LAPORAN KEGIATAN
PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN
ROTASI PATOLOGI ANATOMI
Disusun Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 210130100111078
Kelompok Koas : II
Gelombang Koas : X
Menyetujui,
Dosen Pembimbing/Penguji Koordinator Dosen Rotasi Patologi Anatomi
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
1.1 Latar Belakang ............................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................10
1.3 Tujuan .......................................................................................................10
1.4 Manfaat .....................................................................................................10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................11
2.1 Ayam ...........................................................................................................5
2.2 Proses Nekropsi...........................................................................................7
2.3 Sistem Organ Terdampak............................................................................9
2.4 Lesi Yang Muncul (Makros &Mikros) .....................................................10
2.5 Diagnosa Morfologi ..................................................................................10
2.6 Diagnosa Banding .....................................................................................11
BAB 3 METODOLOGI .......................................................................................18
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan.....................................................................18
3.2 Profil Mahasiswa.......................................................................................18
3.3 Alat dan Bahan ..........................................................................................18
3.4 Teknik Nekropsi ........................................................................................18
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................22
4.1 Hasil ..........................................................................................................22
4.1.1 Sinyalemen ..................................................................................22
4.1.2 Anamnesa ....................................................................................22
4.1.3 Temuan Klinis .............................................................................22
4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopis ...............................................................23
4.4 Diagnosa Patologis ....................................................................................26
4.5 Diagnosa Banding .....................................................................................26
4.6 Pembahasan ...............................................................................................26
BAB 5 PENUTUP .................................................................................................27
iv
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................27
5.2 Kendala .....................................................................................................27
5.3 Saran .........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28
v
DAFTAR TABEL
3.1 Langkah- Langkah Nekropsi ......................................................................... 6
4.1 Hasil Temuan Klinis pada Ayam .................................................................. 17
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Gambaran makroskopis hepar unggas… ..........................................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4. 2 Gambaran makroskopis pulmo unggasError! Bookmark not defined.
Gambar 4. 3 Gambaran makroskopis ginjal unggas ............................................ 22
Gambar 4.2.1 Gambaran mikroskopis hepar unggas ........................................... 23
Gambar 4.2.2 Gambaran mikroskopis ginjal unggas ........................................... 23
Gambar 4.2.3 Gambaran makroskopis pulmo unggas ......................................... 23
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan adalah salah satu sector pendapatan bagi Sebagian
maasyarakat serta merupakan komoditas ekonomi yang strategis
Indonesia, selain sebagai peran penting dalam mencukupi
kenutuhuhan nutrisi bagi masyarakat Indonesia,. Sector agribisnis di
Indonesia, yaitu termasuk sector peternakan pada saat ini telah
mengalami banyak banyak perkembangan. Pertumbuhan tersebut juga
didasari oleh adanya peningkatan kebutuhan yang disertai oleh
peerbaikan system manajemen beternak menjadi lebih baik,,
bersamaan pula dengan peningkatan dari umlah penduduk,
perkembangan terhadap ekonomi, peningkatannya ilmu pengertahuan,
serta adanya peubahan yang terjadi terhadap gaya hidup manusia.
Pangan yang berasal dari ternak sangat penting untuk menunjunang
bagi tumbuh kembang, peningkatan kecerdasan masyarakat, karena
produk hewani ini mengandung nilai gizi yang tinggi (Muwarni dkk,
2017).
Penyakit infeksi yang sering disebut sebagai penyakit meukar
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh masuknyaagen biologi
mikroorganisme, yaitu seperti bakteri, virus, jamur, prion,
endoparasite dan ektoparasit. Penyakit infeksi ini dappat menular
secara langsung dengan melalui kontak langsung terhadap lesi dari
penyakit, kontak langsung terhadap jaringan hewan yang terinfeksi,
kontak seksual, atau dapat pula secra tidak langsung seperti melalui
makanan, minuman, peralatan yang terkontaminasi penyebab penyakit
tersebut, udara ataupun melalui vector pembawa seperti lalat, kecoa,
nyamuk. Selain hal tersebut mikroorganisme juga dapat menyebar
secara per inhalasi yaitu nmelalui sluran pernafasan, per oral melalui
makanan, minuman, perkutan melalui kulit, iatrogenic yaitu melalui
perlatan medik, atau secara parenteral dengan melalui luka. Secara
epidemiologi penyebaran penyakit ini juga dapat dipengaruhi oleh
letak geografis, umur, iklim, jenis kelamin, atau terhadap kepekaan
8
individu secara genetiknya ( Muwarni dkk, 2017).
