Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI EFEKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA INFUSA DAUN


SALAM DAN DAUN KEMANGI PADA MENCIT PUTIH
JANTAN (Mus Muculus) YANG DIINDUKSI POTASIUM
OKSONAT

Disusun Oleh :

1. Agustin Inung Anindita (204039)

2. Dita Maitasari (204044)

3. Hesty Nur Indah P (204047)

4. Ndari Alvista (204053)

5. Siti Mukholifah (204068)

Dosen Pembimbing :

Apt. RAKHMADANI GADIS A., M.FARM

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

RS dr. SOEPRAOEN KESDAM V/BRW MALANG

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang telah
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tentang “UJI
EFEKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA INFUSA DAUN SALAM DAN DAUN
KEMANGI PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus Muculus) YANG DIINDUKSI
POTASIUM OKSONAT” . Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Apt.
Rakhmadani Gadis A., M.Farm sebagai dosen pembimbing untuk Praktek Farmakologi, serta
tidak lupa terima kasih juga untuk teman-teman yang telah bekerjasama dengan baik dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini tentunya belum cukup sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan sarannya dari pembaca yang bersifat membangun. Penulis berharap, semoga makalah ini
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Malang, 22 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i


BAB I
PENDAHULUAAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah …...............................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum.....................................................................................................2
1.4 Prinsip Praktikum ......................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................3
2.1 Teori Umum .............................................................................................................3
A. Asam Urat ............................................................................................................3
B. Gout .....................................................................................................................4
BAB III
METODE KERJA ....................................................................................................................6
3.1 Alat dan Bahan.........................................................................................................6

3.1.1 Alat .............................................................................................................6

3.1.2 Bahan.........................................................................................................6

A. Daun Salam..............................................................................................6
B. Allopurinol................................................................................................7
C. CMC Na....................................................................................................7
D. Potasium Oksonat.....................................................................................8
E. Alkohol ....................................................................................................8
F. Aquades.....................................................................................................9
3.2 Hewan Uji..................................................................................................................9
3.3 Pembuatan Ekstrak Daun Salam ..........................................................................10
3.4 Prosedur Kerja........................................................................................................10
3.4.1 Penentuan Dosis.........................................................................................10
3.4.2 Pembuatan Sediaan.....................................................................................11
3.4.3 Prosedur Pengukuran Kadar Asam Urat.....................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa kini telah banyak masyarakat yang terserang penyakit Asam Urat. Hal ini
disebabkan karena kebiasaan konsumsi purin yang tinggi seperti (makanan atau minuman
yang mengandung alkohol, daging, dan beberapa jenis sayuran yang mengandung purin
seperti, bayam, kangkung, dan kacang-kacangan) disertai dengan gangguan metabolisme
purin dalam tubuh, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak kuat yang akan menghasilkan
akumulasi asam urat berlebih di plasma darah (hiperurisemia) (Hamijoyo, 2010 ; Padila,
2013) . Kelebihan asam urat dalam tubuh, akan ditransfer ke organ –organ tubuh tertentu dan
diendapkan menjadi kristal-kristal monosodium asam urat monohidrat pada persendian dan
jaringan di sekitanya maka akan terjadi peradangan dengan rasa nyeri yang bersifat akut pada
persendian. Seringkali pada pergelangan kaki, kadang-kadang pada persendian tangan, lutut,
dan pundak atau jari-jari tangan (Winasih, 2015).
Gout artritis atau yang dikenal dengan istilah asam urat merupakan peradangan
persendian yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat dalam tubuh (hiperurisemia),
sehingga terakumulasinya endapan kristal monosodium urat yang terkumpul di dalam
persendian, hal ini terjadi karena tubuh mengalami gangguan metabolisme purin (Padila,
2013). Selain hal tersebut, konsumsi purin yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah (Huda Nurarif & Kusuma, 2015). Rentang kadar asam urat pada pria yaitu
3,5-8,0 mg/dL sedangkan wanita yaitu 2,8-6,8 mg/dL (LeFever Kee, 1997).
Pengobatan gout arthritis dapat dilakukan dengan menggunakan terapi farmakologis yaitu
dengan menggunakan obat-obatan seperti Allopurinol dan febuxostat.Selain itu juga dapat
dengan menggunakan terapi non-farmakologis atau obat-obatan tradisional.Akhir-akhir ini
minat masyarakat terhadap obat tradisional cenderung meningkat.Penggunaan tanaman untuk
obat sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat di dunia, termasuk Indonesia.Pemanfaatan
tanaman untuk obat tradisional memiliki kelebihan tersendiri yaitu toksisitasnya rendah,
mudah diperoleh, murah harganya dan kurang menimbulkan efek samping. Saat ini banyak
penelitian yang telah mengembangkan pemanfaatan daun salam sebagai terapi alternative
tradisional.
Tanaman salam (Eugenia polyantha) di Indonesia dikenal sebagai tanaman obat.
Tanaman ini juga digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal dan penyedap masakan.
Daun salam dikenal juga sebagai bay leaf, mengandung sedikit minyak atsiri 0,2%,

