TORSIO TESTIS
Oleh :
Dista Eka Faulam Putri, S. Ked
J510165041
TORSIO TESTIS
Disusun Oleh:
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pembimbing
Nama : dr. Abdul Aziz, Sp. Rad (___________________)
Dipresentasikan dihadapan
Nama : dr. Abdul Aziz, Sp. Rad (___________________)
BAB I PENDAHULUAN
A. Anatomi Testis........................................................................................ 4
B. Definisi ................................................................................................... 5
C. Epidemiologi .......................................................................................... 5
D. Etilogi ..................................................................................................... 5
E. Patogenesis ............................................................................................. 6
G. Diagnosis ................................................................................................ 7
I. Diagnosis Banding.................................................................................. 14
J. Terapi......................................................................................................14
K. Prognosis.................................................................................................15
L. Komplikasi..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
A. LATAR BELAKANG
Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpuntir yang
mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan
epididymis. Torsio testis merupakan suatu kegawatdaruratan vaskuler yang murni dan
memerlukan tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini tidak ditangani dalam waktu
singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri) dapat menyebabkan infark dari testis,
yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis (Sutton, 2003).
Torsio testis juga merupakan kegawatdaruratan urologi yang paling sering
terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 4000 orang dibawah
usia 25 tahun. Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan akut
skrotum hingga terbukti tidak, namun kondisi tersebut juga harus dibedakan dari keluhan
nyeri testis lainnya. Keterlambatan dan kegagalan dalam dignosis dan terapi akan
menyebabkan proses torsio yang berlangsung lama, sehingga pada akhirnya menyebabkan
kematian testis dan jaringan disekitarnya. Penatalaksanaan torsio menjadi tindakan darurat
yang harus segera dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong
akan menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio (Cassar, et al,
2008).
B. TUJUAN
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui penjelasan dan gambaran
radiologi pada torsio testis sehingga diharapkan dapat membantu dalam pemahaman teori.
C. MANFAAT
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para tenaga
kesehatan dan khususnya bagi penulis sendiri untuk dijadikan acuan sebagai penegakkan
diagnostik.
I. DIAGNOSIS BANDING
J. TERAPI
Penatalaksanaan torsio testis terbagi atas dua cara yaitu tanpa pembedahan dan
dengan tindakan pembedahan :
a. Non Operasi
Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus
dapat mengembalikan aliran darah (Purnomo, 2003).
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu
dengan jalan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah
torsio biasanya ke medial, maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral
terlebih dahulu, kemudian jika tidak ada perubahan, dicoba detorsi ke arah medial
(Purnomo, 2011).
b. Operasi
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada
arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis yang
mengalami torsio, mungkin masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis.
Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos
kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral (Purnomo, 2011).
Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap
pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpuntir kembali, sedangkan pada
testis yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi)
dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Testis yang telah
mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada dalam skrotum akan
merangsangterbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan
testis di kemudian hari (Purnomo, 2011).
K. PROGNOSIS
L. KOMPLIKASI
Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat
daruratan dalam bidang urologi. Nekrosis tubular pada testis yang terlibat jelas terlihat
setelah 2 jam dari torsi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang
timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan angka
pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam
jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis. Atrofi testikular dapat terjadi
dalam waktu 8 jam setelah onset iskemia. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat
bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi klinis dari TT adalah kesuburan
yang menurun dan hilangnya testikular apabila torsi tersebut tidak diperbaiki dengan
cukup cepat. Tingkat yang lebih ekstrim dari torsi testis mempengaruhi tingkat
iskemia testikular dan kemungkinan penyelamatan (Greenberg, 2005).
Komplikasi torsi testis yang paling signifikan adalah infark gonad. Kejadian ini
bergantung pada durasi dan tingkat torsi. Analisis air mani abnormal dan apoptosis
testikular kontralateral juga merupakan sekuele yang diketahui mengikuti ketegangan
testis. Oleh karena itu, resiko subfertilitas harus dibicarakan dengan pasien. Testis
yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada di dalam skrotum akan
merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan
fertilitas dikemudian hari. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis
meliputi yaitu hilangnya testis, infeksi, infertilitas sekunder, deformitas kosmetik
(Graham, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Cassar S, Bhatt S, Paltiel HJ, Dogra VS. Role of Spectral Doppler Sonography in the
Evaluation of Partial Testicular Torsion. Journal of Diagnostic Medical Sonography.
2013;29: 225-231.
Dudea SM, Ciurea A, Chiorean A, Botar-Jid. Doppler Application in Testicular and Scrotal
Disease. 2010;12: 43-51.
Gotto GT, Chang SD, Nigro MK. MRI in the Diagnosis of Incomplete Testicular Torsion.
The British Journal of Radiology. 2010;83: 105-107.
Kandeel FR. Male Reproductive Dysfunction: Pathophysiology and Treatment. New York.
Informa Healthcare USA, Inc. 2007; 166-167.
Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, et al. Pediatric
Surgery. New York. Springer Science+Bussiness Media, LLC. 2008; 679.
Perin RM. Pediatric Hospital Medicine : Textbook of Inpatient Management . 2nd Edition.
Philadelphia. Lippicott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Bussiness. 2008; 665.
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta.
EGC. 2005; 1381-1391.
Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta. CV Sagung Seto. 2011; 233-236.
Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat – de Jong. Edisi 3. Jakarta. EGC.
2010; 916-917.
Sung KS, Setty BN, Castro-Aragon I. Sonography of Pediatric Scrotum on the Ts-Torsion
Trauma, and Tumors. American Journal of Roentgenology. 2012;198: 996-1003.
Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging. 7 th Edition. London. Churchill Livingstone.
2003; 1026-1027.
William NS, Bulstrode CJK, O’Connell PR. Bailey & Love’s Short Practice of Surgery. 25 th
Edition. London. Hodder Arnold. 2008; 1377-1380.