Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

TINEA CRURIS

OLEH :

CHINTIA SUGITO

( 2017.01.005 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2020
A. Konsep Dasar Penyakit
a. Defenisi

Tinea Kruris ( Jock Itch) merupakan infeksi jamur pada lipatan paha yang
dapat melus ke paha bagian dalam dan daerah pantat ( Brunner Suddarth. 2001).

Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang


mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi golongan jamur
dermatofita(Trichopyhton rubrum (90%) dan Epidermophython
fluccosumTrichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans) pada daerah
kruris (sela paha, perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah
sekitarnya. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan
penyakit yang berlangsung seumur hidup ( Arif Muttaqin.2011).

b. Etiologi

Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) dan


Epidermophython fluccosumTrichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton
tonsurans (6%). Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian
tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melaluikontak langsung dengan individu
yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya
handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain.

c. Patofisiologi
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur. Penularan
tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu.
Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk
atau spreipenderita atau autoinokulasi( inokulasi dengn mikroorganisme dari tubuh
sendiri) dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan
keratinase( pemecahan kreatinin) yang mencerna keratin, sehingga dapat
memudahkan invasi kestratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau
cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim
keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhannya dengan pola radial distratum korneum menyebabkan timbulnya lesi
kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula
berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksiperadangan.Beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:

a. Faktor virulensi dari dermatofitaVirulensi ini bergantung pada afinitas jamur


apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selainafinitas ini massing-masing
jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia
maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang
menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt
paha bagiandalam.
b. Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang
jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap
infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti
pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan. Faktor ini memegang peranan
penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada
golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan
daripadagolongan ekonomi yang baik.
e.
Kebiasaan yang menimbulkan paparan terhadap
Pahway jamur seperti : menggunakan pakaian berbahan
dasar tidak menyerap keringat

Penularan langsung ( secara fonitis, rambut Defesiensi pengetahuan


yang mengadung jamur) dan pneularan tidak
langsung ( pakaian berdebuh, tanaman)

Poliferasi pada kulit yang lembab di sekitar paha

Tinea kruris

Jamur yang menghasilkan


keratin

Memudahkan invasi ke
stratum korneo

Hifa tumbuh ke stratum

Berdifusi ke jaringan efidermis

Reaksi peradangan

Timbul pulau pulau Reaksi antigen antibody


yang berbatas tegas

Peradangan Lokal
Perubahan tekstur kulit
Aktivitas makrofag

Gg Citra
Tubuh Pelepasan mediator kimia

Merangasang ujung – ujung saraf nosisiotik

Mencoba bebagai jenis


Gg. Rasa aman Menimbulkan rasa gatal
obat tanpa konsultasi
ke pelayanan kesehatan
Erosi kulit

Kerusakan integritas kulit


f. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis Tinea kruris khas, penderita merasa gatal hebat pada daerah
kruris. Ruam kulit berbatas tegas, eritematosa, dan bersisik. Bila penyakit ini menjadi
menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan
biasanya akibat garukan dan daerah bersisik.

g. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Dengan Sediaan Basah

Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% → kerok skuama dari bagian tepi lesi
dengan memakai scalpel atau pinggir gelas → taruh di obyek glass → tetesi KOH
10-15 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan → lihat di
mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada
kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium

b. Pemeriksaan Kultur Dengan Sabouraud


Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium
saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-
mycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.
Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu
c. Punch Biopsi
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya
dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff, jamur akan
tampak merah muda atau menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur akan
tampak coklat atau hitam
d. Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma
dimana akan tampak floresensi merah bata
h. Penatalaksanaan Medis
1. Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:
a. Golongan Azol
1) Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)
Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea
cruris karena bersifat broad spektrum antijamur yang mekanismenya
menghambat pertumbuhan ragi dengan mengubah permeabilitas membran
sel sehingga sel-sel jamur mati. Pengobatan dengan clotrimazole ini bisa
dievaluasi setelah 4 minggu jika tanpa ada perbaikan klinis. Penggunaan
pada anak-anak sama seperti dewasa. Obat ini tersedia dalam bentuk kream
1%, solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Tidak ada
kontraindikasi obat ini, namun tidak dianjurkan pada pasien yang
menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas dan hinari
kontak mata.
2) Mikonazole (icatin, Monistat-derm)
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akan
menghambat biosintesis dari ergosterol sehingga permeabilitas membran sel
jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Tersedia dalam bentuk
cream 2%, solution, lotio, bedak. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu.
Penggunaan pada anak sama dengan dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien
yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
3) Econazole (Spectazole)
Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan
kulit yaitu menghambat RNA dan sintesis, metabolisme protein sehingga
mengganggu permeabilitas dinding sel jamur dan menyebabkan sel jamur
mati. Pengobatan dengan ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4 minggu
dengan cara dioleskan sebanyak 2kali atau 4 kali dalam sediaan cream 1%..
Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari
kontak dengan mata.
4) Ketokonazole (Nizoral)
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat
broad spektrum akan menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen
sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan
ketokonazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tidak dianjurkan pada
pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
5) Oxiconazole (Oxistat)
Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan
menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat
menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan oxiconazole dapat
dilakukan selama 2-4 minggu. Tersedia dalam bentk cream 1% atau bedak
kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan
orang dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas dan hanya digunakan untuk pemakaian luar.
6) Sulkonazole (Exeldetm)
Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik
tangkapnya yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan
kebocoran komponen sel, sehingga menyebabkan kematian sel jamur.
Tersedia dalam bentuk cream 1% dan solutio. Penggunaan pada anak-anak
12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa (dioleskan pada daerah
yang terkena selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).
b. Golongan Alinamin
1) Naftifine (Naftin)
Bersifat broad spektrum anti jamur dan merupakan derivat sintetik dari
alinamin yang mekanisme kerjanya mengurangi sintesis dari ergosterol
sehingga menyebabkan pertumbuhan sel amur terhambat. Pengobatan
dengan naftitine dievaluasi setelah 4 minggu jika tidak ada perbaikan klinis.
Tersedia dalam bentuk 1% cream dan lotion. . Penggunaan pada anak sama
dengan dewasa ( dioleskan 4 kali sehari selama 2-4minggu).
2) Terbinafin (Lamisil)
Merupakan derifat sintetik dari alinamin yang bekerja menghambat skualen
epoxide yang merupakan enzim kunci dari biositesis sterol jamur yang
menghasilkan kekurangan ergosterol yang menyebabkan kematian sel
jamur. Secara luas pada penelitian melaporkan keefektifan penggunaan
terbinafin. Terbenafine dapat ditoleransi penggunaanya pada anak-anak.
Digunakan selama 1-4 minggu.
c. Golongan Benzilamin
Butenafine (mentax)
Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan alinamin. Kerusakan
membran sel jamur menyebabkan sel jamur terhambat pertumbuhannya.
Digunakan dalam bentuk cream 1%, diberikan selama 2-4 minggu. Pada
anak tidak dianjurkan. Untuk dewasa dioleskan sebanyak 4kali sehari.
i. Pencegahan

Menurut Nasution M.A. (2005), disamping pengobatan, yang penting juga adalah
nasehat kepada penderita misalnya pada penderita dermatofitosis, disarankan agar :

a. Memakai pakaian yang tipis.


b. Memakai pakaian yang berbahan cotton.
c. Tidak memakai pakaian dalam yang terlalu ketat.

Oleh karena itu, berikan anjuran-anjuran pada pasien agar tidak terjadi infeksi
berulang. Anjurkan pasien menggunakan handuk terpisah untuk mengeringkan daerah sela
paha setelah mandi, anjurkan pasien untuk menghindari mengenakan celana ketat untuk
mencegah kelembaban daerah sela paha, anjurkan pasien dengan Tinea kruris yang
mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan, dan anjurkan pasien untuk memakai
kaus kaki sebelum mengenakan celana untuk meminimalkan kemungkinan transfer jamur
dari kaki ke sela paha (autoinokulasi). Bubuk antifungal, yang memiliki manfaat tambahan
pengeringan daerah sela paha, mungkin dapat membantu dalam mencegah kambuhnya
Tinea kruris.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan nomor register.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Tinea
kruris biasanya mengeluhkan kulit merah dan gatal, bersisik dan keluar sedikit
cairan dari area yang terkena tinea kruris.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu,
riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.
5. Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.
c. Pola Fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
: pada pola ini kita mengkaji:
 Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
 Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-
obatan tertentu?
 Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?

2. Pola nutrisi - metabolik


: pada pola ini kita mengkaji:
 Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di
rumah sakit?
 Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
 Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?
 Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?
3. Pola eliminasi
: pada pola ini kita mengkaji:
 Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
 Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
 Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
 Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
: Klien dengan Tinea kruris, biasanya akan mengalami nyeri saat akan
melakukan BAB/BAK
: pada pola ini kita mengkaji:
 Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit?
 Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
 Kaji tingkat ketergantungan klien
4. Pola istirahat - tidur
: pada pola ini kita mengkaji:
 Apakah klien mengalami gangguang tidur?
 Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
 Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?
: Klien dengan Tinea kruris, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan istirahat
karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit.
5. Pola kognitif - persepsi
: pada pola ini kita mengkaji:
 Kaji tingkat kesadaran klien
 Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah mengalami
perubahan?
 Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
6. Pola persepsi diri - konsep diri
: Pada pola ini kita mengkaji:
 Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya?
 Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
 Apakah klien merasa rendah diri?
: Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa malu
dengan keadaan tersebut, dan mengalami gangguan pada citra dirinya.
7. Pola peran - hubungan
: pada pola ini kita mengkaji:
 Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?
 Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?
 Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?
8. Pola reproduksi dan seksualitas
: Pada pola ini kita mengkaji:
 Bagaimanakah status reproduksi klien?
 Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?

9. Pola koping dan toleransi stress


: Pada pola ini kita mengkaji:
 Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
 Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?
 Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?
10. Pola nilai dan kepercayaan
: Pada pola ini kita mengakaji:
 Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
 Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan
Palpasi: Turgor kulit, edema
-          Data fokus:
DS: gatal-gatal pada kulit
DO: kemerah-merahan, keluarnya cairan dari area yang terkena tinea kruris
3. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b/d lembab
2. Gangguan rasa nyaman b/d Penyakit
3. Defisiensi Pengetahuan b/d Tidak familiar dengan sumber informasi
4. Intervensi Keperawatan

NO NOC NIC
1. Infection Severity (0703) Skin Care: Topical Treatments
Setelah dilakukan tindakan (3584)
keperawatan selama .......x24 jam  Bersihkan dengan sabun
integritas jaringan: kulit dan antibakterial jika perlu
mukosa normal dengan indikator:  Berikan medikasi dalam
 Bintik – bintik merah pada bentuk serbuk pada pasien, jika
kulit(070301) perlu
 Malaise(070311)  Persiapkan kebersihan toilet,
 Penurunan jumlah jika perlu
leukosit(070327)  Gunakan topikal antibiotik
 Kelesuan (070331) untuk area yang luka
 Gunkan topikal antijamur pada
daerah yang terserang jika
perlu
 Gunakan topikal anti inflamasi
untuk area yang luka
 Inspeksi kulit setiap hari
 Dokumentasi tahapan dari
kerusakan kulit
2. Comfort Status: Physical (2010) Environtmental Management :
Setelah dilakukan tindakan Comfort (6482)
keperawatan selama .......x24 jam  Kaji ketidaknyamanan yang
gangguan rasa nyaman teratasi dirasakan oleh klien.
dengan kriteria hasil :  Berikan posisi yang nyaman
 Kontrol Gejala ( 201001) pada klien ( meliputi .
 Posisi nyaman( 201004)  Batasi pengunjung saat klien
 Tingkat energi( 201009) beristirahat.

 Gatal(201013)  Beri lingkungan yang nyaman


dan bersih
 Pantau kulit, terkhusus adanya
penonjolan kulit ke permukaan
sebagai tanda dari adanya
iritasi
3. Knowledge : Disease Process Teaching :Disease Process (5602)
(1803)  Kaji tingkat pengetahuan yang
Setelah dilakukan tindakan spesifik berhubungan dengan
keperawatan selama .......x24 jam proses penyakit
diharapkan pengetahuan klien  Diskusikan dengan klien
meningkat dengan kriteria hasil: tentang penyakitnya
 Proses spesifik  Diskusikan pilihan terapindan
penyakit(180302) pengobatan
 Faktor resiko (180304)  Diskusikan perubahan gaya
 Strategi untuk hidup yang mungkin
meminimalkan penyebaran diperlukan untuk mencegah
penyakit (180307) komplikasi di masa yang akan
 Keuntungan manajemen gating ( rencana diit dan
punyakit(180315) penggunaan makanan tinggi
serat )
 Diskusikan pentingnya
melakukan evaluasi secara
teratur dan jawab pertanyaan
pasien maupun keluarga

Anda mungkin juga menyukai