TINEA
A. Pengertian Tinea
Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur yang
berperan dalam penyakit tinea adalah dermatofita.Dermatopita merupakan sekelompok
jamur miselium yang menginfeksi keratin stratum korneum, rambut, dan kuku.
(chadrasoma,2006).
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan
jamur dermatofita(jamur yang menyerang kulit), (Adhi Djuanda, 2000).
Tinea yang merupakan salah satu dermatositosis adalah Infeksi fungus superficial
pada kulit yang disebabkan oleh spesies dermatofilia Micosporum, Epidermophyton, atau
Trycophyton.
Dari ketiga defenisi diatas dapat disimpulkan bahwas, Tinea adalah penyakit yang
disebabkan oleh dermatofit, yang menyerang pada lapisan teratas dari kulit (epidermis).
B. Macam-Macam Tinea
1. Tinea Vesikolor
Penyakit ini merupakan infeksi dermatofit yang tersering, biasanya terdapat rasa gatal
pada daerah di sela-sela jari kaki yang berskuma, terutama diantara jari ketiga dengan
keempat, dan keempat dengan kelima, atau pada telapak kaki.
3. Tinea Kruris
Penyakit ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang terjadi pada perempuan.Tepi
eritematosa yang berskuama pelan-pelan menjalar kebawah paha bagian dalam dan
meluas kearah belakang kedaerah prinium dan bokong.
4. Tinea Korposis
Tinea ini secara khas mempunyai bagian tepi yang meradang, sedangkan bagian
tengahnya bersih, tetapi penampakan seperti ini relatif jarang.
5. Tinea Manum
Gambaran dari tinea ini biasanya pada telapak tangan terdapat lesi eritematoma dengan
sedikit skuama, sedangkan pada punggung tangan gaambaran peradangan lebih jelas.
6. Tinea Unguium
Penyakit ini biasanya menyerang bagian tepi-tepi kuku biasanya dari bagian distal
berupa guratan-guratan kekuningan pada lempengan kuku. Kemudian semakin lama
seluruh kuku menjadi makin tebal, berubah warna, dan rapuh
7. Tinea Kapatis
Tinea kapatis biasanya menyerang pada anak-anak, jarang pada orang dewasa.Hal ini
kemungkinan dikarenakan perubahan kandungan asam lemak dalam sebum pada saat
menjelang pubertas.
D. Etiologi
E. Patofisiologi
Infeksi dimulai dari kolonisasi hifa, dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-
cabangnya dalam jaringan keratin yang mati.Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang
berdifusi kedalam jaringan epidermis, dan menimbulkan reaksi peradangan.Pertumbuhan
jamur dengan pola radial didalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit,
dengan batas yang jelas dan meninggi yang disebut ring wrom. (Mansjoer Arief, 2000).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer Arief (2000), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada
penderita penyakit tinea, bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit, rambut dan kuku.
terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian dilakukan :
1. Kulit berambut halus (glabrous skin ). Kelainan dikerok dengan pisau tumpul steril.
Sisik kulit dikumpulkan pada gelas obyek.
2. Kulit berambut. Spesimen yang harus diambil adalah skauma, tunggul rambut dan isi
rambut folikel. Sampel rambut diambil dengan forsep dan skauma dikerok dengan
skapel tumpul. Rambut yang diambil adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada
daerah lesi. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan
untuk melihat kemungkinan adanya flouresensi didaerah lesi pada kasus-kasus tinea
kapitis tertentu.
3. Kuku, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit, dipotong lalu dikerok sedalam
dalamnya hingga mengenai seluruh tebal kuku. bahan dibawah kuku diambil
juga.Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan diatas gelas obyek, kemudian
ditambah 1-2 tetes larutan KOH 20%.Tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.
Pemanasan diatas api kecil mempercepat proses pelarutan. Pada saat mulai keluar uap,
pemanasan cukup. Bila terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH sehingga
mengganggu pembacaan.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
2. Diagnosis yang tepat
3. Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, daerah
yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium penyakit (akut atau kronis), jamur
penyebab, karena adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta harga sehingga dapat
ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau pun kombinasi.
4. Mengefektifkan cara penggunaan obat :
Sistemik :
a. Griseofulvin
Bersifat pungistatik dan bekerja hanya terhadap dermatofit.Dosis 0,5 -1 gram untuk
orang dewasa dan 0,25 -0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kg BB.
