Anda di halaman 1dari 28

PPDH : KELOMPOK II GELOMBANG X

LAPORAN KEGIATAN
PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN
ROTASI PATOLOGI ANATOMI

Disusun Oleh:

JUSANTI MUKAROMAH, S.KH


NIM. 210130100111078

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Jusanti Mukaromah, S.KH

NIM : 210130100111078

Kelompok Koas : II

Gelombang Koas : X

Judul Kasus : (pneumonia, Hepatitis dan Nefritis)_(Ayam)_(Broiler)


Dokter Hewan Yang :
1. Drh. Dyah Ayu Oktavianie A.P., M. Biotech
Mendampingi Selama
(085643260016
Rotasi Dilaksanakan
2. Drh. Fajar Shodiq Permata, M. Biotech
(085878214102)
3. Drh. Albiruni Haryo, M. Sc (085646500167)
4. Drh. Andreas Bandang Hardian, M.VSc
(0895492776894)
5. Dr.drh. Handayu Untari (081332254120)
Lama Waktu Rotasi : 1 November 20201– 3 Desember 2021
Dilaksanakan
Batas Waktu Ujian : 3 Desember 2021

Menyetujui,
Dosen Pembimbing/Penguji Koordinator Dosen Rotasi Patologi Anatomi

drh. Albiruni Haryo, M. Sc drh. Albiruni Haryo, M. Sc


NIK : 201607910923 1 001 NIK : 201607910923 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

drh. Nofan Rickyawan, M.Sc.


NIP. 198511162018031001

ii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas


limpahan rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan
proposal koasistensi PPDH rotasi Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam melaksanakan kegiatan koasistensi Patologi Anatomi,
diantaranya :
1. drh. Dyah Ayu Oktavianie A.P., M. Biotech selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya sekalius tim dosen rotasi
Patologi Anatomi yang selalu memberikan dukungan tiada henti demi
kemajuan FKH UB tercinta.
2. drh. Fajar Shodiq Permata, M. Biotech dan drh. Andreas Bandang, M.
VSc. selaku tim dosen rotasi PPDH Patologi Anatomi Veteriner
3. drh. Albiruni Haryo, M. Sc selaku dosen pembimbing rotasi
4. Kelompok 2 (Keluarga Cemara 2) PPDH gelombang X yang selalu
memberi support dan kontribusi dalam pelaksanaan rotasi PPDH.
Penulis berharap semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas segala
kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan
koasistensi rotasi Patologi Anatomi Veteriner. Penulis sadar bahwa laporan ini
jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga laporan hasil koasistensi rotasi
Patologi Anatomi Veteriner ini dapat digunakan sebagaimana mestinya, dapat
memberikan manfaat serta menambah pengetahuan tidak hanya bagi penulis
tetapi juga bagi pembaca, Aamiin.

Malang, 23 November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
1.1 Latar Belakang ............................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................10
1.3 Tujuan .......................................................................................................10
1.4 Manfaat .....................................................................................................10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................11
2.1 Ayam ...........................................................................................................5
2.2 Proses Nekropsi...........................................................................................7
2.3 Sistem Organ Terdampak............................................................................9
2.4 Lesi Yang Muncul (Makros &Mikros) .....................................................10
2.5 Diagnosa Morfologi ..................................................................................10
2.6 Diagnosa Banding .....................................................................................11
BAB 3 METODOLOGI .......................................................................................18
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan.....................................................................18
3.2 Profil Mahasiswa.......................................................................................18
3.3 Alat dan Bahan ..........................................................................................18
3.4 Teknik Nekropsi ........................................................................................18
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................22
4.1 Hasil ..........................................................................................................22
4.1.1 Sinyalemen ..................................................................................22
4.1.2 Anamnesa ....................................................................................22
4.1.3 Temuan Klinis .............................................................................22
4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopis ...............................................................23
4.4 Diagnosa Patologis ....................................................................................26
4.5 Diagnosa Banding .....................................................................................26
4.6 Pembahasan ...............................................................................................26
BAB 5 PENUTUP .................................................................................................27

iv
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................27
5.2 Kendala .....................................................................................................27
5.3 Saran .........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28

v
DAFTAR TABEL
3.1 Langkah- Langkah Nekropsi ......................................................................... 6
4.1 Hasil Temuan Klinis pada Ayam .................................................................. 17

