Anda di halaman 1dari 7

IKHTISAR PUSTAKA

GANGGUAN TINGKAH LAKU PADA ANAK

Dewi Pradnyawati, I Gusti Ayu Endah Ardjana


Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali

ABSTRAK

Gangguan tingkah laku pada anak merupakan gangguan perilaku yang bersifat negatif pada anak
terhadap aturan dan lingkungan sekitar. Prevalens sering terjadi pada anak-anak dan remaja awal,
lebih sering pada anak lelaki. Faktor biologis, faktor dari individu itu sendiri, dan faktor lingkungan
keluarga merupakan penyebab dari gangguan tingkah laku. Diagnosis ditegakkan jika terpenuhi tiga
dari kriteria yang ada dan sudah berlangsung selama 12 bulan dengan paling sedikitnya satu kriteria
muncul dalam 6 bulan terakhir. Gejalanya pada anak-anak menyerupai gangguan pemusatan pikiran
dan hiperaktivitas, gangguan depresi, serta pemakaian zat terlarang.  Terapi kognitif dan perilaku
memberikan manfaat yang besar dalam penanganan gangguan tingkah laku didukung dengan terapi
keluarga dan farmakologi menggunakan metylphenidate. Gangguan tingkah laku dapat berkembang
menjadi  gangguan  kepribadian  anti  sosial  dan  melakukan  berbagai  tindakan  kriminal  lainnya.
[MEDICINA 2015;46:119-21].

Kata kunci:gangguantingkahlaku, anak, terapi

CONDUCT DISORDER IN CHILDREN

Dewi Pradnyawati, I Gusti Ayu Endah Ardjana


Departement of Psychiatry,Udayana University Medical School/
Sanglah Hospital Denpasar Bali

ABSTRACT

A behavior disorder in children is a disorder of children negative behavior to rule and the environments
around them. The most often prevalence is children and young teenager. Biological factors are their self
and family environment that can make the behavior disorders.  The diagnosis is made if fulfilled three
of the existing criteria and has lasted for 12 months with at least one criterion appears in the last 6
months. Symptoms in children resemble concentration and hyperactivity disorders, depressive disorders
and the use of illicit substances. Cognitive and behavioral therapies offer significant benefits in the
treatment  of  behavioral  disorders  is  supported  by  family  therapy  and  pharmacological  use
metylphenidate. Behavior disorder may develop into antisocial personality disorder and conduct various
other criminal acts. [MEDICINA 2015;46:119-21].

Keywords: behavioral disorders, children, treatment

PENDAHULUAN melanggar hak-hak dasar orang komplek  dan  seringkali  ciri-ciri


lain  dan  norma  sosial  yang perilakunya juga dilakukan oleh
disebabkan  lemahnya  kontrol anak sebaya lain seperti bergerak,
A nak  sering  berperilaku
memukul,  berkelahi, diri.1 mengganggu teman sepermainan,
mengejek,  berteriak,  menolak Gangguan  tingkah  laku perilaku  melawan,  dan  ada
permintaan orang lain, menangis, merupakan  diagnosis  psikiatri kalanya perilaku menyendiri.3
dan merusak barang di sekitarnya. yang sering ditemukan pada anak Anak  dengan  gangguan
Kadang  hal  tersebut  masih dan  remaja  dengan  beberapa tingkah  laku  akan  berkembang
dianggap  wajar  namun  jika faktor  risiko  yang  berbeda  dan menjadi  gangguan  kepribadian
kejadiannya  berlangsung  lama, kesulitan untuk identifikasi dan antisosial pada usia dewasa oleh
menetap,  dan  dengan  frekuensi terapi.2  Gangguan  tingkah  laku karena itu gangguan tingkah laku
tinggi  maka  anak  tersebut termasuk dalam gangguan emosi harus diterapi. Terdapat beberapa
dikategorikan  anak  dengan dan perilaku, lebih sering terjadi intervensi untuk menangani anak
gangguan tingkah laku (conduct pada  anak  lelaki.  Anak  dengan dengan  gangguan  tingkah  laku
disorder). Gangguan tingkah laku gangguan  emosi  dan  perilaku dengan berfokus kepada anak itu
merupakan  perilaku  yang memiliki    karakteristik  yang sendiri, pelatihan orangtua, dan

