Proposal
Untuk Pengajuan Usulan Penelitian Tesis S2 Magister Ilmu Biomedik
Disusun Oleh :
dr . Herry Maha Putra Surbakti
22010117420031
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Ozon diklaim sebagai alternatif yang potensial untuk dijadikan agen yang
berperan dalam penyembuhan luka selain terapi konvensional yang sudah ada.
Hingga saat ini, penggunaan ozon baik secara sistemik berupa autohemoterapi
maupun topikal telah diaplikasikan untuk membantu penyembuhan luka seperti
luka bakar, luka tembak, luka terinfeksi, ulkus gangren diabetikum, ulkus
dekubitus, luka post operasi dll. Terapi ozon untuk luka umumnya diberikan
secara topikal sebagai antimikroba (HTA Indonesia, 2004, dalam Megawati,
Hakimi, & Sumaryani, 2015).
ws
Ozon beroksidasi melibatkan banyak komponen darah, seperti
lipoprotein, protein plasma, limfosit, monosit, granulasi, trombrosit, dan
eritrosit yang berperan dalam penyembuhan luka. Ozon berpotensi sebagai
alternatif yang pontensial untuk dijadikan agen yang membantu penyembuhan
luka pada kulit. Ozon bereaksi pada setiap organ dan permukaan tempat
berkontaknya (misalnya sel endotel). Dalam pertahanan terhadap oksidasi
dan terjadinya ROS, diaktifkan berbagai sistem anti-oksidan dan terjadilah
produksi enzim anti-oksidan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efek
pemberian ozon dalam mempercepat waktu penyembuhan luka Abses perianal
pada tikus Sprague Dawley yang diberi ozon .
Penyembuhan luka merupakan suatu rangkaian proses dengan dinamika
yang sangat tinggi dan terdiri dari tahapan yang saling mengikuti yaitu diawali
dari tahap inflamasi, proliferasi sel, deposisi matrik hingga fase remodeling.
Semua fase perbaikan termasuk fase inflamasi, re-epitelisasi dan pembentukan
granulasi jaringan merupakan bagian yang dipengaruhi secara kompleks oleh
growth factor dan sitokin yang secara langsung mengarah ke area luka (Sule
Coskun et al., 2007). Pada kaskade penyembuhan luka secara normal selalu
diawali dengan proses yang berlangsung secara teratur dari proses hemostasis
dan deposisi fibrin lalu mengarah pada kaskade sel-sel inflamasi yang
dikarakterkan oleh netrofil,makrofag dan limfosit pada area luka. Proses ini
kemudian diikuti dengan penarikan dan proliferasi fibroblast dilanjutkan dengan
penumpukan dan remodeling oleh kolagen hingga terjadi pematangan bekas
luka (Robert F. Diegelmann, 2004).
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) juga dikenal sebagai
vascular permeability factor yang aktifitasnya dapat meningkatkan
vasopermeabel yang memungkinkan perembesan protein seperti fibrinogen dan
fibronektin yang merupakan bentuk essensial dari provisional matrik. VEGF
juga berperan sebagai mitogen potent dari sel endotel yang menginduksi migrasi
dan pertunasan sel endotel dalam pembentukan pembuluh darah baru melalui
pengaturan beberapa reseptor integrin sel endotel (Ricardo Jose de Mendoca,
2012).
Peran VEGF dalam penyembuhan luka adalah sebagai stimulator
terjadinya angiogenesis. Angiogenesis pada proses penyembuhan luka
melibatkan berbagai tahapan yaitu vasodilatasi, degradasi basement membrane,
migrasi sel endotel dan proliferasi sel endotel. Diikuti dengan terjadinya
pembentukan pembuluh kapiler, anastomosis pertunasan parallel capillary dan
diakhiri dengan pembentukan basement membrane baru. Gambaran utama dari
perbaikan luka secara normal adalah terbentuknya jaringan granulasi.
