Anda di halaman 1dari 5

PENYAKIT KULIT PANU DAN KURAP

Penyakit kadas atau kurap adalah suatu infeksi jamur pada kulit. Penyakit ini bisa
mengenai semua bagian kulit tetapi biasa ditemukan pada kulit kepala, kuku, lipat lengan, lipat
paha atau kaki. Kulit kepala yang bersisik karena jamur kadas ini mungkin bisa dikira sebagai
ketombe, tetapi perbedaan kedua jenis penyakit ini bisa dengan cepat dilihat pada pemeriksaan
mikroskop dari bahan kerokan kulit. Panu juga merupakan suatu infeksi jamur pada kulit.
Penyakit ini biasanya tidak memberikan keluhan yang berarti. Munculnya ditandai dengan
bercak bersisik halus yang berwarna putih hingga kecoklatan. Panu bisa ditemukan pada daerah
mana saja di badan termasuk leher dan lengan. Biasanya menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas, muka dan kulit kepala yang berambut.

Gejala

1. Kadas/Kurap :
a. Lesi berbentuk bulat dengan pinggir meninggi dan bersisik, bagian tengah agak
cekung dan sering bebas dari peradangan.
b. Sangat gatal, terutama saat berkeringat
c. Peradangan kulit , biasanya akibat garukan.
d. Pada kepala : Lesi berupa bercak-bercak kebotakan kadang-kadang beradang jelas,
kadang-kadang tidak beradang
e. Pada kuku : Penebalan kuku/jaringan dibawah kuku, lama-lama kuku akan rusak dan
lepas
2. Panu
a. Bercak putih pada kulit dengan batas tegas, bersisik halus
b. Gatal terutama bila berkeringat

Penyebab

1. Kurap
a. Infeksi kulit disebabkan oleh jamur, dan menurut tempatnya ada beberapa jenis
penyebab kurap:
1) tinea capitis (di kepala)
2) tinea corporis (di tubuh)
3) tinea crusis (lipatan paha)
4) tinea pedis (di kaki)
b. Bisa ditularkan melalui kontak langsung tetapi tidak mudah
2. Panu
Infeksi kulit oleh jamur Tinea versicolor. Pasien harus diinformasikan bahwa penyebab
dari panu adalah jamur yang umumnya bagian dari flora kulit normal sehingga tidak
dapat menular ke orang lain. Bagaimanapun Malassezia dapat menyebabkan pityriasis
versicolor saat berubah menjadi bentuk filament. Faktor yang menyebabkan hal ini yaitu
kondisi lingkungan yaitu panas dan lembab, genetic predisposisi, imunodefisiensi,
kehamilan, kulit bermiyak, dan penggunaan losion atau krim berminyak.

Goal Terapi:

1. Penyembuhan simptomatik
2. Eradikasi infeksi yang ada
3. Cegah berulangnya infeksi

Terapi Farmakologi

Obat-obatan antifungi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Antifungi Non Spesifik


Bekerja terutama dengan mengangkat sel-sel kulit mati dan mencegah infeksi lebih jauh.
Contoh obat ini yaitu: sulfur ditambah asam salisilat, selenium sulfide 2,5%, dan zinc-
pyrithione
2. Antifungi Spesifik
Bekerja terutama dengan efek fungisidal atau fungistatiknya. Contoh obat golongan
spesifik yaitu golongan imidazole (clotrimazole 1%, ketoconazole 2%, econazole,
isoconazole, miconazole), ciclopirox olamine !% dan allylamine (terbinafine 1%)
Bentuk galenik seperti spray atau cairan berbusa dalam bentuk sampo lebih
direkomendasikan dibandingkan menggunakan bentuk sediaan krim karena lebih berminyak dan
lebih sulit digunakan, terutama dalam area infeksi yang luas.