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 119


MEDICINA • VOLUME 46 NOMOR 2 • M E I 2015

farmakologi. 3  Berikut  akan berupa rendahnya denyut jantung dibandingkan  masa  anak


diuraikan  tentang  gangguan dan  respon  galvanik  pada  kulit pertengahan,  menampakkan
tingkah laku pada anak supaya sehingga anak mencari stimulasi perilaku  seks  menyimpang,
lebih  memahami  agar  dapat melalu perilaku tidak terkontrol.6 memakai zat terlarang, tidak mau
melakukan  skrining  pada  anak Faktor  neuroendokrin  yang atau  dikeluarkan  dari  sekolah,
dengan  gangguan  tingkah  laku berpengaruh  dalam  gangguan kesulitan mematuhi aturan yang
dan  menentukan  terapi  yang tingkah laku adalah berhubungan ada,  kabur  dari  rumah,  sulit
sesuai. dengan  aksis  hipotalamus menyesuaikan dengan lingkung-
pituitari adrenal, yang meregulasi an kerja dan kesulitan akademik.7
DEFINISI respon stres dan kortisol dalam
Gangguan  tingkah  laku darah.  Anak  dengan  perilaku DIAGNOSIS
melibatkan gejala perilaku negatif agresif diketahui memiliki kadar Suatu pola yang diulang dan
yang  menyebabkan  penurunan kortisol yang rendah.2 menetap dari tingkah laku yang
yang  signifikan  dalam  fungsi Faktor  individual  yang berkaitan dengan hak dasar orang
sosial, akademik, atau pekerjaan. berperan  dalam  pembentukan lain  atau  agresifitas  yang  tidak
Perilaku tersebut termasuk agresi gangguan tingkah laku pada anak sesuai  dengan  norma-norma
kepada  orang  lain  dan  hewan, yaitu  regulasi  diri  yang  kurang masyarakat  atau  melanggar
merusak  barang  disengaja, terbentuk  sejak  dini,  regulasi aturan-aturan,  seperti  yang
mencuri,  berbohong,  dan emosi yang buruk sehingga anak nampak melalui tiga (lebih) dari
membolos sekolah.1 tidak  dapat  mengembangkan kriteria  berikut  ini  dan  sudah
strategi koping yang baik untuk berlangsung  selama  12  bulan,
PREVALENS mengatasi emosi negatifnya dan dengan paling sedikit satu kriteria
Hasil  survai  terhadap  696 mengatur  emosinya,  kurang muncul dalam enam bulan yang
siswa SD dari empat provinsi di berkembangnya  pemahaman lalu. 8
Indonesia  yang  rerata  nilai moral dan empati, kognisi sosial Kriteria pertama yaitu agresi
rapornya  kurang  dari  6 anak  yang  berkembang  dengan terhadap  orang  dan  binatang
dinyatakan  33%  mengalami buruk,  dan  penggunaan  obat- (mengancam,  memulai  perke-
gangguan  perilaku.4  Gangguan obatan terlarang.6 lahian,  melukai  orang  lain,
tingkah laku lebih sering terjadi Faktor  keluarga  meliputi mencuri,  memaksa  aktivitas
pada  lelaki  dibandingkan perilaku  antisosial  anak  yang seksual).  Kriteria  kedua  yaitu
perempuan  dengan  rasio  3:1. 2 berhubungan  dengan  perilaku merusak  hak  milik  (dengan
Prevalens gangguan tingkah laku antisosial  orang  tua  mereka, sengaja membakar atau merusak
diperkirakan  antara  1,5%-3,4% strategi disiplin orang tua yang milik orang lain). Kriteria ketiga
dari  populasi  umum.  Timbul tidak efektif dan tidak konsisten adalah  berbohong  dan  criteria
gangguan tingkah laku cenderung serta lemahnya pengawasan orang terakhir  adalah  pelanggaran
mencapai puncaknya pada masa tua akibat kurangnya teknik dan aturan yang serius (sering keluar
anak-anak dan awal masa remaja.1 ketrampilan, kurangnya komuni- malam,  kabur  dari  rumah,  dan
Anak  perempuan  dengan  gang- kasi,  dan  tingginya  konflik bolos sekolah).
guan tingkah laku lebih memiliki keluarga.6
kecenderungan  untuk  berkem- DIAGNOSIS BANDING
bang dengan komorbid gangguan GEJALA Gangguan tingkah laku pada
psikiatri  lainnya  dan  gangguan Gejala gangguan tingkah laku anak  gejalanya  mirip  dengan
somatik seperti bunuh diri.5 pada bayi dan awal masa kanak gangguan pemusatan perhatian
sulit  untuk  mengidentifikasi dan hiperaktivitas (GPPH). GPPH
FAKTOR PENYEBAB sesuai  kriteria  diagnosis.  Pada gejala  gangguan  pemusatan
GANGGUAN TINGKAH anak pertengahan biasanya gejala perhatian dan hiperaktivitas lebih
LAKU yang  nampak  adalah  beberapa dominan. Gangguan tingkah laku
Terdapat  beberapa  faktor perilaku  seperti  berbohong, berbeda  dengan  pemakaian  zat
yang  menyebabkan  gangguan mencuri, berkelahi dengan teman dalam hal riwayat pemakaian zat
tingkah  laku  dapat  dibedakan sebaya,  sangat  kasar  terhadap terlarang. Bipolar yang gejalanya
menjadi  faktor  biologis,  faktor teman  dan  binatang,  mengejek, lebih dominan terhadap adanya
individual, dan faktor keluarga.6 memiliki kesulitan belajar. Pada perubahan  suasana  perasaan,
Faktor  biologis  terdiri  dari masa  remaja  gejalanya  dapat kadang  juga  disertai  dengan
beberapa  faktor  organik  yang berupa  bolos  sekolah,  perilaku adanya waham, halusinasi, dan
berhubungan dengan tingkah laku agresif, perilaku merugikan orang gangguan  tidur  juga  sulit
adalah  keracunan  pada  janin, lain  dan  bangunan  yang  lebih dibedakan  dengan  gangguan
adanya  masalah  psikofisiologis sering  gejala  muncul tingkah laku.9

