Anda di halaman 1dari 33

PEDIKULOSIS PUBIS, SKABIES,

HIPERSENSITIVITAS GIGITAN
SERANGGA
Sekar Nabila R.
1710211087
PEDIKULOSIS
 Pedikulosis adalah infeksi kulit atau rambut pada
manusia yang disebabkan oleh Pediculus (tergolong
famili Pediculidae).
 Pediculus merupakan parasit obligat, yang tidak
dapat hidup tanpa menghisap darah inangnya.
KLASIFIKASI
 Pediculus humanus var. capitis
 Pediculus humanus var. corporis

 Phthirus pruris/Pediculus pubis


PEDIKULOSIS PUBIS
 Pedikulosis pubis adalah infeksi rambut di daerah
pubis dan sekitarnya yang disebabkan oleh Phtirus
pubis.
 cara penularan dengan kontak langsung.
EPIDEMIOLOGI
 Penyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat
digolongkan dalam Infeksi Menular Seksual (IMS).
 Dapat menyerang jenggot dan kumis.

 Infeksi ini dapat terjadi pada anak-anak yaitu di


bulu mata dan alis dan tepi batas rambut kepala.
PATOGENESIS
 Kelainan pada kulit yang timbul disebabkan oleh
garukan untuk menghilangkan rasa gatal.
 Rasa gatal timbul karna pengaruh air liur dan
ekskret kutu yang masuk pada saat menghisap
darah manusia.
GEJALA KLINIS
 Gejala utama adalah gatal di daerah pubis dan
sekitarnya.
 Gatal dapat meluas ke daerah abdomen dan dada.
Dijumpai bercak abu-abu atau kebiruan yang
disebut sebagai makula serule.
 Gejala patognomonik lainnya adalah black dot,
yaitu adanya bintik-bintik hitam pada celana dalam
pasien setelah bangun tidur.
 Tanda hitam merpakan krusta berasal dari darah
yang sering salah diartikan sebagi hematuria.
DIAGNOSIS BANDING
 Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit yang
biasanya mengenai kulit kepala dan area tubuh yang
berminyak, seperti punggung, wajah, dahi, ketiak,
pangkal paha, serta dada bagian atas.
Pada kulit kepala, penyakit ini menyebabkan kulit
berwarna merah, berketombe, dan bersisik.
Dermatitis seboroik yang menjangkiti bayi disebut
dengan cradle cap.
.
 Dermatomikosis
Dermatomikosis adalah suatu penyakit infeksi
kulit menular yang disebabkan oleh dermatofit atau
cendawan (jamur). Terbagi menjadi dermato mikosis
superfisial (tinea kruris, tinea kapitis) dan
dermatomikosis subkutan (misetoma).
TATA LAKSANA
 Farmakologi
1. Krim gamabenzene heksaklorida (gameksan) 1%

2. Emulsi benzil benzoat 25%


 Non Farmakologi

1. Mencukur rambut genital

2. Pakaian dalam dicuci dengan air panas atau


disetrika
3. Mitra seksual harus diperiksa dan jika perlu
diobati
 Prognosis

Baik
SKABIES
 Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi yerhadap Sarcoptes scabiei var. hominis.
 Sarcoptes scabiei adalah kutu parasit yang mampu
menggali terowongan di kulit dan menyebabkan
gatal.
 Pada pasien imunokompremis, pasien dapat
menderita jenis skabies yang berat yang disebut
Norwegian scabies.
 Ditandai gatal pada malam hari di lipatan kulit
yang tipis, hangat, dan lembab.
 Gejala dapat terlihat polimorfi yang tersebar di
seluruh badan.
EPIDEMIOLOGI
Banyak faktor yang menunjang perkembangan
penyakit ini: sosoekonomi rendah, hygiene yang
buruk, hubungan seksual, kesalahan diagnosis,
perkembanagn dermografik dan ekologik. Penyakit
ini juga digolongkan sebagai PMS. Cara penularan
dapat langsung (jabat tanan, hubungan seksual) dan
tidak langsung (baju, sprei).
ETIOLOGI
 Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas
Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes.
Dengan varian yang menyerang manusia hominis.
 Secara morfologik merupakan tungau kecil, oval,
punggung cembung dan perutnya rata. Tungau ini
translusen, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata.
 Siklus hidup memerlukan waktu total 8-12 hari.
PATOGENESIS
 Kelainan disebabkan baik karena skabies maupun
garukannya. Gatal yang terjadi disebabkan
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau
yang memerlukan waktu sebulan setelah infestasi.
Kelainan kulit menyerupai dermatitis juga
ditemukan seperti papul, vesikel, urtika, dan lain-
lain. Jika digaruk, terjadi erosi, ekskoriasi, krusta
dan infeksi sekunder.
GEJALA KLINIK
Diagnosis dapat dibuat saat ditemukan2 dari4 tanda kardinal:
1.       Pruritus nokturna (gatal pada malam hari karena
aktivitas tungau tinggi pada suhu panas dan lembab)
2.       Menyerang manusia secara berkelompok (menyerang
satu keluarga ataupun di lingkungan padat)
3.       Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi
dengan warna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, pada ujung terowongan dijumpai papul atau vesikel.
 Jika ada infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi). Tempat predileksi pada stratum korneum yang
tipis: sela jari tangan, pergelangan tangan, siku luar, lipat ketiak
depan, areola (wanita), umbilikus, bokong, genital eksterna
(pria), perut bagian bawah. Pada wajah jarang terjadi. Pada bayi
menyerang telapak tangan dan telapak kaki, aksila, dan skalp.
4. Menemukan tungau.
PEMERIKSAAN
Cara menemukan Tungau
1. Cari mula-mula terowongan, kemudian pada ujung
terlihat papul dan vesikel dicongkel dengan jarum dan
diletakkan di atas kaca objek, lalu ditutup dengan kaca
penutup,lalu dilihat dengan mikroskop.
2. Dengan menyikat dengan sikat dan ditampung di atas
selembar kertas putih dan dilihat dengan lup.
3. Dengan biopsi irisan dengan cara lesi dijeit dengan 2
jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau lalu diperiksa
di mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan
pewarnaan HE.
5. Dengan memberi tinta di sekitar terowongan, terutama
di bagian berbintik hitam.
DIAGNOSIS BANDING
 Prurigo
Prurigo (darah manis) adalah suatu kondisi penyakit
kulit, terutama ditemukan pada lengan, kaki dan leher.
Prurigo dapat menyebabkan beberapa lesi kulit nodular
dengan luka terbuka kecil karena rasa gatal yang luar biasa.
 pedikulosis korporis

penyakit infeksi kulit akibat Pediculus humanus var.


corporis.
 Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit yang biasanya


ditandai dengan ruam bengkak kemerahan pada kulit yang
terasa gatal.
TATA LAKSANA
 Farmakologi
Syarat obat ideal:
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak
toksik.
3. Tidak berbau atau kotor dan tidak merusak
atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harga terjangkau.

Cara pengobatannya seluruh anggota keluarga harus


diobati (termasuk yang hiposensitisasi)
Obat topikal:
1.       Belerang endap (sulfir presipitatum) 4-20%
dalam salep atau krim. Obat ini kurang efektif
menghadapi stadium telur, maka penggunaannya
tidak boleh kurang dari 3 hari. Kelemahnnya juga
berbau dan mengotori pakaian dan kadang timbul
iritasi. Dapat dipakai pada bayi kurang dari 2 tahun.
2.       Emulsi benzil benzoat 20-25%, efektif pada
semua stadium, diberikan setiap malam selama 3
hari. Obat ini sulit diperoleh dan sering terjadi iritasi,
bahkan bisa semakin gatal setelah dipakai.
3.       Gama Benzena Heksaklorida 1% dalam krim
atau losio, efektid terhadap semua stadium, mudah
digunakan dan jarang ada iritasi.
4.       Krotamiton 10% dalam krim atau losio
mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal,
harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5.       Permetrin 5% dalam krim, kurang toksik
dibanding gameksan dengan efekivitas sama,
pemakaian cukup sekali dan dihapus setelah 10 jam.
Bila belum sembuh diulangi seminggu kemudian.
Tidak dianjurkan pada bayi di bawah 2 bulan.
 Non Farmakologi
Memberikan edukasi pada pasien tentang
penyakit skabies baik perjalanan penyakit, penularan,
cara eradikasi tungau, menjaga higienis, dan tata cara
pengolesan obat. Pengobatan dilakukan pada oang
serumah atau orang lain disekitar.
 Prognosis

Baik jika memperhatikan pemilihan pbat dan


selalu menjagi higienitas diri.
3. HIPERSENSITIVITAS TERHADAP
GIGITAN SERANGGA
 Hipersensitivitas (alergi) kulit terhadap serangga
mencakup reaksi alergi akibat gigitan (bites),
sengatan (stings), dan kontak dengan bagian tubuh
serangga.
 Alergi kulit terhadap serangga lebih dikenal
dengan nama Papular Urtikaria.
 Reaksi a;ergi kulit akibat serangga pada umumnya
berupa erupsi kulit berupa eritem, nodus, bula,
edema, prurigo, kadang-kadang sampai selulitis.
ETIOLOGI
 Urtikaria papular adalah alergi terhadap gigitan
atau sengatan serangga, termasuk nyamuk, sejenis
nyamuk (gnats), kutu berkaki 6 (fleas), kutu
berkaki 8 (mites), kutu busuk (bed bugs),
caterpillars, dan ngengat.
Reaksi Hipersensitivitas Kulit Terhadap Serangga
Mekanisme alergi, artropoda penyebab, dan
penanggulangannya.
1. Kontak Langsung