Ayam broiler merupakan ayam yang dikembangkan untuk
diproduksi dengan cepat. Broiler adalah ternak unggas yang
mempunyai laju pertumbuhan yang sangat cepat dengan target panen
yang kurang dari 5 minggu dengan berat badan 1,7 kg/ekor.
Keunggulan broiler didapat dari proses seleksi yang sangat ketat
sehingga dipeoleh sifat genetik yang unggul dengan kondisi
pemeliharaan yang terkontrol meliputi pakan, temperature lingkungan,
dan manajement pemeliharaannya. Penampilan broiler yang bagus
dapat dicappai dengan system pemeliharaan yang intensif modern
dengan ciri yaitu pemakaian bibit unggul, pemberian pakan yang
berkualitas, dan lingkungan kendang yang terkontrol penuh.
Permasalahan utama yang menjadi menjadi tantangan terberat pada
peterakan ayam broiler ini adalah dengan munculnya siuatu penyakit.
Penyakit yang dapat menyerang ayam broiler ini cukup beragam dan
mempunyai gejala yang hampir sama. Penyebab dari penyakit yang
terjadi pada ayam tersebut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, cacing dan kutu (Santoso dkk, 2020).
9
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Rotasi Patologi Anatomi Veteriner
Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) FKH UB ini:
1. Bagaimana mengidentifikasi perubahan atau keadaan
patologis pada organ atau jaringan ayam secara
makroskopis dan mikroskopis?
2. Bagaimana cara menentukan diagnosa berdasarkan
perubahan patologi pada organ atau jaringan kelinci?
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan
(PPDH) Rotasi Patologi Anatomi Fakultas kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya adalah:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi perubahan atau
keadaan patologis pada organ atau jaringan ayam secara
makroskopis dan mikroskopis.
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa berdasarkan
perubahan patologi pada organ atau jaringan ayam
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kegiatan Pendidikan Profesi
Dokter Hewan (PPDH) Rotasi Patologi Anatomi secara daring ini
adalah mahasiswa PPDH mendapatkan ilmu dan wawasan lebih yang
berkaitan dengan peran dokter hewan dalam melakukan tindakan
nekropsi, identifikasi penyakit dengan melakukan diagnosabaik secara
ante mortem dan post mortem dan bagaimana tindakan pencegahan
suatu penyakit di kemudian hari. khususnya penyakit pada ayam
melalui uji diagnostik laboratorium dengan ilmu patologi secara
makroskopis maupun mikroskopis.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam
Klasifikasi dari ayam dapat dikelompokkan sebagai berikut (Aidah,
2020)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Subclas : Neornithes
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
11
yang terkontrol meliputi pakan, temperature lingkungan, dan manajement
pemeliharaannya. Penampilan broiler yang bagus dapat dicappai dengan system
pemeliharaan yang intensif modern dengan ciri yaitu pemakaian bibit unggul,
pemberian pakan yang berkualitas, dan lingkungan kendang yang terkontrol
penuh (Rahayu H. S. et al., 2019).
12
proventriculus, ventriculus, hepar dan intenstine.
6. Tarik bagian organ secara perlahan abdominal tersebut dengan
hati-hati agar tidak rusak dan bocir isi dari aabdomennya.
Kemudian diamati perubahan-perubahan yang terjadi pada organ
abdomen dari ayam tersebut.
7. Pemeriksaan pada pulmo, dilakukan dengan cara pemisahan
pulmo dan costae secara perlahan dan diamati perubahan pada
pulmo yang terjadi. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pada
brachial dan nervus intercostal, gonand dan glandula adrenal,
infundibulum, testis, ginjal, sacral, dan nervus sciatic, costae dan
vertebrae. Kemudian mengekspose bagian gastro intestinal
anterior, dengan memotong pada paruh pemeriksaan oropharynx,
dilanjutkan potong bagian esophagus dan crop.
8. Periksa mukosa dari proventrikulus dan ventriculus, cek adanya
ulcer, hemoragi atau lesi lainnya. Selanjutnya periksa mukosa
dari saluran gastrointestinal. Sampel pada organ yang terdapat lesi
dimasukkan dalam formalin 10%. Setelah selesai bangkai ayam
dimasukan dalam trash bag dan di buang sampah bangaki ayam
pada tempat yang telah ditentukan.
2.3 Sistem organ terdampak
2.3.1. Paru- paru
Paru- paru adalah organ pernapasan utama yang terletak pada rongga
dada. Paru adalah organ yang sangat penting perannya dalam proses
pernafasan. Fungsi utamanya adalah untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang
diperlakukan oleh tubuh untuk proses metabolism. Paru juga berfungsi untuk
mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa hasil dari metabolisme. Struktur
paru pada unggas sangat kaku, dan sangat sedikit terjadi Gerakan
mengembang/mengempis selama proses pernafasan (Praja & Yudhana, 2018).
