangi pemimbunan lemak pada

dinding pembuluh darah (Anna, 2011)

4. Morfologi Tanaman Alpukat

Pohon alpukat mempunyai tinggi yang bervariasi sesuai dengan

varietasnya mulai dari 3-10 m. ciri tanaman alpukat antara lain berakar

tunggang, batang berkayu, bulat, warna coklat dan bercabang banyak.

Daunnya termasuk daun tunggal yang letaknya berdasarkan di ujung

ranting. Bentuknya memanjang, ujungnya dan bunganya majemuk dan

tersusun dalam tandan yang tumbuh dari ujung-ujung ranting (Raffi

dkk, 2016)

Struktur bunga berkelamin dua (hermaphrodite) dan bunga

berbentuk malai, tumbuh dekat ujung ranting dengan jumlah banyak,

garis tengah 1-1,5 cm, warna putih kekuningan. Buah berbentuk bola

lampu sampai berbentuk bulat telur dengan panjang 5-20 cm dan lebar

5-10 cm tanpa sisa bunga buahnya berbentuk bola atau bulat telur,

daging buah jika sudah masak lunak, berwarna hijau hingga hijau

kekuningan (Raffi dkk, 2016)


9

5. Manfaat Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) dalam pengobatan

Daun alpukat memiliki kandungan senyawa kimia yang

diantaranya adalah flavonoid. Flavonoid berperan sebagai antioksidan

yang menangkal radikal bebas. Oleh karena itu, konsumsi daun alpukat

efektif mencegah gejala dan penyakit kanker. Senyawa ini dipercaya

mampu melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit yaitu dengan

mencegah proses peroksidasi lemak. Daun alpukat mengandung

alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan triterpenoid dimana zat bioaktif

tersebut diketahui dapat berperan aktif dalam menurunkan kadar

kolesterol (Astawan, 2008).

Flavonoid dapat berperan menurunkan kadar kolesterol dengan cara

mencegah oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) dengan

mendonorkan H+ dan menghambat aktivitas 3-hydoxy-3methylglutaryl

Koenzim-A reduktase (HMG-CoA Reduktase). Senyawa Cu dan Zn

bekerja dengan cara meningkatkan aktivasi Superoxide Dismutase

(SOD). Mekanisme tersebut dapat menurunkan kadar kolesterol darah

dengan cara mencegah oksidasi LDL sehingga pembentukkan sel-sel

busa dan kerusakan lipid tidak terjadi (Astawan, 2008)

6. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi

simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.

Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk

membuat sediaan herbal dari bahan yang lunak seperti daun dan bunga.
10

Infusa dapat diminum dalam keadaan panas atau dingin. Infusa dapat

dibuat dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus yang

sesuai dalam panci dengan air secukupnya. Selanjutnya panaskan

campuran diatas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu

mencapai 90°C (Nurfina dkk, 2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol

1. Pengertian Kolesterol

Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang penting dalam pengaturan

permeabilitas dan fluiditas membran, dan juga sebagai lapisan luar

lipoprotein plasma (Botham & Mayes, 2012)

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah,

berwarna kekuningan dan berupa seperti lilin, yang diproduksi oleh hati

dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol termasuk golongan lipid

yang tidak terhidrolisis dan merupakan sterol utama dalam jaringan tubuh

manusia. Kolesterol mempunyai makna penting karena merupakan unsure

utama dalam lipoprotein plasma dan membran plasma serta menjadi

prekusor sejumlah besar senyawa steroid (City & Noni, 2013)

Kolesterol terbentuk secara alamiah. Kolesterol merupakan senyawa

kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan bermacam-macam fungsi,

antara lain untuk membuat hormon seks, hormon korteks adrenal,

Vitamin D, dan untuk membuat garam empedu yang membantu usus

untuk menyerap lemak (Nilawati dkk, 2008).


11

Kolesterol tidak larut dalam darah. Kolesterol diangkut ke berbagai

jaringan dalam tubuh dengan bantuan senyawa yang tersusun atas lemak

dan protein, yakni lipoprotein (Morrel dkk, 2010).

Kolesterol yang diproduksi oleh tubuh ada dua jenis, yaitu High

Density Lipoprotein (HDL) yang sering disebut dengan kolesterol baik

dan (LDL) disebut dengan kolesterol jahat. LDL akan menumpuk pada

dinding pembuluh darah arteri koroner yang menyebabkan penyumbatan,

karena itu LDL disebut sebagai kolesterol jahat (Kowalski, 2007)

2. Menurut Sarlito (2014) Jenis Kolesterol adalah sebagai berikut:

a. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL adalah lemak jahat karena dapat menimbun pada dinding

pembuluh darah, terutama pembuluh darah kecil yang menyuplai

ke jantung dan otak. Timbunan lemak itu semakin lama semakin

tebal dan keras, yang dinamakan arterosklerosis dan akhirnya

menyumbat aliran darah. Kolesterol LDL 100-129 mg/dL.

b. High Density Lipoprotein (HDL)

HDL disebut lemak yang baik karena dapat membersihkan dan

mengangkat timbunan lemak dari dinding pembuluh darah kehati.