120 • JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN


Gangguan Tingkah Laku Pada Anak | Dewi Pradnyawati, dkk.

TERAPI RINGKASAN 6. Rehani.  Gangguan  Tingkah


Terapi  modifikasi  perilaku Gangguan tingkah laku pada Laku Pada Anak. Jurnal Al-
(token economy)  dapat  mengu- anak  merupakan  salah  satu Ta’lim. 2012;1:201-8.
rangi kejadian gangguan tingkah gangguan di bidang Psikiatri dan
7. Adelman  H,  Taylor
laku. Token economy merupakan perlu mendapat perhatian khusus
L.Conduct  and  Behavior
penerapan  dari  operant condi- dari  orangtua  dan  lingkungan
Problems:  Intervention  and
tioning dengan mengganti hadiah sekitar.  Gangguan  ini  dapat
Resoures  for  School  Aged
langsung  dengan  sesuatu  yang diterapi  dengan  terapi  perilaku
Youth.  Los  Angeles:  School
dapat  ditukarkan  kemudian. dan psikoterapi untuk mengubah
Mental Health Project, Dept.
Teknik  ini  diharapkan  bahwa kognitif dan perilaku anak. Anak
of Psychology;2008.
perolehan  tingkah  laku  yang gangguan tingkah laku yang tidak
diinginkan  dapat  menjadi diterapi  dengan  adekuat  akan 8. Fahiroh  SA.  Gangguan
ganjaran  untuk  memelihara berkembang  menjadi  gangguan Perilaku  Masa  Anak  dan
tingkah laku yang baru.1 yang  lebih  merugikan  anak  itu Masa Remaja dan Psikopat.
Terapi  kognitif-  perilaku sendiri  dan  lingkungan  sekitar Surabaya:  Fakultas  Ilmu
(CBT)  dan  terapi  kemampuan seperti  tindakan  kriminal, Kesehatan  UM  Surabaya;
sosial  pada  anak  dilakukan depresi, dan pemakaian zat. 2011.
dengan beberapa target yang ingin
9.  Scott  S.  Conduct  Disorder.
dicapai, diantaranya:mengurangi DAFTAR PUSTAKA
Dalam:  C.  Gillberg,  R.
perilaku  agresif,  meningkatkan
1. Nurmawati  EI.  Penerapan Harrington  &  H.
interaksi sosial, dan memperbaiki
Metode Modifikasi Perilaku Steinhausen, penyunting. A
kekurangan  kognitif,  gangguan
Token  Ekonomi  untuk Clinician’s Handbook of Child
dan  evaluasi  diri  yang  tidak
Mengurangi  Conduct and  Adolescent  Psychiatry.
akurat yang dilakukan oleh anak
Disorder.  Procedia  Studi Cambridge:  Cambridge
lain.10
Kasus  dan  Intervensi University  Press;  2005.  h.
Terapi keluarga merupakan
Psikologi. 2013;1(1):31-5. 522-56.
psikoterapi yang dapat diberikan
pada  anak  gangguan  tingkah 2. Leskauskas D. Diagnosis and 10.  Moffit  TE,  Scott  S.  Conduct
laku.  Tujuan  dari  pelatihan  ini Treatment  of  Conduct Disorders  of  Childhood
adalah  untuk  meningkatkan Disorder Related to Frontal andAdolescence.  Dalam:
kemampuan  orang  tua  dalam Lobe Syndrome in A 16-year Rutter  M,  penyunting.
memanajemen  perilaku  dan old  girl.  Medicina. Rutter’s Child and Adolescent
meningkatkan  juga  kualitas 2010;46(12):827-34. Psychiatry. Oxford: Blackwell
