Anda di halaman 1dari 37

Basic Imun: MHC dan Sitokin

Sekar Nabila R.
1710211087
Limfosit B
• Reseptor antigen: antibodi yang terikat
membran, dapat mengenali berbagai macam
makromolekul (seperti protein, polisakarida,
lipid, dan asam nukleat)
Limfosit T
• Reseptor antigen: TCR, hanya dapat mengenali
fragmen peptida antigen protein yang
disajikan dan diikat oleh suatu molekul khusus
pada sel inang (MHC). Respon imun hanya
akan dibangkitkan terhadap antigen protein.
MHC (Mayor Histocompatibility Complex)
• MHC merupakan sebuah lokus genetik dimana produk
proteinnya utamanya berfungsi sebagai molekul yang
menampilkan peptida dalam sistem imun.
• Limfosit T mengenali antigen peptida yang terikat dan
ditampilkan oleh molekul kompleks histokompatibilits
mayor (MHC) dan APC.
• Sifat sel T ini disebut dengan terbatasi MHC (MHC
restriction).
• Reseptor sel T (TCR) mengenali beberapa residu
antigen peptida dan residu molekul MHC.
• Regulasi
  ekspresi MHC disandi oleh gen yang
terletak di regio yang luas di kromosom 6.
• Ekspresi MHC tertinggi terdapat di sel limfoid, dan
ekspresi yang lebih rendah terdapat pada liver,
paru, dan jantung.
• Ekspresi MHC diatur oleh beberapa sitokin. IFN-,
TNF-, dan TNF- meningkatkan ekspresi MHC-I.
Ekspresi MHC-II ditekan oleh IFN-𝛾.
• Protein MHC manusia disebut dengan HLA.
• Lokus MHC berisi dua set gen yang sangat
polimorfik. Gen ini menyandi molekul MHC kelas I
dan II.
Struktur Molekul MHC
•Molekul
  MHC I dan II adalah protein membran yang
masing-masing berisi celah pengikat peptida pada
ujung terminal gugus amino. Berstruktur sama namun
berbeda pada ikatan antar domain dan fungsinya.
Molekul MHC Kelas I
• Terdiri dari sebuah rantai yang mengikat non kovalen
pada protein yang disebut -mikroglobulin
• Rantai terdiri dari 3 domain ekstraseluler, 1, 2, dan
3.
•• Domain
  amino terminal dan 2
membentuk celah peptida
yang berfungsi untuk
mengikat peptida yang akan
ditampilkan ke sel T.
• Residu polimorfik kelas I
terletak di domain 1 dan 2.
variasi residu polimorfik
berperan dalam kemampuan
MHC mengikat mikroba yang
berbeda.
• Domain 3 adalah invarian
tempat ikatan untuk reseptor
CD8.
• Terdiri atas HLA-A, HLA-B, dan
HLA-C.
•  
Molekul MHC Kelas II
• Terdiri dari dua rantai
transmembran yaitu 1
dan yang mengandung
residu polimorfik dan
membentuk suatu celah
yang dapat menampung
10-30 residu peptida.
• Domain 2 dan non
polimorfik berisi tempat
ikatan dengan koreseptor
sel T CD4+.
• Terdiri atas HLA-D
(DP,DQ,DR)
Sifat Gen dan Protein MHC
• Gen MHC sangat polimorfik
Perbedaan varian polimorfik diwariskan dan tidak mungkin dua
individu memiliki gen MHC yang sama. Polimofisme MHC
memastikan bahwa populasi akan dapat menanggapi berbagai
macam antigen.
• Gen MHC diwariskan secara kodominan
yang berarti alel-alel kedua ortu sama-sama terekspresi. Maka
akan ada kemungkinan dari saudara kandung menampilkan
molekul MHC yang sama.
• MHC kelas I ditampilkan oleh semua sel berinti, MHC kelas II
terutama ditampilkan oleh sel dendritik, makrofag, dan limfosit
B.
MHC dalam Pengenalan dan Presentasi
Antigen
• Protein asal patogen ekstraselular dipecah,
diproses melalui jalur eksogen.
• Protein yang diproduksi endogen diproses
melalui jalur endogen.
Jalur eksogen
Jalur endogen
Sitokin
• Sitokin merupakan protein yang dihasilkan sistem imun untuk
mengatur interaksi antar sel dan memacu reaktivitas imun.
• Berperan sebagai mediator pada reaksi imun dan inflamasi.
• Reaksi sitokin terjadi cepat dan spontan, tidak disimpan.
• Kerjanya pleiotropik (satu sitokin bekerja pada berbagai jenis sel)
dan redundan (berbagai sitokin menunjukan efek yang sama.
• Respon seluler terhadap sitokin biasanya berupa perubahan
ekspresi gen terhadap sel sasaran yang menimbulkan ekspresi
fungsi baru .
• Berperan dalam aktivasi sel T, sel B, monosit, makrofag, inflamasi,
dan reaksi sitotoksisitas.
Fungsi Sitokin
Sitokin dapat berfungsi apabila berikatan
dengan reseptornya dan diekspresikan pada
membran sel organ sasaran. Secara garis besar
berdasarkan fungsinya sitokin dapat dibagi
menjadi tiga jenis sebagai berikut:
A. Sitokin pada hematopoesis
B. Sitokin pada imunitas nonspesifik
C. Sitokin pada imunitas spesifik
A. Sitokin pada Hematopoiesis
• Pada dasarnya sitokin merangsang diferensiasi
sel progenitor dalam st menjadi sel yang spesifik
dan berperan pada pertahanan terhadap infeksi.
• Segolongan sitokin yang disebut CSF berperan
pada hematopoiesis, yaitu GM-CSF, G-CSF, dan
M-CSF.
• Golongan CSF tersebut berperan dalam
perkembangan, diferensiasi, dan ekspansi sel
mieloid.
B. Sitokin pada Imunitas Nonspesifik

Respons imun nonspesifik dini yang penting


terhadap virus dan bakteri. Berupa sekresi
sitokin yang diperlukan untuk fungsi banyak sel
efektor.
1. TNF
Sumber utama TNF adalah fagosit
mononuklear dan sel T yang diaktofkan antigen,
sel NK, dan sel mast.
Pada kadar rendah, TNF bekerja terhadap
leukosit dan endotel, induksi inflamasi akut.
Pada kadar sedang, TNF berperan dalam
inflamasi sistemik. Pada kadar tinggi, TNF
menimbulkan kelainan patologik syok septik.
Efek biologis TNF:
1) Pengerahan neutrofil dan monosit ke tempat infeksi.
2) Memacu ekspresi molekul adhesi sel endotel vaskular.
3) Merangsang makrofag sekresi kemokin dan
menginduksi kemotaksis leukosit.
4) Merangsang fagosit mononuklea sekresi IL-1.
5) Merangsang hipotalamus yang menginduksi panas )
pirogen endogen). Merangsang PG.
6) Meningkatkan sintesis APP
7) Meningkatkan trombosis intravaskular dgn
merangsang tisue factor.
2. IL-12
Merupakan mediator utama imunitas
nonspesifik dini terhadap mikroba intraselular
dan indikator kunci dalam imunitas seluler
spesifik terhadap mikroba.
Sumber utama IL-12 adalah fagosit
mononuklear dan sel dendritik yang diaktifkan.
•Efek
  biologis IL-12:
1) Merangsang produksi IFN- oleh sel NK dan sel
T.
2) Diferensiasi sel T CD menjadi sel Th1 yang
memproduksi IFN-𝛾.
3) Meningkatkan fungsi sitolitik sel NK dan sel
CD/CTL.
3. IFN
• Nama
  interferon berasal dari kemampuan dalam
intervensi infeksi virus.
• Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang
diproduksi makrofag yang diakifkan, sel NK, dan
berbagai sel tubuh bernukleus.
• Dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe 1 (IFNdan IFN-
• Tipe 1 disekresi makrofag dan leukosit lain tipe 2
disekresi fibroblas dan sel T yang telah dirangsang
antigen.
Efek biologis IFN:
IFN Tipe 1
1) Mencegah replikasi virus
2) Meningkatkan ekspresi molekul MHC I
3) Merangsang perkembangan Th 1
4) Meningkatkan aktivitas CTL
5) Aktivasi sel NK
IFN Tipe 2
Efek proteksi terjadi melalui reseptor di membra sel.
Dimana terjadi pengaktifkan gen yang menginduksi sel
untuk produksi protein yang mencegah translasi mrna
virus.
Sitokin pada Imunitas Spesifik
Sitokin pada imunitas spesifik berperan dalam
mengaktifkan dan poliferasi sel efektor khusus.
1. IL-2
IL-2 adalah faktor pertumbuhan untuk sel T yang
dirangsang antigen dan berperan pada ekspansi sel T
setelah antigen dikenal. Bersumber dari sel T yang
telah dirangsang antigen.
Efek biologis IL-2:
• Meningkatkan apoptosis sel T yang diaktifkan
antigen melalui Fas (gol. Reseptot TNF berikatan
dengan ligan sel T). Penting untuk toleransi sel.
• Merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T, NK, B.
2. IL-4
IL-4 merupakan stimulus utama produksi Ig-E
dan perkembangan Th2 dari sel Cd4+.
Efek biologi IL-4:
• Merangsang sel B meningkatkan produksi IgE
dan IgG.
• Merangsang diferensiasi sel T naif ke subset
Th2.
3. IFN-
 

Anda mungkin juga menyukai