Kolesterol HDL yang ideal harus lebih tinggi dari 40 mg/dL untuk

laki-laki dan diatas 50 mg/dL untuk perempuan

c. Trigliserida

Trigliserida adalah bentuk lemak lain yang berasal dari makanan


12

Atau dibentuk sendiri oleh tubuh. Memiliki trigliserida yang tinggi

sering diikuti juga oleh kolesterol total dan LDL yang tinggi, serta

kolesterol HDL yang rendah. Kadar normal dari kolesterol ini

adalah kurang dari 150-199 mg/dL ,kadar tinggi antara 200-499

mg/dL dan kadar paling tinggi apabila mencapai angka 500

mg/dL.

3. Menurut Sasongko (2013) Penyebab Kolesterol tinggi sebagai berikut:

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kolesterol tinggi,

diantaranya gaya hidup, dan pola makan, genetika, serta faktor-faktor

tetap seperti umur dan riwayat keluarga. Berikut ini adalah hal-hal yang

dikategorikan sebagai gaya hidup yang tidak sehat sehingga dapat

meningkatkan kadar kolesterol.

a. Terutama bagi yang merokok, karena pada rokok ditemukan

sebuah zat kimia yang disebut akrolein. Zat ini dapat

menghentikan aktivitas HDL atau kolesterol baik untuk

mengangkut timbunan lemak dari tubuh menuju hati untuk

dibuang. Akibatnya bisa terjadi penyempitan arteri atau

arteroklerosis.

b. Kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Jika

seseorang mengalami obesitas, maka dia memiliki kadar kolesterol

jahat dan kadar trigliserida yang lebih tinggi dari kadar kolesterol

baik. Makanan yang tinggi kadar lemak jenuhnya seperti jeroan,

santan, daging bebek dengan kulitnya, kulit ayam dan cumi.


13

Menurut Nugraha (2013) penyebab kolesterol adalah sebagai berikut:

1) Konsumsi alkohol

Tingginya kadar kolesterol dapat disebabkan oleh konsumsi

alkohol. Orang yang mengkonsusmsi alkohol secara rutin dengan

kadar yang banyak berpotensi mengalami kolesterol tinggi

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mengkonsumsi

alkohol.

2) Umur

Peningkatan kadar kolesterol dapat terjadi pada umur diatas 20

tahun. Pada umur ini kadar kolesterol cenderung meningkat dengan

bertambahnya umur.

3) Jenis kelamin

Kekurangan estrogen pada perempuan menopause akan

menurunkan kolesterol HDL. Pada perempuan yang masih aktif

menstruasi akan menekan lipoprotein α dengan kadar lipoprotein α

rata-rata 2 mg/dL apabila meningkat sampai 20-30 mg/dL maka

akan terjadi hiperkolesterolemia dan muncul resiko penyakit

jantung koroner.

4) Penyakit lain

Ada beberapa penyakit yang cenderung memicu tingginya

kadar kolesterol contohnya orang yang memiliki tekanan darah

tinggi.
14

5) Genetika

Orang berada digaris keturunan yang memiliki kolesterol tinggi

memiliki kecenderungan mewarisi hal tersebut dibandingkan

dengan orang yang bukan dari keturunan yang memiliki riwayat

kolesterol.

6) Stress

Orang yang memiliki tingkat stress yang tinggi justru

meningkatkan kadar LDL yang cukup tinggi hal ini akan diperparah

jika orang tersebut memiliki jalan pintas untuk mengakhiri stressnya

dengan mengkonsumsi rokok, alkohol dan makanan yang

mengandung zat kolesterol tinggi.

4. Patofisiologi kolesterol

Lipid seperti (kolesterol, fosfolipid dan trigliserida) diangkut

dalam serum dalam keadaan terikat pada protein. Tanpa protein lipid-

lipid tersebut tidak terlatur dalam air. Kombinasi lipid dan protein ini

disebut lipoprotein. Semua lipoprotein mengandung kolesterol,

fosfolipid, dan trigliserida. Kilomikron tersusun dari 95% lemak netral

atau trigliserida, tetapi tetap membawa kolesterol, protein, dan

fosfolipid. Kadar kilomikron meningkat setelah makan. Individu-

individu yang normal memerlukan 12 hingga 16 jam untuk

membersihkan semua kilomikron dari serum (Firdaus, 2017).


15

Very Low Density Lipoprotein (VLDL) kaya akan trigliserida

dengan rasio trigliserida-kolesterolsekitar 5:1. Lipoprotein ini

mengandung lebih banyak kolesterol dan lebih sedikit trigliserida

dibandingkan kilomikron dan juga membawa fosfolipid dan protein.

LDL sebagian besar mengandung kolesterol serum dan protein,

fosfolipid dan sedikit trigliserida. HDL terutama mengandung protein,

sedikit kolesterol, fosfolipid dan sedikit sekali trigliserida.