hubungan orang tua-anak.10 Publishing Limited; 2008. h.
3. Humaida  IAI.  Research  on
Terapi farmakologi meliputi 543-64.
the  prevalence  of  conduct
pemberian methylphenidate atau disorder  among  primary 11. NICE.  Antisocial  behaviour
atomoxetine selain diberikan pada school  pupils  in  Khartoum- and  conduct  disorders  in
anak ADHD juga dapat diberikan Sudan. Health. 2012;4(3):125- children  and  young  people:
pada anak dengan gangguan sikap 32. recognition, intervention, and
menentang dan gangguan tingkah management.  Manchester:
laku. Risperidone diberikan pada 4. Mahabbati  A.  Identifikasi
National Institute for Health
gangguan  tingkah  laku  dengan Anak  Dengan  Gangguan
and Clinical Excellence; 2013.
perilaku agresif yang berat.11 Emosi  dan  Perilaku  di
Sekolah  Dasar.  Jurnal 12. Sanctis  VAD.  Childhood
PROGNOSIS Pendidikan  Khusus. Maltreatment  and  Conduct
Remaja  dengan  gangguan 2006;2(2):101-05. Disorder:  Independent
tingkah laku sekitar 3-5 kali akan Predictors  of  Adolescent
5. Ilomaki E, Hakko H, Ilomaki
berkembang  menjadi  gangguan Subtance  Use  Disorders  in
R,    Rasanen  P.  Gender
kepribadian antisosial pada saat Youth  with  ADHD.  J  Clin
Differences in Comorbidity of
dewasa.6Anak dengan gangguan Child  Adolesc  Psychol.
Conduct  Disorder  Among
tingkah  laku  dikemudian  hari 2008;37(4):785-93.
Adolescents  in  Northern
rentan  menjadi  pemakai  zat Finland.  Int  J  Circumpolar
terlarang.12 Health. 2012;71:1-8.

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 121


MEDICINA • VOLUME 46 NOMOR 2 • M E I 2015
LAPORAN KASUS

GANGGUAN PENDENGARAN REVERSIBEL PADA ANAK


DENGAN MENINGITIS BAKTERI

Ni Made Yeni Ariati, Wayan Suardana


Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali

ABSTRAK

Gangguan pendengaran sensorineural adalah jenis gangguan pendengaran dengan  penyebab utama
terletak pada saraf vestibulokoklear, telinga bagian dalam atau batang otak. Meningitis bakteri atau
virus mempunyai angka insidens yang tinggi untuk menyebabkan kerusakan permanen pada labirin,
terutama  pada  penderita  yang  masih  muda.  Dilaporkan  satu  kasus  gangguan  pendengaran  yang
reversibel pada anak lelaki, 6 bulan dengan diagnosis meningitis bakteri. Pada penderita dilakukan
dua kali pemeriksaan pendengaran yang meliputi pemeriksaan timpanometri, otoacoustic emission
dan  brainstem evoked response audiometry.  Dari  pemeriksaan  pertama  disimpulkan,  penderita
mengalami tuli sensorineural derajat sedang kanan dan tuli sensorineural derajat ringan kiri. Pada
pemeriksaan kedua yang dilakukan tiga bulan kemudian diperoleh simpulan pendengaran penderita
dalam batas normal. [MEDICINA 2015;46:122-5].