Dosis tunggal atau terbagi dan absopsi meningkat bila diberikan bersama makanan
berlemak. Sediaan mikrosize500 mg, setara dengan sediaan ultra mikrosize 333 mg.
Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyebab, dan keadaan komunitas.Obat
diberikan sampai gejala klinis membaik. Biasanya lebih kurang 1 bulan.
Efeksampingnya ringan,misalnya sakit kepala mual atau diare dan reakasi
fotosensitifitas pada kulit.
b. Golongan asol
5. Penatalaksanaan keperawatan
a. Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Fakttor tersebut antara lain adalah
kelembabapan karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh baju, orang
sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk, imunitas rendah.
b. Manghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan,tanah maupun benda
disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora dermatofit dapat bertahan hidup
dalam waktu yang lama.
c. Mengoptimalkan kepatuhan pasien dengan menerangkan perjalan penyakitnya,
pemilihan obat yang tepat dapat diterima oleh pasien, dan bila dianggap perlu
diterangkan juga tentang biaya pengobatan.
H. Komplikasi
a. Tinia pedis
Jamur mungkin menyebar secara lokal ke kaki-kaki, kuku-kuku jari kaki, tangan-
tangan, kuku-kuku jari tangan, dan pada dasarnya area tubuh mana saja.
b. Tinia kursis
Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh
organisme candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar.
I. Pencegahan
Penyakit tinea ini sangat erat hubungannya dengan pola kebersihan, baik dari
kebersihan diri, lingkungan maupun hewan ternak peliharaan, maka dari itu penyakit tinea
sangat mudah sekali menyebar dan terjadi, namun penyakit ini juga dapat dicegah, cara
pencegahannya antara lain :
a. Menggunakan pakaian longgar dan sedapat mungkin terbuat dari bahan katun.
b. Menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan menghindari memakai kaos kaki yang
lembab.
c. Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian kering. (untuk yang kos-kosan
hendaknya tidak membiasakan diri memakai pakian yang tergantung berhari-hari tanpa
dicuci).
d. Menggunakan sepatu yang tidak lembab (jangan lupa menjemur sepatu).
e. Mengeringkan handuk setelah setiap kali digunaka.
f. Menghindari memakai pakaian orang lain yang sedang menderita infeksi jamur kulit.
g. Mandi dengan air bersih segera setelah mandi di tempat-tempat umum.
h. Jika perlu, menaburkan bedak atau bedak anti jamur terutama di sela-sela jari kaki dan
pelipatan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN TINEA PEDIS
A. PENGKAJIAN
1. a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. S
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Serawai
Nama : Tn.M
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : PNS
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Gatal-gatal,khususnya pada bagian lipatan dan sela-sela jari kaki dan tangan .
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 20-01-2015 pukul 09.00 klien mengatakan adanya
lesi, , susah tidur,gatal-gatal pada lipatan dan sela jari kaki serta tangan. Dengan
tanda-tanda vital TD=110/80 mmHg, N=80x/menit, P=20x/menit,S=36 C.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang sama dengan penyakit
yang dialami saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (tinea).
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : composmentis GCS=15 (V=5 M=6 E=4)
TD = 110/80 mmHg
N = 80x/menit
P = 20x/menit
S = 36 C
5. Pemeriksaan Head To Toe
Pemeriksaan fisik untuk mencari karakter/tanda tinea pedis yang meliputi:
Kepala
Inspeksi : Ditribusi : Merata
Tekstur : Halus
Kebersihan : Kurang bersih ada ketombe
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Wajah
Inspeksi : Kesimetrisan : Simetris
Ekspresi : Tenang
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada wajah
Kulit
Inspeksi : Warna : Coklat (Sawo Matang)
Lesi : Ada
Turgor : Buruk
Mata
Inspeksi : Pupil : Isokor
Konjungtiva : An Anemis
Sklera An Ikterik
Kesimetrisan Simetris
Ketajaman Tajam
Palpasi : Adanya nyeri tekan : Tidak
Telinga
Inspeksi : Sturktur luar : Baik
Bagian dalam : Bersih
kesimetrisan : Simetris
Hidung
Inspeksi : Bentuk Hidung : Simetris
Tidak Ada Lesi :
Bagian Luar : Baik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Warna Bibir : Pucat
Mokosa Bibir : Kering
Lidah
Inspeksi : Warna : Merah Keputihan
Lesi : Tidak ada
Gerakan : Baik
Gigi : Tidak ada gigi caries
Dada
Inspeksi : Bentuk : Normal Chest
Lesi : Tidak ada lesi
Kesimetrisan : Simetris
Palpasi : Nyeri tekan pada dada
Perkusi : Resonan
Auskultasi : Vesikuler
Abdomen
Inspeksi : Warna(sawo matang)
Tidak ada lesi
Simetris
Auskultasi : Bising usus : 15x/menit
Timpani
Ekstermitas Bawah
Inspeksi : Bisa Berjalan
Bisa berdiri
Kelengkapan jari : Normal
Adanya lesi dibagian lipatan jari-jari
Ekstermitas Atas
Inspeksi : Jari lengkap
Warna (sawo matang)
Ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6. Kebutuhan Sehari-Hari
7. Analisa Data
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal / pruritus
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi akibat dari garukan.