Tata Laksana Pengobatan

1. Pengobatan Panu
Terapi lini pertama umumnya adalah pengobatan topical. Ketoconazole adalah
pengobatan topical yang paling umum digunakan untuk mengobati panu. Ketoconazole
dapat diberikan dalam bentuk krim (2 kali sehari selama 15 hari) atau dalam cairan
berbusa (dosis tunggal). Pengobatan secara oral merupakan pilihan lini kedua untuk kasus
panu yang terjadi pada area secara luas, parah dan kasus yang sulit hilang atau kambuhan.
Obat-obatan sistemik diantaranya itraconazole (200 mg per hari selama 7 hari) dan
fluconazole (150 hingga 300 mg dosis perminggu selama 2-4 minggu).
Kedua obat sistemik ini lebih direkomendasikan dibandingkan penggunaan
ketoconazole oral yang memiliki efek samping hepatotoksik. Oral terbinafine juga tidak
efektif dalam pengobatan panu. Pada kasus kambuhan, dosis pemeliharaan adalah hal
yang penting. Pengobatan profilaksis topical dapat digunakan. Namun, agen antifungi
sistemik lebih disukai karena lebih sedikit memakan waktu dan memiliki kepatuhan
pasien yang lebih baik.
2. Pengobatan Kurap
Tinea corporis dan cruris biasanya dapat diobati selama 2 minggu, sedangkan tinea pedis
diobati selama 4 minggu dengan azole atau 1 hingga 2 minggu dengan allylamine.
Pengobatan harus dilanjutkan selama 1 minggu untuk benar-benar menghilangkan
infeksi. Untuk gejala yang disertai inflamasi dapat digunakan kombinasi antifungi dengan
agen steroid (krim hidrokortison). Area pemberian setidaknya dilakukan pada area infeksi
dan kulit normal sekitar 2 cm disekitar area terinfeksi.
Pengobatan dapat diberikan melalui topikal dan sistemik. Terapi topikal
direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit yang hidup pada jaringan kulit.
Preparat yang sering digunakan yaitu golongan imidazol, allilamin, siklopirosolamin, dan
kortikosteroid. Ketokonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang bersifat lipofilik
dan larut dalam air pada pH asam. Ketokonazol digunakan untuk pengobatan dermatofita,
pitiriasis versikolor, kutaneus kandidiasis, dan dapat juga untuk pengobatan dermatitis
seboroik. Ketokonazol 2% kream digunakan untuk infeksi jamur di kulit yang tidak
berambut seperti dermatofita, dengan dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari
kondisi pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 1-2 kali sehari.
Pada tinea korporis terapi sistemik yang paling banyak digunakan yaitu griseofulvin,
ketokonazol, flukonazol, itrakonazol, dan amfoterisin B. Obat tinea korporis yaitu
griseofulvin merupakan obat yang bersifat fungistatik.11 Lama pemberian griseofulvin
pada tinea korporis adalah setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif,
kebanyakan para ahli menggunakan waktu 3-4 minggu dari pemakaian gliseofulvin.

Pengobatan Non Farmakologi


Terapi non farmakologi yaitu gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang
terkena infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah penyebaran
infeksi ke bagian tubuh lainnya, jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara
bergantian dengan orang yang terinfeksi, cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur
dengan air panas untuk mencegah penyebaran jamur tersebut, menjemur pakaian dibawah sinar
matahari, setrika semua pakaian yang sudah dicuci dan yang sudah dijemur, ganti pakaian bila
tubuh sudah berkeringat untuk menghindari berkembang biaknya jamur pada tubuh,
membersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-sisa
kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh, memakai pakaian yang dapat menyerap keringat,
hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat menyebabkan kulit selalu basah seperti bahan
wool dan bahan sintetis yang dapat menghambat sirkulasi udara, sebelum menggunakan sepatu,
sebaiknya dilap terlebih dahulu dan bersihkan debu-debu yang menempel pada sepatu, hindari
kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur. Gunakan sandal yang terbuat dari
bahan kayu dan karet, mengganti sabun padat menjadi sabun cair.

Karray M, McKinney WP. Tinea Versicolor. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.

Putri, M.N., F. Burmana, dan A. Nusadewiarti. Penatalaksanaan dan pencegahan Tinea Korporis
pada pasien wanita dan anggota keluarga. Jurnal Agromed UNILA. 4:1:103-108.
Depkes RI. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Dirjen Binfar
Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai