Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SWAMEDIKASI PADA PENYAKIT GANGGUAN KULIT


( JAMUR PANU )

Disusun Oleh :
Ndari Alvista
204053

INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS, DAN KESEHATAN


RS DR. SOEPRAOEN MALANG
2021
BAB I
INFEKSI JAMUR
1.1 Panu
Panu (Tinea versicolor) adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang
disebabkan oleh Malassezia furfur dan ditandai dengan adanya makula di kulit,
skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya
tanpa peradangan. Tinea versicolor biasanya mengenai wajah, leher, badan, lengan
atas, ketik, paha dan lipatan paha.
1.2 Definisi
Penyakit jamur pada kulit merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan
mikroorganisme jamur atau fungi. Infeksi jamur yang paling sering menyerang
manusia adalah dermatofitosis atau tinea, pitiriasis versikolor atau dikenal dengan
nama panu serta kandidiasis. Walaupun tidak membahayakan jiwa namun merupakan
suatu masalah tersendiri di bidang kesehatan karena tingginya angka distribusi,
transmisi yang bersifat orang ke orang dan angka morbiditas atau kesakitan yang
besar.
Panu adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur Malassezia
furfur yang ditemukan pada bagian permukaan kulit dengan bercak yang dapat juga
menimbulkan rasa gatal ketika sedang berkeringat. Pada umumnya jamur penyebab
penyakit kulit panu sudah berkembang biak dikulit manusia tapi dengan jumlah yang
normal, misalnya jamur Malassezia furfur, hal tersebut tidak minimbulkan masalah
kesehatan. Infeksi akibat Malassezia furfur dapat berupa gangguan kulit biasanya
ditandai dengan gatal pada saat berkeringat, dimana orang yang berkulit putih jamur
akan tampak berupa bercak-bercak merah coklat atau merah dan pada orang berkulit
sawo matang jamur akan tampak bercak-bercak putih.
1.3 Penyebab
Ditimbulkan oleh infeksi jamur pada kulit, yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh, perubahan hormon atau kekurangan nutrisi. Selain hal tesebut
terdapat beberapa faktor lain seseorang terjangkit penyakit panu (dr. Wily), antara
lain:
• Berkeringat berlebihan
• Kulit yang mudah berkeringat secara berlebihan
• Malnutrisi
• Memiliki riwayat penyakit kulit panu secara turun temurun
Faktor pendukung yang memacu terjadinya kasus penyakit jamur di Indonesia
adalah suhu dan kelembabannya yang tinggi. Keadaan lingkungan tersebut merupakan
suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir
di semua tempat. Selain faktor lingkungan, disebutkan bahwa keadaan sosial ekonomi
menjadi faktor yang akan mempengaruhi terjadinya infeksi jamur. Hal ini terkait
dengan kemiskinan yang berhubungan dengan tempat tinggal dengan kepadatan yang
tinggi sehingga meningkatkan penularan secara skin to skin antar anggota keluarga,
akses pelayanan kesehatan yang rendah, interaksi yang erat dengan hewan ternak,dan
rendahnya tingkat kebersihan hingga mencapai kondisi suboptimal.
1.4 Gejala
Gejala jamur kulit adalah gatal, terutama saat berkeringat. Jamur kulit
biasanya menyebabkan kulit berwarna kemerahan, dan terdapat bintik-bintik seperti
jerawat di atasnya. Tak jarang, lapisan atas kulit juga terlihat mengelupas.Namun,
untuk gejala jamur kulit yang lebih spesifik bergantung pada jenis penyakit kulitnya.
Adapun gejala berdasarkan temuan di literatur dari buku karangan “S. Siregar DTM
& H, yang berjudul saripati penyakit kulit panu”. Dan karangan “Ayu Maharani yang
berjudul Penyakit Kulit Panu”. Berikut beberapa temuan mengenai penyakit kulit
panu diantaranya sebagai berikut:
• Lembab dan lingkungan yang panas, pakaian ketat atau pakaian yang tidak
menyerap keringat.
• Mudah berkeringat atau kegemukan
• Trauma minor contoh gesekan pada paha orang gemuk
• Keseimbangan tubuh terganggu akibat penggunaan antibotik dalam jangka waktu
yang lama
• Penggunaan pakaian /handuk secara bersamaan dengan penderita panu
• Kebersihan diri terjaga misalnya penggunaan pakaian dalam jangka waktu yang
lama secara terus menerus
1.5 Epidemiologi
Pitiriasis versikolor merupakan infeksi jamur superfisial yang paling sering
ditemukan. Prevalensi pitiriasis versikolor di Amerika Serikat diperkirakan 2-8% dari
semua penduduk. Prevalensi pitiriasis versikolor lebih tinggi di daerah tropis yang
bersuhu panas dan kelembapan relatif. Di dunia prevalensi angka pitiriasis versikolor
mencapai 50% di daerah yang panas dan lembab dan 1,1% di daerah yang dingin.3,
Penyakit ini sering ditemukan pada usia 13-24 tahun5 . Di Indonesia penyakit ini
sering disebut panu dan angka kejadian di Indonesia belum diketahui tetapi di Asia
dan Australia pernah dilakukan secara umum percobaan pada tahun 2008 didapatkan
angka yang cukup tinggi karena didukungnya iklim di daerah Asia.
1.6 Patofisiologi