Kata kunci: gangguan pendengaran sensorineural, meningitis bakteri, timpanometri, otoacoustic emission,


brainstem evoked response audiometry

REVERSIBLE HEARING LOSS IN A CHILD WITH BACTERIAL MENINGITIS

Ni Made Yeni Ariati, Wayan Suardana


Departement of Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery
Udayana University Medical School /Sanglah Hospital Denpasar Bali

ABSTRACT

Sensorineural  hearing  loss  is  a  type  of  hearing  loss  mainly  caused  by  impairment  in  the
vestibulocochlear nerve, the inner ear, or central processing centers of the brain. Bacterial or viral
meningitis caused high incidence of permanent damage to the labyrinth, especially in the very young
age patients. A case of reversible hearing loss in a 6 months old baby, who was diagnosed by bacterial
meningitis has been reported. Hearing examination was performed twice including: timpanometry,
otoacoustic emission, and brainstem evoked response audiometry. The first examination concluded
that  the  patient  had  moderate  sensorineural  hearing  loss  on  the  right  ear  and  mild  sensorineural
hearing loss on the left ear. The second examination was performed three months later and concluded
bilateral normal hearing. [MEDICINA 2015;46:122-5].

Keywords : sensorineural hearing loss, bacterial meningitis, timpanometry, otoacoustic emission, brainstem
evoked response audiometry

PENDAHULUAN pendengaran  di  seluruh  dunia, pada  labirin,  terutama  pada


50%  dapat  dicegah.  Penyebab penderita yang masih muda.
utama  ketulian  yang  dapat Infeksi meningeal menyebar
T uli adalah terganggunya
kemampuan untuk men- dicegah  diantaranya  penyakit secara  langsung  dari  cairan
deteksi frekuensi tertentu suara kronis telinga yang sebagian besar serebrospinal  ke  perilimfe  dan
sepenuhnya  atau  sebagian. disebabkan  oleh  otitis  media menyebabkan  labirinitis  berat,
Gangguan pendengaran sensori- kronis,  infeksi  susunan  saraf dengan  vertigo  berkepanjangan
neural  adalah  jenis  gangguan pusat  terutama  meningitis  dan dan  gangguan  pendengaran
pendengaran  yang  penyebab ototoksisitas  yang  sebagian permanen.  Pada  meningitis
utamanya  terletak  pada  saraf disebabkan oleh antimikroba yang bakteri  melalui  laporan  post
vestibulokoklear    atau  saraf digunakan  untuk  mengobati mortem dan beberapa studi klinis
kranial VIII, telinga bagian dalam penyakit  infeksi. 2  Meningitis menunjukkan adanya kerusakan
atau batang otak.1 bakteri  atau  virus  mempunyai di koklea atau saraf pendengaran.
Dari sekitar 120 juta orang angka insiden yang tinggi  sebagai Kerusakan bisa terjadi unilateral
yang  mengalami  gangguan penyebab  kerusakan  permanen atau bilateral.3

122 • JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN


Gangguan Pendengaran Reversibel Pada Anak dengan Meningitis Bakteri | Yeni Ariati, dkk.

Gangguan pendengaran pada fenobarbital  50  mg  IV  satu  kali bahwa penderita mengalami tuli