Kadar kolesterol tinggi dalam darah bila dibiarkan terlalu lama

dapat membahayakan kesehatan, seperti terbentuknya aterosklerosis

pada pembuluh darah. Aterosklerosis adalah penumpukan aterom pada

lapisan dalam pembuluh darah (Firdaus, 2017).

5. Klasifikasi kadar kolesterol

Kadar kolesterol menurut WHO (2014) :

a. Kurang dari 200 mg/dL ukuran ini merupakan kadar kolesterol

normal artinya jumlah kadar kolesterol LDL, HDL, serta

trigliserida masih kurang di angka 200mg/dL jika itu terjadi maka

resiko terkena penyakit jantung akan semakin tipis atau sedikit.

b. Berada pada angka 200-239 mg/dL ukuran ini masih tergolong

kolesterol cukup.

c. Lebih dari atau sama dengan 240mg/dL merupakan kadar

kolesterol yang tinggi sehingga dapat memicu jantung koroner.


16

6. Pengobatan kolesterol

a. Farmakologi Depkes RI (2013)

1) Golongan obat Pengikat asam empedu

Golongan obat Pengikat asam empedu, obat pengikat asam

empedu merupakan resin penukar anion yang mengikat muatan

negatif asam empedu dalam usus halus, untuk mencegah

reabsorbsi dan metabolisme. kompensasi tubuh terhadap

penurunan asam empedu adalah perubahan kolesterol,

selanjutnya menurunkan kadar LDL dalam plasma.

Contoh obat pengikat asam empedu adalah Kolestiramin

dengan dosis 4g dan Kolestipol.

2) Golongan Statin

Obat ini bereaksi menghambat enzim HMG-CoA reduktase,

enzim yang mengkatalis perubahan HMG-CoA menjadi asam

mevaonat, tahap penentu alam sintesis kolesterol ekstraseluler.

Obat ini menghasilkan penurunan kadar kolesterol dan LDL

plasma, dan menaikkan HDL plasma.

Contoh obat golongan statin adalah : Simvastatin, dengan dosis

10mg dan 20mg.

Fluvastatin, dengan dosis 20mg, 40mg

Lovastatin, dengan dosis 10mg, 20mg, 40mg

Amlodipine, dengan dosis 5mg dan 10mg

Pravastin, dengan dosis 20mg


17

3) Asam Nikotinat

Asam nikotinat merupakan vitamin, yang menurunkan

kadar lipid. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis

trigliserida

hepatik dan proses sekresi VLDL dari hati.

4) Golongan Fibrate

Obat ini bekerja dengan meningkatkan aktivitas lipoprotein

lipase. Hal ini menyebabkan peningkatan hidrolisis trigliserida

dalam kilomikron dan VLDL, membebaskan asam lemak bebas

untuk disimpan dalam jaringan atau untuk proses metabolisme

dalam otot, obat ini juga menurunkan LDL dan menaikkan

HDL.

Contohnya: Klofibrat,

Fenofibrat, dengan dosis 160mg

Gemfibrosil, dengan dosis 600mg

Non farmakologi Indrawati (2014).

1) Olah raga

Olah raga sangat penting dalam melakukan terapi

nonfarmakologi penyakit kolesterol, karena dengan melakukan

olah raga tubuh mampu membakar semua kolesterol jahat yang

terdapat dalam tubuh seperti penimbunan kalori berlebihan,

dan lemak jenuh.


18

2) Kurangi konsumsi makanan berminyak

Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak

jahat.

3) Konsumsi buah dan sayur

Terapi non farmakologi penyakit kolesterol dengan

konsumsi buah dan sayur. Kedua bahan alam ini sangat efektif

untuk mengikat kolesterol dalam tubuh dan membuangnya

melalui anus, karena dalam buah dan sayur mengandung

banyak serat.

4) Konsumsi teh hijau

Polifenol yang terkandung pada teh atau sering disebut

dengan katekin merupakan zat yang unik karena berbeda

dengan katekin yang terdapat pada tanaman teh lainnya.

Dengan mengkonsumsi secara teratur pada pagi dan malam

hari dengan takaran 200 mL dapat menurunkan kadar

kolesterol (Indrawati, 2014).

C. Tinjauan Umum Tentang Mencit (Mus Muscullus L.)

1) Biologi Mencit (Mus Muscullus L.)

Mencit (Mus Muscullus L.) adalah hewan yang termasuk ke dalam

kelas mamalia. Mencit merupakan salah satu golongan hewan mamalia

pengerat yang bersifat omivorus dan nocturnal. Ciri umum dari mencit
19

yaitu memiliki warna kulit rambut putih atau keabu-abuan dengan perut

sedikit pucat (Murwanti dkk, 2009)

Berat dewasa mencit rata-rata 18-35 gram dan berat lahir 0,5-1,0

gram. Suhu rektal mencit 35-39°C dengan pernapasan 14-180 kali/menit

dan denyut jantung 600-650 kali (Somala, 2006)

Mencit termasuk hewan poliestrus yang artinya, dalam periode satu

tahun terjadi siklus reproduksi yang berulang-ulang. Siklus estrus mencit

bisa selesai dalam 6 hari. Meskipun pemilihan waktu siklus dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor eksteroseptif seperti cahaya, suhu, status

nutrisi (Akbar, 2010)

Mencit memiliki bentuk tubuh yang kecil berwarna putih. Mencit

jantan memiliki berat badan sekitar 18-35 mg. Mencit dapat hidup

selama 1-2 tahun dan dewasa pada umur 35-60 hari. Mencit memiliki

masa reproduksi 1,5 tahun dengan waktu kehamilannya 19-21 hari.