Malassezia furfur/pitsirioum ovale memang sudah ada di tubuh sebagai flora
normal, namun sewaktu-waktu dikarenakan beberapa faktor menjadi menyerang
tubuh atau patogen, menimbulkan lesi berupa makula yang dapat berbentuk
hipopigmentasi dimana warna lesi lebih pucat dibanding kulit sekitar atau
hiperpigmentasi dimana warna kulit lebih gelap dari sekitarnya.
Saat jamur Malassezia furfuryang masih dalam bentuk blastospora akan
berkembang menjadi miselium,jamur akan mengoksidasi asam lemak dengan cara
enzimatis(asam lemak itu sendiri digunakan untuk pertumbuhan jamur). Oksidasi
lemak itu akan menghasilkan asam dikarbosilat sebagai produk sampingannya. Asam
dikabosilat  akan menghambat enzim tironase yang berguna dalam pembentukkan
pigmen di melanosit. Akibatnya, pigmen tidak terbentuk menghasilkan lesi kulit
dimana kulit yang terinfeksi lebih pucat dari sekitarnya (Mendez, 2010).
Panu tidak selalu menimbulkan gejala hipopigmentasi,terkadang dapat pula
ditemukan lesi yang lebih gelap dari kulit yang tidak diserang (hiperpigmentasi). Hal
ini disebabkan M.furfur memicu pembesaran melanosom yang di buat melanosit pada
lapisan basal epidermis (Mendez, 2010).
Walaupun jarang,panu dapat menimbulkan  lesi papul.hal ini disebabkan
reaksi perdangan oleh sistim perthanan imun tubuh dimana akan meningkatkan
permebealitas kapiler. Akibatnya protein/eksudat dalam kapiler dermis akan keluar ke
jaringan  mebentuk tonjolan berisi benda padat (papul) (Mendez, 2010).
1.7 Swamedikasi
Swamedikasi untuk dermatitis atopik dapat dilakukan dengan kortikosteroid
topikal dan antihistamin. Selain itu, saat swamedikasi juga diberikan terapi non-
farmakologi kepada pasien
1.      Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal untuk swamedikasi dermatitis atopik adalah hidrokortison
a.       Hidrokortison
Hidrokortison untuk swamedikasi digunakan dengan cara dioleskan 3-4
kali dalam sehari dan dapat digunakan dalam waktu tidak lebih dari tiga minggu.
Hidrokortison untuk swamedikasi dapat diberikan dalam bentuk sediaan krim
tube 1 gram (1%) dan 2,5 gram (2,5%) (ISO, 2013).
Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan
disebabkan oleh infeksi, melainkan penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan
serangga, dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid
sistemik atau topikal yang kuat sebaiknya dihindari atau diberikan pada psoriasis
hanya dibawah pengawasan dokter spesialis karena walaupun obat ini dapat
menekan psoriasis dalam jangka pendek, bisa timbul kekambuhan karena
penghentian obat, bahkan kadang memicu psoriasis postuler yang hebat.
Pemakaian kortikosteroid topikal yang kuat pada psoriasis yang luas dapat
menimbulkan efek samping sistemik dan lokal. Adapun efek samping
diantaranya penyebaran dan perburukan infeksi yang tidak diobati, penipisan
kulit yang belum tentu pulih setelah pengobatan, depigmentasi ringan yang
mungkin hanya sementara, tetapi bias menetap sebagai bercak-bercak putih,
hingga terjadinya penekanan adrenal dan Cushing syndrome  yang tergantung dari
lamanya pengobatan serta daerah yang diobati (ISO,2013). Penggunaan
kortikosteroid  untuk jangka waktu singkat (2-4 minggu) dapat dilakukan untuk
psoriasis fleksural (ISO,2013).
2.      Antihistamin
Karena dermatitis atopik seringkali menyebabkan pruritus, antihistamin
biasanya digunakan untuk mencegah terjadinya siklus “garuk-gatal”.
Difenhidramin HCl merupakan antihistamin yang dapat digunakan untuk
dermatitis atopik. Dosis Difenhidramin HCl yang diberikan yaitu untuk dewasa 25-50
mg sehari tiga kali, dan untuk anak 5 mg/kgBB sehari. Bentuk sediaan Difenhidramin
HCl yang dapat diberikan di antaranya berupa tablet salut selaput 25 mg, kapsul 50
mg, tablet 50 mg, cairan obat luar, maupun krim (ISO, 2013).
 Swamedikasi jamur panu
Dikarenakan tidak terdapat resep dokter saat swamedikasi oleh apoteker
kepada pasien, golongan jenis obat yang boleh diberikan hanya obat over the counter
(OTC) yang berisi obat bebas dan bebas terbatas dan juga obat obat wajib apotek
(OWA). Obat-obat beserta informasinya yang harus diberikan oleh apoteker kepada
pasien untuk swamedikasi panu adalah sebagai berikut.
Obat OWA :
Nistatin Keterangan
Indikasi infeksi jamur lokal
Pemberian maksimal 1 tube (Menkes RI, 1990).
Efek Samping mual, muntal, diare pada dosis tinggi, iritasi oral dan
sensitisasi, ruam (termasuk urtikaria) dan dilaporkan
terjadi sindroma Stevens-Johnson (jarang).
Keterangan nistatin kurang efektif mengobati tinea
Sediaan Dewasa : salep, krim, mengandung 100.000 U/g
Anak-anak : sama seperti dewasa (MIMS Indonesia)
Dosis Oleskan atau taburkan di kulit yang terinfeksi panu.
Dewasa : Gunakan 2 – 4 kali / hari
Anak-anak : Gunakan 2 – 4 kali / hari
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap nistatin
Gambar

