Anda di halaman 1dari 20

KASUS I

 Pasien datang dengan gatal-gatal kalau diobati gatalnya sembuh, sejak 1 tahun , sudah dipakai
betametason tidak sembuh.
ANAMNESIS
 Gatalnya kamuh lagi sejak kapan?
 Apakah saat berkeringat lebih gatal?
 Sudah berapa lama menggunakan betametason?
 Sebelumnya sudah pernah terkena dan sembuh, obat apa yang digunakan?
 Apakah dikeluarga ada yang terkena penyakit yang sama?
 Apakah dirumah mememlihara hewan?
 Apakah memiliki kebiasaan tidak mandi saat berkeringat atau membiarkan keringat kering
dengan sendirinya?
ANAMNESIS
 Pasien merasakan gatal jika saat berkeringat dikarenakan meningkatnya kelembapan pada
tubuh.
 Pasien juga biasanya memiliki hygine yang buruk dan memelihara hewan dirumah. Pasien
biasanya sehabis berkeringat tidak langsung mandi dan membiarkan keringatnya sampai
kering. Pasien juga sering memakai pakaian-pakaian yang ketat.
 Pasien juga sebelumnya sudah pernah terkena dan sembuh lalu pasien menggunakan
betamethasone dalam waktu yang cukup lama (pasien lupa sudah berapa hari)
 Dikeluarga pasien tidak ada yang terkana penyakit yang sama seperti pasien. Keluarga pasien
juga tidak ada yang terkena asma, rhinitis alergi atau penyakit atopic lainnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Lokasi: Seluruh badan
Distribusi: Lokalisata
Bentuk: Plak
Ukuran: Plakat
Batas: Sirkumskrip
Efloresensi: Plak dan hiperpigmentasi
Pada tepi lesi terlihat aktif dan central healing.
WORKING DIAGNOSIS
 Tinea Koporis: pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi tepi aktif dengan central healing yang
merupakan ciri khas dari penyakit jamur.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Ptiriasis Rosea: Memliki gambaran khas Psoriasis: Ditemukan macula yang berbatas
herald patch tegas dengan skuama yang tebal. Pada
pemeriksaan fisik dapat dilakukan uji tetesan
lilin, tanda Autspitz, dan fenomena Koebner
dengan hasil yang positif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
YANG DIANJURKAN
 Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10%
PENATALAKSANAAN
 Non-Medikamentosa
 Meningkatkan kebersihan pada badan.
 Menghindari pakaian yang menyerap keringat dan pakaian ketat.
 Bila gatal tidak boleh digaruk.
 Hentikan penggunaan betametason
PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa:
 Griseofulvin 500-1000 mg/perhari
 Cetrizine 10 mg diminum jika gatal
 Ketomed 2% 15mg
PROGNOSIS
1. Ad Vitam: Dubia ad Bonam
2. Ad functionam: Dubia ad Bonam
3. Ad sanationam: Dubia ad Bonam
DEFINISI
Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superficial golongan dermatofita, menyerang daerah
kulit tidak berambut pada wajah, badan, lengan, dan tungkai.
EPIDEMIOLOGI
 Tinea korporis adalah infeksi umum yang sering terlihat pada daerah dengan iklim yang panas
dan lembab. Seperti infeksi jamur yang lain, kondisi hangat dan lembab membantu
menyebarkan infeksi ini. Oleh karena itu daerah tropis dan subtropis memiliki insiden yang
tinggi terhadap tinea korporis.
 Tinea korporis dapat terjadi pada semua usia bisa didapatkan pada pekerja yang berhubungan
dengan hewan-hewan.
ETIOPATOGENESIS
 Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini
mempunyai sifat mencerna keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi
menjadi tiga genus, yaitu Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton spp.
Walaupun semua dermatofita bisa menyebabkan tinea korporis, penyebab yang paling umum
adalah Trichophyton Rubrum dan Epidermophyton Floccosum
ETIOPATOGENESIS
 Infeksi dermatofita melibatkan 3 langkah utama.
 Yang pertama perlekatan ke keratinosit
 Yang kedua penetrasi melalui ataupun di antara sel, setelah terjadi perlekatan spora harus
berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses
deskuamasi
 Langkah terakhir perkembangan respon host, derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun
pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau Delayed Type
Hypersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting
GEJALA KLINIS
 Gatal, terutama jika berkeringat, makula hiperpigmentasi dengan tepi yang lebih aktif.
 Daerah di tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di tepi lebih aktif yang sering
disebut dengan central healing
 Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Kelainan kulit juga dapat dilihat
secara polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu.
 Lesi dapat meluas dan memberikan gambaran yang tidak khas terutama pada pasien
imunodefisiensi.
 Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Dengan lampu wood yang mengeluarkan sinar UV dengan gelombang 3650 Å yang jika
didekatkan pada lesi akan timbul warna kehijauan.
 Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10- 20% bila positif memperlihatkan elemen
jamur berupa hifa panjang dan artrospora.
DIAGNOSIS BANDING
 Pitiriasi rosea yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian
proksimal anggota badan. Pada ptiriasis rosea umumnya dapat ditemukan herald patch yang
dapat membedakan penyakit ini dengan tinea korporis.
 Psoriasis biasanya penyakit turunan. Penyakit ini dapat dicetuskan oleh infeksi local,
gangguan metabolic, stess dan emosi, serta pada kehamilan dapat memperberat penyakit. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan macula erimatosa yang besarnya bervariasi dari miliar sampai
nummular dengan gambaran yang beraneka ragam. Makula ini berbatas tegas; ditutupi oleh
skuama kasar berwarna putih mengkilat. Jika squama digores dengan benda tajam, akan
timbul tanda tetesan lilin. Jika penggoresan diteruskan, timbul tanda Auspitz dengan bintik-
bintik darah. Dapat pula menunjukan fenomena Koebner yaitu timbul lesi-lesi psoriasis pada
bekas trauma/garukan.
PENATALAKSANAAN
 Non-Medikamentosa
 Meningkatkan kebersihan pada badan.
 Menghindari pakaian yang menyerap keringat dan pakaian ketat.
 Bila gatal tidak boleh digaruk.
PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa:
 Drug of choice nya: Griseofulvin yang memiliki sifat fungistatic. Pada anak dapat diberikan
10-20mg/kgBB/hari dan pada orang dewasa 500-1000 mg perhari
 Jika gatal dapat diberikan antihistamin sistemik.
PROGNOSIS
1. Ad Vitam: Dubia ad Bonam
2. Ad functionam: Dubia ad Bonam
3. Ad sanationam: Dubia ad Bonam

Anda mungkin juga menyukai