Komponen vaskular yang mempengaruhi penyembuhan luka tergantung pada
proses angiogenesis. Pembentukan pembuluh darah baru terlihat paling awal 3
hari setelah luka. Pertumbuhan pembuluh darah kapiler pada luka berfungsi
untuk menyalurkan nutrisi dan berbagai mediator penyembuhan serta membrane
metabolite. Inhibisi terhadap angiogenesis akan melemahkan proses
penyembuhan luka (Phillip Bao et al., 2009).
Dari hal-hal yang telah dikemukakan diatas maka dapat kami rangkum
beberapa permasalahan yaitu :
1.3.1. Masalah Umum
Apakah pemakaian salep ozon efektif dalam meningkatkan respon
penyembuhan luka pada luka abses perianal tikus Sprague Dawley?
2.1.1 Epidermis
Lapisan epidermis adalah suatu lapisan kulit yang selalu beregenerasi
setiap sekitar dua setengah bulan dengan ketebalan antara 0,4 mm – 1,5 mm.
Epidermis tidak memiliki aliran darah langsung. Sel-sel epidermis mendapat
makanan melalui difusi dari jaringan vascular padat dermis. Epidermis
terutama terdiri dari epitel berlapis gepeng berkeratin.(22)
Epidermis terdiri dari berbagai lapisan, yaitu :(22)
1) Stratum korneum.
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma
yang dipenuhi keratin filamentosa. Korneosit lebih berperan dalam memberi
penguatan terhadap trauma mekanis, produksi sitokin yang memulai proses
peradangan serta perlindungan terhadap sinar ultraviolet.
2) Stratum lusidum.
Hanya dijumpai pada kulit yang tebal dan terdiri atas lapisan tipis translusen
sel eosinofilik yang sangat pipih.
3) Stratum granulosum.
Terdiri atas 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang mengalami diferensiasi
terminal.
4) Stratum spinosum.
Merupakan lapisan epidermis yang paling tebal, terdiri atas sel kuboid atau
agak gepeng dengan inti di tengah. Keratinosit stratum spinosum memiliki
bentuk polygonal.
5) Stratum basalis.
Terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik. Keratinosit berjajar di
atas lapisan structural yang disebut basal membrane zone (BMZ). Sitoplasma
keratinosit banyak mengandung melanin, pigmen warna yang tersimpan di
dalam melanosome.
Epidermis secara dominan terusun dari keratinosit, melanosit, sel
Langerhans, dan sel Merkel. Melanosit memproduksi melanin dari tirosin dan
sistein. Melanin akan melindungi kulit dari efek sinar ultraviolet. Sel
Langerhans berfungsi sebagai makrofag dan menghasilkan antibody yang
menjaga tubuh melalui mekanisme reaksi imun terhadap infeksi virus atau
pembentukan neoplasma.(22)
2.1.2 Dermis
Dermis adalah lapisan di bawah epidermis, suatu lapisan jaringan ikat yang
menunjang epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan
(hypodermis). Dermis tersusun dari fibroblast, sel Mast, histiosit, monosit,
limfosit, dan sel Langerhans. Integritas dermis disokong oleh matriks yang
mengandung substansi dasar dan dua tipe serabut protein, yaitu kolagen
(penyokong utama, untuk kekuatan) dan elastin (untuk peregangan). Pada
dermis juga ditemukan atribut tambahan, seperti folikel rambut, kelenjar
sebaseus, dan kelenjar keringat (apokrin dan ekrin). Pada dermis, terdapat
dua lapis pleksus kapiler dan di antaranya terdapat badan glomus yang
mengandung shunt arteri vena. Terdapat juga reseptor saraf sensorik berupa
badan Pacini (tekanan), Meissner (getaran), dan Rufini (sentuhan), serta
Merkel (suhu, sentuhan, sensasi nyeri dan gatal).(22)
Dermis terdiri dari dua lapisan, yaitu stratum papilare dan stratum
retikulare.(21,22)
Kulit mengandung tiga jenis kelenjar, yaitu kelenjar keringat ekrin di telapak
tangan dan kaki, aksila, serta dahi; kelenjar keringat apokrin di aksila dan
anogenital; serta kelenjar sebaseus. Folikel rambut selain menumbuhkan
rambut juga mengandung sel pluripotent yang dapat bermigrasi dan menjadi
epitel bila terjadi luka, serta dapat melakukan hematopoiesis.(22)
Jika terjadi perlukaan pada kulit, epitel pada kelenjar dan folikel rambut akan
bermitosis dan bermigrasi untuk menutupi luka. Bila tidak ada sisa epitel,
luka yang tidak terlalu luas masih dapat tertutup melalui proses mitosis dan
migrasi epitel dari tepi luka disertai kontraksi luka. Migrasi epitel hanya
dapat berlangsung secara mendatar, tetapi tidak bisa naik (misal pada luka