Mencit dapat melahirkan 6-15 ekor anak (Akbar, 2010).

Penggunaan mencit sebagai hewan uji memiliki banyak keuntungan

diantaranya penanganannya yang relatife mudah, harga yang murah,

jumlah peranakan yang banyak, berukuran kecil, serta memiliki

kemiripan fisiologis dengan manusia (Akbar, 2010).

Mencit juga memiliki perilaku yang unik dan berpeluang menjadi

bias dalam penelitian-penelitian tertentu. Diantaranya adalah perilaku

kanibalisme maternal atau perilaku kanibal yang dilakukan induk betina

terhadap anak-anaknya (Marbawati & Ikawati, 2009).


20

2) Kedudukan taksonomi mencit (Mus Musculus L.) (ITIS, 2018) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Bilateria

Infrakingdom : Deuterostomia

Phyllum : Chordata

Subphyllum : Vertebrata

Infraphyllum : Gnathosmata

Superclass :Tetropoda

Class : Mamalia

Subclass :Theria

Infraclass : Eutheria

Order : Rodentia

Suborder : Myomorpha

Superfamily : Muroidea

Family : Muridae

Subfamily : Murinae

Genus : Mus

Species : Mus Muscullus L.

D. Pengertian Propiltiourasil

Propiltiourasil menghambat sintesis hormone tiroid dengan

menghambat oksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan


21

triodothyronin. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara

mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar (Juwita, 2018)

E. Mekanisme Propiltiourasil

Propiltiourasil dapat meningkatkan kadar kolesterol dengan cara

menurunkan sintesis hormon tiroid. Peningkatan hormone tiroid dapat

menurunkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida dalam

darah dengan cara meningkatkan kecepatan sekresi kolesterol sehingga

meningkatkan jumlah kolesterol yang hilang melalui feses.

Mekanisme penurunan kadar kolesterol oleh hormone tiroid yaitu

peningkatan jumlah reseptor LDL, yang diinduksi hormone tiroid pada sel-

sel hepar menyebabkan pembuangan yang cepat LDL dari plasma oleh

hepar, dimana kolesterol yang tadinya ada pada LDL disekresi lewat

empedu menuju feses dengan adanya PTU, sintesis hormone tiroid

dihambat dan kadar kolesterol meningkat (Juwita, 2008)


22

F. Kerangka Teori

G.
Faktor yang Infusa daun Alkaloid,Flavonoid
mempengaruhi: alpukat Saponin, Tannin,
H.
Triterpenoid
1. Menu makanan
2. Obesitas dan berat badan
3. Kurang olahraga
4. Merokok Oksidasi low
5. Konsumsi alkohol density lipoprotein
6. Usia (LDL)
7. Jenis kelamin
8. Penyakit lain
9. Genetika Pembentukan sel
10. Stres busa dan kerusakan
lipid

Kolesterol
Tidak terjadi.
darah

Gambar 2.2 Kerangka Teori (Nugraha, 2013)

Keterangan :

Yang tidak diteliti

Yang diteliti

G. Kerangka Konsep

Variable Independen Variabel Dependen

Infusa daun alpukat Kadar kolesterol

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


23

H. Defenisi Operasional

1. Variabel independen

Infusa daun alpukat (Persea Americana Mill.) adalah cairan yang

menggambarkan banyaknya daun alpukat (Persea Americana Mill.)

yang terdapat dalam suatu campuran.

a. Hasil ukur : Konsentrasi dinyatakan dalam millimeter

b. Alat ukur : Gelas ukur dan pipet

c. Skala ukur : Ordinal

2. Variabel dependen

Kadar kolesterol

Kadar kolesterol adalah sejumlah lemak yang terdapat pada mencit

(Mus muscullus L.) yang diinduksi PTU

a. Hasil ukur : Kadar dinyatakan dalam suatu millimeter

b. Alat ukur : Nesco Multicheck

c. Skala ukur : Nominal.

I. Hipotesis

Pemberian infusa daun alpukat (Persea Americana Mill.) dapat

menurunkan kadar kolesterol mencit (Mus Muscullus L.) yang diinduksi

Propiltiourasil (PTU).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan bersifat eksperimental dengan desain

penelitian pretest-postest. Tujuan dari penelitian ini adalah mengatahui

pengaruh pemberian infusa daun alpukat (Persea Americana Mill.) terhadap

penurunan kadar kolesterol mencit (Mus Muscullus L.) yang diinduksi

propiltiourasil (PTU).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mencit (Mus Muscullus L.)