iii
mengandung utama senyawa utamametil khavicol, eugenol, dan citral. Kegiatan ini bertujuan
pemanfaatan tanaman salam (Eugenia polyanthaWight) untuk kesehatan dan makanan. Daun
salam diolah dengan berbagai macam cara untuk pengobatan asam urat. Pada proposal ini
kami akan menguji efektivitas daun salam untuk mengobati penyakit asam urat dan akan di
uji coba pada hewan mencit putih jantan.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ekstrak daun salam dapat menurunkan kadar asam urat pada uji coba hewan
mencit jantan?

1.3 Tujuan Praktikum


Mengkaji aktivitas ekstrak daun salam terhadap kadar asam urat pada hewan coba yang
diinduksi diet tinggi purin dan kolesterol.

1.4 Prinsip Praktikum


Penurunan kadar asam urat pada hewan uji setelah diberi perlakuan dengan alat Easy Touch.

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


A. ASAM URAT
Asam urat adalah senyawa turunan purina dengan rumus kimia C5H4N4O3 dan rasio
plasma antara 3,6 mg/dL (~214μmol/L) dan 8,3 mg/dL (~494μmol/L) (1 mg/dL = 59,48
μmol/L). Kelebihan (hiperurisemia, hyperuricemia) atau kekurangan (hipourisemia,
hyporuricemia) kadar asam urat dalam plasma darah ini sering menjadi indikasi adanya
penyakit atau gangguan pada tubuh manusia. Pada manusia, asam urat adalah produk terakhir
lintasan katabolisme nukleotida purina, sebab tiadanya enzim urikase yang mengkonversi
asam urat menjadi alantoin. Kadar asam urat yang berlebih dapat menimbulkan batu ginjal
dan/atau
pirai di persendian (Hediger, 2004).
Penyakit asam urat merupakan akibat dari konsumsi zat purin secara berlebihan. Purin
diolah tubuh menjadi asam urat, tapi jika kadar asam urat berlebih, ginjal tidak mampu
mengeluarkan sehingga kristal asam urat menumpuk di persendian. Akibatnya sendi terasa
nyeri, bengkak dan meradang. Asam urat adalah penyakit dari sisa metabolisme zat purin
yang berasal dari sisa makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat
dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain,
dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup
tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-
buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang
terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu. Biasanya asam urat menyerang pada usia
lanjut, karena penumpukan bahan purin ini.Pemanfaatan obat tradisional atau jamu di
Indonesia pada hakekatnya merupakan bagian kebudayaan bangsa Indonesia. Keuntungan
dari penggunaan obat (ramuan) tradisional pada prinsipnya adalah efek samping yang relatif
kecil dibandingkan obat modern. Meskipun secara empiris obat tradisional mampu
menyembuhkan berbagai macam penyakit, tetapi khasiat dan kemampuannya belum banyak
dibuktikan secara ilmiah maupun klinis.

B. GOUT
Artritis gout adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh dunia.

v
Artritis gout atau dikenal juga sebagai artritis pirai, merupakan kelompok penyakit heterogen
sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam
urat di dalam cairan ekstraseluler. Gangguan metabolisme yang mendasarkan artritis gout
adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl
untuk pria dan 6,0 ml/dl untuk wanita (Tehupeiory, 2006). Sedangkan definisi lain, artritis
gout merupakan penyakit metabolik yang sering menyerang pria dewasa dan wanita
posmenopause. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia) dan mempunyai ciri khas berupa episode artritis gout akut dan kronis
(Schumacher dan Chen, 2008). Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah
osteoartritis dan kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi,
peradangan, penggunaan berlebihan) (Nainggolan, 2009). Penyakit ini mengganggu kualitas
hidup penderitanya. Peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) merupakan
faktor utama terjadinya artritis gout (Roddy dan Doherty, 2010). Kristal-kristal berbentuk
seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan
nyeri hebat yang sering menyertai serangan artritis gout (Carter, 2006).

C. DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM )


Daun salam adalah tumbuhan yang merupakan penghasil rempah dan juga salah satu
tanaman obat yang berasal dari Indonesia (Joshi dkk., 2012). Tumbuhan daun salam ini
merupakan tumbuhan yang banyak ditanam untuk menghasilkan daunnya (Versteegh, 2006).
Daun salam memiliki beberapa nama sebutan yaitu ubai serai (Melayu), manting (Jawa), dan
gowok (Sunda). Daun salam memiliki nama latin Syzygium polyanthum  atau Eugenia
poliantha yang masih dalam keluarga Myrtaceae dengan ordo Myrtales (Enda, 2009).
Klasifikasi Tumbuhan Daun Salam
Klasifikasi tumbuhan daun salam menurut van Steenis, 2003, sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Syzygium polyanthum (Wight). Walp
Tumbuhan daun salam memiliki morfologi pohon atau perdu, memiliki tinggi berkisar antara
18 m hingga 27 m dan biasanya tumbuh liar di hutan. Arah tumbu batang tegak lurus dengan

vi
bentuk batang bulat dan permukaan yang beralur, batang berkayu keras dan kuat. Cara
percabangan batangnya monopodial, batang pokok selalu tampak jelas, memiliki arah tumbuh
cabang yang tegak (Fahrurozy, 2012). Daun salam memiliki bentuk lonjong sampai elip atau
bundar telur sunsang dengan pangkal lancip, sedangkan ujungnya lancip sampai tumpul
dengan panjang 50 mm sampai 150 mm, lebar 35 mm sampai 65 mm dan terdapat 6 sampai
10 urat daun lateral. Panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm. Daun salam merupakan
daun tunggal yang letaknya berhadapan, permukaan daunnya licin dan berwarna hijau muda
dan jika diremas berbau harum (Dalimartha, 2000).
Daun salam mengandung zat bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang bersifat
antibakteri. Zat tanin yang terkandung bersifat menciutkan (astringent). Manfaat daunsecara
tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit perut. Daun salam juga dapat digunakan
untuk menghentikan buang air besar yang berlebihan. Pohon salam bisa juga dimanfaatkan
untuk mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang
lambung, gatalgatal, dan kencing manis (KloppenburgVersteegh, 1983).

D. DAUN KEMANGI
Klasifikasi Kemangi (Ocimum sanctum L.)
Seperti tanaman lainya kemangi, basil, atau selasih memiliki klasifikasi ilmiah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae.
Divisi : Magnoliophyta.
Kelas : Magnoliopsida.
Ordo : Lamiales.
Famili : Lamiaceae.
Genus : Ocimum.
Spesies : Ocimum sanctum L.
Tanaman kemangi ini memiliki aneka varietas, yang jumlahnya kurang lebih
mencapai 35 jenis, diantaranya :
- Ocimum americanum
- Ocimum basilicum
- Ocimum campechianum
- Ocimum gratissimum
- Ocimum kilimandscharicum
- Ocimum tenuiflorum

vii
Nama daerah : kemangi (Jawa), kemanghi, kemangkek (Madura), suraung, lempes
(Sunda),lampes (Jawa Tengah), uku-uku (Bali), lufe-lufe (Ternate), bramasuku (Minahasa /
Manado).
Kemangi adalah sumber vitamin E, riboflavin, dan niasin yang baik. Selain itu,
kemangi adalah sumber serat, betakaroten ( provitamin A), vitamin C, vitamin K, vitamin B6,
dan folat yang sangat baik, arginine, flavononoid, 1-8 sineol, anetol, boron, eugenol, tannin,
tritofan. Kemangi juga mengandung mineral, seperti kalsium, zat besi, fosfor, kalium, seng,
tembaga, mangan, dan magnesium (Kurniawati, 2010). Sifat khas diaforetikum (wangi dan
korigens bau). Berkhasiat mengobati demam, pilek, dan memperbanyak produksi
ASI.Getahnya berkhasiat mengobati radang telingah (AgroMedia, 2008).

E. HEWAN UJI
Klasifikasi mencit menurut Akbar (2010), adalah sebagai berikut:
Kingdom :Animali
Phylum :Chordata
Class :Mammalia
Ordo :Rodentia
Family :Muridae
Genus :Mus
Species :Mus musculus L.
Morfologi Mencit ( Mus musculus) merupakan kelompok mamalia yang termasuk dalam
ordo rodentia dan family Muridae. Hewan tersebut hidup berkelompok dan memiliki
kebiasaan aktif pada malam hari. Mencit memiliki tubuh yang panjang dan ramping, dan
memiliki ekor meruncing yang sedikit ditutupi oleh rambut dan sisik. Mencit jantan dewasa
memiliki berat tubuh sebesar 25-40 gram, sedangkan mencit betina dewasa memiliki berat
tubuh sebesar 20-40 gram (Maharani, 2012).
Hewan model hiperurisemia adalah hewan yang dinyatakan hiperurisemia setelah diinduksi
diet tinggi purindan kolesterol. Diet tinggi purin dan kolesterol terdiri atas pakan standart
yang dicampur dengan kuning telur puyuh 10 gram, 10 gram lemak hati ayam, 10 gram
margarine dalam 100 gram makanan standart. Hewan uji dikatakan mengalami hiperuricemia
jika kadar asam urat ≥3,5 mg/dl.
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit putih jantan dengan bobot
sekitar 25 gram – 35 gram sebanyak 18 ekor dibagi dalam 6 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 3 ekor hewan uji.

viii
Sebelum digunakan semua hewan uji diaklimitasi selama satu minggu. Penimbangan berat
badan dilakukan setiap sehari sekali. Pembersihan box kandang dilakukan dua hari sekali.

F. ALLOPURINOL
Nama Zat Aktif : Allopurinol

Struktur :

Berat molekul : 136,11


Pemerian : Serbuk halus, putih hingga hampir putih; berbau lemah.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dan etanol; larut dalam larutan kalium dan
natrium hidroksida; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Titik leleh :350°C
pH :6,5 – 7,5
Pengguanaan terapi: Profilaksis gout dan batu asam urat dan
kalsium oksalat di ginjal.
OTT : terhadap bahan pengoksidasi.
(Farmakope Indonesia ed V. 2014)

ASPEK FARMAKOLOGI

Absorbsi Oral : Alopurinol hampir 80% diabsorpsi setelah pemberian peroral.


Biotransformasi : Mekanisme ( s ) tindakan tidak diketahui dengan pasti ; muncul
bronkodilatasi yang dimediasi oleh penghambatan kompetitif dari 2 isozim dari
phosphodiesterase ( PDE III dan , pada tingkat lebih rendah , PDE IV ) , sedangkan non -
bronkodilator tindakan profilaksis mungkin dimediasi melalui mekanisme molekuler yang
tidak melibatkan penghambatan PDE III atau antagonisme reseptor adenosin.
Waktu Paruh : 1 – 3 jam
Distribusi : Volume distribusinya 1,6 L/Kg.
Metabolisme :Alupurinol dimetabolisme sendiri oleh xantin oksidase menjadi metabolit
aktif oxypurinol ( 75%).

ix
Eliminasi : Ekskresi alopurinol dalam urin sebesar 76% dalam bentuk oxypurinol dan
12% dalam bentuk utuh.
Dosis : 100 mg.
Mekanisme kerja : Alopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan
kadar asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase yaitu
enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah xantin
menjadi asam urat. Dalam tubuh Alopurinol mengalami metabolisme menjadi oksipurinol
(alozantin) yang juga bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja
senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi produksi asam urat, tanpa
mengganggu biosintesa purin.
Efek samping :Ruam (hentikan terapi; jika ruam ringan, gunakan kembali dengan hati-hati
namun hentikan segera apabila muncul kembali reaksi kulit dikaitkan dengan pengelupasan
kulit, demam, limfadenopati, artralgia, dan eosinofilia, sindrom mirip sindrom Stevens-
Johnson atau Lyell, jarang terjadi); gangguan saluran cerna; jarang malaise; sakit kepala,
vertigo, mengantuk, gangguan pengecapan, hipertensi, deposit xantin di otot tanpa gejala,
alopesia, hepatotoksisitas, para-estasia, dan neuropati. (Iso Farmakoterapi 1)
Allopurinol digunakan untuk obat menurunkan konsentrasi asam urat dalam plasma
dan atau urin ketika hiperurisemia meningkat signifikan secara klinis, antigout kronis,
pencegahan nefropati asam urat. Dosis Allopurinol yang digunakan adalah 10mg/kgBB atau
0,25 mg/20gbb, dimana dosis ini mengacu pada penelitian sebelumnya (Zhao et al,. 2005)