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Gambaran makroskopis hepar unggas… ..........................................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4. 2 Gambaran makroskopis pulmo unggasError! Bookmark not defined.
Gambar 4. 3 Gambaran makroskopis ginjal unggas ............................................ 22
Gambar 4.2.1 Gambaran mikroskopis hepar unggas ........................................... 23
Gambar 4.2.2 Gambaran mikroskopis ginjal unggas ........................................... 23
Gambar 4.2.3 Gambaran makroskopis pulmo unggas ......................................... 23

vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan adalah salah satu sector pendapatan bagi Sebagian
maasyarakat serta merupakan komoditas ekonomi yang strategis
Indonesia, selain sebagai peran penting dalam mencukupi
kenutuhuhan nutrisi bagi masyarakat Indonesia,. Sector agribisnis di
Indonesia, yaitu termasuk sector peternakan pada saat ini telah
mengalami banyak banyak perkembangan. Pertumbuhan tersebut juga
didasari oleh adanya peningkatan kebutuhan yang disertai oleh
peerbaikan system manajemen beternak menjadi lebih baik,,
bersamaan pula dengan peningkatan dari umlah penduduk,
perkembangan terhadap ekonomi, peningkatannya ilmu pengertahuan,
serta adanya peubahan yang terjadi terhadap gaya hidup manusia.
Pangan yang berasal dari ternak sangat penting untuk menunjunang
bagi tumbuh kembang, peningkatan kecerdasan masyarakat, karena
produk hewani ini mengandung nilai gizi yang tinggi (Muwarni dkk,
2017).
Penyakit infeksi yang sering disebut sebagai penyakit meukar
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh masuknyaagen biologi
mikroorganisme, yaitu seperti bakteri, virus, jamur, prion,
endoparasite dan ektoparasit. Penyakit infeksi ini dappat menular
secara langsung dengan melalui kontak langsung terhadap lesi dari
penyakit, kontak langsung terhadap jaringan hewan yang terinfeksi,
kontak seksual, atau dapat pula secra tidak langsung seperti melalui
makanan, minuman, peralatan yang terkontaminasi penyebab penyakit
tersebut, udara ataupun melalui vector pembawa seperti lalat, kecoa,
nyamuk. Selain hal tersebut mikroorganisme juga dapat menyebar
secara per inhalasi yaitu nmelalui sluran pernafasan, per oral melalui
makanan, minuman, perkutan melalui kulit, iatrogenic yaitu melalui
perlatan medik, atau secara parenteral dengan melalui luka. Secara
epidemiologi penyebaran penyakit ini juga dapat dipengaruhi oleh
letak geografis, umur, iklim, jenis kelamin, atau terhadap kepekaan

8
individu secara genetiknya ( Muwarni dkk, 2017).
Ayam broiler merupakan ayam yang dikembangkan untuk
diproduksi dengan cepat. Broiler adalah ternak unggas yang
mempunyai laju pertumbuhan yang sangat cepat dengan target panen
yang kurang dari 5 minggu dengan berat badan 1,7 kg/ekor.
Keunggulan broiler didapat dari proses seleksi yang sangat ketat
sehingga dipeoleh sifat genetik yang unggul dengan kondisi
pemeliharaan yang terkontrol meliputi pakan, temperature lingkungan,
dan manajement pemeliharaannya. Penampilan broiler yang bagus
dapat dicappai dengan system pemeliharaan yang intensif modern
dengan ciri yaitu pemakaian bibit unggul, pemberian pakan yang
berkualitas, dan lingkungan kendang yang terkontrol penuh.
Permasalahan utama yang menjadi menjadi tantangan terberat pada
peterakan ayam broiler ini adalah dengan munculnya siuatu penyakit.
Penyakit yang dapat menyerang ayam broiler ini cukup beragam dan
mempunyai gejala yang hampir sama. Penyebab dari penyakit yang
terjadi pada ayam tersebut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, cacing dan kutu (Santoso dkk, 2020).

9
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Rotasi Patologi Anatomi Veteriner
Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) FKH UB ini:
1. Bagaimana mengidentifikasi perubahan atau keadaan
patologis pada organ atau jaringan ayam secara
makroskopis dan mikroskopis?
2. Bagaimana cara menentukan diagnosa berdasarkan
perubahan patologi pada organ atau jaringan kelinci?

1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan
(PPDH) Rotasi Patologi Anatomi Fakultas kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya adalah:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi perubahan atau
keadaan patologis pada organ atau jaringan ayam secara
makroskopis dan mikroskopis.
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa berdasarkan
perubahan patologi pada organ atau jaringan ayam

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kegiatan Pendidikan Profesi
Dokter Hewan (PPDH) Rotasi Patologi Anatomi secara daring ini
adalah mahasiswa PPDH mendapatkan ilmu dan wawasan lebih yang
berkaitan dengan peran dokter hewan dalam melakukan tindakan
nekropsi, identifikasi penyakit dengan melakukan diagnosabaik secara
ante mortem dan post mortem dan bagaimana tindakan pencegahan
suatu penyakit di kemudian hari. khususnya penyakit pada ayam
melalui uji diagnostik laboratorium dengan ilmu patologi secara
makroskopis maupun mikroskopis.

10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam
Klasifikasi dari ayam dapat dikelompokkan sebagai berikut (Aidah,
2020)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Aves

Subclas : Neornithes

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus domesticus

Subspesies : Gallus gallus domesticus

Ayam ras adalah jenis ayam-ayam unggul infor yang telah di


kembangbiakkan untuk tujuan produksi tertentu. Ayam rasdapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu ayam pedaging dan petelur. Ayam petelur merupakan ayam yang
dipelihara untuk dimanfaatkan telunya. Ayam pedaging merupakan jenis ayam
yang dipelihara untuk dimanfaatkan dagingnya. Ayam ras pedagingunggul
disebut ayam broiler. Ayam broiler dihasilkan melalui perkawinan silang,
seleksi, dan rekayasa genetic yang dilakukan pembibitannya. Ayam broiler
adalah salah satu jenis ayam yang dipelihara dengan tujuan produksi diambil
dagingny (Hutagaol, 2014)

Ayam broiler merupakan ayam yang dikembangkan untuk diproduksi


dengan cepat. Broiler adalah ternak unggas yang mempunyai laju pertumbuhan
yang sangat cepat dengan target panen yang kurang dari 5 minggu dengan berat
badan 1,7 kg/ekor. Keunggulan broiler didapat dari proses seleksi yang sangat
ketat sehingga dipeoleh sifat genetik yang unggul dengan kondisi pemeliharaan

11
yang terkontrol meliputi pakan, temperature lingkungan, dan manajement
pemeliharaannya. Penampilan broiler yang bagus dapat dicappai dengan system
pemeliharaan yang intensif modern dengan ciri yaitu pemakaian bibit unggul,
pemberian pakan yang berkualitas, dan lingkungan kendang yang terkontrol
penuh (Rahayu H. S. et al., 2019).

2.2 Proses nekropsi


Teknik pelaksanaan nekropsi pada hewan ayam menurut
Martinez and Korich(2010) dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
1. Hal yang dipertikan sebelum nekropsi adalah menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan untuk nekropsi pada ayam,
selanjutnya menggunakan alat perlindungan diri untuk
memastikan tidak ada pathogen yang masuk atau dikeluarkan
pada saat melakukan nekropsi.
2. Badan ayam dibasahi dengan air agar tidak mengganggu pada
saat proses nekropsi. Ayam direbahkan dorsal recumbency, kaki
diangkat kemudian dipotong kulit yang berada di antara abdomen
dan kaki, serta angkat dan potong kulit pada abdomen ayam.
3. Dislokasi pada bagian kaki untuk menjaga agar badan dari ayam
tetap pada posisi dorsal recumbency, Tarik kulit kea rah depan
dada untuk mengekspos bagian dada dan lakukan inspeksi pada
area dada. Buka kulit pada area leher untuk memeriksa trakea,
espohagus, nervus, thymus, dan crop.
4. Langkah selanjutnya adalah membuka rongga thoracoabdominal,
potong sternum pada cartilage intercostalis. Angkat costae dan
musculus pectoralis kea rah cranial dengan hati-hati agar air sac
tidak rusak. Potong secara longitudinal di atas sendi costae pada
kedua bagian untuk mengekspose bagian rongga
thoracoabdominal.
5. Dilakukan inspeksi pada organ thoraks, selanjutnya yaitu
pemeriksaan pada saluran gastrointestinal, sebelumnya dilakukan
pengeluaran dari rongga abdomen. Proventrikulus di putuskan
dari esophagus. Potong bagian yang menempel pada

12
proventriculus, ventriculus, hepar dan intenstine.
6. Tarik bagian organ secara perlahan abdominal tersebut dengan
hati-hati agar tidak rusak dan bocir isi dari aabdomennya.
Kemudian diamati perubahan-perubahan yang terjadi pada organ
abdomen dari ayam tersebut.
7. Pemeriksaan pada pulmo, dilakukan dengan cara pemisahan
pulmo dan costae secara perlahan dan diamati perubahan pada
pulmo yang terjadi. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pada
brachial dan nervus intercostal, gonand dan glandula adrenal,
infundibulum, testis, ginjal, sacral, dan nervus sciatic, costae dan
vertebrae. Kemudian mengekspose bagian gastro intestinal
anterior, dengan memotong pada paruh pemeriksaan oropharynx,
dilanjutkan potong bagian esophagus dan crop.
8. Periksa mukosa dari proventrikulus dan ventriculus, cek adanya
ulcer, hemoragi atau lesi lainnya. Selanjutnya periksa mukosa
dari saluran gastrointestinal. Sampel pada organ yang terdapat lesi
dimasukkan dalam formalin 10%. Setelah selesai bangkai ayam
dimasukan dalam trash bag dan di buang sampah bangaki ayam
pada tempat yang telah ditentukan.
2.3 Sistem organ terdampak
2.3.1. Paru- paru
Paru- paru adalah organ pernapasan utama yang terletak pada rongga
dada. Paru adalah organ yang sangat penting perannya dalam proses
pernafasan. Fungsi utamanya adalah untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang
diperlakukan oleh tubuh untuk proses metabolism. Paru juga berfungsi untuk
mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa hasil dari metabolisme. Struktur
paru pada unggas sangat kaku, dan sangat sedikit terjadi Gerakan
mengembang/mengempis selama proses pernafasan (Praja & Yudhana, 2018).
2.3.2. Hepar
Hepar merupakan kelenjar tubuh paling besar yang mendapat
vaskularisasi ganda. Vena porta membawa darah berisi makanan yang diserap
dari usus dan organ tertentu, sedangkan arteri hepatica memberi darah pada sel

13
hepar dengan darah bersih yang membawa oksigen. Hepar berfiungsi untuk
menyaring darah dan menyimpan glikogen yang akan disebarkan ke seluruh
tubuh melewati peredaran darah. Peranan terpenting dari hati dalam proses
pencernaan yaitu menghasilkan getah empedu yang di salurkan ke dalam
duodenum melalui dua buah saluran. Getah tersebut disimpan di dalam kantong
yang disebut kantong empedu yang terletak di obus kanan hati. Sedangkan
lobus kirinya tidak terdapat kantong empedu, tetapi membentuk saluran yang
langsung berhubungan dengan duodenum. Pakan yang masuk ke dalam
duodenum akan memacu kantong empedu untuk mengkerut dan mengeluarkan
getah empedu ke dalam duodenum yang dapat membantu penyerapan lemak
oleh usus halus (Auliyah, 2016).
2.3.3. Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ detoksifikasi yang berfungsi untuk
mengeluarkan zat sisa-sisa hasil metabolism dalam bentuk urin dan senyawa
toksik, sehingga keadaan ginjal dapat digunakan sebagai salah satu indikator
pengaruh paparan zat toksik dalah tubuh selain organ hati kerusakan ginjal
dapat dilihat dari struktur morfologis serta histologis. Ginjal sebagai organ
ekresi yang mengontrol volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, eksresi
sisa-sisa produk metabolism, mengatur aktivitas metabolism seperti transport
aktif (elektrolit, protein, dan asam amino, asam organic), kontrol keseimbangan
asam basa dan metabolism xenobiotic (Alipin et al., 2016).
2.4 Lesi patologi (makroskopis dan mikroskopis)
1. Diskolorasi
Diskolorasi adalah perubahan warna pada jaringan Perubahan
warna pada mukosa dapat berupa makula multifokal atau pigmentasi difus
yang disebabkan oleh agen eksogen atau endogen. Diskolorasi disebabkan
oleh respon internal organ untuk mengeliminasi suatu kausa seperti
peradangan, nekrosis, perdarahan (Alipin et al., 2016)
2. Inflamasi
Inflamasi merupakan respon alami tubuh terhadap adanya
kerusakan jaringan seperti cedera. Ketika terjadi cedera, zat seperti histamin,
bradykinin, dan prostaglandin serta serotonin dilepskan. Permeabilitas

14
dinding kapiler. Reseptor nyeri mengalami perangsangan, protein dan cairan
keluar dari pembuluh darah kapiler(sel). Aliran ketempat cedera meningkat,
sel fagosit (leukosit) migrasi ketempat cedera untuk merusak zat-zat yang
dianggap berbahaya. Jika fagositosit berlebihan maka akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan inflamasi yang ditandai dengan adanya kemerahan,
bengkak, panas, nyeri dan hilangnya fungsi (Kusumastuti et al., 2014)
3. Kongesti
Kongesti adalah pelebaran endotel pembuluh darah akibat
akumulasi darah pada pembuluh darah. Kongesti dapat menyebabkan darah
terbendung dan mengakibatkan obstruksi
4. Nekrosis
Nekrosis adalah kematian sel akibat cedera yang memiliki ciri
adanya pembengkakan dan ruptur organ internal. Nekrosis biasa terjadi
karena ischemia, infeksi dan trauma.Tahapan nekrosis: inti sel meti akan
meyusut (piknosis) menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap,
kemudian intisel akan hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan at kromatin
yang tersebar di dalam sel (karioreksis), kemudian inti akan menghilang yang
disebut dengan kariopiknosis.
5. Hemoragi
Hemoragi terjadi akibat pembuluh darah yang berfungsi secara tidak
normal dan menjadi faktor utama yang mempengaruhi hemostasis.
Kelainan. pada pembuluh darah bisa didapatkan akibat trauma secara fisik
dan menyebabkan pembuluh darah menjadi rhexis (pecah) (Zachary, 2017).
2.5 Diagnosa morfologi
Diagnosa morfologi merupakan diagnosa berdasarkan lesi pada
jaringan yang disertai dengan keterangan lokasi, warna, ukuran, bentuk,
konsistensi dan distribusi. Menurut Majó and Dolz, (2019), lesi pada
unggas yang terinfeksi oleh bakteri dapat terjadi pada seluruh organ. Pada
organ paru – paru unggas akan terlihat adanya fibrin dan eksudat purulent
pada permukaan paru – paru dan paranbronchi, biasanya juga disertai
dengan peningkatan konsistensi organ. Organ hepar juga akan terlihat
adanya eksudat fibrin pada permukaan hepar akibat sepsis bakteri. Pada

15
beberapa kasus, hepar akan terlihat adanya petechiae atau hemoragi, focal
nekrosis akan terlihat terdistribusi pada parenkim hepar. Adanya sepsis
akan menyebabkan ginjal mengalami inflamasi.
2.6 Diagnosa banding
Diagnosa banding penyakit colibacillosis yang menginfeksi ayam
adalah pasteurellaae (Pasteurella ornithobacterium, Riemerella),
salmonella, streptococci dan organisme lainnya. Chlamydophila,
pasteurellae, atau streptococci (streptococcus enterococcus) dapat
menyebabkan pericarditis dan peritonitis, dan bakteri lainnya, mycoplasma
dan clamydophila dapat pula menyebabkan airsacculitis. (McMullin, 2020)

16
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat pelaksanaan Pendidikan profesi dokter hewan (PPDH)
rotasi Patologi Anatomi secara luring pada Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Brawijaya pada tanggal 1 November – 3 Desember
2021, sedangkan untuk nekropsi dilakukan di Laboratorium Patologi
Anatomi Veteriner pada tanggal 10 November 2021, dan pembuatan
preparat dilakukan di Laboratorium Histopatologi pada tanggal 16-21
November 2021

3.2 Profil Mahasiswa


Peserta Koasistensi Laboratorium Patologi Anatomi adalah
mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, sebagai berikut :
Nama : Jusanti Mukaromah
Nim 210130100111078
Jurusan : Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Fakultas : Kedokteran Hewan
Universitas : Brawijaya
No Hp 081575382951
Email : Jusantimukaromahktb@gmail.com
Yang berada dibawah bimbingan drh. Albiruni Haryo, M. Sc
3.3 Alat dan Bahan
Pengambilan sampel pada hewan ayam dilakukan dengan cara
nekropsi terlebih dahulu. Pada kegiatan ini, alat-alat yang digunakan
seperti glove, masker, pisau, scalpel, gunting, nampan, wadah
spesimen, mikrotom, object glass, cover glass, cassette, kertas label,
mikroskop cahaya.
Sedangkan bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini
diantaranya formalin 10%, alkohol konsentrasi 70%, 80%, 90%, 96%
absolut, xylol, akuades, air mengalir, parafin, larutan Mayers-
Hematoksilin, dan larutan Eosin.

17
3.4 Teknik Nekropsi

No Gambar Keterangan
1 Dilakukan pemeriksaan
eksternal sebelum
dilakukan insisi.
Pemeriksaan eksternal
meliputi pengamatan
pada bulu dan kulit, kaki,
serta adanya lesi pada
bagian luar.

2 Selain itu juga dapat


dilakukan pemeriksaan
pada bagian mukosa mata
dan rongga mulut untuk
melihat adanya nodul,
abses ataupun perubahan
patologis lainnya.

3 Ayam diletakkan di atas


papan nekropsi dengan
posisi rebah dorsal,
kemudian diinsisi kulit
mulai bagian abdomen
hingga ke bawah
mandibular.

18
4 Diinsisi muskulus pada
abdomen hingga ke
sternum, kemudian
dipotong tulang hingga
bagian rongga thoraks
terlihat semua. Lalu,
diamati seluruh organ
pada rongga abdomen
dan thoraks.
5 Organ yang telah di
preparer diletakkan pada
papan nekropsi untuk
diamati perubahan patologis
makroskopik.

6 Dipindahkan organ yang


mengalami patologis ke
papan putih yang sudah
diberi keterangan,
kemudian dicatat dan
didokumentasikan organ
tersebut.
7 Organ yang terdapat
perubahan atau lesi
dikoleksi ke dalam wadah
yang berisi larutan
formalin 10%.

19
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Sinyalemen
Jenis Hewan : Ayam
Ras : Broiler
Umur : 12 Hari
Asal hewan : peternakan ar-rohim Dau, Malang
Waktu ditemukan : 10 November 2021 pukul 09.00 WIB
Waktu nekropsi : 10 November 2021 pukul 10.00 WIB
4.1.2 Anamnesa
Ayam broiler berusia 12 hari dilaporkan mati sebnayak 5 ekor
yang berada di peternakan ar-rohim Dau Malang. Total populasi
ayam yang terdapat di peternakan tersebut adalah 27000 ayam dan
kematian normal sebanyak 5-10 ekor perhari.
4.1.3 Temuan Klinis
Temuan klinis berdasarkan pemeriksaan bangkai didapati
bahwa bangkai sudah dalam keadaan kaku,