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah 30 ekor mencit (Mus Muscullus L.)

D. Instrument Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian:

a. Alat Penelitian

1) Easy Touch

36
37

2) Strip kolesterol

3) Kapas

4) Mortir dan Stamper

5) Spuit Oral

6) Timbangan analitik

7) Kandang hewan uji

8) Batang Pengaduk

9) Waterbath

10) Kain flanel

b. Bahan Penelitian

1) Bahan Sampel

a) Daun alpukat (Persea Americana Mill.)

b) Minyak goreng bekas

2) Bahan Kimia

a) Simvastatin 10 mg

b) Aquadest

c) CMC Na

d) Propiltiourasil (PTU)

3) Hewan Uji

Hewan uji berupa mencit umur 2-3 bulan dengan bobot berat

badan 20-30 gram.


38

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi daun alpukat (Persea Americana Mill.) yang

akan digunakan sebagai bahan uji dalam penelitian ini. Setelah itu

melakukan beberapa proses yaitu:

a. Preparasi Sampel, daun alpukat diambil pada daun yang tidak

terlalu tua atau kelima dari pucuk dan ditimbang.

b. Sortasi basah Pencucian, dilakukan menggunakan air mengalir

untuk menghilangkan kotoran atau bahan asing lainnya yang

melekat pada simplisia daun alpukat.

c. Pengeringan, daun alpukat diangin-anginkan dan tidak dijemur

langsung dan terkena sinar matahari setelah itu daun alpukat

ditimbang.

d. Perajangan, dilakukan menggunakan gunting untuk menggunting

daun alpukat menjadi ukuran yang lebih tipis dan diblender.

e. Setelah daun alpukat diblender, daun alpukat ditimbang.

f. Setelah ditimbang dilakukan identifikasi senyawa pada daun

alpukat.

2. Identifikasi senyawa

a. Identifikasi Organoleptik

Penentuan organoleptik dilakukan setiap 2 minggu selama 8

minggu meliputi warna, rasa, dan aroma. Warna sediaan yang

disimpan pada suhu kamar selama 8 minggu relatife stabil, dimana


39

warna yang dihasilkan setelah selesai pembuatan formula 1 coklat,

formula 2 berwarna coklat muda, dan formula 3 memiliki bau

peppermint.

Pengamatan parameter rasa, formula 1, formula 2 pada suhu

kamar dan suhu 40°C mempunyai rasa yang stabil. Sedangkan

formula 3 pada suhu kamar pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8

mengalami perubahan rasa menjadi agak pahit. Selanjutnya pada

formula 2 dan formula 3 pada suhu 40°C dari minggu ke-4 sampai

minggu ke-8 mempunyai rasa yang tidak stabil manis keagak pahit.

b. Identifikasi senyawa Fitokimia dengan Reagen

Uji fitokimia dengan penambahan reagen untuk mengetahui

kandungan golongan seyawa Flavanoid, Saponin dan Tanin dalam

infusa Daun Alpukat (Persea Americana Mill.)

a) Uji Flavanoid

Infusa Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) sebanyak 2 mL

ditambahkan dengan 0,1g serbuk Mg. setelah itu ditambahkan

dengan 4-5 tetes HCL pekat. Flavanoid positif ditandai dengan

perubahan warna terjadi warna merah kekuningan atau jingga.

b) Uji Saponin

Sebanyak 2 mL infusa Daun Alpukat (Persea Americana Mill.)

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan air (1:1),

kemudian dikocok kuat-kuat selama 1 menit. Setelah itu


40

ditambahkan 2 tetes HCL 1 N. Saponin positif jika terbentuk

busa yang stabil tidak kurang dari 10 menit.

c) Uji Tanin

Sebanyak 2 mL infusa Daun Alpukat (Persea Americana Mill.)

dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan

dengan 2-3 tetes FeCl3 1%. Positif tannin ditandai dengan

perubahan warna menjadi kehitaman atau biru tinta.

3. Penentuan Jumlah hewan coba

Subyek pada penelitian ini adalah mencit (Mus muscullus) yang

berumur 4-5 bulan dengan berat rata-rata 20-40 gram. Mencit (Mus

muscullus) dibagi kedalam 6 kelompok percobaan. Jumlah hewan coba

tiap kelompok dihitung dengan rumus Federer.