yang tertutup granuloma).(22)
Pemeriksaan Laboratorium
Belum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk
mengevaluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, kecuali pada pasien
tertentu, seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh
yang rendah karena memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia
yang dapat disebabkan dari abses anorektal. Dalam kasus tersebut, evaluasi
laboratorium lengkap adalah penting. (Gearheart, Susan L. 2008)
Gambar 10. MRI Abses Perianal
Terapi pembedahan
Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang
kulit, dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Fistulotomy
merupakan tindakan bedah untuk mengobati anal fistula dengan cara membuka
saluran yang menghubungkan anal canal dan kulit kemudian mengalirkan pus
keluar. Fistulotomy dikerjakan bila saluran fistula melewati spingter ani, dan
bila tidak melewati spingter ani maka dilakukan Fistulectomy. (Zollinger R.M,
2011)
Teknik Operasi
Posisi pasien litotomi atau knee chest :
1. Dilakukan anestesi regional atau general
2. Sebelum melakukan operasi sangat penting untuk meraba adanya jaringan
fibrotik saluran fistel di daerah perianal maupun dekat linea dentata,
sehingga dapat ditentukan asal dari fistel
3. Dengan tuntunan rektoskopi dicari internal opening dengan cara
memasukkan methilen blue yang dapat dicampuri perhidrol
4. Bila internal opening belum terlihat dilakukan sondage secara perlahan
dengan penggunaan sonde tumpul yang tidak kaku kedalam fistula dan
ujung sonde diraba dengan jari tangan operator yang ditempatkan dalam
rektum
5. Bila internal opening telah ditemukan, dengan tuntunan sonde, dapat
dilakukan fistulotomi yaitu dengan cara insisi fistula searah panjang
fistula dan dinding fistula dilakukan curettage untuk pemeriksaan
patologi. Hati-hati jangan sampai memotong sfingter eksterna.
6. Luka operasi ditutup dengan tampon
Gambar 12. Fistulotomi
Seton: benang atau karet diikatkan melalui saluran fistula. Terdapat dua macam
Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk
memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang
Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh
tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
Gambar 14. Placement of a noncutting seton
Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama
setelah operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat
inap beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun
cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar.
Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat
dengan cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat-obatan
yang diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif.
Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali
bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah
berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak
disarankan untuk duduk diam berlama-lama. (Tabry Helena, 2011)
Prognosis pada pasien dengan fistel perianal adalah fistel dapat kambuh
bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel tidak turut
dibuka atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi mencapai
permukaan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi
yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan
mengalami kekambuhan). (Tabry Helena, 2011)
Fistula anorektal terjadi pada 30-60% pasien dengan abses anorektal.
Fistula Anorectal muncul sebagai akibat obstruksi dari kripta anal dan atau
kelenjar anal, yang teridentifikasi dengan adanya drainase dari kanal anal atau
dari kulit disekitar perianal. Penyebab lainnya dari fistula perianal merupakan
multi faktor, termasuk penyakit divertikular, inflammatory bowel disease,
keganasan dan infeksi, seperti tuberkulosis dan actinomikosis. (Tabry Helena,
2011)
2.3. Ozon
Ozon merupakan suatu allotropi oksigen dengan rumus kimia O3. Berada
di udara bebas dengan konsentrasi kecil, kurang lebih 0,00006%. Ozon dapat
ditimbulkan secara alamiah di bumi dengan adanya energi petir, sinar ultraviolet,
radiasi sinar kosmis atau sinar radioaktif yang dapat mengubah O2 menjadi O3.