    
Merk dagang Nystatin Cream USP 100.000, Myco-z Ointment.

Mikonaznoilrat /
Keterangan
Mikonazol
Indikasi           Infeksi jamur lokal
Pemberian Maksimal 1 tube (Menkes RI, 1990).
Sediaan Krim, lotion, atau bedak yang mengandung 2% miconazole.
Dosis Dewasa dan anak-anak 2 tahun ke atas, Oleskan 2 kali
sehari selama 2-6 minggu.
Cara pakai Oleskan tipis di seluruh permukaan yang terinfeksi panu
Kontraindikasi Hipersensitif mikonazol
Efek samping (Jarang) Iritasi, terbakar, maceration, alergi kontak
dermatitis.
Gambar

 
Merk dagang Daxtarin, Miconazole
Tolnaft Keterangan
at
Indikasi Infeksi jamur lokal
Pember Maksimal 1 tube (Menkes RI, 1990).
ian
Dosis Topikal 1%, Oleskan 2 kali sehari
Cara Oleskan tipis di seluruh permukaan yang terinfeksi panu
pakai
Efek Iritasi, alergi, kontak dermatitis, pruritus, stinging
samping
Sediaan gel, powder, krim
Kontrai Hipersensitif
ndikasi
Gambar

Merk Tinactin, Tolnaftat


Dagang

Ekonaz Keterangan
ole
Indikasi Infeksi jamur lokal
Pemberi Maksimal 1 tube (Menkes RI, 1990).
an
Efek Erithema (3%), (frekuensi tidak ditetapkan) : rasa terbakar
Samping dan menyengat, pruritus
Keteran Lanjutkan terapi sampai  waktu regimen tuntas walaupun
gan infeksi hilang.
Sediaan Krim, sabun
Dosis 1%, pakai setiap hari, selama 2 minggu.
Interaks + warfarin : ekonazol topikal meningkatkan efek warfarin
i dengan cara menurunkan metabolisme. Lakukan monitor.
Kontrai Hipersensitivitas
ndikasi
Gambar