(k-1) (n-1) > 15

(6-1) (n-1) > 15

5 (n-1) > 15

5n – 5 > 15

5n > 20

n>4

Keterangan:

k : jumlah kelompok

n : jumlah sampel tiap kelompok

Dari hasil perhitungan didapat jumlah hewan coba untuk masing

masing kelompok adalah 4 ekor mencit (Mus muscullus). Namun untuk


41

mengantisipasi jika terdapat tikus yang mati ditengah percobaan yang

berlangsung, maka peneliti menyediakan 30 ekor mencit (Pariwisastra,

2010)

4. Pembuatan Sediaan Uji

1.) Membuat infusa daun alpukat

Setelah melakukan identifikasi daun alpukat, simplisia daun

alpukat ditimbang sebanyak 20g dan dicukupkan volumenya dengan

air mineral hingga 20 ml. simplisia direbus diatas waterbath selama 15

menit terhitung saat suhu 90̊C sambil sesekali diaduk menggunakan

batang pengaduk. setelah dingin larutan disaring menggunakan kain

flanel dan ditambahkan air mineral hingga mencapai volume 50ml.

konsentrasi yang didapatkan ialah 40% (Departement Kesehatan

RI,1995). Infusa daun alpukat dibuat dengan konsentrasi 10%, 20%,

dan 40%. Infusa dengan konsentrasi 20% didapatkan dengan cara

pengenceran dari konsentrasi 40% yaitu dengan mengambil setengah

bagian (25 ml) dari 50 ml larutan konsentrasi 40%, kemudian

dicukupkan menggunakan air mineral hingga 50 ml. untuk

mendapatkan infusa dengan konsentrasi 10% diperoleh dari

pengenceran larutan infusa 20% yaitu dengan mengambil 25 ml larutan

infusa 20%, kemudian dicukupkan dengan air mineral hingga

volumenya 50 ml. pemberian infusa daun alpukat secara per oral pada

mencit.
42

2) Pembuatan larutan Propiltiourasil

Peningkatan kadar kolesterol pada mencit menggunakan

Propiltioursil (PTU) dan minyak goreng bekas untuk induksi diet

tinggi lemak. Propliltiourasil diberikan pada mencit melalui air

minumnya dengan konsentrasi propiltiourasil sebesar 0,01%,

artinya dalam 1 liter air terlarut 100mg propiltiourasil untuk

mempermudah keadaan hiperkolesterolemia.

3) Pembuatan larutan CMC-Na

1 gram CMC-Na di larutkan sedikit demi sedikit ke dalam 50

mL aquadest panas sambil diaduk hingga terbentuk koloid. Volume

dicukupkan hingga 100 mL dengan aquades.

4) Pembuatan suspensi Simvastatin

1 tablet Simvastatin 10 mg digerus menggunakan mortir dan

stamper. Bubuk Simvastatin 0,052 mg 20 gram berat badan mencit

dilarutkan kedalam 0,1 mL aquades. Kemudian ditambahkan

dengan koloid CMC-Na 1% b/v sedikit demi sedikit digerus hingga

homogen. Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL kemudian

dicukupkan hingga volumenya 100 mL dengan koloid CMC-Na 1%

b/v.
43

5. Penentuan Dosis

1. Perhitungan dosis Infusa daun Alpukat (Persea Americana Mill)

Konsentrasi 10% : V1 x N1= V2 x N2

V1 x 100%= 100ml x 10%

V1 x 100%= 1000ml

V1 = 10ml

Konsentrasi 20% : V1 x N1= V2 x N2

V1 x 100%= 100ml x 20%

V1 x 100%= 1000ml

V1 = 20ml

Konsentrasi 40% : V1 x N1= V2 x N2

V1 x 100%= 100ml x 40%

V1 x 100%= 1000ml

V1 = 40ml

2. Perhitungan dosis Simvastatin

Dosis manusia 40mg/hari, Faktor konversi berat badan dari

manusia (70 kg) ke mencit (Mus muscullus) (20gr) adalah 0,0026,

dosis = 40mg/harix 0,0026= 0,10 mg/hari selama 14 hari. Volume

larutan yang diberikan adalah 1ml, maka volume yang dibutuhkan

adalah 10 ekor x 1 ml= 10 ml. Jumlah simvastatin yang ditimbang

10 ml : 1ml x 0,10 mg/hari= 1 mg (disuspensikan dengan larutan

CMC-Na 1% b/v) CMC-Na yang ditimbang 1gr : 100ml x 10 ml =

0,1 g
44

3. Perhitungan dosis Propiltiourasil

Dosis yang digunakan yaitu 0,01% yang artinya 0,01 gram per

100ml air. 1 tablet PTU sebesar 100mg, maka untuk memenuhi

dosis 0,01%.

0,01%gram= 0,1 gram PTU

100 ml x

0,01 X = 10ml

X= 10ml

4. Perhitungan

6. Persiapan dan pemeliharaan hewan uji Mencit (Mus Muscullus L.)

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit sehat

berusia 2-3 bulan dengan berat 20-30 gram. Mencit diaklimitisasi

selama 3 hari, diberi pakan pelet dan air minum setiap hari. Aklimitisasi

dilakukan supaya mencit dapat beradaptasi pada lingkungan yang baru.

Pada percobaan, semua mencit diberi tanda pengenal pada bagian ekor.

Mencit di pelihara di dalam kandang bertutup kan kawat dan di beri

sekam. Pembersihan kandang mencit di lakukan setiap tiga hari sekali.

7.

F. Pelaksanaan Pengujian Mencit (Mus Muscullus L.)

Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 ekor mencit (Mus Muscullus L.)


45

1. Kelompok I adalah kontrol normal, yaitu kelompok yang hanya

diberikan pakan pelet dan air mineral tanpa perlakuan sampel uji daun

alpukat (Persea Americana Mill).

2. Kelompok II adalah kelompok kontrol (–), yang diberikan diet

kolesterol tinggi dan minuman yang mengandung PTU 0,01% +

Simvastatin 10 mg.

3. Kelompok III adalah kelompok kontrol (+), yaitu kelompok yang

diberikan pakan dan PTU, lalu diberikan simvastatin selama 14 hari.

simvastatin diberikan 1 kali sehari pada malam hari.

4. Kelompok IV adalah kelompok yang diberikan pakan dan PTU.

Dilanjutkan dengan pemberian infusa daun alpukat 10% secara oral

selama 14 hari.

5. Kelompok V adalah kelompok yang diberikan pakan dan PTU.

Dilanjutkan dengan pemberian infusa daun alpukat 20% secara oral

selama 14 hari.

6. Kelompok VI adalah kelompok yang diberikan pakan dan PTU.

Dilanjutkan dengan pemberian infusa daun alpukat 40% secara oral

selama 14 hari.

Tahap selanjutnya adalah perlakuan hiperkolesterolemia pada

mencit, sebelum tahap perlakuan hiperkolesterolemia dilakukan uji

kadar kolesterol darah awal pada mencit. Kemudian dilakukan diet

kolesterol tinggi dan pemberian propiltiourasil. Hasil pengukuran kadar

kolesterol pada hari ke 7 digunakan sebagai data kadar kolesterol darah


46

mencit hiperkolesterolemia. Pada hari ke 8 dilakukan pemberian diet

tinggi lemak dan propiltiourasil pada mencit namun ditambah dengan

perlakuan pemberian infusa daun alpukat (Persea Americanna Mill)

pada kelompok 4, 5 dan 6 dan suspensi simvastatin untuk kelompok

kontrol (-) dan kontrol (+). Hari ke 14 setelah perlakuan dilakukan

pengukuran kadar kolesterol darah pada mencit.

G. Pengambilan Darah Hewan Uji

Pengambilan darah pada mencit dilakukan pada awal penelitian, hari ke

7 dan hari ke 14. Darah mencit diambil dengan cara menusuk ujung ekor

mencit menggunakan jarum untuk pengambilan darah. Pengukuran darah

menggunakan Easy Touch GCU. Pengukuran kadar kolesterol darah pada

mencit dilakukan sebanyak 3 kali yaitu setelah aklimitasi, sesudah diberi

pakan tinggi lemak selama 7 hari, dan hari ke 14 setelah diberi perlakuan

infusa daun alpukat.

H. Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode pengolahan data statistik dengan menggunakan uji Analisis of

Varians (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh pemerian infusa daun

alpukat (Persea Americana Mill.) terhadap kadar kolesterol mencit (Mus

Muscullus L.) yang diinduksi PTU.

I. Etika Penelitian

Tahap pelaksanaan sebuah penelitian dengan penggunaan hewan coba

dibagi menjadi tiga bagianya itu tahap pre eksperimental, in eksperimental,


47

dan post eksperimental. Pada setiap tahap eksperimen tersebutter dapat

petunjuk teknis (etik) operasional yang harus diikuti oleh peneliti.

1. Teknik handling mencit (Mus Muscullus L.)

a. Memegang mencit yang akan digunakan dalam suatu percobaan

laboratorium. Diperlukan cara khusus sehingga mempermudah

perlakuannya. Secara alami mencit cenderung menggigit bila

mendapat sedikit perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari kandang

dilakukan dengan memegang ekor kemudian mencit diletakkan pada

kawat kasa sedikit ditarik, cubit kulit bagian belakang kepala dan

jepit ekornya. Selain dengan tangan, juga terdapat alat khusus untuk

handling mencit dengan berbagai ukuran yang dapat disesuaikan.

b. Satu kandang berisi 5 ekor mencit yang akan diberi perlakuan tiap

masing-masing kelompoknya.

2. In eksperiment

a. Sebelum diberi perlakuan, mencit dilakukan aklimasi terlebih

dahulu tujuannya agar mencit tersebut dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan barunya.

b. Mencit diberi pakan 1 kali untuk satu hari tiap masing-masing

kelompok perlakuan.

c. Mencit diberi 1 tempat minum dan di isi tiap kali habis untuk

masing-masing kelompok perlakuan.

d. Sekam mencit diganti 3 hari sekali.

e. Menginjeksikan infusa daun alpukat secara oral kepada mencit.


48

f. Pengambilan sampel darah mencit diambil di bagian ekor secara

hati-hati dan tidak menyakiti hewan.

3. Post eksperimen

a. Setelah selesai diambil darahnya, mencit dikembalikan kedalam

kandangnya masing-masing.

b. Semua catatan dan dokumentasi terkait perlakuan terhadap hewan

uji selama eksperimen telah disimpan dan diarsipkan.