2.3.2. Hepar
Hepar merupakan kelenjar tubuh paling besar yang mendapat
vaskularisasi ganda. Vena porta membawa darah berisi makanan yang diserap
dari usus dan organ tertentu, sedangkan arteri hepatica memberi darah pada sel
13
hepar dengan darah bersih yang membawa oksigen. Hepar berfiungsi untuk
menyaring darah dan menyimpan glikogen yang akan disebarkan ke seluruh
tubuh melewati peredaran darah. Peranan terpenting dari hati dalam proses
pencernaan yaitu menghasilkan getah empedu yang di salurkan ke dalam
duodenum melalui dua buah saluran. Getah tersebut disimpan di dalam kantong
yang disebut kantong empedu yang terletak di obus kanan hati. Sedangkan
lobus kirinya tidak terdapat kantong empedu, tetapi membentuk saluran yang
langsung berhubungan dengan duodenum. Pakan yang masuk ke dalam
duodenum akan memacu kantong empedu untuk mengkerut dan mengeluarkan
getah empedu ke dalam duodenum yang dapat membantu penyerapan lemak
oleh usus halus (Auliyah, 2016).
2.3.3. Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ detoksifikasi yang berfungsi untuk
mengeluarkan zat sisa-sisa hasil metabolism dalam bentuk urin dan senyawa
toksik, sehingga keadaan ginjal dapat digunakan sebagai salah satu indikator
pengaruh paparan zat toksik dalah tubuh selain organ hati kerusakan ginjal
dapat dilihat dari struktur morfologis serta histologis. Ginjal sebagai organ
ekresi yang mengontrol volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, eksresi
sisa-sisa produk metabolism, mengatur aktivitas metabolism seperti transport
aktif (elektrolit, protein, dan asam amino, asam organic), kontrol keseimbangan
asam basa dan metabolism xenobiotic (Alipin et al., 2016).
2.4 Lesi patologi (makroskopis dan mikroskopis)
1. Diskolorasi
Diskolorasi adalah perubahan warna pada jaringan Perubahan
warna pada mukosa dapat berupa makula multifokal atau pigmentasi difus
yang disebabkan oleh agen eksogen atau endogen. Diskolorasi disebabkan
oleh respon internal organ untuk mengeliminasi suatu kausa seperti
peradangan, nekrosis, perdarahan (Alipin et al., 2016)
2. Inflamasi
Inflamasi merupakan respon alami tubuh terhadap adanya
kerusakan jaringan seperti cedera. Ketika terjadi cedera, zat seperti histamin,
bradykinin, dan prostaglandin serta serotonin dilepskan. Permeabilitas
14
dinding kapiler. Reseptor nyeri mengalami perangsangan, protein dan cairan
keluar dari pembuluh darah kapiler(sel). Aliran ketempat cedera meningkat,
sel fagosit (leukosit) migrasi ketempat cedera untuk merusak zat-zat yang
dianggap berbahaya. Jika fagositosit berlebihan maka akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan inflamasi yang ditandai dengan adanya kemerahan,
bengkak, panas, nyeri dan hilangnya fungsi (Kusumastuti et al., 2014)
3. Kongesti
Kongesti adalah pelebaran endotel pembuluh darah akibat
akumulasi darah pada pembuluh darah. Kongesti dapat menyebabkan darah
terbendung dan mengakibatkan obstruksi
4. Nekrosis
Nekrosis adalah kematian sel akibat cedera yang memiliki ciri
adanya pembengkakan dan ruptur organ internal. Nekrosis biasa terjadi
karena ischemia, infeksi dan trauma.Tahapan nekrosis: inti sel meti akan
meyusut (piknosis) menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna gelap,
kemudian intisel akan hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan at kromatin
yang tersebar di dalam sel (karioreksis), kemudian inti akan menghilang yang
disebut dengan kariopiknosis.
5. Hemoragi
Hemoragi terjadi akibat pembuluh darah yang berfungsi secara tidak
normal dan menjadi faktor utama yang mempengaruhi hemostasis.
Kelainan. pada pembuluh darah bisa didapatkan akibat trauma secara fisik
dan menyebabkan pembuluh darah menjadi rhexis (pecah) (Zachary, 2017).