anak-anak  dapat  menyebabkan bolus  kemudian  dilanjutkan sensorineural  derajat  sedang
kesulitan berbahasa dan mungkin dengan dosis rumatan 2 x 17 mg. kanan  dan  tuli  sensorineural
tidak  terdiagnosis  pada  saat Pada  tanggal  25  Juni  2011 derajat ringan kiri.
pemeriksaan selama perawatan di dilakukan  pemeriksaan Penderita  tidak  diberikan
rumah  sakit  atau  pada  pasien timpanometri,  otoacoustic terapi khusus, hanya dilakukan
rawat  jalan. 4 Identifikasi  dini emission  (OAE)  dan  brainstem edukasi  terhadap  orangtua
gangguan  pendengaran  sangat evoked response audiometry penderita  untuk  melakukan
penting  karena  bila  terjadi (BERA)  di  poliklinik  THT-KL. pengamatan  perkembangan
osifikasi  dari  koklea  setelah Pemeriksaan  timpanometri pendengaran  penderita  secara
meningitis  dapat  mempersulit menunjukkan hasil tipe A pada sederhana  dan  penderita
implantasi koklea. Oleh karena itu kedua  telinga  (Gambar 1A), disarankan untuk kontrol kembali
pada penderita pasca-meningitis sedangkan  pemeriksaan  OAE ke  poli  THT-KL  3  bulan
bakteri  dianjurkan  melakukan menunjukkan  ada  kecurigaan kemudian  untuk  dilakukan
pemeriksaan  dan  evaluasi kelainan  atau  refer  pada  kedua evaluasi  pendengaran  sebagai
pendengaran secara rutin. 5 telinga kanan dan kiri (Gambar deteksi  dini  adanya  penurunan
Tingginya  angka  insiden 1B),  dan  pemeriksaan  BERA pendengaran  yang  bersifat
gangguan  pendengaran  pasca- menunjukkan hasil, pada telinga permanen. Evaluasi pendengaran
meningitis bakteri dan pentingnya kanan gelombang V mulai tampak ini berguna dalam  menentukan
identifikasi  dini  gangguan pada intensitas 55 dB, sedangkan rencana  tindakan  selanjutnya
pendengaran  pada  anak  yang pada  telinga  kiri  gelombang  V seperti implan koklea.
menderita meningitis menyebab- mulai tampak pada intensitas 40 Tiga  bulan  kemudian
kan penulis ingin menyampaikan dB  (Gambar 1C).  Disimpulkan dilakukan pemeriksaan kedua di
satu  kasus  gangguan  pende-
ngaran yang reversibel pada anak
usia  6  bulan  yang  didiagnosis
meningitis bakteri.

ILUSTRASI KASUS
Penderita  KYP,  lelaki,  6
bulan dikonsulkan pada tanggal
22 Juni 2011 oleh teman sejawat
Pediatri dengan diagnosis meni-
ngitis bakteri  untuk dilakukan
evaluasi  fungsi  pendengaran.
Penderita  merupakan  rujukan
dari  RSU  Klungkung  dengan
observasi  febris  dan  bangkitan
kejang,  suspek  meningoen-
sefalitis.  Selama  perawatan  di
RSUP Sanglah penderita didiag-
nosis meningitis bakteri berdasar-
kan gejala klinis berupa demam
dan  bangkitan  kejang.  Saat  itu
hasil analisis cairan serebrospinal
menunjukkan  hasil  Nonne  (++)
dan Pandy (+++) dengan jumlah
sel  219/mm3  dan  kadar  glukosa
cairan serebrospinal 23,88 mg/dl.
Biakan  darah  pada  penderita
tidak  menunjukkan  adanya
pertumbuhan  kuman.  CT-scan
kepala  tidak  menunjukkan
adanya kelainan. Sejak dirawat
mulai  tanggal  20  Mei  2011
penderita  diberikan  obat
sefotaksim  3  x  300  mg  IV, Gambar 1. Hasil pemeriksaan pendengaran  pada tanggal 25 Juni
deksametason 3 x 1 mg IV, dan 2011: A. Timpanogram      B. OAE    C. BERA.