4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopis


Tabel 4.1 Pemeriksaan Makroskopis Organ
Organ Hasil Deskripsi Lesi
Pengamatan
Kondisi Fisik
Bulu dan Kulit Tidak ada kelainan, Kotor Tidak ada lesi
Muskulus Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Sistem Digesti
Oropharingeal Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Crop Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Proventrikulus Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Ventrikulus Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Duodenum Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Jejunum Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Ileum Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Sekum Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Kolon Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Pankreas Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Hepar Terjadi diskolorasi Diskolorasi berwarna putih pucat
multifokallobus hepar.
Limfa Tidak ada kelainan Tidak ada lesi

20
Sistem sirkulasi
Jantung Tidak ada lesi
Sistem Respirasi
Nasal Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Trachea Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Paru-paru Diskolorasi pada pulmo Terjadi diskolorasi pada pulmo bagian
ventral yang menempel pada costae,
demrkasi jelas, warna kemerahan, dan pada
ventral ginjal.
Sistem Urogenital
Ginjal Terjadi diskolorasi Diskolorasi berwarna lebih putih pucat

Gambar 4.1 Hepar mengalami Gambar 4.2 Hemoraghi pada pulmo


diskolorasi multifokal (Dokumentasi (Dokumentasi pribadi, 2021)
pribadi, 2021)

Gambar 4.3 diskolorasi berwarna putih


multifocal (Dokumentasi pribadi, 2021)

21
4.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis

Gambar 4.2.1. kongesti pulmo Gambar 4.2.2 Pneumonia (panah biru)


pada vena pulmonalis kongesti pada pembuluh darah (panah hijau).
perbesaran 40X (panah biru), (Dokumentasi pribadi, 2021)
nekrosis epitel bronkus(panah
biru) (Dokumentasi pribadi,
2021)

Gambar 4.2.3 Hepar perbesaran Gambar 4.2.4 Hiperemi pada pembuluh darah
40X (Dokumentasi pribadi, hepar (panah biru) dan hemoragi disertai
2021) infiltrasi sel radang pada parenkim hepar
(panah merah)(Dokumentasi pribadi, 2021)

Gambar 4.2.5 Nekrosis Gambar 4.2.6 Hemoragi pada korteks ginjal


koagulatif pada ginjal perbesaran 40X (panah biru) (Dokumentasi
perbesaran 400X (panah hitam). pribadi, 2021)
4.3 Diagnosa patologis
Diagnosa patologis setelah dilakukannya pemeriksaan post mortem pada
ayam broiler ini yaitu ditemukan adanya diskolorasi multifokal pada hepar ayam,
nefritis, dan hemoragi pada pulmo. Sedangkan pada saat pengamatan mikroskopis
pulmo ditemukan adanya kongesti pada pembuluh darah dan pneumonia. Pada
ginjal ditemukan adanya hemoragi dan nekrosis koagulatif pada ginjal, pada hepar
ditemukan adanya kongesti pada pembuluh darah hepar dan infiltrasi sel radang
pada parenkim hepar sehingga didapatkan diagnosa patologis yaitu hepatitis.
4.4 Diagnosa Banding
Diagnosa banding pada ayam ini yaitu salmonellosis, pasteurellosis dan
staphylococcosis. Diganosa banding colibasilosis pada ayam adalah sebagai
berikut.
a. Salmonellosis
Salmonella sp. merupakan penyebab dari salmonellosis. Gejala klinis pada
ayam muda yang terkena salmonelosis menunjukkan gejala dan lesi yang
mirip dengan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh bakteri seperti
colibasilosis. Pada ayam muda lesinya mungkin tidak terlihat pada kasus
yang sangat akut. Sedangkan pada kasus yang kurang akut, lesi yang
terlihat yaitu meliputi emasiasi, dehidrasi, kongesti pada hati dan limpa
dengan hemoragi atau foki nekrotik, kongesti ginjal dan perikarditis yang
disertai oleh perlekatan antara perikardium dan jantung (Sartika et al.,
2016)
b. Pasteurellosis
Pasteurellosis atau fowl cholera adalah penyakit menular yang bisa
menyerang unggas domestik dan liar, penyakit ini disebabkan oleh
pasteurella multocida. Pada bentuk akut dari penyakit ini, gejala klinisnya
hanya mucul sesaat sebelum kematian yang terjadi pada unggas. Dalam
bentuk penyakit kronis, gejala klinis biasanya berhubungan dengan infeksi
lokal dengan pial, sinus, paha atau sayap, pada kaki, dan sternal burse yang
membesar. Lesi pada penyakit akut yang terlihat yaitu adanya hemoragi
pada pulmo, lemak abdominal, dan mukosa intestine. Pada hepar juga
terlihat adanya pembengkakan dan biasanya berisi beberapa area fokal
kecil nekrosis koagulatif. Terdapat adanya lendir kental pada saluran
digesti, yaitu terutama pada faring, crop dan intestine. Sedangkan pada
penyakit krinis ditandai dengan adanya infeksi lokal, yaitu adanya infeksi
pada conjungtiva dan jaringan disekitarnya, serta adaya edema pada wajah.
Pada infeksi lokal kronisnya juga dapat melibatkan telinga tengah dan
tulang cranial, serta dapat pula menyebabkan tortikolis.
c. Staphylococcosis
Staphylococcosis adalah penyakit pada unggas yang disebabkan oleh
staphylococcus spp. lesi patologi yang terlihat dari staphyloccosis ini
adalah terdapat lesi pada osteomyelitis pada tulang yang menyebabkan
tulang menjadi rapuh, arthitis, periatritis, sinovitis, spondylitis. Lesi pada
infeksi staphylococus septicemia terdiri dari nekrosis dan kongesti
vaskular pada banyak organ internal termasuk hepar, limpa, ginjal dan
pulmo. Pada hepar biasanya terlihat adanya multiple foci dari nekrosis
yang terjadi pada hepar (McMullin, 2020)
4.5 Pembahasan
Diagnosa patologis setelah dilakukannya pemeriksaan post mortem pada
ayam broiler ini yaitu ditemukan adanya diskolorasi multifokal pada hepar ayam,
nefritis, dan hemoragi pada pulmo. Sedangkan pada saat pengamatan mikroskopis
pulmo ditemukan adanya kongesti pada pembuluh darah dan pneumonia. Pada
ginjal ditemukan adanya hemoragi dan nekrosis koagulatif pada ginjal, pada hepar
ditemukan adanya hiperemi pada pembuluh darah hepar dan hemoragi yang
disertai infiltrasi sel radang pada parenkim hepar.
Hepatitis adalah peradangan pada hepar yang terjadi karena adanya
infiltrasi sel radang yang diinisiasi oleh patogen yang masuk bersama darah. Pada
gambaran mikroskopis ditemukan adanya hiperemi dan hemoragi disertai infiltrasi
sel radang. Hiperemi dan kongesti dapat didefenisikan sebagai meningkatnya
jumlah darah dalam pembuluh darah, yang ditunjukkan adanya pelebaran kapiler
darah yang penuh dengan eritrosit. (Hardi, et al 2011). Hiperemi dan Kongesti
dapat disebabkan oleh reaksi peradangan akibat trauma, toksin, atau
mikroorganisme (Salbahaga et al., 2012).
Selain ditemukannya kongesti dan hemoragi, juga ditemukan adanya
infiltrasi sel radang yang mengelilingi arteri hepatica. Peradangan berfungsi untuk
mengahancurkan, mengencerkan dan membatasi agen patogen yang masuk ke
dalam hepar. Adanya sel infiltrasi sel radang ini juga memicu terjadinya proses
pemulihan dan mengganti sel-sel yang rusak (Oktaviandari, et al., 2020).
Keterkaitan antara kongesti dan hemoragi pada hepar ini disebabkan karena
adanya mikroba yang masuk ke hepar melalui pembuluh darah sehingga
menginfeksi arteri pulmonalis pertama kali karena arteri pulmonalis merupakan
pintu pertama yang terpapar oleh patogen. Agen patogen yang berada pada darah
dan masuk melalui arteri hepatika dan lanjut ke arteriola kemudian berakhir di
sinosoid. Adanya patogen pada sinosoid menyababkan reaksi peradangan
sehingga menyebabkan penyempitan kapiler.
Pneumonia adalah peradangan yang terjadi pada parenkim pulmo.
Eksudasi pad pneumonia dapat bervariasi tergantung dari etiologi lesi. Pulmo
ayam normal biasanya berwarna orange-merah, seperti sponge, dan dapat diisi
udara dengan baik. Apabila pulmo terinfeksi bakteri, dapat mengakibatkan
terjadinya inflamasi dan pulmo menjadi kemerahan (Yanti, et al., 2019). Pada
pemeriksaan mikroskopis pulmo yang terinfeksi bakteri pulmo akan mengalami
kongesti, heamoragi, infiltrasi sel neurofil dari lumen bronkiolus ke alveolus
lumen dan mengakibatkan terjadinya nekrosis pada septa alveoli dan atria
(Dharma, 1997). Pada pemeriksaan ini pulmo ayam mengalami kongesti dan tidak
terdapat perubahan yang berarti. Kongesti pada pulmo ini dapat terjadi karena
proses kematian pada fase livor mortis sehingga bukan temuan klinis patologi
yang berarti.

.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatomi dengan melakukan nekropsi dan
pemeriksaan organ makroskopis dan mikroskopis, maka dapat disimpulkan diagnosa
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatomi denganmelakukan nekropsi dan pemeriksaan
organ makroskopis dan mikroskopis, maka dapat diambil diagnosa patologis hepatitis multifokal
pada hepar, diskolorasi pada pulmo dan hemoraghi pada ginjal. Gambaran patologis yang
dihubungkan dengan anamnesa dari peternak maka dugaan penyakit disebabkan oleh bakteri
coliform dengan infeksi sekunder Infection Bursal Diseases. Penyakit yang menyebabkan kematian
pada ayam ini yaitu Infection Bursal Diseases.
5.2 Kendala
Kendala yang saya alami selama rotasi patologi anatomi yaitu tidak dilaksanakan
pemeriksaan lanjutan ke lab mikrobiologi sehingga saya tidak tau pasti penyebab penyakit
yang menyebabkan kematian pada kasus saya kali ini. Kendala lain yaitu adanya target
nekropsi yang sangat banyak sehingga mahasiswa tidak fokus pada teknik nekropsi
melalainkan hanya kegiatan bedah bangkai
5.3 Saran
Sampel ayam yang didapatkan dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjutan seperti
pemeriksaan mikrobiologis (penanaman sampel pada media agar atau kultur bakteri),
ataupun digunakan untuk diagnosis molecular seperti PCR guna mengetahui penyebab
penyakit/kematian secara pasti.

26
DAFTAR PUSTAKA
Alipin, K., Fadilah, A. M., & Kuntana, Y. P. (2016). Gambaran Morfologis Ginjal Ayam
Yang Diberi Ransum Mengandung Temulawak Serta Pengaruhnya Terhadap Bobot
Badan. 5.
Auliyah, R. (2016). Gambaran Histopatologi Hepar Ayam Pedaging Yang Diinfeksi L2
Toxocara Vitolorum. Universitas Airlangga.
Hutagaol, E. D. (2014). Manajemen Pakan Ayam Broiler Di Farm Tambiluk Pt. Surya
Unggas Mandiri Desa Tambiluk Kecamatan Petir Kabupaten Serang, Banten.
Universitas Diponegoro.
Kusumastuti, E., Handajani, J., & Susilowati, H. (2014). Ekspresi Cox-2 Dan Jumlah
Neutrofil Fase Inflamasi Pada Proses Penyembuhan Luka Setelah Pemberian
Sistemik Ekstrak Etanolik Rosela (Hibiscus Sabdariffa) (Studi In Vivo Pada Tikus
Wistar). Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 21(1), 13.
Https://Doi.Org/10.22146/Majkedgiind.8778
Lawalata, T. O. H., Tjahjadi, A. A., Oroh, E. E. Ch., & Suling, P. L. (2013). Granuloma
Piogenik Multipel. Jurnal Biomedik (Jbm), 2(2).
Https://Doi.Org/10.35790/Jbm.2.2.2010.851
Mcmullin, P. F. (2020). Diseases Of Poultry 14th Edition: David E. Swayne, Martine
Boulianne, Catherine M. Logue, Larry R. Mcdougald, Venugopal Nair, David L.
Suarez, Sjaak De Wit, Tom Grimes, Deirdre Johnson, Michelle Kromm, Teguh
Yodiantara Prajitno, Ian Rubinoff & Guillermo Zavala (Eds.), Hoboken, Nj, John
Wiley & Sons, 2020, 1451 Pp., £190 (Hardcover)/£171.99 (E-Book), Isbn
9781119371168. Avian Pathology, 49(5), 526–526.
Https://Doi.Org/10.1080/03079457.2020.1794237
Praja, R. N., & Yudhana, A. (2018). Isolasi Dan Identifikasi Aspergillus Spp Pada Paru-
Paru Ayam Kampung Yang Dijual Di Pasar Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner,
1(1), 6. Https://Doi.Org/10.20473/Jmv.Vol1.Iss1.2017.6-11
Rahayu H. S., I., Darwati, S., & Mu’iz, A. (2019). Morfometrik Ayam Broiler Dengan
Pemeliharaan Intensif Dan Akses Free Range Di Daerah Tropis. Jurnal Ilmu
Produksi Dan Teknologi Hasil Peternakan, 7(2), 75–80.
Https://Doi.Org/10.29244/Jipthp.7.2.75-80
Sartika, D., Susilawati, & Arfani, G. (2016). Identifikasi Cemaran Salmonella Sp. Pada
Ayam Potong Dengan Metode Kuantifikasi Di Tiga Pasar Tradisional Dan Dua
Pasar Modern Di Kota Bandar Lampung. Jurnal Teknologi Industri & Hasil
Pertanian, 21(2).
Yanti, K A T., Setyawati I., dan Astiti N P. 2019. Lungs Histophatology of Laying Hens
Infected by Colibacillosis in Animal Cages Experiment in the Diseases Investigation
Center 6, Denpasar Bali. Advances in Tropical Biodiversity and Enviromental
Science. 3(2): 25-28.

27
BUKTI DOKUMENTASI PELAKSANAAN ROTASI

Nekropsi Ayam

Nekropsi kura-kura

Nekropsi kambing

28

Anda mungkin juga menyukai