49

DAFTAR PUSTAKA

Akbar B.2010.Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi


SebagaiBahan Antiferlitas.:Adabia Press.Jakarta Ed 1.

Anna.2011. Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol 70% Daun Ceplukan (Physalis
angulate L.)Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta,Surakarta.

Ardhilla City, Oktaviani Noni, 2013. Diaskol Jantroke (Diabetes Millitus, Asam
Urat, Kolesterol, Jantung, dan Stroke). IN AzNa Books. Yogyakarta.

Asaolu MF, SS Asaolu, IG Adanlawo. 2010. Evaluation of phytochemicals and


antioxidants of four Botanicals with antihypertensive properties.
International Journal of Pharma and Bio Sciences

Astawan,2008.khasiat warna-warni makanan.Jakarta

Aulia L. Mardiana, Galuh N. 2013. Obesitas Sentral Dan Kadar Kolesterol Darah
Total. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 9 (1)

Bays HE, Tighe AP, Sadovsky R & Davidson MH. 2008. Prescription Omega-3
fatty acids and their lipid effects: Physiologic mechanisms of action and
clinical implications. Expert Rev Cardiovasc Ther.

Botham KM, Mayes PA,2012. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. In:


Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2012

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,(2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun


2013.
Departemen Kesehatan RI.(1995).Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta

Earleanor, Bull & Jonathan,Morel,.2010.Kolesterol.,Jakarta:Erlangga.

Firdaus Conita.2017,Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total Pada Wanita


Menopause.Jombang

Indrawati.2014. Terapi non farmakologis bagi penderita kolesterol.

Integrated Taxonomic Information (ITIS). 2018. Taxonomic Hierarchy of Mu.

Juwita DA, Suhatri & Hestia R,2018..Evaluasi Penggunaan Obat Antiroid Pada
Pasien Hipertiroid di RSUP Dr.M.Djamil Padang.Indonesia.Jurnal Sains
Farmasi & klinik.
50

Kowalski, R.E. 2007. Terapi Hipertensi Program 8 Minggu. PT Mizan Pustaka.


Bandung.

Lailatul,J.2016.Perbandingan daya hambat ekstrak daun alpukat (persea


Americana mill) terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae dan
Salmonella typhi serta pemanfaatannya sebagai leaflet.Jember.

Lianti, Revina.2014. Khasiat Dahsyatnya Alpukat.Jakarta: Healthy Books

Marbawati, D. dan B. Ikawati. 2009. Kolonisasi Mus musculus Albino di


Laboratorium LokaLitbang P2b2 .Banjarnegara.

Mufida.2018.Efek ekstrak daun alpukat (Persea Americana mill) dalam


menurunkan kadar kolesterol darah pada mencit (Mus
muscullus).Jurnal.Jakarta

Murwanti,R.,E.Meiyanto.A. Nurrochmad,and S.A.Kristina,2004.Efek Ekstrak


Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoria Rosc.) terhadap Pertumbuhan
Tumor Paru Fase Post Inisiasi pada Mencit Betina Diinduksi Benzo(a)piren.
Majalah Farmasi Indonesia.

Nilawati, S.2008. Care Yourself Kolesterol, Niaga Swadaya, Jakarta.

Niswan. Sundari.2014.Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea


AmericanaMill) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus (Rattus
novergicus).Malang

Nugraha.2013.PenyebabKolesterol.

Nurfina Aznam, Bambang Kuswandi, Moch Amrun Hidayat, Eddy


Sulistiowaty.2012.Kimia Farmasi.Universitas Terbuka.Jakarta

Nyimas Farisa Nadhilla, “ The Activity Of Antibacterial Agent Of Honey Against


Staphylococcus Aureus” , (Jurnal Majority, Universitas Lampung, 2014), h.
98.
Parawisastra.2010. Hubungan Pemberian Kurma (Phoenix dactylifera) Varietas
Ajwa terhadap Kadar HDL Darah.Skripsi. Fakultas kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.Jakarta.

Raffi, Paramawati, Hildegardis Dyna Retno Dumilah,2016. Khasiat Ajaib Daun


Alpukat. Jakarta: Penebar Swadaya, 2016), h. 8

Sari, L.O.R.K. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat


dan keamanan.
51

Sarlito.2014.Pengaruh Kolesterol Dalam Darah.

Sasongko. 2013 Penyebab Kolesterol.

Soleha M.2012.Kadar Kolesterol Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap


Kadar Kolesterol Darah: Pusat Biomed Dan Teknologi Dasar Kesehatan,
Badan Litbangkes Kemenkes RI.

Somala,L.2006.Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang Mendapat


Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering.Skripsi.Program
Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.Bogor.

Viviek K Moitra. 2016.Terapi Obat Untuk Penatalaksanaan Hipotiroidisme dan


Hipertiroidisme.Jurnal.Denpasar.

WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.

World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed. Rational
Use of Medicine. Geneva.

Yuniarti,T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Med Press.


Yogyakarta.
52

Anda mungkin juga menyukai