Selain itu ozon juga dapat terbentuk karena proses reaksi kimiawi.
Gambar 17. Mekanisme metabolik pada Reaksi Ozon Criegee dan aldehide.
(Bocci, 2005).
Pemberian ozon pada konsentrasi 50 g/cc akan meningkatkan produksi
interferon. Tumor necrosis factor (TNF) akan dilepas dalam jumlah besar pada
konsentrasi 30-55 g/cc. Produksi interleukin 2 memulai seluruh kaskade reaksi
imunologi. Ozon dalam darah adalah oksidator kuat dan menyebabkan: 1.
Stimulasi produksi antioksidan 2. Vasodilatasi dan hiperemi (NO) 3. Mengurangi
viskositas darah dan plasma 4. Meningkatkan erythroyte membrane fluidity 5.
Hiperoksigenasi dan fasilitasi pelepasan oksigen di jaringan
2.4 VEGF
Tabel 5. Dosis pemakaian terapi ozon untuk penyembuhan luka (Sastroasmoro dkk, 2004)
Indikasi Bentuk aplikasi Konsentrasi Lama Frekuensi
ozon (μg/ml) (menit)
Pembersihan Setiap hari,
luka Plastic bag 80-100 10-20 dilanjutkan dengan
Kompres dengan air 1-2x/minggu
Penyembuhan yang telah diozonisasi 20 20 Beberapa kali sehari
luka
1-2
Luka bakar Plastic bag atau 20-30 10-20 1-2 kali per hari
stadium I atau kompres dengan air yang 1-2 beberapa kali sehari
II telah diozonisasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel penelitian ini adalah 30 tikus jantan jenis BALB/c dewasa dengan berat 250±50
gram.
Kriteria inklusi : tikus BALB jantan, kondisi sehat (bergerak aktif).
Keterangan:
Kelompok K :Kelompok kontrol, kelompok yang mendapatkan perlakuan secara
konvensional berupa (drainase air + ditutup kassa+antibiotik)
Kelompok P1 : Kelompok perlakuan 1, Subjek memperoleh perlakuan secara
kompres ozon + terapi minyak ozon dengan dosis 0,2 μg/ ml
Kelompok P2 : Kelompok perlakuan 2, Subjek memperoleh perlakuan secara
kompres ozon + terapi minyak ozon dengan dosis 0,25 μg/ ml
Kelompok P3 : Kelompok perlakuan 3, Subjek memperoleh perlakuan secara
kompres ozon + terapi minyak ozon dengan dosis 0,3 μg/ ml
Kelompok P4 : Kelompok perlakuan 4, Subjek memperoleh perlakuan secara kompres
ozon + terapi minyak ozon dengan dosis 0,35 μg/ ml
3.2.1.5 Definisi Operasional
Abses Perianal adalah infeksi jaringan lunak di sekitar kanalis analis, dengan
pembentukan rongga abses.
Fistula perianal adalah suatu hubungan yang abnormal antara epitel dari kanalis
anal dan epidermis dari kulit perianal.
Konsentrasi dosis ozon adalah dosis ozon yang diberikan secara bervariasi terhadap
masing masing sampel.
Gula darah sewaktu adalah pengukuran kadar gula darah melalui pemeriksaan
laboratorium.
VEGF adalah suatu protein yang membantu proses angiogenesis. Diperiksa secara
imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal terhadap VEGF dan
divisualisasi menggunakan DAB . Dihitung dengan melihat 20 lapangan pandang
dengan perbesaran 1000x
H2O2 merupakan salah satu ROS yang berperan pada kerusakan jaringan sampai
struktur sel, dan secara kumulatif disebut dengan stres oksidatif.
Malondialdehida (MDA) adalah salah satu produk akhir dari peroksidasi asam
lemak tak jenuh dalam sel. Peningkatan radikal bebas menyebabkan produksi MDA
berlebih. Tingkat Malondialdehid umumnya dikenal sebagai penanda stres oksidatif
dan status antioksidan.