G. POTASIUM OKSONAT
Kalium oksonat merupakan garam kalium atau kalium dari asam oksonat. Kalium
oksonat mempunyai berat molekul 195,18 dengan rumus molekul C4H2KN3O4. Kalium

mempunyai titik didih pada 300ºC dan bisa dideteksi pada spektra infra merah. Kelarutan
kalium oksonat dalam air adalah 5 mg/ml pada suhu relatif. Kalium oksonat akan stabil jika
disimpan dibawah temperatur normal (suhu kamar). Kalium oksonat bersifat oksidator kuat,
teratogen, karsinogen, mutagen dan mudah mengiritasi mata dan kulit. (13).
Kalium oksonat merupakan reagen untuk inhibitor oksidase urat dengan memberikan
efek hiperurisemia. Adapun mekanisme kalium oksonat dalam meningkatkan kadar asam urat
dapat dilihat pada gambar 1 (13) :

Asam urat + 2 H2O + O2

x
Uricase Kalium oksonat

Allantoin + CO2 + H2O2

Gambar 1. Mekanisme Aksi dari Kalium Oksonat Dalam Meningkatkan Kadar


Asam Urat
Untuk menimbukan hiperurisemia, kalium oksonat dapat diberikan secara intraperitonial
dengan dosis 250 mg/kg bb. Kadar asam urat tertinggi dapat dicapai dalam waktu dua jam
setelah kalium oksonat diberikan secara intraperitonial pada tikus. Setelah itu, kadar asam
urat menurun hingga mencapai normal dalam waktu 24 jam. Kalium oksonat merupakan
inhibitor kompetitif sehingga umum digunakan sebagai penginduksi asam urat. (8,9).
Potasium oksonat digunakan sebagai induktor hiperurisemia karena potasium
oksonat merupakan inhibitor urikase yang kompetitif untuk meningkatkan kadar asam urat
dengan jalan mencegah asam urat menjadi allantoin.

H. FLAVONOID
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling
banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985).
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6
(White dan Y. Xing, 1951; Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001) (Gambar 1). Kerangka
flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah
berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan
dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Hess, tt). Sistem penomoran
digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya (Cook dan S. Samman,
1996). Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah
satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayursayuran dan buah, telah
banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan
atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk
glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut
aglikon (Cuppett et al.,1954)

xi
Kemampuan flavonoid untuk menghambat aktivitas oksidase xanthine berlangsung melalui
mekanisme penghambatan kompetitif, antiinflamasi, dan interaksi dengan enzim dalam sisi
aktif. Sedangkan uji berdasarkan hasil uji toksisitas akut sidaguri ini telah dilaporkan bahwa
ekstrak etanol sidaguri tidak toksik dengan nilai LD50 yang lebih dari 16 g / KgBB tidak ada
kematian dan gejala abnormal pada tikus. Sehingga sidaguri potensial digunakan sebagai
antihiperurisemia yang aman.
Flavonoid terdapat pada sereal, sayuran dan buah-buahan bervariasi dalam jenis, kandungan
dan aktivitas antioksidannya. Kontribusi dari penelitian mengenai jenis, kandungan, dan
aktivitas antioksidan flavonoid dapat dijadikan dasar bagi studi epidemiologis lanjut dalam
mengevaluasi peranan biologis flavonoid pada sel-sel hidup, khususnya sel manusia, terutama
efek kardioprotektif dan aktivitas antiproliferatifnya.

xii
BAB III
METODE KERJA

3.1 ALAT DAN BAHAN


3.1.1 ALAT
1. Panci Infus
2. Timbangan Analitik (untuk Daun Salam dan Daun Kemangi)
3. Spuit Injeksi 3cc
4. Spuit Sonde Oral 15 gauge
5. Kandang Hewan Uji
6. Tempat air minum hewan uji
7. Alat Test Asam Urat (Easy Touch)
8. Kain Flanel
9. Timbangan Digital (untuk hewan uji)

3.1.2 BAHAN
1. Daun salam segar
2. Daun kemangi segar
3. Allopurinol
4. Potasium Oksonat
5. CMC Na
6. Aqua

3.2 PROSEDUR KERJA


3.2.1 PERHITUNGAN DOSIS
1. Dosis Infusa Daun Salam
Dosis infusa didasarkan pada penelitian sebelumnya
 Dosis manusia = 1,25 g/kgBB
 Dosis mencit = 1,25 x 0,0026 = 0,00325g/20gBB = 3,25 mg akan
diberikan dengan volume 0,5 mL.
 Maka sediaan yang dibuat adalah 3,25 mg x 2 = 6,5 mg/ml ≈ 7 mg/ml
 7 mg/ml → 700 mg/100 ml

xiii
2. Dosis Infusa Daun Kemangi
Dosis infusa didasarkan pada penelitian sebelumnya
 Dosis manusia = 3 g/kgBB
 Dosis mencit = 3 x 0,0026 = 0,0078g/20gBB = 7,8 mg akan diberikan
dengan volume 0,5 mL.
 Maka sediaan yang dibuat adalah 7,8 mg x 2 = 15,6 mg/ml ≈ 16 mg/ml
 16 mg/ml → 1600 mg/100 ml

3. Dosis Allopurinol
 Perhitungan dosis oral Allopurinol untuk mencit
 Dosis lazim Allopurinol untuk manusia : 100 mg - 300 mg / hari
 Dosis untuk manusia 70 kg ( sesuai tabel konversi ):100 mg/kgbb x
70kgBB = 7 gram
 Faktor konversi :0,0026
 Dosis untuk mencit : 7 gram x 0,0026 = 0,0182 gram = 1,82mg (untuk
mencit 20 gram)
 Untuk mencit 30 gram : 30 g/20 g x1,82mg = 2.73 mg
 Volume pemberian suspensi Allopurinol tiap mencit :1 gBB / 0,01ml =
20 / X = 0.2 ml
 Dibuat larutan persediaan sebanyak : 100 ml
 Jumlah Allopurinol yang digunakan : ( 100ml/0.2ml ) x 2,73mg = 1365
mg = 1,365 gram
 % kadar Allopurinol : 1,37 gram/100ml x 100% = 1,37%

3.2.2 PENENTUAN DOSIS


Pemilihan pemberian dosis mengacu pada penelitian sebelumnya :
a. Perlakuan 1 : diberi Allopurinol 10mg/kgBB atau 1,82 mg/20gBB secara per oral
sebagai kontrol positif.
b. Perlakuan 2 : diberi CMC Na 300mg/kgBB atau 1,0 ml/20gBB secara intra
peritonial sebagai kontrol negatif.

xiv
c. Perlakuan 3 : diberi Infusa Daun Salam 1,25g/kgBB atau 3,25mg/20gBB secara
intraperitonial sebagai dosis 1.
d. Perlakuan 4 : diberi Infusa Daun Kemangi 3g/kgBB atau 23,4mg/20gBB secara
intraperitonial sebagai dosis 2.
e. Perlakuan 5 : diberi Infusa Daun Salam 3,25mg/gBB dan Infus Daun Kemangi
23,4mg/gBB secara intraperitonial sebagai dosis 3.

3.2.3 PEMBUATAN SEDIAAN


a. Pembuatan suspensi CMC Na 1%
Timbang CMC Na sebanyak 1 gram, taburkan di atas air panas sebanyak 20ml
hingga mengembang. Kemudian diaduk sampai terbentuk masa yang kental
kemudian ditambah aquadest sampai volume 100ml, sehingga di dapat CMC
Na dengan konsentrasi 1%.
Volume yang diberikan ke mencit sebanyak 1,0 ml

b. Pembuatan suspensi allopurinol


Ambil 2 tablet allopurinol 100mg, masukkan ke dalam mortir, gerus hingga
halus kemudian tambahkan larutan CMC Na 1% hingga volume 50 ml.
Volume yang diberikan ke mencit sebanyak 0,2 ml.

c. Pembuatan suspensi potasium oksonat


Timbang potasium oksonat sebanyak 150mg larutkan dalam Water For Injeksi
sampai volume 5ml.
Volume yang diberikan ke mencit sebanyak 0,2ml.

d. Pembuatan Infusa Daun Salam dan Daun Kemangi


A. Daun Salam
Pembuatan infusa dilakukan dengan cara sebagai berikut: daun salam yang
telah ditimbang,dicuci kemudian dimasukkan dalam panci infus ditambah
aquadest 100 ml dan ditambah lagi aquadest sebanyak dua kali bobot daun
salam kemudian dipanaskan selama 15 menit mulai dihitung ketika suhunya
mencapai 90ºC sambil sekali-kali diaduk. Infusa diserkai selagi panas melalui
kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air, dapat menambahkan air
melalui ampasnya.