misalnya oleh kupu-kupu. Pada fase larva menyebabkan


caterpilla dermatitis berupa panas dan gatal. Kontak dengan
kupu-kupu dewasa biasanya di bagian bulu ventral
abdomen (leptodopterisme). Penanggulangan dengan
membasuh tangan dan diberi kortikosteroid, serta diberi
anti histamin oral.
2. Sengatan

misalnya oleh lebah dan kalajengking. Toksin


mengandung enzim anafilaktogenik, hemolitik, antigenik,
sitolitik, dan neurotoksik menyebabkan edema, nekrosis,
terberat adalah syok (renjatan). Sengat dapat tertinggal.
Penanggulangan bagian proksimal sengatan diberi tomiket,
dibersihkan tidak boleh ditekan, sengat yang tertinggal
diambil, kompres es, lokal dapat diinfiltrasi anestetikum.
3. Gigitan
misalnya oleh kelabang, laba-laba, dan semut.
Kelabang mengeluarkan toksin dari kuku, laba-laba
dari mulut. Sengkenit mengandung toksin paralisis.
Penanggulandapat diberi kotikosteroid dan anti
histamin sistemik.
4. Penyakit Akibat Artropoda
antara lain adalah sakbies, pedikulosis, dll.
URTIKARIA PAPULAR
 Diagnosis klinis berdasarkan adanya papul yang
dipuncaknya ada pungtum, papul dikelilingi urtika
dan zona eritematosa yang muncul secara simultan.
 Garukan dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh
bakteri dan meninggalkan bercak hiperpigmentasi.
 Urtikaria papular utamanya disebabkan oleh
gigitan insekta atau serangga yang menghisap
darah.
PATOGENESIS
 Pada individu normal gigitan serangga
meninggalkan bekas kemerahan/purpura di kulit
yang menghilang beberapa jam/hari.
 Pada individu hipersesitif gigitan dapat
menyebabkan sensitisasi dan menimbulkan reaksi
alergik.
 Alergi terhadap serangga merupakan reaksi tipe I
yang dimediasi oleh IgE.
 Reaksi sitemik berupa anafilaksis, ganguan nafas,
dan vaskular.
 Reaksi lokal di kulit berupa pruritus, eriema,
vesikel/bula, urtikaria papular, dll.
Reaksi alergi yang terjadi dapat merupakan reaksi tipe
cepat dan lambat begantung pada derajat sensitisasi dan
status imun seseorang.
 Reaksi tipe cepat

terjadi segera setelah terjadi gigitan sampai 20 menit


kemudian, bertahan selama 1 sampai 3 jam. Manifestasi
berupa urtika iregular disertai pseudopodi, kadang-
kadang dikelilingi zona eritem. Ada rasa gatal.
 Reaksi tipe lambat

dapat terjadi 20 menit kemudian setelah gigitan


serangga, urtika berbentuk lambat tergantung pada
derajat hipersesintivitas dan usia.
 Reaksi yang ekstrim

Dapat terjadi lesi generalisata atau sistemik


anafilaksis. Terjadi infeksi sekunder oleh bakteri di kulit
sehingga lesi menjadi lebih lebar. Edematosa disertai
panas dan nyeri.
DIAGNOSIS
 Gamabran klinis spesifik urtikaria papular
biasanya khas, di tengah papul terdapat punktum
hemoragik bekas alat tusuk.
 Awalnya timbul urtika yang diikuti dengan
terbentuknya papul atau vesikel di bagian
tengahnya, bahkan dapat menjadi bula.
 Pada keadaan berat, 4-8 jam setelah gigitan
terbentuk pustul dengan dasar edeme dan
eritematosa.
 Pustul pecah meninggalkan krusta dan sembuh.
DIAGNOSIS BANDING
 Varisela stadium awal
 Ekskoriasi neurotik

 Pitiriasis likenoides
TATA LAKSANA
 Farmakologi
 Diberi kortikosteroid topikal untuk mengurangi rasa gatal
dan mengurangi reaksi alergi.
 Ana;gesik

 Antihistamin peroral

 Antibiotik bila terjadi infeksi sekunder

o Non faemakologi

 Pakaian yang panjang menutupi ekstremitas

 Menggunakan insect repellent (penangkis). Ex: minyak sereh

 Menyemprot insektida

o Prognosis

Insect bites meninggalka bercak kehitaman. Infeksi


sekunder meninggalkan sikatriks.

Anda mungkin juga menyukai