Dielectric
Barrier
High Voltage
AC
Generator
Ground Electrode
Alat yang digunakan untuk pembuatan minyak berozon adalah generator ozon dan
pengaduk magnetis (magnetic stirrer). Saluran keluaran ozon menggunakan selang
anti oksidasi yang diberikan diffuser yang berfungsi untuk menambah efektivitas
penyerapan ozon ke dalam minyak. Pengaduk magnetis digunakan untuk
memudahkan melarutkan ozon dengan minyak.
Diffuser
Magnetik Stirrer
Gambar 20. Skema alat pembuatan minyak berozon
1. Jaringan diambil dari area luka dengan ukuran 2 mm dibandingkan dengan lebar
luka dan kulit sekitarnya pada hari 2, 10, dan hari 20.
Jaringan luka dan pengambilan darah dari sampel difiksasi di formalin lalu diblok
dengan paraffin kemudian dipanaskan selama 20 menit pada suhu 105 C di
antigen retrieval buffer. Setelah diblocking, slides yang sudah diinkubasi
menggunakaan antibody polyclonal lalu diberikan Diaminobenzidine
Tetrahydrochloride (DAB) lalu pengecatan menggunakan hematoxylin yang
kemudian dianalisis dengan pembesaran 400c mikroskop. Dikatakan positif
apabila terdepat sel yang tercat dengan antibody.
1. Dosis ozon konstan (D) adalah 0,2 μg/ml, 0,25 μg/ml, 0,3 μg/ml, 0,35 μg/ml.
2. Konsentrasi kompres ozon konstan 0,25 μg/ml.
3. Waktu eksposur konstan yang diberikan pada kompres ozon (te) selama 2 menit.
4. Sedangkan variabel yang digunakan adalah variasi konsentrasi ozon dan
kecepatan penyembuhan luka. (C).
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Karakterisasi arus-tegangan
2. Pengaruh tegangan terhadap konsentrasi ozon
3. Pengaruh flowrate terhadap konsentrasi ozon
4. Pengaruh diameter dan panjang elektroda terhadap konsentrasi ozon
5. Karakteristik waktu penyembuhan luka (tp) terhadap dosis konsentrasi ozon O3
melalui faktor konversi variasi tegangan reaktor terhadap konsentrasi ozon O3.
6. Kecepatan penyembuhan luka pada masing-masing perlakuan. Penyembuhan
luka ulkus berdasarkan kriteria berikut ini.
Grade 0 : Tidak ada perubahan
Grade 1 : Ukuran luka mengecil kurang dari ½ luka sebelumnya
Grade 2 : Ukuran luka mengecil kurang dari ½ luka sebelumnya tetapi sudah
tampak adanya granulasi .
Grade 3 : luka sudah menutup sempurna.
7. Peningkatan ekspresi VEGF pada pemeriksaan jaringan hasil biopsi.
Jaringan diambil dari luka berukuran 5mm x 5mm x 1 mm pada hari ke 2,10,
dan ke 20. Setengah dari jaringan diukur dan dihomogenikan pada 3 ml PHS
(pH 7,4) lalu diikuti sentrifugasi yang kemudian disimpan pada -80 C freezer
dengan ELISA kit. Setiap spesimen akan diekspresikan pada pg/mg dengan
mean ± SD.
8. Pengukuran parameter biokimia nitric oxide, glutathione peroxidase, catalase,
superoxide dismutase, H2O2, dan MDA.
9. Analisis Data menggunakan SPSS v.16.0 menggunakan T test tidak
berpasangan digunakan untuk membandingkan distribusi dari variabel dengan
membandingkan data dari kelompok perlakuan. T tes berpasangan digunakan
dengan membandingkan data sebelum dans etelah terapi pada grup yang sama
yang dilanjutkan dengan Chi square test. Signifikansi positif apabila P<0,05.
3.2.1.7 Alur Penelitian
Sampel penelitian
K P1,2,3,4
6 sampel @6 sampel
Gambar 21. Alur penelitian uji coba minyak berozon pada tikus model abses perianal
Hasil yang diharapkan pada penelitian tahap 1 adalah didapatkan sediaan minyak ozon
dengan dosis yang optimum sebagai terapi adjuvan abses perianal.