Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

TINEA

A. Pengertian Tinea

Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur yang
berperan dalam penyakit tinea adalah dermatofita.Dermatopita merupakan sekelompok
jamur miselium yang menginfeksi keratin stratum korneum, rambut, dan kuku.
(chadrasoma,2006).

Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan
jamur dermatofita(jamur yang menyerang kulit), (Adhi Djuanda, 2000).

Tinea yang merupakan salah satu dermatositosis adalah Infeksi fungus superficial
pada kulit yang disebabkan oleh spesies dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau
Trycophyton.

Dari ketiga defenisi diatas dapat disimpulkan bahwas, Tinea adalah penyakit yang
disebabkan oleh dermatofit, yang menyerang pada lapisan teratas dari kulit (epidermis).

B. Macam-Macam Tinea

Menurut Robin Graham-Brown (2005) macam-macam tinea terbagi dalam


beberapa macam yaitu:

1. Tinea Vesikolor

Tinea vesikolor infeksi yang sering dijumpai ini disebabkan olehpityrosporum


orbicularis, yang hanya menginfeksi stratum korneum, rambut, dan kuku jarang
terkena.Tinea vesikolor merupakan macula asimtomatik (daerah diskolorasi,
hiperpigmentasi pada ras kulit terang dan hipopigmentasi pada ras kulit gelap).Sering
dijumpai lesi multiple.

2. Tinea Pedis (athlete’s food)

Penyakit ini merupakan infeksi dermatofit yang tersering, biasanya terdapat rasa gatal
pada daerah di sela-sela jari kaki yang berskuma, terutama diantara jari ketiga dengan
keempat, dan keempat dengan kelima, atau pada telapak kaki.

3. Tinea Kruris

Penyakit ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang terjadi pada perempuan.Tepi
eritematosa yang berskuama pelan-pelan menjalar kebawah paha bagian dalam dan
meluas kearah belakang kedaerah prinium dan bokong.

4. Tinea Korposis

Tinea ini secara khas mempunyai bagian tepi yang meradang, sedangkan bagian
tengahnya bersih, tetapi penampakan seperti ini relatif jarang.

5. Tinea Manum

Gambaran dari tinea ini biasanya pada telapak tangan terdapat lesi eritematoma dengan
sedikit skuama, sedangkan pada punggung tangan gaambaran peradangan lebih jelas.

6. Tinea Unguium

Penyakit ini biasanya menyerang bagian tepi-tepi kuku biasanya dari bagian distal
berupa guratan-guratan kekuningan pada lempengan kuku. Kemudian semakin lama
seluruh kuku menjadi makin tebal, berubah warna, dan rapuh

7. Tinea Kapatis

Tinea kapatis biasanya menyerang pada anak-anak, jarang pada orang dewasa.Hal ini
kemungkinan dikarenakan perubahan kandungan asam lemak dalam sebum pada saat
menjelang pubertas.
D. Etiologi

Penyebab tinea adalah jamur dermatofita yang merupakan kelompok jamur


berfilamen, yang terbagi dalam tiga genus yaitu, Trychophyton, Mycrosporum, dan
Epidermophyton.Jamur ini dapat menginfeksi jaringan kreatin manusia maupun binatang
(Mansjoer Arief, 2000).

E. Patofisiologi

Infeksi dimulai dari kolonisasi hifa, dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-
cabangnya dalam jaringan keratin yang mati.Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang
berdifusi kedalam jaringan epidermis, dan menimbulkan reaksi peradangan.Pertumbuhan
jamur dengan pola radial didalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit,
dengan batas yang jelas dan meninggi yang disebut ring wrom. (Mansjoer Arief, 2000).

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer Arief (2000), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada
penderita penyakit tinea, bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit, rambut dan kuku.
terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian dilakukan :

1. Kulit berambut halus (glabrous skin ). Kelainan dikerok dengan pisau tumpul steril.
Sisik kulit dikumpulkan pada gelas obyek.
2. Kulit berambut. Spesimen yang harus diambil adalah skauma, tunggul rambut dan isi
rambut folikel. Sampel rambut diambil dengan forsep dan skauma dikerok dengan
skapel tumpul. Rambut yang diambil adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada
daerah lesi. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan
untuk melihat kemungkinan adanya flouresensi didaerah lesi pada kasus-kasus tinea
kapitis tertentu.
3. Kuku, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit, dipotong lalu dikerok sedalam
dalamnya hingga mengenai seluruh tebal kuku. bahan dibawah kuku diambil
juga.Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan diatas gelas obyek, kemudian
ditambah 1-2 tetes larutan KOH 20%.Tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.
Pemanasan diatas api kecil mempercepat proses pelarutan. Pada saat mulai keluar uap,
pemanasan cukup. Bila terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH sehingga
mengganggu pembacaan.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tinea menurut Mansjoer Arief (2000).

1. Penatalaksanaan medis
2. Diagnosis yang tepat
3. Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, daerah
yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium penyakit (akut atau kronis), jamur
penyebab, karena adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta harga sehingga dapat
ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau pun kombinasi.
4. Mengefektifkan cara penggunaan obat :

Obat-obat sistemik dan topikal yang digunakan antara lain :

Sistemik :

a. Griseofulvin

Bersifat pungistatik dan bekerja hanya terhadap dermatofit.Dosis 0,5 -1 gram untuk
orang dewasa dan 0,25 -0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kg BB.
Dosis tunggal atau terbagi dan absopsi meningkat bila diberikan bersama makanan
berlemak. Sediaan mikrosize500 mg, setara dengan sediaan ultra mikrosize 333 mg.
Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyebab, dan keadaan komunitas.Obat
diberikan sampai gejala klinis membaik. Biasanya lebih kurang 1 bulan.
Efeksampingnya ringan,misalnya sakit kepala mual atau diare dan reakasi
fotosensitifitas pada kulit.
b. Golongan asol

Ketonasol efektif untuk dermatofitosis.Pada kasus-kasus resisten terhadap


griseofulfin, obat tersebut dapat diberikan 200mg /hari selama 3-4 minggu pada pagi
hari setelah makan.Ketokonasal merupakan kontra indikasi untuk pasien kelainan
hati. Itrakonazole merupakan derivat triazol yang berspekterum aktifitas invitro luas
dan bersifat fungistatik.Dosis 100 mg perhari selama 2 minggu atau 200 mg per hari
selama 1 minggu, memberi hasil baik pada tinea. Pada tinea ungulium dengan dosis
400 mg perhari selama seminggu tiap bulan dalam 2-3 bulan.

5. Penatalaksanaan keperawatan
a. Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Fakttor tersebut antara lain adalah
kelembabapan karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh baju, orang
sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk, imunitas rendah.
b. Manghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan,tanah maupun benda
disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora dermatofit dapat bertahan hidup
dalam waktu yang lama.
c. Mengoptimalkan kepatuhan pasien dengan menerangkan perjalan penyakitnya,
pemilihan obat yang tepat dapat diterima oleh pasien, dan bila dianggap perlu
diterangkan juga tentang biaya pengobatan.

H. Komplikasi

a. Tinia pedis

Jamur mungkin menyebar secara lokal ke kaki-kaki, kuku-kuku jari kaki, tangan-
tangan, kuku-kuku jari tangan, dan pada dasarnya area tubuh mana saja.

b. Tinia kursis

Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh
organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar.
I. Pencegahan

Penyakit tinea ini sangat erat hubungannya dengan pola kebersihan, baik dari
kebersihan diri, lingkungan maupun hewan ternak peliharaan, maka dari itu penyakit tinea
sangat mudah sekali menyebar dan terjadi, namun penyakit ini juga dapat dicegah, cara
pencegahannya antara lain :

a. Menggunakan pakaian longgar dan sedapat mungkin terbuat dari bahan katun.
b. Menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan menghindari memakai kaos kaki yang
lembab.
c. Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian kering. (untuk yang kos-kosan
hendaknya tidak membiasakan diri memakai pakian yang tergantung berhari-hari tanpa
dicuci).
d. Menggunakan sepatu yang tidak lembab (jangan lupa menjemur sepatu).
e. Mengeringkan handuk setelah setiap kali digunaka.
f. Menghindari memakai pakaian orang lain yang sedang menderita infeksi jamur kulit.
g. Mandi dengan air bersih segera setelah mandi di tempat-tempat umum.
h. Jika perlu, menaburkan bedak atau bedak anti jamur terutama di sela-sela jari kaki dan
pelipatan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Graham-brown robin. 2005. Lecture Notes DermatologiEdisi 8. Jakarta :Erlangga

Chadrasoma, parakrama. 2006. RingkasanPatologiAnatomi.Jakarta :BukuKedokteranEGC

Djuanda A. 1993. IlmuPenyakitKulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta :FakultasKedokteranUI.S

Masjoer, Arief. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta :Media Aesculapius

Nanda Internasional.(2009). Diagnosis Keperawatan NANDA 2009-2011.Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN TINEA PEDIS

A. PENGKAJIAN
1. a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 20 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Suku : Serawai