xv
B. Daun Kemangi
Pembuatan infusa dilakukan dengan cara sebagai berikut: daun kemangi yang
telah ditimbang,dicuci kemudian dimasukkan dalam panci infus ditambah
aquadest 100 ml dan ditambah lagi aquadest sebanyak dua kali bobot daun
salam kemudian dipanaskan selama 15 menit mulai dihitung ketika suhunya
mencapai 90ºC sambil sekali-kali diaduk. Infusa diserkai selagi panas melalui
kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air, dapat menambahkan air
melalui ampasnya.

3.3 PROSEDUR PENGUKURAN KADAR ASAM URAT


Ekor mencit dibersihkan dari kotoran yang menempel. Darah diambil dari ekor
tikus dengan cara melukainya, darahnya diletakkan pada strip yang terpasang pada
alat Easytouch (GCU) yang selanjutnya akan di dapatkan kadar asam urat
darahnya yang dinyatakan dalam mg/Dl.

xvi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Aklimatisasi
Nama Hewan Uji Berat Badan Awal Berat Badan Akhir BCS

Tabel 2. Tabel Pengamatan Kadar Asam Urat Sebelum dan Sesudah Induksi Potasium
Oksonat
Hewan Uji Kadar Asam Urat Sebelum Kadar Asam Urat Sesudah
Induksi Induksi

xvii
Tabel 3. Tabel Pengamatan Efek Antihiperurisemia pada Hewan Uji
Terapi Hewan Uji Dosis dan Lama Kadar Asam Kadar Asam
Nama Berat Urat Sesudah
Perlakuan Pemberian Urat
Perlakuan
Badan
Sebelum
Perlakuan
Kontrol
Positif
(Allopurinol)
Kontrol
Negatif
(CMC Na )
Infusa Daun
Salam
Infusa Daun
Kemangi
Infusa Daun
Salam dan
Daun
Kemangi

DAFTAR PUSTAKA
1. Harismah, K. and Chusniatun. 2016. Pemanfaatan Daun Salam sebagai Obat
Herbal dan Rempah Penyedap Makanan. Warta LPM. 19(2). 110-118
2. Restina, Y., Effendi, E.M., and Yulia, I. 2018. Efek Ekstrak Etanol 70% Herba
Kemangi sebagai Penurun Kadar Asam Urat pada Tikus Jatan. Jurnal Ilmiah
Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup. 18(2). 49-54
3. Lestari, E., Kurniawaty, E., and Wahyudo, R. 2018. Seledri sebagai
Antihiperurisemiapada Penderita Gout Arthitis. Medula. 8(1). 12-19
4. Ariyanti, R., Wahyuningtyas, N., and Sri Wahyuni, A. 2007. Pengaruh
Pemberian Infusa Daun Salam terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah
Mencit Putih Jantan yang Diinduksi dengan Potasium Oksonat. Pharmacon. 8(2).

xviii
56-63
5. Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
6. Hamijoyo, L. (2010). Kenali Gout. Retrieved 11 10, 2015, from
Reumatologi.or.id: http://reumatologi.or.id/reuarttail?id=27
7. Kurniawati, N., 2010, Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu dapur,
Mizan Pustaka, Bandung
8. Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta
9. Anonim. Farmakope Indonesia Edisi V 2014. Jakarta :Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2014
10. Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008.
ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
11. Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trobus
Agriwidya.
12. Versteegh, K. 2006 Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume 1.IPB Press. Bogor
13. Van Steenis, C.G.G.J., 2003, Flora, hal 233-236, P.T. Pradya Paramita, Jakarta.
14. Fahrurozy,R.2012.DaunSalam.http://www.scribd.com/doc/96789999/Daun-
Salam
15. Kloppenburg-Versteegh J. 1983. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman-tanaman
di Indonesia Dan Khasisatnya sebagai Obat-obatan Tradisional. Yogyakarta:
Yayasan Dana Sejahtera.
16. Zhao Z et al. (2005) J Biol Chem “Distinct regulatory elements mediate similar
expression patterns in the excretory cell of Caenorhabditis elegans.”
17.

xix

Anda mungkin juga menyukai