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 123


MEDICINA • VOLUME 46 NOMOR 2 • M E I 2015

gangguan  pendengaran
sensorineural  pada  10%  pasien
meningitis dengan  kisaran 2,4%
sampai  20%.  Dari  penelusuran
melalui  rekam  medik  penderita
dan anamnesis dengan orangtua
penderita  diketahui  penderita
didiagnosis  meningitis  bakteri
berdasarkan gejala klinis berupa
panas sejak 3 hari sebelum dirawat
di rumah sakit, adanya bangkitan
kejang  sejak  8  jam  sebelum
dirawat,  dan  analisis  cairan
serebrospinal  yaitu:  Nonne  (++)
dan Pandy (+++) dengan jumlah
sel  219/mm3  dan  kadar  glukosa
cairan  serebrospinal  yang
menurun  yaitu:  23,88  mg/dl.
Kemungkinan adanya penurunan
pendengaran  pasca-meningitis
bakteri  dapat  diprediksi
berdasarkan:  lama  gejala  lebih
dari 2 hari sebelum masuk rumah
sakit,  tidak  adanya  petekie,
glukosa  cairan  serebrospinal
rendah,  S.  pneumoniae  sebagai
agen etiologi, dan ataksia.2
Untuk mendiagnosis adanya
penurunan  pendengaran  pada
penderita  telah  dilakukan
pemeriksaan timpanometri, OAE,
dan BERA dengan simpulan: tuli
Gambar 2. Hasil pemeriksaan pendengaran pada tanggal 8 Oktober sensorineural  derajat  sedang
2011: A.Timpanogram    B.OAE    C.BERA kanan  dan  tuli  sensorineural
derajat  ringan  kiri.  Dalam
poliklinik THT-KL.  Pada peme- bakteri  adalah  salah  satu kepustakaan  disebutkan  bahwa
riksaan  behavioral observation penurunan  pendengaran  post- pada  anak-anak  tes  terbaik
audiometry menunjukkan respon natal yang dapat dicegah dengan diperoleh  dengan  pemeriksaan
positif, pemeriksaan timpanometri terapi  yang  tepat.  Pada  kasus, OAE  dikombinasi  dengan
mendapatkan  hasil  tipe  A  pada penderita  seorang  anak  lelaki timpanometri dan diikuti dengan
kedua telinga (Gambar 2A), OAE berumur 6 bulan yang didiagnosis tes auditory brain response. Selain
didapatkan hasil normal atau pass meningitis  bakteri  satu  bulan itu  disebutkan  juga  bahwa
pada kedua telinga (Gambar 2B), sebelumnya.  Telah  dilakukan penilaian  adanya  osifikasi  dan
dan  dari  pemeriksaan  BERA pemeriksaan pendengaran dengan tingkat  osifikasi  dapat  dibuat
diperoleh hasil pada kedua telinga hasil  tuli  sensorineural  derajat dengan CT-scan.2  Pada penderita
gelombang V sudah tampak mulai sedang  kanan  dan  tuli telah dilakukan CT-scan kepala
dari  intensitas  20  dB  (Gambar sensorineural derajat ringan kiri. dengan  simpulan  tidak  tampak
2C). Hasil pemeriksaan tersebut Identifikasi dini adanya gangguan kelainan  dan  tidak  ditemukan
menunjukkan  hasil  fungsi pendengaran  sangat  penting adanya kalsifikasi abnormal.
pendengaran  penderita  dalam sehingga dapat dilakukan deteksi Sejak  awal  dirawat  inap  di
batas normal. secara  dini  agar  anak  dapat RSUP  Sanglah,  penderita  telah
berbicara dan berbahasa normal diberikan  terapi  sefotaksim  3  x
DISKUSI serta  untuk  pendidikan  dan 300 mg IV, deksametason 3 x 1 mg
Masalah  penurunan  pende- perkembangan sosial anak.5 IV  diberikan  30  menit  sebelum
ngaran pasca-meningitis bakteri Penurunan  pendengaran pemberian  antibiotik.  Hal  ini
pada anak adalah masalah yang pada  meningitis  bakteri  dapat sesuai dengan kepustakaan yang
menarik  karena  penurunan terjadi dalam 48 jam dari awitan menyebutkan  antibiotik  yang
pendengaran  akibat  meningitis infeksi.6  Dodge dkk.7 menemukan direkomendasikan untuk penata-

124 • JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN


Gangguan Pendengaran Reversibel Pada Anak dengan Meningitis Bakteri | Yeni Ariati, dkk.