    
Merk Ecoza, econazole
dagang

Hidroquinon Keterangan
Indikasi Hiperpigmentasi kulit
Pemberian Maksimal 1 tube (Menkes RI, 1990).
Efek Samping Frekuensi tidak ditetapkan : iritasi dan sensitisasi kulit ringan
(terbakar, menyengat), infeksi kulit, kekeringan, eritema,
reaksi inflamasi.
Dosis Dewasa : krim topikal (2%, 4%), lotion (2%), emulsi (4%),
larutan topikal (2%, 3%), gel topikal (2%, 4%)
Terapkan ke daerah yang terkena dan gosokkan secara
menyeluruh 2 kali sehari.
Peringatan Kontraindikasi : hipersensitivitas, terbakar sinar matahari, use
as depilatory drug.
Perhatian : mengandung sulfit yang dapat menyebabkan
reaksi tipe-alergi, hindari paparan sinar matahari yang tidak
perlu, jangan mengaplikasikan dekat mata, kulit yang luka,
terkelupas, atau terbakar sinar matahari, setelah bercukur atau
menggunakan obat penghilang rambut; atau pun pada miliaria
rubra (biang keringat).
Gambar

  
Merk dagang Lustra, Melquin, Melquin HP 4%, Melquin-3 Topical
Solution, Lustra-AF, Lustra-Ultra, Alphaquin, Claripel,
Clarite, Eldopaque, Eldoquin, Epiquin Micro, Esoterica,
Melanox, Melpaque, Nuquin HP Cream, Nuquin HP Gel,
Solaquin
Kehamilan dan Kategori Kehamilan: C
laktasi Laktasi: tidak diketahui jika didistribusikan dalam ASI;
Gunakan dengan hati-hati
Farmakologi Mekanisme aksi : Mengurangi depigmentasi kulit secara
reversibel dengan menghambat oksidasi enzimatik tirosin
menjadi 3, 4-dihydroxyphenylalanine (DOPA); juga menekan
proses metabolisme melanosit lainnya; paparan sinar
matahari membalikkan efek dan menyebabkan repigmentasi
Farmakokinetik : Onset dan durasinya bervariasi per individu

Dexpan Keterangan
thenol
Nama Dexpanthenol, Bepanthen
Dagang
Kelas Topikal
obat
Pemberi Maksimal 1 tube (Menkes RI, 1990).
an
Indikasi Sebagai obat luar lokal untuk infeksi jamur
Dosis (Dewasa) Bentuk sediaan dan kekuatan : krim topikal 2%.
dan cara Terapkan secara topikal ke area yang terkena 1 – 2 kali / hari.
penggunaan
Efek (Frekuensi Tidak Ditetapkan) gatal, perasaan geli, gangguan,
samping urtikaria, reaksi alergi
Peringat Kontraindikasi :Hipersensitivitas
an Perhatian : Hanya untuk penggunaan eksternal, hindari mata

Kehamilan & Kategori kehamilan: C. Laktasi: Ekskresi dalam susu


Laktasi dimungkinkan; gunakan dengan hati-hati, Pasien hamil atau
menyusui harus mencari nasihat dari profesional kesehatan
sebelum menggunakan obat bebas.
Gambar

Isoconazol Keterangan
Kelas obat Topikal
Pemberian Maksimal 1 tube (Menkes RI, 1993).
Indikasi Infeksi jamur di kulit.
Dosis dan cara Krim (1%, 2%), terapkan secara topikal ke area yang
penggunaan terinfeksi jamur secepatnya (MIMS Indonesia)
Efek samping Reaksi lokal termasuk terbakar dan gatal. Pertumbuhan
berlebih organisme tertentu. 
Penyimpanan Simpan ditempat <30 ˚C
Kehamilan & Laktasi Dapat merusak kontrasepsi karet atau latex, dibutuhkan
monitoring
Gambar