Alamat : Jln. Sumatra 6, Kel.Sukamerindu, Bengkulu

Tanggal masuk : 19-01-2015

Tanggal pengkajian : 20-01-2015

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn.M

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jln. Sumatra 6, Kel. Sukamerindu, Bengkulu

Hubungan dengan pasien : Bapak

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Gatal-gatal,khususnya pada bagian lipatan dan sela-sela jari kaki dan tangan .
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 20-01-2015 pukul 09.00 klien mengatakan adanya
lesi, , susah tidur,gatal-gatal pada lipatan dan sela jari kaki serta tangan. Dengan
tanda-tanda vital TD=110/80 mmHg, N=80x/menit, P=20x/menit,S=36 C.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang sama dengan penyakit
yang dialami saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (tinea).

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : composmentis GCS=15 (V=5 M=6 E=4)
TD = 110/80 mmHg
N = 80x/menit
P = 20x/menit
S = 36 C
5. Pemeriksaan Head To Toe
Pemeriksaan fisik untuk mencari karakter/tanda tinea pedis yang meliputi:

 Kepala
Inspeksi : Ditribusi : Merata
Tekstur : Halus
Kebersihan : Kurang bersih ada ketombe
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

 Wajah
Inspeksi : Kesimetrisan : Simetris
Ekspresi : Tenang
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada wajah

 Kulit
Inspeksi : Warna : Coklat (Sawo Matang)
Lesi : Ada
Turgor : Buruk

 Mata
Inspeksi : Pupil : Isokor
Konjungtiva : An Anemis
Sklera An Ikterik
Kesimetrisan Simetris
Ketajaman Tajam
Palpasi : Adanya nyeri tekan : Tidak

 Telinga
Inspeksi : Sturktur luar : Baik
Bagian dalam : Bersih
kesimetrisan : Simetris

 Hidung
Inspeksi : Bentuk Hidung : Simetris
Tidak Ada Lesi :
Bagian Luar : Baik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

 Mulut
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Warna Bibir : Pucat
Mokosa Bibir : Kering

 Lidah
Inspeksi : Warna : Merah Keputihan
Lesi : Tidak ada
Gerakan : Baik
Gigi : Tidak ada gigi caries

 Dada
Inspeksi : Bentuk : Normal Chest
Lesi : Tidak ada lesi
Kesimetrisan : Simetris
Palpasi : Nyeri tekan pada dada
Perkusi : Resonan
Auskultasi : Vesikuler

 Abdomen
Inspeksi : Warna(sawo matang)
Tidak ada lesi
Simetris
Auskultasi : Bising usus : 15x/menit
Timpani

 Ekstermitas Bawah
Inspeksi : Bisa Berjalan
Bisa berdiri
Kelengkapan jari : Normal
Adanya lesi dibagian lipatan jari-jari

 Ekstermitas Atas
Inspeksi : Jari lengkap
Warna (sawo matang)
Ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6. Kebutuhan Sehari-Hari

No Kebutuhan Sehari-Hari Di Rumah Di RS


1 nutrisi
- makanan
pola makan 2-3x/hari 1-2x/hari
jenis makanan Nasi,sayur,lauk pauk Nasi,bubur
porsi makan Tidak tentu ½ porsi
- minum
jenis minuman Air putih,teh Air putih,susu
jumlah 6-8 gelas/hari 6-8 gelas/hari
masalah Tidak ada Tidak ada
2 eliminasi
- BAB
Frekuensi 1x/hari 2x/hari
Warna Khas Khas
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Bau Khas Khas
- BAK
Frekuensi 5x/hari 6x/hari
Warna Khas Khas
Bau Khas Khas
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
- Jumlah tidur
Siang 2 jam/hari 1-2 jam/hari
Malam 8 jam/hari 4-5 jam/hari
Gangguan saat tidur Tidak ada Suasana
terang,berisik, dan
gatal
4 Personal hygiene
- Mandi 2-3x/hari Hanya dilap-lap
Menggunakan sabun Ya Tidak
Gosok gigi Ya Ya
Dengan pasta gigi Ya Ya
5 Pola aktivitas Mandiri Mandiri +dibantu
keluaraga dan
perawat

7. Analisa Data

No Data senjang Problem Etiologi


1 Ds :
 Pasien mengatakan susah tidur Gatal-gatal (pruritus) Gangguan pola tidur
Do :
 Pasien nampak gelisah
 Mata pasien nampak sayu Gangguan pola tidur