2.5 Diagnosa morfologi
Diagnosa morfologi merupakan diagnosa berdasarkan lesi pada
jaringan yang disertai dengan keterangan lokasi, warna, ukuran, bentuk,
konsistensi dan distribusi. Menurut Majó and Dolz, (2019), lesi pada
unggas yang terinfeksi oleh bakteri dapat terjadi pada seluruh organ. Pada
organ paru – paru unggas akan terlihat adanya fibrin dan eksudat purulent
pada permukaan paru – paru dan paranbronchi, biasanya juga disertai
dengan peningkatan konsistensi organ. Organ hepar juga akan terlihat
adanya eksudat fibrin pada permukaan hepar akibat sepsis bakteri. Pada
15
beberapa kasus, hepar akan terlihat adanya petechiae atau hemoragi, focal
nekrosis akan terlihat terdistribusi pada parenkim hepar. Adanya sepsis
akan menyebabkan ginjal mengalami inflamasi.
2.6 Diagnosa banding
Diagnosa banding penyakit colibacillosis yang menginfeksi ayam
adalah pasteurellaae (Pasteurella ornithobacterium, Riemerella),
salmonella, streptococci dan organisme lainnya. Chlamydophila,
pasteurellae, atau streptococci (streptococcus enterococcus) dapat
menyebabkan pericarditis dan peritonitis, dan bakteri lainnya, mycoplasma
dan clamydophila dapat pula menyebabkan airsacculitis. (McMullin, 2020)
16
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat pelaksanaan Pendidikan profesi dokter hewan (PPDH)
rotasi Patologi Anatomi secara luring pada Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Brawijaya pada tanggal 1 November – 3 Desember
2021, sedangkan untuk nekropsi dilakukan di Laboratorium Patologi
Anatomi Veteriner pada tanggal 10 November 2021, dan pembuatan
preparat dilakukan di Laboratorium Histopatologi pada tanggal 16-21
November 2021
17
3.4 Teknik Nekropsi
No Gambar Keterangan
1 Dilakukan pemeriksaan
eksternal sebelum
dilakukan insisi.
Pemeriksaan eksternal
meliputi pengamatan
pada bulu dan kulit, kaki,
serta adanya lesi pada
bagian luar.
18
4 Diinsisi muskulus pada
abdomen hingga ke
sternum, kemudian
dipotong tulang hingga
bagian rongga thoraks
terlihat semua. Lalu,
diamati seluruh organ
pada rongga abdomen
dan thoraks.
5 Organ yang telah di
preparer diletakkan pada
papan nekropsi untuk
diamati perubahan patologis
makroskopik.
19
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Sinyalemen
Jenis Hewan : Ayam
Ras : Broiler
Umur : 12 Hari
Asal hewan : peternakan ar-rohim Dau, Malang
Waktu ditemukan : 10 November 2021 pukul 09.00 WIB
Waktu nekropsi : 10 November 2021 pukul 10.00 WIB
4.1.2 Anamnesa
Ayam broiler berusia 12 hari dilaporkan mati sebnayak 5 ekor
yang berada di peternakan ar-rohim Dau Malang. Total populasi
ayam yang terdapat di peternakan tersebut adalah 27000 ayam dan
kematian normal sebanyak 5-10 ekor perhari.
4.1.3 Temuan Klinis
Temuan klinis berdasarkan pemeriksaan bangkai didapati
bahwa bangkai sudah dalam keadaan kaku,
20
Sistem sirkulasi
Jantung Tidak ada lesi
Sistem Respirasi
Nasal Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Trachea Tidak ada kelainan Tidak ada lesi
Paru-paru Diskolorasi pada pulmo Terjadi diskolorasi pada pulmo bagian
ventral yang menempel pada costae,
demrkasi jelas, warna kemerahan, dan pada
ventral ginjal.
Sistem Urogenital
Ginjal Terjadi diskolorasi Diskolorasi berwarna lebih putih pucat
21
4.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis
Gambar 4.2.3 Hepar perbesaran Gambar 4.2.4 Hiperemi pada pembuluh darah
40X (Dokumentasi pribadi, hepar (panah biru) dan hemoragi disertai
2021) infiltrasi sel radang pada parenkim hepar
(panah merah)(Dokumentasi pribadi, 2021)
.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatomi dengan melakukan nekropsi dan
pemeriksaan organ makroskopis dan mikroskopis, maka dapat disimpulkan diagnosa
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatomi denganmelakukan nekropsi dan pemeriksaan
organ makroskopis dan mikroskopis, maka dapat diambil diagnosa patologis hepatitis multifokal
pada hepar, diskolorasi pada pulmo dan hemoraghi pada ginjal. Gambaran patologis yang
dihubungkan dengan anamnesa dari peternak maka dugaan penyakit disebabkan oleh bakteri
coliform dengan infeksi sekunder Infection Bursal Diseases. Penyakit yang menyebabkan kematian
pada ayam ini yaitu Infection Bursal Diseases.
