Anda di halaman 1dari 4

I.

TINEA KORPORIS

A. Etiologi
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton.
Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi
kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita
adalah tinea korporis

B. Anamnesis & Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi bulat atau lonjong dengan tepi yang
aktif dengan perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya
memberi gambaran yang polisiklik,arsinar,dan sirsinar. Pada bagian pinggir
ditemukan lesi yang aktif yang ditandai dengan eritema, adanya papul atau vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Tinea korporis yang menahun,
tanda-tanda aktif menjadi hilang dan selanjutnya hanya meninggalkan daerah
hiperpigmentasi saja. Gejala subyektif yaitu gatal, dan terutama jika berkeringat dan
kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Tinea korporis biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau dengan
binatang piaraan yang terinfeksi, tetapi kadang terjadi karena kontak dengan mamalia
liar atau tanah yang terkontaminasi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda
misalnya pakaian, perabot dan sebagainya

C. Pemeriksaan Penunjang
Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan
lampu wood, biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan dengan
menggunakan PCR.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan membuat preparat langsung dari
kerokan kulit, kemudian sediaan dituangi larutan KOH 10%. Sesudah 15 menit atau
sesudah dipanaskan dengan api kecil, dilihat di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini
memberikan hasil positif hifa ditemukan hifa (benang-benang) yang bersepta atau
bercabang, selain itu tampak juga spora berupa bola kecil sebesar 1-3.
Kultur dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25-
30⁰C),kemudian satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada pertumbuhan jamur.
Spesies jamur dapat ditentukan melalui bentuk koloni, bentuk hifa dan bentuk spora.
Pemeriksaan lampu wood adalah pemeriksaan yang menggunakan
sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 365 nm. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila
sinar ini diarahkan ke kulit yang mengalami infeksi oleh jamur dermatofita tertentu,
sinar ini akan berubah menjadi dapat dilihat dengan memberi warna (fluoresensi).
Beberapa jamur yang memberikan fluoresensi yaitu M.canis, M.audouini,
M.ferrugineum dan T.schoenleinii.

D. Diagnosis Banding
Ada beberapa diagnosis banding tinea korporis, antara lain eritema anulare
sentrifugum, eksema numular, granuloma anulare, psoriasis, dermatitis seboroik,
pitiriasis rosea, liken planus dan dermatitis kontak

E. Penatalaksanaan
Pengobatan infeksi jamur dibedakan menjadi pengobatan non medikamentosa
dan pengobatan medikamentosa

1. Non Medikamentosa

Menurut Badan POM RI (2011), dikatakan bahwa penatalaksanaan non


medikamentosa adalah sebagai berikut:

a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena infeksi atau
bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran infeksi ke
bagian tubuh lainnya.
b. Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara bergantian dengan
orang yang terinfeksi.
c. Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas untuk
mencegah penyebaran jamur tersebut.
d. Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-
sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.
e. Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan
kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat
sirkulasi udara.
f. Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan debu-
debu yang menempel pada sepatu.
g. Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan
sandal yang terbuat dari bahan kayu dan karet

2. Medikamentosa

Pengobatan tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan


sistemik. Pada tinea korporis dengan lesi terbatas cukup diberikan obat topikal. Lama
pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu bergantung jenis obat. Obat oral atau
kombinasi obat oral dan topikal diperlukan pada lesi yang luas atau kronik rekurens.
Anti jamur topikal yang dapat diberikan yaitu derivate imidazole, toksiklat,
haloprogin dan tolnaftat. Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang
disertai vesikel dan eksudat terlebih dahulu dilakukan dengan kompres basah secara
terbuka. Pada keadaan inflamasi menonjol dan rasa gatal berat, kombinasi antijamur
dengan kortikosteroid jangka pendek akan mempercepat perbaikan klinis dan
mengurangi keluhan pasien

a. Pengobatan Topikal

Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. Efektivitas obat topikal


dipengaruhi oleh mekanisme kerja,viskositas, hidrofobisitas dan asiditas formulasi
obat tersebut. Selain obat-obat klasik, obat-obat derivate imidazole dan alilamin dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tinea korporis ini. Efektivitas obat yang termasuk
golongan imidaol kurang lebih sama. Pemberian obat dianjurkan selama 3-4 minggu
atau sampai hasil kultur negative. Selanjutnya dianjurkan juga untuk meneruskan
pengobatan selama 7-10 hari setelah penyembuhan klinis dan mikologis dengan
maksud mengurangi kekambuhan (Verma dan Heffernan,2008).

b.Pengobatan Sistemik

Menurut Verma dan Heffernan (2008), pengobatan sistemik yang dapat diberikan
pada tinea korporis adalah:
• Griseofulvin

Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis untuk anak-anak


15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-1000 mg/hari

• Ketokonazol

Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang resisten terhadap


griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah 200 mg/hari selama 3
minggu.

• Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin dikatakan


cukuo memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.

Anda mungkin juga menyukai