 
Nama Dagang Isoconazol

Ketokonazol Keterangan
Kelas obat Topikal
Pemberian Kadar ≥ 2%, krim 1 tube, scalp sol. 1 btl. (Menkes RI,
1993).
Indikasi Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
Dosis dan Shampoo (2%) : Oleskan ke area kulit lembap yang
cara penggunaan terkena, gosok, tunggu 5 menit dan bilas (satu kali
biasanya cukup)
Krim (2%) : Gunakan satu kali setiap hari untuk
melindungi area sekitarnya dan sekitarnya selama 2
minggu.
Penyimpanan Simpan di suhu  15 – 25 ˚C
Efek samping Dampak buruk 1-10% :Iritasi parah, pruritus,
menyengat.
Frekuensi tidak ditetapkan : (Sampo) Kerontokan
rambut / alopecia, gangguan tekstur rambut tidak
normal, scalp pustules, kulit kering, pruritus,
ketertarikan / kekeringan pada rambut dan kulit kepala.
Postmarketing reports : sensasi terbakar, rasa sakit,
iritasi kulit, eritema.
Peringatan Kontraindikasi : Hipersensitivitas, kulit kepala yang
rusak atau meradang (OTC self-medication)
Perhatian : Hentikan jika iritasi terjadi, angioedema
pernah dilaporkan, shampoo dapat menghitamkan
rambut dan mengubah tekstur rambut, beberapa
formulasi mengandung sulfit, yang dapat menyebabkan
reaksi tipe-alergi; juga dapat menyebabkan episode
asthma yang berat yang mengancam jiwa atau berat
pada beberapa pasien, hindari kontak dengan mata dan
selaput lendir lainnya; bukan untuk penggunaan oral,
intravaginal atau ophthalmic; hentikan penggunaan dan
hubungi petugas kesehatan profesional jika kondisi
memburuk atau tidak membaik
Kehamilan & Laktasi Kehamilan : Infertilitas
Laktasi : dalam studi hewan ketoconazole ditemukan
dalam susu setelah pemberian oral
Gambar

  
Nama Dagang Nizoral Topical, Extina, Ketozole, Xolegel

Oxiconazole Keterangan
Kelas obat Topikal
Pemberian Kadar < 2%, l tube (Menkes RI, 1993).
Indikasi Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
Dosis dan cara cream/lotion : 1%, gunakan dua kali / hari di area yang
penggunaan terinfeksi.
Penyimpanan Simpan di suhu 15 – 30˚C
Interaksi Serius : astemizole, cisapride, dihydroergotamine,
dihydroergotamine intranasal, dronedarone, ergotamine,
erythromycin base, erythromycin ethylsuccinate,
erythromycin lactobionate, erythromycin stearate,
everolimus
Lovastatin, pimozide, ranolazine, sertindole, silodosin,
simvastatin, sirolimus, terfenadine, tolvaptan. Gunakan
alternatif lain.
Efek samping Pruritus (1-2%), terbakar (1-2%), <1% : gangguan, pedas,
eritema, ruam, folliculitis, papula, nodul, kelelahan,
fissuring
Peringatan Kontraindikasi : hipersensitivitas, bukan untuk penggunaan
ophthalmic atau intravaginal.
Kehamilan & Laktasi Kategori kehamilan: B, laktasi: didistribusikan ke dalam
susu; gunakan dengan hati-hati pada wanita menyusui.
Penyimpanan Simpan pada suhu kamar antara 15-30 ˚C jauh dari panas
dan cahaya. Jangan simpan di kamar mandi. Jauhkan
semua obat-obatan dari anak-anak dan hewan peliharaan.
Gambar

Nama Dagang Oxistat

Tolsikla Keterangan
t
Kelas Topikal
obat
Pemberi Maksimal l tube, 5 g (Menkes RI, 1999).
an
Indikasi Antijamur
Dosis Tersedia dalam bentuk krim, gel, dan
dan cara Solution, lotion : 1%. Bedak : 0,5%. Gunakan 2 – 3 kali / hari
penggunaan selama 7 – 21 hari. Gunakan pada kulit yang terdapat panu
(Saliha, 2018)

  Obat OTC
Selenium Sulfida Informasi Obat
Kelas obat Obat bebas terbatas, topikal kulit
Indikasi Panu
Dosis dan cara busa berbasis air & lipid : 2,25% (TersiFoam)
penggunaan losion : 2,5% ; sampo : 1%, 2.3%
Tinea Versicolor : Oleskan lotion / sampo 2,5-2,5% ke
area yang terkena dan busa dengan sedikit air; biarkan
kulit selama 10 menit dan bilas sampai bersih;
menerapkan setiap hari selama 7 hari
Foam : Gosokkan busa ke kulit yang terkena dampak 2
kali sehari
Interaksi -
Efek samping Frekuensi tidak ditetapkan : Menyengat sementara,
pembakaran, kelesuan, alopecia atau perubahan warna
rambut, getaran, kekeringan yang tidak biasa atau oilness
kulit kepala, diaforesis, sakit perut, bawang putih, gatal
atau iritasi,
Peringatan Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap selenium
sulfida, bukan untuk penggunaan oftalmik, oral, anal atau
intravaginal.
Perhatian : Hindari kontak dengan semua selaput lendir,
termasuk mata, bibir, kulit yang pecah / meradang,
jangan gunakan jika ada peradangan atau eksudasi,
karena peningkatan penyerapan dapat terjadi, risiko
toksisitas sistemik, hentikan kemerahan atau iritasi
terjadi
Kehamilan & Laktasi Kategori Kehamilan: C
Laktasi: tidak diketahui jika didistribusikan dalam ASI;
gunakan kation
Penyimpanan Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan,
jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan.
Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak
dan hewan peliharaan. Jangan menyiram obat-obatan ke
dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila
diinstruksikan. Buang produk ini bila masa berlakunya
telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi
Gambar

 
Nama Dagang Head & Shoulders Intensive Treatment, Selsun Blue
Medicated Treatment, SelRx, Selsun Rx, TersiFoam
Zinc Pyrithione Informasi Obat
Kelas obat Obat bebas terbatas, Keratolytic Agents,
Indikasi Seborrhea
Dosis dan Sampo :  0,25%, 1%, 2%, losion : 0,25%, krim : 0,25%,
cara penggunaan Kondisioner : 0,5%, sabun batang : 2%
Seborrhea : Shampoo : Terapkan ke rambut basah / kulit
kepala, busa, lalu bilas dengan baik; dapat diikuti dengan
conditioner, Bar : Dapat digunakan pada tubuh dan atau
kulit kepala; usapkan area basah; pijat dan bilas
Interaksi Abiraterone acetate,  Alcohol, Alfentanil,
Aliskiren,     Alprazolam, Aluminium hydroxide and
oxide, Amphotericin B, Aprepitant, Artesunate,
Astemizole,  Beclomethasone, Bosentan, Carbamazepine,
Cimetidine, Cisapride, Corticotropin, Cyclosporin A,
Dabigatran, Desonide, Didanosine, Docetaxel,
Eplerenone, Erlotinib, Famotidine, Fexofenadine,
Flunisolide, Indinavir, Sodium calcium edetate.
Efek samping Frekuensi tidak ditetapkan : Menyengat / membakar kulit
kepala, desquamation, Iritasi pada kulit (jarang)
Peringatan Kontraindikasi : hipersensitivitas,
Perhatian : hanya digunakan secara topikal, hindari kontak
dengan mata
Kehamilan & Laktasi Kategori kehamilan: C
Laktasi: Tidak Diketahui
Pasien hamil atau menyusui harus mencari nasihat dari
profesional kesehatan sebelum menggunakan obat bebas
terbatas
Penyimpanan Simpan obat di temperatur ruangan, jauh dari panas dan
cahaya langsung. Jangan membekukan obat kecuali
diperlukan oleh brosur kemasan. Jauhkan obat dari anak-
anak dan hewan peliharaan. Jangan membuang obat ke
toilet atau menuangkannya ke drainase kecuali
diinstruksikan seperti itu. Obat yang dibuang dengan cara
ini dapat mengontaminasi lingkungan.
Gambar

   
Nama Dagang Denorex Everyday Dandruff Shampoo, Head & Shoulders
Shampoo, DHS Zinc Shampoo, Head & Shoulders Dry
Scalp, Selsun Blue Itchy Dry Scalp, T/Gel Daily Control,
Zincon Shampoo

DAFTAR PUSTAKA
1. Maharani, A. (2015). Penyakit Kulit, Terapi Untuk Penyakit Kulit, Macam
Nutrisi Untuk Kesehatan Kulit, Langkah Tepat Dalam Menanggulangi Penyakit
Kulit.
2. Agustina, D., Mustafidah, H., dan Purbowati. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Kulit, Akibat Infeksi Jamur (Expert System to Diagnose of Skin Disease Due to
Fungal Infections). Universitas Muhammadiyah Purwokerto (Vol. IV Nomor 2)
2016. 136160-ID-sistem-pakar-diagnosa-penyakit-kulit-aki.pdf
3. Putri, D.D., Furqon M.T., Perdana, R.S., (2018). Klasifikasi Penyakit Kulit Pada
Manusia Menggunakan Metode Binary Decision Tree Support Vector Machine
(BDTSVM). Vol. 2, No. 5, Mei 2018, hlm. 1912-1920
4. Dr. Regina, Sp. KK. (2019, Maret 2) Infeksi Jamur pada Kulit. Dikutip dari:
http://penyakitkulit.org/infeksi-jamur-pada-kulit/ (diakses: 11 Maret 2019)
5. dr. Willy, T. (2018, November 28). Panu Dikutip dari:
https://www.alodokter.com/panu/penyebab (diakses: 19 Febuary 2019

Anda mungkin juga menyukai