laksanaan  meningitis  bakteri RINGKASAN Assessment,  Incidence  and


adalah  generasi  ketiga  sefalos- Telah dilaporkan satu kasus Prediction.  Pediatrics.
porin  seperti  seftriakson  atau gangguan  pendengaran  yang 2003;112(5):1049-53.
sefotaksime  dan    penggunaan reversibel pada anak lelaki 6 bulan
6. Norton  SJ,  Bhama  PK,
steroid sebagai terapi tambahan yang  menderita  meningitis
Perkins JA. Early Detection
terhadap  antibiotik  dalam bakteri. Hasil evaluasi OAE dan
and  Diagnosis  of  Infant
pengelolaan meningitis tampak- BERA awal menunjukkan adanya
Hearing Impairment. Dalam:
nya bermanfaat, setidaknya pada gangguan pendengaran sensori-
Flint  PW,  Haughey  BH,
meningitis yang disebabkan oleh neural dan kembali normal setelah
Lund  VJ,  penyunting.
S. pneumoniae dan H. influenza.8,9 3 bulan kemudian.
Cummings  Otolaryngology
Tiga bulan setelah pemerik-
Head  and  Neck  Surgery.
saan pendengaran yang pertama DAFTAR PUSTAKA
Philadelphia:  Egypt  ORL-
pada  penderita,  dilakukan
1. Lalwani  AK.  Sensorineural HNS; 2010. h. 167-70.
pemeriksaan pendengaran ulang
Hearing  Loss.  Dalam:
sebagai  evaluasi.  Ditemukan 7. Dodge  PR,  Davis  H,  Feigin
Lalwani  AK,  penyunting.
adanya perbaikan hasil pemerik- RD, Holmes SJ, Kaplan SL,
Current  Diagnosis  and
saan  BERA.  Pada  pemeriksaan Jubelirer DP, dkk. Prospective
Treatment  Otolaryngology
pertama diperoleh simpulan tuli Evaluation  of  Hearing
Head and Neck Surgery. New
sensorineural  derajat  sedang Impairment  as  a  sequela  of
York: Lange Mc. Graw-Hill;
kanan  dan  tuli  sensorineural Acute  Bacterial  Meningitis.
2007. h. 152-60.
derajat ringan kiri kemudian pada Dalam: Newton VE, Vallely
pemeriksaan  kedua  diperoleh 2. Mutton KJ, Kaczmarski EB. PJ, penyunting. Infection and
simpulan pendengaran penderita Meningitis and Hearing Loss. Hearing  Impairment.  New
dalam batas normal. Patofisiologi Dalam:  Newton  VE,Vallely York:  John  Wiley  and  Sons
terjadinya  penurunan  pende- PJ, penyunting. Infection and Ltd; 2006. h. 190.
ngaran  pada  meningitis  akibat Hearing  Impairment.  West
8. Peltola H, Roine I, Fernandez
terdapat  proses  nekrosis  dari Sussex:  John  Wiley  &  Son
J, Gonzales Mata A, Zavala I,
labirin  membran. Akibat  toksin Ltd; 2006. h. 183-215.
Gonzales  Ayala  S,  dkk.
dari bakteri dapat terjadi toksik
3. Menner AL. A Pocket Guide Hearing  Impairment  in
atau labirinitis serosa. Ketulian
to  the  Ear.  New  York: Childhood  Bacterial  Meni-
akibat labirintis serosa biasanya Thieme; 2003. ngitis  Is  Little  Relieved  by
parsial  dan  reversibel. 10  Jadi Dexamethasone or Glycerol.
kemungkinan  ketulian  yang 4. Turel O, Yildirim C, Yilmaz
Pediatric. 2010;125:1-8.
terjadi pada penderita akibat tok- Y, Kulekci S, Akdas F, Bakir
sin dari bakteri yang menyebab- M.  Clinical  Characteristics 9. Tacon  CL,  Flower  O.
kan toksik atau labirinitis serosa. and  Prognostic  Factors  in Diagnosis and Management of
Dalam banyak kasus ketulian Childhood  Bacterial Bacterial  Meningitis  in  the
pasca-meningitis,  bila  terjadi Meningitis:  A  Multicenter Paediatric  Population:  A
gangguan  fungsi  pendengaran Study.  Balkan  Med  J. Review. Hindawi Publishing
dapat diatasi dengan  mengguna- 2013;30:80-4. Corp.  Emerg  Med  Int.
kan  amplifikasi konvensional dan 2012;2012:1-8.
5. Koomen I, Grobee DE, Roord
bagi mereka yang tidak menun- JJ, Donders R, Schinkel AJ, 10. Bueno  SC,  McCracken  GH.
jukkan manfaat yang signifikan Furth  AM.  Hearing  Loss  at Bacterial  Meningitis  in
dengan  bantuan  amplifikasi School  Age  in  Survivors  of Children.  Pediatr  Clin  Am.
pendengaran, biasanya dilakukan Bacterial  Meningitis: 2005;52:795-810.
implantasi  koklea.  Saat  ini  ada
kecenderungan untuk melakukan
pemasangan  implan  koklea
secara lebih awal terutama pada
anak-anak. 1   Pada  kasus  ini
tindakan tersebut tidak dilakukan
karena  pada  saat  dilakukan
evaluasi  ulang  telah  terjadi
perbaikan (pendengaran penderita
dalam batas normal).

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 125

Anda mungkin juga menyukai