Anda di halaman 1dari 4

JAMUR KULIT Pendahuluan Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah dermatofita (dermatophyte,

, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit). Sedangkan Kulit itu sendiri akan selalu berhadapan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu jamur atau dermatomikosis. Dimana penyakit ini banyak diderita oleh penduduk di negara tropis, termasuk diantaranya yaitu Indonesia. Kebanyakan kasus yang sering dijumpai akibat jamur kulit adalah kurap, panu dan kandidosis kulit dan kuku. Manifestasi klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam penatalaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi laboratorik. Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini banyak pilihan obat untuk mengatasi dermatofitosis, baik dari golongan antifungal konvensional atau antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya tahan seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab. Prevalensi di Indonesia, dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah atau pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya cukup tinggi.

Etiologi Dermatofita terdiri dari tiga genus, yaitu genus Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Dari 41 spesies dermatofita yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang, yang terdiri dari 15 spesies trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermofiton. Selain sifat keratinofilik, setiap spesies dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang menyerang manusia juga. Mislnya Microsporon canis dan Trichophyton verrucosum. Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya Microsporon gyseum. Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan zoofilik dan golongan geofilik pada manusia bersifat akut dan sedang, serta lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi

menahun karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamurnya yang antropofilik adalah Microsporon audouinii dan Trichophyton rubrum. Faktor Penyebab Faktor eksogen kontak langsung dengan kulit dan rambut yang mengandung jamur baik dari manusia maupun binatang. Faktor endogen kontak tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, air dan melalui barang-barang atau alat-alat pakaian dan lainnya yang mengandung jamur. Klasifikasi penyakit jamur kulit Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan lokasi: a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk tinea diatas. Gambaran Klinis Timbulnya gejala objektif disertai dengan perasaan gatal. Bila kulit yang gatal ini digaruk, papul atau vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosif dan bila mengering jadi krusta. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis (Eczema marginatum). Terapinya Ada 3 macam obat jamur yang biasa dipakai. Yang ditelan pada penyembuhan kurap digunakan griseofulvin dan nistatin untuk kandidosis. Sedang yang disuntikkan dapat digunakan amfoterisin B, ini untuk jamur yang menyerang organ dalam tubuh. Sedangkan yang untuk dioleskan dapat berupa bedak bedak seperti asam undesilihat, cairan seperti larutan gentian violet untuk kandidosis dan salep whitfield yang berisi asam benzoate dan asam salisilat. Namun demikian yang penting adalah menghindari sumber penularan seperti pada anjing, kucing, kuda dan lain-lain. Selain itu hindarilah

pemakaian handuk, seprei, atau pakaian dari orang lain, tanpa mencuci terlebih dahulu dari air panas. Selain itu perbaikan gizi. Konseling 1. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan kulit dan kaki. 2. Membiasakan mandi sekurang-kurangnya sekali sehari. Mencuci kaki dua kali sehari dan keringkan dengan cara menekan-nekan (jangan digosok) dengan handuk. 3. Mengeringkan kulit secara menyeluruh setelah mandi, hingga sampai lipatanlipatan 4. Membiasakan agar masing-masing individu menyimpan dan menggunakan handuknya sendiri agar tidak tercemar jamur atau kuman penyakit. 5. Menggunakan kaos kaki dan pakaian dalam bahan katun, gantilah secara rutin (sekurang-kurangnya sekali sehari). 6. Bila perlu gunakan bedak anti jamur pada sepatu atau kaos kaki untuk mencegah perkembangan jamur. Terapi Farmakologi : 1. Ketokonazol obat ini mempunyai aktivitas anti jamur terhadap Candida, Coccidioides immitis, Cryptococus neofrormans, H. capsulataum, B. dermatidis, Sporothix spp, dan Paracoccidioides brasiliensis. Efek samping : mual, nyeri abdomen, diare, sakit kepala, haid tidak teratur, pusing, reaksi alergi, Dosis: dewasa: sehari 1x200mg, anak >12 th sehari 1x3,3-6,6 mg/kgBB/hari. Cream 2%: dioleskan tipis-tipis dibagian kulit yang terkena jamur dengan dosis 1 kali sehari, lama terapi 2-3minggu. 2. Mikonazol spektrum aktivitas antijamurnya hamper sama dengan ketokonazol. Efek samping : reaksi hipersensitivitas. Dosis: cream2% oleskan pada seluruharea kulit yang terinfeksi, dengan dosis 1-2 kali sehari. 3. Klotrimazol spectrum bakterinya hamper sama dengan ketokonazol. Efek samping : rasa panas, gatal, urtikaria, iritasi umum. Dosis: cream 10mg/g oleskan pada seluruh kulit yang terinfeksi dengan dosis 2-3 kali sehari selama 1-4 minggu.

Anda mungkin juga menyukai