C. INTERVENSI (NURSING CARE PLANING)
Kolaborasi :
5. Untuk membantu
5. Kolaborasi dalam pemberian:
proses penyembuhan
Antihistamin/ anti gatal
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 Mandiri : S : pasien mengatakan sudah
1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidak da lagi gangguan tidur.
tidur dan penunjang keberhasilan tidur. O :tidur pasien nampak
2. Memberi penjelasan pada klien dan kelurga nyenyak
penyebab gangguan pola tidur. A : masalah teratasi
3. Menganjurkan klien untuk mandi air hangat P : Intervensi di hentikan
sebelum tidur.
4. Menganjurkan menggunakan bedak anti gatal
5. Mengatur prosedur tindakan medis atau
keperawatan untuk memeberi sedikit mungkin
gangguan selama periode tidur.
Kolaborasi :
6. Memberikan obat antihistamin / antigatal
2
1. Mengkaji keadaan kulit. S : pasien mengatakan gatal
2. Mengkaji perubahan warna kulit. berkurang
3. Mempertahakanagar area luka tetap bersih dan O : turgor kulit nampak
kering. membaik
4. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang A : masalah teratasi
mudah menyerap keringat. P : Intervensi di hentikan
5. Berkolaborasi dengan dokter dalamm pemberian
terapi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Biodata
b) Keluhan utama
f) Riwayat psikososial
g) Kebiasaan sehari-hari
h) Pemeriksaan fisik
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
Tujuan : klien dapat menjelaskan dan mampu menerapkan tehnik untuk mempermudah
tidur dalam waktu 1x24 jam
Beri penjelasan pada klien dan keluarga Agar klien mengerti dengan pola tidur klien
penyebab gangguan pola tidur.
Anjurkan klien mandi air hangat sebelum Agar perkembangan jamur terhenti
tidur dan mengoleskan obat salep (sesuai
terapi) pada daerah lesi
Atur prosedur tindakan medis atau Agar klien mengerti tentang tindakan yang
keperawatan untuk memberi sedikit diberikan selama priode tidur.
mungkin gangguan selama periode tidur
Tujuan : klien mampu menunjukkan peningkatan konsep diri dalam waktu 3x24 jam
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Kaji kembali tanda dan gejala gangguan Untuk mengetahui kondisi atau perubahan
harga diri, gangguan citra tubuh, dan yang terjadi pada klien
perubahan penampilan peran.
Beri penjelasan dan penyuluhan tentang Agar klien memahami tentang konsep diri
konsep diri yang positif klien
Tujuan : kondisi klien menunjukkan kemajuan dalam perbaikan integritas kulit dalam
waktu 7x24 jam
Kriteria hasil : Area terbebas dari infeksi lanjut dan kulit bersih, kering, dan lembab
Intervensi Rasional
Pertahankan agar area luka tetap bersih dan Untuk mencegah terjadinya infeksi
kering
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Agar terapi dan pengobatan dapat memberi
terapi perubahan pada kondisi yang dialami klien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur yang berperan dalam
penyakit tinea adalah dermatofita.Dermatopita merupakan sekelompok jamur miselium yang
menginfeksi keratin stratum korneum, rambut, dan kuku. (chadrasoma,2006).
Macam-macam tinea
a. Tinea vesikolor
c. Tinea kruris
d. Tinea korposis
e. Tinea manum
f. Tinea unguium
g. Tinea kapatis
B. SARAN
a. Klien sebaiknya lebih kooperatif dalam proses penyembuhan guna untuk mempercepat
penyembuhan.
b. Keluarga pasien sebaiknya lebih memperhatikan klien dan membantu klien dalam proses
penyembuhan
c. Klien harus memperhatikan masalah pola asupan gizi untuk mempercepet penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA