Anda di halaman 1dari 14

”Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Buah Ciplukan (Physalis

Angulata L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada


Mencit Putih Jantan (Mus Muculus) Yang Diinduksi Aloksan
Proposal Karya Tulis Ilmiah
(KTI)

DISUSUN OLEH :

NAMA : NIA RUSADI


NIM : A171013

PROGRAM STUDI DII FARMASI


POLITEKNIK “MEDICA FARMA HUSADA”
MATARAM
2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt, atas segala rahmat dan
karunia- nya, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal
karya tulis ilmiah pada waktu yang ditentukan dengan judul ’’ Uji Efektivitas
Ekstrak Etanol Buah Ciplukan (Physalis Angulata L) Terhadap Penurunan
Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Putih Jantan (Mus Muculus) Yang
Diinduksi Aloksan” Penulisan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu persyaratan guna menyelesaikan studi analis kesehatan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Bapak Syamsuriansyah,M.M.KES selaku Direktur Politeknik Medica
Farma Husada Mataram.
2. Bapak Ikhwan MM, selaku pembantu Direktur Politeknik Medica Farma
Husada Mataram.
3. Ibu Ajeng Dian Pertiwi M. Farm, Apt. Selaku Kaprodi Farmasi Politeknik
Medica Farma Husada Mataram.
4. Ibu Dosen Pembimbing Mata Perkuliahan PELAYANAN FARMASI “Ibu
Evi Fatmi Utami M.Farm.Apt” yang telah memberikan tugas kepada saya,
sehingga dapat menyelesaikan profosal dengan baik.
5. Semua Dosen Politeknik Medica Farma Husada Mataram yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan, wawasan dan sarana bagi kami.
6. Kepada orang tua dan adik penulis yang telah memberikan dukungan
moril dan materil
7. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu, Terima
kasih.

Akhir kata penulis berharap agar Proposal ini banyak bermanfaat bagi
mahasiswa Farmasi umumnya dan penulis khususnya. Proposal ini masih belum
sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun di harapkan
demi kesempurnaan isi proposal ini.
Mataram, Senin 27 mei 2019
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..…
DAFTAR ISI…………………………………………………………....
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….
A. Latar Belakang…………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………...
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………...
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………

BAB II TINJJAUAN PUSTAKA………………………………………


A. Landasan Teori……………………………………………………
B. Tinjauan Pustaka………………………………………………….
C. Hipotesis penelitian………………………………………………

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….


A. Subjek Penelitian…………………………………………………
B. Waktu Penelitian …………………………………………………
C. Sempel Penelitian …………………….………………..………..
D. Alat dan Bahan Penelitian ………………………………………
E. Cara Penelitiam …………………………………………………
F. Teknik Analisis …………………………………………………
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan obat herbal telah menyebar ke seluruh dunia, sejak jaman
dahulu hingga sekarang, banyak orang menggunakan obat herbal atau obat
tradisional baik yang dibuat secara tradisional maupun berteknologi modern
(WHO, 2004).
Obat herbal banyak digunakan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatan
dan banyak diminati karena tidak mahal dan ketersediaanya yang terjangkau bagi
masyarakat terutama di desa atau kota kecil yang jarang
terdapat pusat kesehatan. WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional
termasuk herbal untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit (WHO, 2014).
Studi WHO pada tahun 2000 memperkirakan sekitar 177 juta orang di
dunia memiliki penyakit diabetes. Menurut International Diabetes Federation’s
Diabetes Atlas, diperkirakan 194 juta orang menderita diabetes dan beberapa di
antaranya tinggal di negara berkembang. Di Indonesia prevalensi penderita
diabetes melitus berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,3
%, kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Jumlah penyandang diabetes
melitus tipe 2 makin meningkat baik di seluruh dunia terutama di negara
berkembang karena perubahan gaya hidup yang tidak sehat (Suyono,2011).
Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh
poliuri, polidipsi, dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa darah
atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥126 mg/dl atau postprandial ≥ 200 mg/dl atau
glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl) (FK UI, 2011). Menurut American Diabetes
Association (ADA) 2005, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes melitus diklasifikasikan dalam
empat kelompok yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes
melitus tipe lain dan diabetes melitus gestasional. Pada gejala klinis, diabetes
melitus tipe 1 sering ditandai dengan keadaan hiperglikemi, poliuri, polidipsi, dan
penurunan berat badan. Sementara diabetes melitus tipe 2 merupakan kombinasi
antara resistensi insulin dan sekresi insulin yang tidak adekuat (Soegondo, 2009).
Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tanaman dan sekitar 180 jenis
sudah digunakan dan diproduksi sebagai obat, salah satunya adalah ciplukan.
Daun ciplukan telah diketahui mengandung berbagai macam senyawa, antara lain
asam klorogenat, asam alaidat, asam sitrat, asam malat, tannin, kriptoxantin,
physalin, saponin, terpenopid, flavonoid, polifenol, alkaloid dan steroid (Rohyani
et al, 2015).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Abo dan kawan kawan
(2013), ekstrak herba ciplukan (Physalis angulata L.) dengan pelarut metanol
mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar
pada hari ke-7 pemberian yang sebelumnya telah diinduksi dengan aloksan.
Penelitian lain tentang efek hipoglikemik ekstrak tanaman herba ciplukan
telah dilakukan oleh Sulistyowati (2013). Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa ekstrak air herba ciplukan (Physalis angulata L.) dengan sebagai salah satu
antioksidan potensial yang mampu menurunkan kadar gula darah dan profil lipid
yang dilakukan pada tikus putih jantan galur Spargue dawley. Selain itu, menurut
hasil dari Sediarso et al (2011), pada penelitian pra klinik efek antidiabetes dan
identifikasi senyawa dominan fraksi kloroform herba ciplukan (Phsyalis Angulata
L.) pada mencit. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa herba ciplukan
(Physalis angulata L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan
putih yang diinduksikan aloksan tetrahidrat.
Penelitian Sunaryo dkk (2012) menyimpulkan bahwa senyawa aktif dari
fraksi kloroform herba ciplukan pada mencit memiliki efek antidiabetes
serta dapat memperbaiki jumlah sel langerhans pankreas sebanding dengan
glibenklamid.
Menurut peneliti dan berdasarkan dari penelitian yang sudah ada sejauh ini
belum pernah diteliti efek antidiabetes dengan menggunakan daun ciplukan. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui tentang efektivitas ekstrak etanol 70% daun
ciplukan terhadap penurunan glukosa darah pada tikus putih jantan galur Wistar
yang diinduksi aloksan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah ekstrak etanol 70% daun ciplukan mempunyai efek menurunkan
glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi aloksan ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol
70% daun ciplukan terhadap penurunan glukosa darah pada tikus putih jantan
galur wistar yang diinduksi aloksan.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini berangkat dari visi program studi D-III
farmasi yakni unggul dan Inovatif dibidang obat tradisional dan pelayanan
kefarmasian di wilayah NTB dan regional Bali Nusa Tenggara pada tahun 2025,
maka penelitian ini sangat termotivasi untuk berkontribusi dalam peningkatan
pelayanan kefarmasian serta menjalankan salah satu misi dari program studi D-
III farmasi itu sendiri yaitu melaksanakan dan meningkatkan pendidikan yang
berkarakter dan profesional dibidang farmasi yang berorientasi pada kebutuhan
pelayanan kesehatan. Mata kuliah penunjang yang sangat membantu dalam
penelitian ini yaitu pelayanan farmasi, farmakologi, dan farmasetika.

E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan tentang manfaat Ciplukan terhadap penurunan
glukosa darah pada tikus jantan galur wistar.
b. Manfaat aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu
alternatif pengganti obat medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

a. Pengertian glukosa darah


Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam
darah yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui
darah adalah sumber utama energi untuk selsel tubuh. Umumnya tingkat glukosa
dalam darah bertahan pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dl), kadar ini
meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi hari
sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan (Mayes, 2001).
b. Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah yang normal
pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.
Kadar glukosa darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah
makan atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun karbohidrat lainnya
(Price, 2005).
Kadar glukosa darah yang normal cenderung meningkat secara ringan
tetapi bertahap setelah usia 50 tahun, terutama pada orangorang yang tidak aktif
bergerak. Peningkatan kadar glukosa darah setelah makan atau minum
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan
kadar glukosa darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar glukosa darah
menurun secara perlahan (Guyton, 2007).
Patokan – patokan yang dipakai di Indonesia adalah (Perkeni, 2011):
1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar glukosa darah.
Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan oleh WHO dalam petemuan tahun
2005 disepakati bahwa angkanya tidak berubah dari ketetapan sebelumnya yang
dikeluarkan pada tahun 1999, yaitu:
Tabel 1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar glukosa darah
(Sumber:Perkeni, 2011)

Metode Pengukuran Kadar Glukosa Darah


Normal DM IGT IFG
Glukosa darah
Puasa < 6,1 mmol/L ≥ 7,0 mmol/L < 7.0 mmol/L <6,1mmol/L
(Fasting (<110 mg/dL) (≥126 mg/dL) (<126mg/dL) (< 10mg/dL)
Glucose)
Glukosa darah Nilai yang sering ≥ 11,1 mmol/L ≥ 11,1 mmol/L <7,8 mmol/L
2 jam dipakai tidak spesesifik
setelah makan <7,8 mmol/L (≤200mg/dL) (≤200mg/dL) (<140 mg/dL)
(2-hglucose) (<140 mg/dL) Jika diukur

2. Kadar glukosa darah normal (Normoglycaemia)


Normoglycaemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada
mempunyai resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau
menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah.
3. IGT(Impairing Glucose Tolerance)
IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang
mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang
menunjukkan kadar glukosa darah
dapat kembali ke keadaan normal. Seseorang yang kadar glukosa darahnya
termasuk dalam kategori IGT juga mempunyai resiko terkena penyakit jantung
dan pembuluh darah yang sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini
menurut para ahli terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon insulin
dan terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.
4. IFG (Impairing Fasting Glucose)
Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran glukosa darah
puasa yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai kedudukan
hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi sebuah kondisi
dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara optimal dan terdapatnya 10
gangguan mekanisme penekanan pengeluaran glukosa dari hati ke dalam darah.
B. TINJAUAN PUSTAKA
a. Uraian Tanaman
Kedudukan tanaman ciplukan (Physalis angulata L) dalam sistematika
(taksonomi) tanaman dapat diklasifikasikan sebagi berikut:
b. Klasifikasi Tanaman Herba Ciplukan
Kingdom : Plantae(Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida(berkeping dua / dikotil)
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Physalins
Species : Physalisn angulate (L.)
c. Nama Daerah
Sunda : Cicendedet
Jawa : Kopokopokan
Palu : Ciplukan
Makasar : Koto-koto
d. Morfologi Tumbuhan
Physalis angulata (L) umumnya dikenal dengan ciplukan adalah herba
yang memiliki akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Akar tunggang dan
serabut, berbentuk bulat, dan berwarna putih percabangannya tumbuh melebar
kesamping dan bahkan sebagian mendatar hingga menyentuh tanah, tingginya
bisa mencapai 2 m, percabangan terjadi pada daun keenam hingga
kesepuluh.Daun berwarna hijau, permukaan berbulu, bentuk meruncing, berurat
jelas, tulang daun menyirip, daun bergerigi pada bagian tepinya, ujung daun
meruncing, pangkal daun runcing, panjang daun 5-12 cm dan lebar 4-7 cm, daun
tipis cepat layu, berbau langu, dan rasanya sangat pahit. Panjang tangkai daun
berkisar 2-3 cm, dan berwarna hijau. Bunga berbentuk tunggal muncul dari ketiak
daun yang terdiri dari tangkai bunga berwarna kuning berbentuk lonceng. Tangkai
sari dan tangkai putik setelah terjadi persarian pada bunga bakal buah tumbuh
menjadi buah, kulit buah semula berwarna hijau keputihan.
Gambar 2.1 Tanaman Ciplukan

e. Kandungan Kimia
Ciplukan merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili Solanaceae
.Komponen kimia tanaman Ciplukan antara lain sebagai berikut: asam
klorogenat,asam elaidat, asam sitrat, asam malat, kriptoxantin, fisalin, tripeoid,
flavonoid, saponin, tanin, polifenol. Adapun kandungan terpenting yang berefek
sebagai Antidiabetik yaitu flavonoid, polifenol dan tanin.
f. Kegunaan Tanaman
Tanaman Ciplukan (Physalisn angulate L) digunakan masyarakat dalam
pengobatan tradisional sebagai obat gusi berdarah, obat bisul dan mulas. Daunnya
berkhasiat sebagai obat bisul, obat bengkak dan peluruh seni. Akar ciplukan dapat
digunakan sebagai obat cacing yang berada di rongga perut, seduhan akar
ciplukan dapat digunakan sebagai obat sakit demam. Saponin yang terkandung
dalam ciplukan memberikan rasa pahit dan berkhasiat sebagai anti tumor dan
mmenghambat pertumbuhan kanker, terutama kanker usus. Flavonoid, tanin dan
polifenol berkhasiat sebagai antioksidan.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah di uraikan maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah kandungan ekstrak buah ciplukan dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada mencit jantan putih yang diinduksikan aloksan tetrahidrat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN
Uraian Hewan Uji
Adapun taksonomi tikus putih adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Sub famili : Rattus
Species : Rattus novergicus

Gambar 2.6 Tikus Putih Jantan(22)


Tikus putih (Gambar 2.6) atau yang lebih dikenal dengan tikus
albino ini lebih banyak dipilih karena tikus yang dilahirkan dari perkawinan
antara tikus albino jantan dan betina mempunyai tingkat kemiripan genetis yang
besar, yaitu 98%, meskipun sudah lebih dari 20 generasi. Bahkan setelah terjadi
perkawinan tertutup di antara tikus albino ini, mereka masih mempunyai
kemiripan genetis yang sangat besar yaitu 99,5%. Hal inilah yang menyebabkan
mereka dikatakan hampir menyerupai hewan hasil klon.
Lebih dari 90% dari semua hewan uji yang digunakan di dalam berbagai
penelitian adalah binatang pengerat, terutama mencit (Mus Musculus L) dan
tikus (Rattus novergicus). Hal ini disebabkan karena secara genetic, manusia dan
kedua hewan uji tersebut mempunyai banyak sekali kemiripan. Jenis mencit dan
tikus yang paling umum digunakan adalah jenis albino galur Sprague Dawley
dan galur Wistar. Kedua jenis hewan tersebut sering digunakan sebagai hewan
uji dalam penelitian medis pada pengelolaan kesehatan gigi, obesitas, diabetes
melitus dan hipertensi serta digunakan dalam bidang gizi, terutama untuk
mempelajari hubungan antara nutrisi dengan penuaan dini. Jika dibandingan
dengan tikus betina, tikus jantan lebih banyak digunakan sebab tikus jantan
menunjukkan periode pertumbuhan yang lebih lama.

B. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN


a. Waktu
Penelitian iniakan dilaksanakan bulan juli 2019
b. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Kampus Politeknik
Medica Farma Husad Mataram. Alamat Jl.Medica Farma No.1 Batu Ringgit
Selatan Tanjung Karang Sekarbela.

C. SAMPEL
Dua puluh empat ekor mencit putih jantan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling,
yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Erlenmeyer, kertas saring, gelas ukur, mortal martil, dan evaporator.
Alat yang digunakan untuk proses pembedahan, yaitu papan bedah, alat bedah,
tabung reaksi, syringe, dan tabung antikoagulan.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak yaitu buah ciplukan
segar, etanol dan aquades. Aloksan untuk menginduksi mencit dan bahan-bahan
kimia untuk mengukur kadar SGPT dan SGOT.

E. TEKNIK ANALISIS
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian satu
arah dalam RAL. Namun sebelumnya, data harus diuji terlebih dahulu
menggunakan uji normalitas (Uji Liliefors). Jika data berdistribusi normal, maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas (Uji Bartlett). Selanjutnya data dapat
dianalisis dengan menggunakan Anova satu arah. Bila ada pengaruh yang sangat
nyata diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s 5%.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Penelitian ini eksperimental murni (true-experiment research). Desain
penelitian yang digunakan adalah The Posttest-Only Control Group Design, yaitu
dilakukan pengukuan kadar SGPT dan SGOT sesudah perlakuan. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design).
Jumlah unit percobaan yang digunakan pada penelitian sebanyak 24 ekor mencit
putih jantan (Mus musculus) galur swiss dengan jumlah kelompok perlakuan
sebanyak 6 dan 4 kali ulangan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.
Teknik analisis data menggunakan analisis varian satu arah dan Duncan 5%.

Anda mungkin juga menyukai