 Terdapat mata panda pada


mata pasien
 Pasien nampak menggaruk-
garuk bagian yang gatal,
khususnya bagian lipatan,
seperti sela jari kaki dan
tangan.
2 Ds :
 Pasien mengatakan gatal-gatal Adanya lesi Kerusakan integritas
yang berlebih disela-sela jari kulit
kaki dan tangan Kerusakan jaringan
Do :
 Kulit pasien tampak lesi
khususnya bagian lipatan dan
sela jari kaki dan tangan.
 Turgor kulit buruk

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal / pruritus
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi akibat dari garukan.
C. INTERVENSI (NURSING CARE PLANING)

Nama : Tn.S Hari/tanggal : Selasa 20-01-2015

Diagnosa : Tinea Pedis

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Diagnosa 1 Setelah dilakukan Mandiri:
tindakan keperawatan 1. Identifikasi faktor-faktor 1. Untuk mengetahui
selama 1x24 jam: penyebab tidak bisa tidur dan penyebab klien tidak
Klien dapat penunjang keberhasilan tidur. bisa tidur.
menjelaskan dan
2. Beri penjelasan pada klien 2. Agar klien mengerti
mampu menerapkan
tehnik untuk dan keluarga penyebab dengan pola tidur klien.
mempermudah tidur.
gangguan pola tidur.
3. Anjurkan klien mandi air 3. Agar perkembangan
KH:
hangat sebelum tidur dan jamur terhenti.
 Klien dapat
mengoleskan obat salep
menjelaskan
(sesuai terapi) pada daerah
faktor-faktor
lesi.
penghambat
4. Agar klien mengerti
4. Atur prosedur tindakan medis
tidur dan tentang tindakan yang
atau keperawatan untuk
dapat mengidentifi diberikan selama
memberi sedikit mungkin
kasi tehnik untuk priode tidur.
gangguan selama periode
mempermudah
tidur.
tidur

Kolaborasi :
5. Untuk membantu
5. Kolaborasi dalam pemberian:
proses penyembuhan
 Antihistamin/ anti gatal

2. Diagnosa 2 Setelah dilakukan Mandiri :


tindakan keperawatan 1. Kaji keadaan kulit. 1. Untuk mengetahui
selama 1x24 jam: kondisi dan keadan
Kondisi klien umum klien.
menunjukkan 2. Kaji perubahan warna kulit. 2. Untuk mengetahui
kemajuan dalam perubahan kulit yang
perbaikan integritas dialami klien.
kulit. 3. Pertahankan agar area luka 3. Untuk mencegah
KH : tetap bersih dan kering. terjadinya infeksi.
 Area terbebas 4. Jelaskan perubahan yang 4. Untuk memodifikasi
dari infeksi
Anjurkan klien untuk lingkungan untuk
lanjut dan kulit
bersih, kering, memakai pakaian ( baju, mempercepat proses
dan lembab
celana, dalam, kaus kaki) penyembuhan.
.
yang mudah menyerap
keringat.
5. Kolaborasi dengan dokter 5. Agar terapi dan
dalam pemberian terapi. pengobatan dapat
memberi perubahan
pada kondisi yang
dialami klien.
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn.S Hari/tanggal :Rabu,21-01-2015

Diagnosa : Tinea Pedis

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 Mandiri : S : pasien mengatakan sudah
1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidak da lagi gangguan tidur.
tidur dan penunjang keberhasilan tidur. O :tidur pasien nampak
2. Memberi penjelasan pada klien dan kelurga nyenyak
penyebab gangguan pola tidur. A : masalah teratasi
3. Menganjurkan klien untuk mandi air hangat P : Intervensi di hentikan
sebelum tidur.
4. Menganjurkan menggunakan bedak anti gatal
5. Mengatur prosedur tindakan medis atau
keperawatan untuk memeberi sedikit mungkin
gangguan selama periode tidur.

Kolaborasi :
6. Memberikan obat antihistamin / antigatal
2
1. Mengkaji keadaan kulit. S : pasien mengatakan gatal
2. Mengkaji perubahan warna kulit. berkurang
3. Mempertahakanagar area luka tetap bersih dan O : turgor kulit nampak
kering. membaik
4. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang A : masalah teratasi
mudah menyerap keringat. P : Intervensi di hentikan
5. Berkolaborasi dengan dokter dalamm pemberian
terapi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Anemnesis dilakukan untuk mengklasifikasikan suatu pemahaman sehingga perlu ada


kesepakatan antara pemeriksa dan pasien.Wawancara harus efektif dan harus memahami
perasaan pasien sehingga pasien lebih terbuka.Dibawah ini adalah wawancara pada pasien
gangguan sistem integumen, sebagai data fokus.

a) Biodata

b) Keluhan utama

c) Riwayat penyakit sekarang

d) Riwayat penyakit dahulu

e) Riwayat penyakit keluarga

f) Riwayat psikososial

g) Kebiasaan sehari-hari

h) Pemeriksaan fisik

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus

2. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik

3. Kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garuk

C. Intervensi

1. Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus

Tujuan : klien dapat menjelaskan dan mampu menerapkan tehnik untuk mempermudah
tidur dalam waktu 1x24 jam

Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat tidur dan


dapat mengidentifikasi tehnik untuk mempermudah tidur
Intervensi Rasional

Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak Untuk mengetahui penyebab klien tidak


bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidur bisa tidur.

