Bersifat bingkas dan lentur serta terdiri atas sel- sel rawan yang dapat
telinga, antara tulang rusuk dan tulang dada, sendi- sendi tulang, antar ruas
anyaman halus dan rapat. Terdapat pada saluran pernapasan dan ujung
sama dengan tulang rawan hialin. Akan tetapi serat kolagen tulang
rawan elastic tidak tersebar dan nyata seperti pada tulang rawan
simfisis pubis. Sifat khas dari tulang rawan ini adalah lakuna –
lakunanya bulat atau bulat telur dan berisi sel – sel (kondrosit).
11
b. Tulang (osteon)
Disebut tulang pipa karena tulang jenis tersebut berbentuk seperti pipa
dengan kedua ujungnya yang bulat. Ujung tulangnya yang berbentuk bulat
dan tersusun atas tulang rawan disebut epifise. Sedangkan pada jenis ini
bagian tengah tulang pipa yang berbentuk silindris dan berongga disebut
diafise. Di antara epifise dan diafise terdapat bagian yang disebut metafise.
tulang. Sumsum tulang tersusun dari pembuluh darah dan pembuluh saraf.
Tulang pipa memiliki dua sumsum tulang yakni sumsum tulang merah dan
tulang kuning. Saat kita masih bayi, hampir seluruh tulang mengan dung
misalnya bagian luar yang keras disebut cangkang. Kemudian tulang pipa
tubuh yang memiliki tulang pipa meliputi tulang paha, tulang hasta, tulang
Tulang jenis pendek memiliki bentuk mirip kubus, pendek tak beraturan,
atau bulat. Adanya tulang ini dimungkinkan goncangan yang keras dapat
14
diredam dan gerakan tulang yang bebas dapat dilakukan. Sebagai contoh,
3. Tulang Pipih
Tulang pipih ini tersusun atas dua lapisan tulang kompak yaitu lamina
eksterna dan interna ossis karnii. Di antara dua lapisan ini terdapat
Dari namanya saja kita tentu tahu, bila tulang ini memiliki bentuk
tidak beraturan. Contohnya dapat kita temukan pada tulang rahang dan
5.Sesamoid bones
15
kuning
2.2.1 Definisi
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut tenaga fisik,
keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (zairin
rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap oleh tulang. Penderita yang mengalami fraktur akan
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.
17
2.2.2 Etiologi
dan penarikan.
bergeser. Sebagian oleh gaya berat dan sebagian oleh tarikan otot
ada kontak)
(bergeser), sedikit
kominutif
(sangat bergeser)
(zairin noor,2016;24)
2.2.3 Patofisiologi
20
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang
dapat menibulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umunya pada pasien fraktur
2.2.5 Klasifikasi
ekstremitas.
suplai darahnya.
fracture).
lainnya.
utuh
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
25
pada setiap patah tulang. Pada permulan akan terjadi perdaran di sekitar
fase ini disebut fase hematom. Hematom ini akan menjadi medium
ini dan kemudian juga tumbuh sel kondroblast yang membentuk kondroid
osteoid yang merupakan bahan dasar foto rontgen. Pada tahap selanjutnya
fibrosa berubah menjadi kalus tulang fase ini disebut fase penyatuan
angsur oleh tulang yang mengatur diri sesuai dengan garis tekan dan
tarikan yang bekerja pada tulang. Akhirnya sel tulang ini mengatur diri
secara lamelar seperti yulang normal, kekuatan kalus ini sama dengan
minggu.
beberapa bulan.
posisinya terkilir.
pembentukan kalus.
cedera.
terhadap peradangan.
klirens ginjal
( Wilkinson, 2009 )
29
2.2.8 Penatalaksanaan
bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat , skrup, plat, paku.
2. Imobilisasi
1. Mengatur posisi
2. Pemantauan neurosirkulasi
6. Mengurangi nyeri
7. Perwatan diri.
Carpenito-moyet,2009)
2.3.1 Devinisi
(Nanda, 2018)
1. ROM aktif
2. ROM pasif
( klien pasif).
31
( Seratum, 2008)
2.3.3 Pengkajian
0 = mandiri penuh
orang lain
alat bantu
aktivitas.
otot
2. Gangguan koordinasi
tidur ,perpindahan,ambulasi.
4. Keterbatasan ROM
kuadriplegia ),stroke,tetanus.
kulit.
33
dan sebagainya.
2. Miringkan dan atur posisi pasien setiap 2 jam pada saat pasien di
tempat tidur.
tekanan
34
deformitas musculoskeletal.
mobilitas fungsional
yang teridentifikasi
kemih )
komplikasi
imobilitas
11. Ajarkan pasien dan anggota kluarga atau teman tentang latihan
program mobilitas
yang tepat
36
terjadi seperti
b. Penekanan tulang
2. Nyeri akut
3. Odema
4. Krepitasi
5. Pergerakan abnormal
6. Shock hipovolemik
(zairin noor,2016;25)
2.2.9 Komplikasi
komplikasi lama:
a. Komlikasi awal
oksigenasi.
37
dan pembedahan.
b. Komplikasi lama
bulan ( tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk
2. Non union : fraktur tidak sembuh dalam waktu antar 6-8 bulan
palsu).
radius ulna.
2.2.10 Dokumentasi
program mobilitas
( Cynthia,2011)
39
2.4.2 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1). Anamnesa
a. Identitas Klien
dioagnosa medis
40
b. Keluhan utama
tulang.
f. Riwayat Psikososial
dalam masyarakat.
3) Pola Eliminasi
warna, bau dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji
5) Pola Aktifitas
rawat inap
perkawinan
efektif.
2) Pemeriksaan Fisik
b). Kepala
c). Leher
d). Wajah
e). Mata
f). Telinga
g). Hidung
i). Thoraks
dada simetris
j). Paru
1. Inspeksi
47
2. Palpasi
3. Perkusi
tambahan lainnya
4. Auskultasi
dan ronchi.
k). Jantung
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Auskultasi
i). Abdomen
1. Inspeksi
48
2. Palpasi
3. Perkusi
Suara thympani
4. Auskultasi
darah ferifer