5.2 Kendala
Kendala yang saya alami selama rotasi patologi anatomi yaitu tidak dilaksanakan
pemeriksaan lanjutan ke lab mikrobiologi sehingga saya tidak tau pasti penyebab penyakit
yang menyebabkan kematian pada kasus saya kali ini. Kendala lain yaitu adanya target
nekropsi yang sangat banyak sehingga mahasiswa tidak fokus pada teknik nekropsi
melalainkan hanya kegiatan bedah bangkai
5.3 Saran
Sampel ayam yang didapatkan dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjutan seperti
pemeriksaan mikrobiologis (penanaman sampel pada media agar atau kultur bakteri),
ataupun digunakan untuk diagnosis molecular seperti PCR guna mengetahui penyebab
penyakit/kematian secara pasti.
26
DAFTAR PUSTAKA
Alipin, K., Fadilah, A. M., & Kuntana, Y. P. (2016). Gambaran Morfologis Ginjal Ayam
Yang Diberi Ransum Mengandung Temulawak Serta Pengaruhnya Terhadap Bobot
Badan. 5.
Auliyah, R. (2016). Gambaran Histopatologi Hepar Ayam Pedaging Yang Diinfeksi L2
Toxocara Vitolorum. Universitas Airlangga.
Hutagaol, E. D. (2014). Manajemen Pakan Ayam Broiler Di Farm Tambiluk Pt. Surya
Unggas Mandiri Desa Tambiluk Kecamatan Petir Kabupaten Serang, Banten.
Universitas Diponegoro.
Kusumastuti, E., Handajani, J., & Susilowati, H. (2014). Ekspresi Cox-2 Dan Jumlah
Neutrofil Fase Inflamasi Pada Proses Penyembuhan Luka Setelah Pemberian
Sistemik Ekstrak Etanolik Rosela (Hibiscus Sabdariffa) (Studi In Vivo Pada Tikus
Wistar). Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 21(1), 13.
Https://Doi.Org/10.22146/Majkedgiind.8778
Lawalata, T. O. H., Tjahjadi, A. A., Oroh, E. E. Ch., & Suling, P. L. (2013). Granuloma
Piogenik Multipel. Jurnal Biomedik (Jbm), 2(2).
Https://Doi.Org/10.35790/Jbm.2.2.2010.851
Mcmullin, P. F. (2020). Diseases Of Poultry 14th Edition: David E. Swayne, Martine
Boulianne, Catherine M. Logue, Larry R. Mcdougald, Venugopal Nair, David L.
Suarez, Sjaak De Wit, Tom Grimes, Deirdre Johnson, Michelle Kromm, Teguh
Yodiantara Prajitno, Ian Rubinoff & Guillermo Zavala (Eds.), Hoboken, Nj, John
Wiley & Sons, 2020, 1451 Pp., £190 (Hardcover)/£171.99 (E-Book), Isbn
9781119371168. Avian Pathology, 49(5), 526–526.
Https://Doi.Org/10.1080/03079457.2020.1794237
Praja, R. N., & Yudhana, A. (2018). Isolasi Dan Identifikasi Aspergillus Spp Pada Paru-
Paru Ayam Kampung Yang Dijual Di Pasar Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner,
1(1), 6. Https://Doi.Org/10.20473/Jmv.Vol1.Iss1.2017.6-11
Rahayu H. S., I., Darwati, S., & Mu’iz, A. (2019). Morfometrik Ayam Broiler Dengan
Pemeliharaan Intensif Dan Akses Free Range Di Daerah Tropis. Jurnal Ilmu
Produksi Dan Teknologi Hasil Peternakan, 7(2), 75–80.
Https://Doi.Org/10.29244/Jipthp.7.2.75-80
Sartika, D., Susilawati, & Arfani, G. (2016). Identifikasi Cemaran Salmonella Sp. Pada
Ayam Potong Dengan Metode Kuantifikasi Di Tiga Pasar Tradisional Dan Dua
Pasar Modern Di Kota Bandar Lampung. Jurnal Teknologi Industri & Hasil
Pertanian, 21(2).
Yanti, K A T., Setyawati I., dan Astiti N P. 2019. Lungs Histophatology of Laying Hens
Infected by Colibacillosis in Animal Cages Experiment in the Diseases Investigation
Center 6, Denpasar Bali. Advances in Tropical Biodiversity and Enviromental
Science. 3(2): 25-28.
27
BUKTI DOKUMENTASI PELAKSANAAN ROTASI
Nekropsi Ayam
Nekropsi kura-kura
Nekropsi kambing
28