Beri penjelasan pada klien dan keluarga Agar klien mengerti dengan pola tidur klien
penyebab gangguan pola tidur.

Anjurkan klien mandi air hangat sebelum Agar perkembangan jamur terhenti
tidur dan mengoleskan obat salep (sesuai
terapi) pada daerah lesi

Kolaborasikan dengan tim medis dalam Untuk membantu proses penyembuhan.


pemberian antihistamin/antigatal

Atur prosedur tindakan medis atau Agar klien mengerti tentang tindakan yang
keperawatan untuk memberi sedikit diberikan selama priode tidur.
mungkin gangguan selama periode tidur

2. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik

Tujuan : klien mampu menunjukkan peningkatan konsep diri dalam waktu 3x24 jam

Kriteria hasil :

a. Dapat menyatakan dan menunjukkan peningkatan konsep diri.

b. Dapat menunjukkan adaptasi yang baik dan menguasai kemampuan diri.

Intervensi Rasional

Dorong klien untuk menyatakan Agar klien dapat mengekspresikan perasaan


perasannya, terutama cara ia merasakan yang dirasakan
sesuatu, berpikir, atau memandang dirinya
sendiri.

Dorong klien untuk mengajukan Untuk mengevaluasi atas tindakan yang


pertanyaan mengenai masalah kesehatan, telah diberikan.
pengobatan, dan kemajuan pengobatan dan
kemungkinan hasilnya
Beri informasi yang dapat dipercaya dan Agar klien yakin dan percaya atas
menguatkan informasi yang telah diberikan keadaannya

Kaji kembali tanda dan gejala gangguan Untuk mengetahui kondisi atau perubahan
harga diri, gangguan citra tubuh, dan yang terjadi pada klien
perubahan penampilan peran.

Beri penjelasan dan penyuluhan tentang Agar klien memahami tentang konsep diri
konsep diri yang positif klien

3. Kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garuk

Tujuan : kondisi klien menunjukkan kemajuan dalam perbaikan integritas kulit dalam
waktu 7x24 jam

Kriteria hasil : Area terbebas dari infeksi lanjut dan kulit bersih, kering, dan lembab

Intervensi Rasional

Kaji keadaan kulit Untuk mengetahui kondisi dan keadan


umum klien.

Kaji perubahan warna kulit Untuk mengetahui perubahan kulit yang


dialami klien.

Pertahankan agar area luka tetap bersih dan Untuk mencegah terjadinya infeksi
kering

Anjurkan klien untuk memakai pakaian ( Untuk memodifikasi lingkungan untuk


baju, celana, dalam, kaus kaki) yang mudah mempercepat proses penyembuhan klien
menyerap keringat

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Agar terapi dan pengobatan dapat memberi
terapi perubahan pada kondisi yang dialami klien.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur yang berperan dalam
penyakit tinea adalah dermatofita.Dermatopita merupakan sekelompok jamur miselium yang
menginfeksi keratin stratum korneum, rambut, dan kuku. (chadrasoma,2006).

Macam-macam tinea

a. Tinea vesikolor

b. Tinea pedis (athlete’s food)

c. Tinea kruris

d. Tinea korposis

e. Tinea manum

f. Tinea unguium

g. Tinea kapatis

B. SARAN

a. Klien sebaiknya lebih kooperatif dalam proses penyembuhan guna untuk mempercepat
penyembuhan.

b. Keluarga pasien sebaiknya lebih memperhatikan klien dan membantu klien dalam proses
penyembuhan

c. Klien harus memperhatikan masalah pola asupan gizi untuk mempercepet penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Graham-brown robin. 2005. Lecture Notes DermatologiEdisi 8. Jakarta :Erlangga

Chadrasoma, parakrama. 2006. RingkasanPatologiAnatomi.Jakarta :BukuKedokteranEGC

Djuanda A. 1993. IlmuPenyakitKulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta :FakultasKedokteranUI.S

Masjoer, Arief. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta :Media Aesculapius


Nanda Internasional.(2009). Diagnosis Keperawatan NANDA 2009-2011.Jakarta
:BukuKedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai